Referensi TPI
Referensi TPI
Abstraksi
Arsitektur / Bangunan hijau merupakan gerakan moral. Konsep green building yang telah
dirumuskan dalam sistem rating oleh lembaga-lembaga 'hijau', telah menjadi bagian dari market/pasar dan
tren bangunan yang dilatarbelakangi oleh kesadaran yang semakin tinggi dari warganya untuk mulai
peduli dengan lingkungan.
Sertifikasi hijau pada bangunan di Indonesia sangat penting dilakukan mengingat perkembangan
konstruksi khususnya bangunan gedung sudah semakin maju. Dengan proses sertifikasi hijau ini sebagai
bagian dari bangunan hijau dunia, diharapkan pembangunan di Indonesia dapat selaras dengan
lingkungan dengan minimnya dampak yang ditimbulkan baik oleh proses perancangan, konstruksi
maupun rekonstruksinya.
Kata kunci : green, building, arsitektur
I. Latar Belakang
Faktor pemicu pemanasan global ini
Isu tentang Green Building – yang dalam disebabkan oleh semakin menurunnya daya
hal ini juga disebut sebagai Arsitektur Hijau dukung lingkungan akibat pencemaran/polusi
(Green Architecture)2 – mulai muncul setelah isu dan eksploitasi sumber daya alam yang berlebih.
lingkungan yang bermuara pada pemanasan Pemenuhan kebutuhan untuk pembangunan
global (global warming) muncul. dalam kerangka pertumbuhan ekonomi sering
Arsitektur/bangunan hijau menjadi sebuah dilakukan tanpa mengindahkan kondisi
'gerakan' khususnya bagi para praktisi di bidang lingkungan. Begitu pula dengan sisa-sisa
arsitektur bangunan dan lingkungan binaan untuk proses/kegiatan dalam setiap bangunan yang
merespon dampak dari kondisi lingkungan yang tidak dikelola dengan benar akan dapat
terjadi dalam beberapa dekade ini. Gerakan mencemari lingkungan sekitar yang tentunya
arsitektur hijau merupakan upaya bagi para berdampak buruk terhadap kehidupan.
arsitek/developer untuk dapat lebih bijak dalam Berkurangnya lahan produktif serta
mengelola bangunan dan lingkungan, sehingga menyempitnya ruang terbuka hijau sebagai area
tidak saja dapat bermanfaat bagi generasi saat ini, resapan air juga menjadi faktor pendorong
namun juga bagi generasi mendatang. munculnya gerakan green building ini.
1
Staf Pengajar Program D3 Arsitektur Bangunan Gedung dan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Lampung, anggota Ikatan
Arsitek Indonesia (IAI) Daerah Lampung
2
Bangunan (building) lebih merujuk pada aspek upaya perwujudan bangunan mulai dari proses perencanaan hingga konstruksi, maupun dari
aspek mikro (bangunannya) hingga konteks lingkungan luarnya, sehingga definisi building perlu diperluas menjadi architecture.
Jurnal Arsitektur Universitas Bandar Lampung, Desember 2011 12
Dengan dalih untuk pembangunan, beberapa
kawasan yang kurang/tidak layak dan kawasan
lindung menjadi sasaran untuk dibangun.
Akibatnya terjadi ketimpangan pada lingkungan
sehingga menimbulkan dampak ikutan seperti
banjir dan sulitnya untuk mendapatkan air tanah.
Berkurangnya ruang terbuka hijau serta
tanaman/pepohonan hijau sebagai akibat Gambar 1. Proporsi penggunaan energi fosil pada negara-
negara maju, dimana bangunan menyumbang 50%
perluasan lahan untuk pembangunan memberikan
penggunaannya (Sumber : Roaf, S, Crichton, D, Nicol, F (2005),
kontribusi langsung terhadap pemanasan bumi.
Adapting Buidings and Cities for Climate Change, Architectural
Penurunan kondisi lingkungan ini
Press – Elsevier, UK)
semakin drastis pada akhir abad ini, yang dimulai
dari revolusi industri di awal abad ke-20. Beberapa hal mengapa bangunan merupakan
Pemanfaatan sumber daya alam semakin penyumbang terbesar adalah :
meningkat seiring dengan kebutuhan, yang 1 Pertumbuhan Bangunan dan Perkembangan Kota
dipengaruhi oleh perkembangan teknologi dan Seiring dengan meningkatnya jumlah manusia,
maka jumlah bangunan juga meningkat.
politik perekonomian global. Kehidupan manusia
Perumahan, gedung perkantoran, perbelanjaan,
telah berubah dari yang semula agraris-
dan bangunan lain merupakan bangunan-bangunan
tradisional menjadi masyarakat industri-modern
yang lazim dibutuhkan manusia untuk beraktivitas.
dengan konsekuensi pemanfaatan sumber daya Peningkatan kebutuhan akan bangunan ini,
alam yang berlebih. Dampak dari eksploitasi terutama di perkotaan, menyebabkan peningkatan
sumber daya alam ini adalah semakin rusaknya suplai kebutuhan material, lahan serta proses
lingkungan, baik skala mikro maupun global, konstruksinya. Semakin banyak jumlah dan jenis
yang ditandai dengan meningkatnya suhu bumi. material, maka semakin banyak energi yang
Disamping faktor industri dan dibutuhkan untuk pengadaannya, yang berakibat
transportasi, ternyata bangunan juga berperan pada meningkatnya emisi karbon. Pertumbuhan
dalam menyumbang efek pemanasan global ini bangunan tidak saja terjadi di pusat kota, namun
dengan porsi lebih besar daripada industri dan juga melebar hingga ke daerah pinggiran/periferi
transportasi dalam mengkonsumsi energi fosil kota. Dampaknya adalah lahan produktif serta area
(Roaf, S, 2005).Bangunan mengkonsumsi lindung semakin menyempit serta peningkatan
setidaknya 32% dari sumber daya alam di bumi, pencemaran. Di sisi lain, dengan semakin luasnya
dan menghasilkan 40% sampah dan 40% kota/wilayah, maka jarak jangkau akan semakin
pencemaran udara (www.gbca.org.au). jauh yang konsekuensinya adalah meningkatnya
kebutuhan energi untuk transportasi.
DAFTAR PUSTAKA