Anda di halaman 1dari 5

GEOGRAFIS ARSITEKTUR TROPIS KEPULAUAN

OLEH :

PURWANTI NUR MAHARANI


ARSITEKTUR TROPIS KEPULAUAN A

D051191063

PROGRAM STUDI S1
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
PEMBAHASAN

Arsitektur Tropis dan Kepulauan membahas tentang karakteristisk arsitektur di wilayah tropis
dan kepulauan Indonesia yang berbasis pendekatan lingkungan tropis dan kepulauan
Indonesia. Pada zaman Yunani Kuno, kata “tropikos”, berarti garis balik; sekarang pengertian
ini berlaku untuk daerah antara kedua garis balik , yang meliputi sekitar 40% dari luas seluruh
permukaan bumi. Garis-garis balik ini adalah garis lintang 230 27‟ utara dan selatan. Garis
lintang utara 230 27‟ adalah garis balik cancer, disini matahari pada tangal 22 Juni mencapai
posisi tegak lurus. Garis lintang selatan 230 27‟ adalah garis balik capricon, dimana matahari
pada tanggal 23 Desember berada dalam posisi tegak lurus. Disebelah utara dan selatan
garis-garis balik ini, matahari tidak dapat lagi mencapai posisi tegak lurus. Pembagian bumi
dengan garis-gris ini tidak mempertimbangkan batas-batas daerah iklim yang sebenarnya,
karena itu sekarang “tropis” didefinisikan sebagai daerah yang teletak di antara garis isotern
200 C di sebelah bumi utara selatan.

1. Definisi Arsitektur Tropis Kepulauan


Arsitektur tropis adalah jenis arsitektur yang memberikan jawaban atau adaptasi
bentuk bangunan terhadap pengaruh iklim tropis, dimana iklim tropis memiliki karakter
tertentu yang disebabkan oleh panas matahari, kelembapan yang cukup tinggi, curah
hujan, pergerakan angin, dan sebagainya. Pengaruhnya otomatis terhadap suhu,
kelembapan, kesehatan udara yang harus di antisipasi oleh arsitektur yang tanggap
terhadap hal-hal tersebut. Selain itu pandangan baru mencakup pada penggunaan
material yang memberikan ciri karakter material lokal (daerah tropis) yang lebih sesuai
daripada material impor.
Yang penting dalam Arsitektur Tropis ialah apakah rancangan tersebut dapat
menyelesaikan masalah pada iklim tropis seperti hujan deras, terik matahari, suhu udara
tinggi, kelembapan tinggi dan kecepatan angina rendah, sehingga manusia yang semula
tidak nyaman berada dialam terbuka, menjadi nyaman ketika berada didalam bangunan
tropis.
Menurut Marcus Pollio Vitruvius (1486) arsitektur adalah kesatuan dari
kekuatan/kekokohan (firmitas), keindahan (venustas), dan kegunaan/fungsi (utilitas).
Menurut Francis DK Ching (1979) arsitektur membentuk suatu tautan yang
mempersatukan ruang, bentuk, teknik dan fungsi. Menurut Amos Rappoport (1981)
arsitektur adalah ruang tempat hidup manusia, yang lebih dari sekedar fisik, tapi juga
menyangkut pranata-pranata budaya dasar. Pranata ini meliputi: tata atur kehidupan
sosial dan budaya masyarkat, yang diwadahi dan sekaligus memperngaruhi arsitektur.
Sedangkan menurut JB. Mangunwijaya (1992) arsitektur sebagai vastuvidya
(wastuwidya) yang berarti ilmu bangunan. Dalam pengertian wastu terhitung pula tata
bumi, tata gedung, tata lalu lintas (dhara, harsya, yana).
Bentuk arsitektur tropis, tidak mengacu pada bentuk yang berdasarkan
estetika, namun pada bentuk yang berdasarkan adaptasi/ penanganan iklim tropis.
Meskipun demikian bentukan bangunan oleh arsitek/desainer yang baik akan
memberikan kualitas arsitektur yang estetis, hal ini karena selain memperhatikan
bagaimana menangani iklim tropis, juga memperhatikan bagaimana kesan estetika
eksterior dan interior dari bangunan tersebut.
Dan arti dari kata Kepulauan adalah rantai atau gugus kumpulan dari pulau-
pulau, kepulauan yang terbentuk tektonik. Kata kepulauan berasal dari Yunani ἄρχι--
arkhi- ("kepala") dan πέλαγος - pelagos ("laut") yang berasal dari rekonstruksi
linguistik bahasa Yunani abad pertengahan ἀρχιπέλαγος tepatnya nama untuk Laut
Aegea dan, kemudian, dalam penggunaan bergeser untuk merujuk pada Kepulauan
Aegean atau merujuk pada jumlah kumpulan yang besar pulau-pulau. Sekarang
digunakan secara umum yang mengacu pada setiap kelompok besar pulau seperti
yang tersebar pada Laut Aegea.

2. Batasan Geografis Arsitektur Tropis Kepulauan

Data Indonesia memiliki perbatasan darat internasional dengan tiga negara tetangga
yaitu Malaysia, Papua Nugini dan Timor Leste. Sedangkan di laut,
perairan Indonesia berbatasan dengan sepuluh negara tetangga yakni: India,
Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, Filipina, Palau, Australia, Timor Leste dan
Papua Nugini.

Umumnya letak geografis dibatasi dengan berbagai kenampakan alam yang


berhubungan langsung dengan wilayah tersebut. Melansir dari situs Kementerian Luar
Negeri Indonesia, letak geografis Indonesia terletak di dua benua dan dua samudra,
yakni Benua Asia dan Benua Australia, serta Samudra Pasifik dan Samudra Hindia.

Dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 1996 Tentang Perairan Indonesia, yang


dimaksud dengan Kepulauan adalah suatu gugusan pulau, termasuk bagian pulau,
dan perairan di antara pulau-pulau tersebut, dan lain-lain wujud alamiah yang
hubungannya satu sama lain demikian eratnya sehingga pulau-pulau, perairan, dan
wujud alamiah lainnya itu merupakan satu kesatuan geografi, ekonomi, pertahanan
keamanan, dan politik yang hakiki, atau yang secara historis dianggap sebagai
demikian.
a. Geografis :

Secara umum, letak geografis adalah posisi keberadaan sebuah wilayah berdasarkan
letak dan bentuknya di muka bumi. Letak geografis biasanya dibatasi dengan berbagai
fitur geografi yang ada di bumi dan nama daerah yang secara langsung bersebelahan
dengan daerah tersebut. Contoh letak geografis dengan berbagai fitur geografi bumi
yang dimaksud misalnya seperti benua, laut, gunung, samudera, gurun, dan lain
sebagainya.

Geografis adalah letak suatu daerah atau wilayah dilihat dari kenyataan di permukaan
bumi. Indonesia memiliki sekitar 17.504 pulau (menurut data tahun 2004; lihat pula:
jumlah pulau di Indonesia), sekitar 6.000 di antaranya tidak berpenghuni tetap,
menyebar sekitar katulistiwa, memberikan cuaca tropis. Pulau terpadat penduduknya
adalah pulau Jawa, di mana lebih dari setengah (65%) populasi Indonesia. Indonesia
terdiri dari 5 pulau besar, yaitu: Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Irian Jaya
dan rangkaian pulau-pulau ini disebut pula sebagai kepulauan Nusantara atau
kepulauan Indonesia.

Indonesia memiliki lebih dari 400 gunung berapi and 130 di antaranya termasuk
gunung berapi aktif. Sebagian dari gunung berapi terletak di dasar laut dan tidak
terlihat dari permukaan laut. Indonesia merupakan tempat pertemuan 2 rangkaian
gunung berapi aktif (Ring of Fire). Terdapat puluhan patahan aktif di wilayah Indonesia.

Sebagian ahli membagi Indonesia atas tiga wilayah geografis utama yakni:

• Kepulauan Sunda Besar meliputi pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan,


Sulawesi.

• Kepulauan Sunda Kecil meliputi Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa
Tenggara Timur.

• Kepulauan Maluku dan Irian

3. Perbedaan Letak Geografis dengan Letak Astronomis

Beda dengan letak geografis yang berhubungan dengan letak dan bentuk, letak
astronomis adalah letak wilayah berdasarkan posisi garis lintang dan garis bujur.
Pengertian garis lintang sendiri adalah garis khayal yang melintang melingkari bumi
dan membagi bumi menjadi dua bagian, yaitu belahan bumi utara dan
selatan.Sementara garis bujur adalah garis yang menghubungkan kutub utara dan
selatan sekaligus garis yang membagi bumi menjadi belahan bumi barat dan timur.
DAFTAR PUSTAKA

Syahriana Syam, ST., MT. (2020). Percepatan Pembangunan Pulau, Prodi Arsitektur

Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.

http://cv-yufakaryamandiri.blogspot.co.id (Diakses 26 Agustus 2021)

https://slideplayer.info/slide/12240994/ (Diakses 26 Agustus 2021)

http://arsitektur-indonesia.com/arsitektur/perancangan-arsitektur-daerah-tropis/ (Diakses 26
Agustus 2021)

http://perkimtaru.pemkomedan.go.id/artikel-963-pengertian-dan-konsep-arsitektur-tropis-
.html (Diakses 26 Agustus 2021)

Anda mungkin juga menyukai