Anda di halaman 1dari 3

Tugas Mata Kuliah : Hukum Acara Pengadilan Niaga

Oleh :
➢ Rivaldy Razel RG 41151010190114
➢ Muhammad Luthfi Fauzi 41151010190137
HK-B1/V

1. Isi rumusan Ketentuan Pasal 303 UU Kepailitan dan PKPU?


Pasal 303 UU tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
(PKPU) yang menyebutkan bahwa Pengadilan tetap berwenang memeriksa dan
menyelesaikan permohonan pernyataan pailit dari pihak yang terikat perjanjian yang
memuat klausula arbitrase, sepanjang utang yang menjadi dasar permohonan
pernyataan pailit telah memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal Ayat
(1) undang-undang ini. Pasal 303 UU No. 37 Tahun 2004 mengesampingkan
berlakunya asas Pacta Sunt Servanda dalam penyelesaian masalah kepailitan yang ada
klausul arbitrase-nya. Azas merupakan metanorma yang harus dijadikan pedoman bagi
setiap produk hukum agar tidak pernah keluar dari berlakunya asas hukum. (1). Pasal
303 UUK mengalami cacat hokummateril, apabila hal ini dibiarkan justru berbahaya
karena dapat menimbulkan ketidakpastian hukum yang dapat berdampak pada kurang
bermanfaatnya aturan hukum yang ada (Pasal 303 UUK, merupakan Pasal yang
“kebablasan/salah/keliru”.(2). Posisi perjanjian dengan undang-undang adalah
sama/sederajad, artinya perjanjian dalam hal ini khususnya ketentuan mengenai
Klausul Arbitrase yang dibuat oleh para pihak seharusnya sama berlakunya seperti
halnya UU Kepailitan.

2. Pasal 1, Pasal 3 dan Pasal 11 UU No.30 / 1999 ?


- Pasal 1 :
Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan :
1) Arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar peradilan
umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis
oleh para pihak yang bersengketa.
2) Para pihak adalah subyek hukum, baik menurut hukum perdata maupun
hukum publik.
3) Perjanjian arbitrase adalah suatu kesepakatan berupa klausula arbitrase yang
tercantum dalam suatu perjanjian tertulis yang dibuat para pihak sebelum
timbul sengketa, atau suatu perjanjian arbitrase tersendiri yang dibuat para
pihak setelah timbul sengketa.
4) Pengadilan Negeri adalah Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya
meliputi tempat tinggal termohon.
5) Pemohon adalah pihak yang mengajukan permohonan penyelesaian
sengketa melalui arbitrase.
6) Termohon adalah pihak lawan dari Pemohon dalam penyelesaian sengketa
melalui arbitrase.
7) Arbiter adalah seorang atau lebih yang dipilih oleh para pihak yang
bersengketa atau yang ditunjuk oleh Pengadilan Negeri atau oleh lembaga
arbitrase, untuk memberikan putusan mengenai sengketa tertentu yang
diserahkan penyelesaiannya melalui arbitrase.
8) Lembaga Arbitrase adalah badan yang dipilih oleh para pihak yang
bersengketa untuk memberikan putusan mengenai sengketa tertentu;
lembaga tersebut juga dapat memberikan pendapat yang mengikat mengenai
suatu hubungan hukum tertentu dalam hal belum timbul sengketa.
9) Putusan Arbitrase Internasional adalah putusan yang dijatuhkan oleh suatu
lembaga arbitrase atau arbiter perorangan di luar wilayah hukum Republik
Indonesia, atau putusan suatu lembaga arbitrase atau arbiter perorangan
yang menurut ketentuan hukum Republik Indonesia dianggap sebagai suatu
putusan arbitrase internasional.
10) Alternatif Penyelesaian Sengketa adalah lembaga penyelesaian sengketa
atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni
penyelesaian di luar pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi,
konsiliasi, atau penilaian ahli
- Pasal 3
Pengadilan Negeri tidak berwenang untuk mengadili sengketa para pihak yang telah
terikat dalam perjanjian arbitrase.
- Pasal 11 UU No.30 / 1999
(1) Adanya suatu perjanjian arbitrase tertulis meniadakan hak para pihak untuk
mengajukan penyelesaian sengketa atau beda pendapat yang termuat dalam
perjanjiannya ke Pengadilan Negeri.
(2) Pengadilan Negeri wajib menolak dan tidak akan campur tangan di dalam suatu
penyelesaian sengketa yang telah ditetapkan melalui arbitase, kecuali dalam hal-hal
tertentu yang ditetapkan dalam Undang-undang ini.

3. Serta Pasal 10 UU No.48 / 2009 ?


(1) Pengadilan dilarang menolak untuk memeriksa, mengadili, dan memutus suatu
perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang jelas,
melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadilinya.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tidak menutup usaha penyelesaian
perkara perdata secara perdamaian.

4. Sebutkan Hukum Acara di Pengadilan Niaga?


Hukum Acara : Hukum acara yang dipergunakan di Pengadilan Niaga adalah hukum
acara perdata.
Persyaratan Mengajukan perkara (Pasal 8 Nomor 3 Rv):
- Identitas para pihak, yang biasanya memuat nama dan alamat.
- Dalil-‐dalil kongkrit tentang adanya hubungan hukum yang merupakan dasar serta
alasan‐‐alasan dari tuntutan (middelen van den eis) atau sering disebut
fundamentum petendi, ada juga yang menyebut posita;
- Tuntutan (onderwerp van den eis met een duidelijke en bepaalde conclusie) atau
sering disebut petitum (Djamal; 2009, 28)

Anda mungkin juga menyukai