Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Hubungan timbal balik antara manusia dan tumbuhan tidak dapat dipisahkan. Manusia untuk
dapat bertahan hidup tentu saja perlu memanfaatkan tumbuhan yang ada disekelilingnya. Kegiatan
memanfaatkan tumbuhan yang dilakukan oleh setiap manusia, khususnya oleh setiap dalam
kehidupan masyarakat tertentu inilah yang dikenal dengan istilah etnobotani.

Etnobotani secara harfiah berarti ilmu yang mengkaji pengetahuan botani masyarakat
lokal/tradisional. Etnobotani merupakan sebuah ilmu yang mempelajari hubungan yang berlangsung
antara masyarakat tradisional dengan lingkungan nabati. Sekarang ini etnobotani digambarkan
sebagai hubungan timbal balik antar manusia dengan tumbuhan. Etnobotani bertujuan membantu
dalam menerangkan budaya dari suku-suku bangsa dalam pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan
makanan, pakaian, obat-obatan, bahan pewarna dan lainnya. Istilah etnobotani sudah dikenal dan
statusnya sebagai ilmu tidak mengalami masalah lagi, tetapi objek yang diteliti statusnya sangat rawan
karena cepatnya laju erosi sumber daya alam terutama flora dan pengetahuan tradisional pemanfaatn
tumbuhan dari suku bangsa atau kelompok tertentu dan inilah yang disebut sebagai buta flora. Hal ini
disebabkan oleh rusak dan berubahnya habitat suku bangsa dan tumbuhan tertentu di muka bumi
(Soekarman dan Ridwan, 1992 dalam Ulfah, 2002).

Buta flora adalah bentuk kesalahan berpikir secara sistematis yang diajukan secara informal ,
yang dalam arti luasnya, adalah kecenderungan manusia untuk mengabaikan spesies tumbuhan. Ini
termasuk suatu fenomena seperti tidak memperhatikan tumbuhan di lingkungan sekitarnya, tidak
mengakui pentingnya kehidupan tumbuhan untuk seluruh biosfer dan kehidupan manusia.
Pandangan filosofis tumbuhan sebagai bentuk kehidupan yang lebih rendah dari hewan dan / atau
ketidakmampuan untuk menghargai fitur unik atau estetika yang dimiliki tumbuhan

Pada awalnya hubungan manusia dan lingkungan lebih bersifat alami mencakup komponen-
komponen seperti iklim, daratan, tanah dan tumbuhan. Dengan berkembangnya peradaban, populasi
manusia makin meningkat dengan pesat dan peningkatan tersebut memicu kebutuhan manusia untuk
memanfaatkan dan menjadikan lingkungan sekitarnya sebagai lahan untuk ditinggali seperti
bangunan rumah, gedung, kawasan hiburan, lahan pertanian dan peternakan, dan lain-lain. Bahkan,
di daerah seperti perkotaan seluruh lingkungannya didominasi oleh komponen-komponen perkotaan
seperti jalan, jembatan, permukiman, perkantoran, hotel, dan lain-lain. Lingkungan alam telah diganti
atau diubah secara radikal oleh lingkungan buatan atau binaan.

Kecamatan Kenjeran merupakan salah satu kecamatan yang berada di wilayah Surabaya
Utara. Sebagian wilayah dari kecamatan Kenjeran merupakan wilayah pesisir termasuk Kelurahan
Tambak Wedi. Kelurahan Tambak Wedi merupakan wilayah padat penduduk sehingga banyak
permukiman yang sempit dan tidak terawat. Wilayah Kenjeran dengan penduduk yang padat dan
memiliki kendaraan bermotor serta pekerjaan dari para penduduk yang merupakan pedagang barang
bekas dan besi tua menyebabkan polusi udara di wilayah tersebut. Udara yang tercemar dan panas
menjadi salah satu problematika di wilayah kecamatan Kenjeran. Selain itu, lingkungan yang kering
dan gersang akibat jumlah lingkungan hijau yang lebih sedikit dibandingkan dengan pemukiman dan
jumlah penduduk yang padat. Padahal tumbuhan (yang berdaun hijau) dalam ekosistem, berperan
sebagai produsen pertama yang mengubah energi surya menjadi energi potensial untuk makhluk
hidup lainnya, dan mengubah CO2 menjadi O2 dalam proses fotosintesis (Irwan, 2012). Dapat
disimpulkan bahwa setiap orang membutuhkan oksigen dari tumbuhan hijau. Namun, kurangnya
kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan, terutama untuk menghidupkan wilayah
hijau di lingkungannya yaitu di wilayah pemukiman membuat asupan oksigen bagi masyarakat
berkurang. Peduli lingkungan merupakan sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah
kerusakan pada lingkungan alam sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki
kerusakan alam yang sudah terjadi (Zubaedi, 2013: 76). Sikap kepedulian ini tidak muncul dikarenakan
ketidaktahuan masyarakat akan pentingnya tumbuhan hijau dan tidak mengetahui bagaimana cara
merawat tumbuhan dengan baik dan benar. Selain itu, tidak adanya lahan yang luas untuk menanam
tumbuhan hijau membuat masyarakat lebih enggan untuk menanam tumbuhan meskipun mereka
telah sadar bahwa tumbuhan hijau itu penting.

Dari permasalahan di atas maka dibutuhkan suatu wadah atau ruang edukasi yang dapat
memperbaiki dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pemahaman akan tumbuhan. Dengan
metode pembelajaran yang tidak hanya mengajari masyarakat dengan teori saja tetapi juga
memanfaatkan ilmu tersebut sebagai praktik dalam kehidupan. Maka yang dimaksudkan dengan
wadah atau ruang edukasi itu adalah greenhouse.

Greenhouse merupakan sebuah bangunan yang berkerangka atau dibentuk menggelembung,


diselubungi bahan bening atau tembus cahaya yang dapat meneruskan cahaya secara optimum untuk
produksi dan melindungi tanaman dari kondisi iklim yang merugikan bagi pertumbuhan tanaman .

Perlu diketahui pula bahwa sebagian besar tanaman yang dibudidayakan pada greenhouse
membutuhkan cahaya dengan panjang gelombang sekitar 400 – 700 nanometer (Photosynthetically
Active Radiation). Hampir semua bahan penutup greenhouse mampu menampung cahaya tersebut
sesuai dengan panjang gelombang yang diinginkan tanaman. Bahan yang terbuat dari polyethylene
dan fiberglass cenderung membuat cahaya menjadi tersebar, sementara bahan yang terbuat dari
acrylic dan polycarbonate lebih cenderung meneruskan cahaya yang masuk secara langsung. Cahaya
yang sifatnya menyebar tersebut memberikan keuntungan tersendiri bagi tanaman, dimana dia bisa
mengurangi kelebihan cahaya pada daun-daun tanaman bagian atas dan memantulkannya pada
daun-daun yang ada di bagian bawah sehingga penyebaran cahaya menjadi lebih merata. Adapun
bahan penutup atap dapat menggunakan kaca maupun plastik. Beberapa tipe plastik yang biasa
digunakan sebagai penutup greenhouse antara lain acrylic, polycarbonate, fiberglass reinforced
polyester, polyethylene film, polyvinyl cholride film.

Penggunaan material ramah lingkungan dalam perancangan rumah kaca bertujuan untuk
memanfaatkan potensi bahan bangunan ramah lingkungan yang tersedia secara lokal, mengeksplorasi
bentukan-bentukan interior menggunakan bahan bangunan tersebut yang tersedia dengan
menyesuaikan karakteristik dari bahan-bahan bangunan itu sendiri, serta untuk mendukung konsep
edukasi di educational greenhouse yang juga memanfaatkan material ramah lingkungan sebagai
bagian dari proses pembelajaran dan praktik dalam kehidupan sehari-hari.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Adapun permasalahan dalam Perancangan Educational Greenhouse Dengan Memanfaatkan


Material Ramah Lingkungan adalah :
1. Bagaimana Perancangan Educational Greenhouse Dengan Memanfaatkan Material Ramah
Lingkungan dapat menjadi wadah edukasi bagi masyarakat Kecamatan Kenjeran?
2. Bagaimana menerapkan material ramah lingkungan dalam perancangan Educational
Greenhouse?

1.3 TUJUAN PERANCANGAN

Tujuan Perancangan Educational Greenhouse Dengan Memanfaatkan Material Ramah


Lingkungan ini adalah :

1. Menghasilkan rancangan yang menjadi wadah atau ruang edukasi bagi masyarakat di
Kecamatan Kenjeran.
2. Menghasilkan rancangan yang bisa memanfaatkan dan menerapkan material ramah
lingkungan.

1.4 MANFAAT PERANCANGAN

Manfaat dari Perancangan Educational Greenhouse Dengan Memanfaatkan Material Ramah


Lingkungan adalah :

1. Kalangan akademis

Para akademisi bisa mempelajari pengetahuan tentang tumbuhan, misalnya untuk


pembelajaran biologi, penelitian mahasiswa dan sebagainya mengenai pengetahuan tentang
tumbuhan dan hubungannya dengan kehidupan manusia.

2. Kalangan masyarakat setempat

Masyarakat dapat memahami bagaimana cara membangun kesadaran masyarakat


tentang pentingnya membangun hubungan dengan lingkungan sekitar, terkhususnya
hubungan dengan tumbuhan, serta bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Kalangan pemerintah daerah

Dengan adanya Educational Greenhouse yang nantinya dapat mengedukasikan


masyarakat. Pemerintah bisa membangun Educational Greenhouse di daerah lain sebagai
bentuk perluasan sistem edukasi bagi masyarakat di daerah lainnya.

1.5 BATASAN RUANG LINGKUP PERANCANGAN

Luasan ruang lingkup permasalahan dalam Perancangan Educational Greenhouse Dengan


Memanfaatkan Material Ramah Lingkungan ini meliputi :

1. Ruang lingkup lokasi


Perancangan Educational Greenhouse Dengan Memanfaatkan Material Ramah ini
terletak di Kecamata Kenjeran, Kota Surabaya, Jawa Timur dengan luas wilayah 7,72 km2,
berada pada ketinggian 2 mdpl.

2. Ruang lingkup obyek

Obyek Perancangan Educational Greenhouse Dengan Memanfaatkan Material Ramah


ini terletak di Kecamatan Kenjaran. Educational Greenhouse ini difungsikan sebagai tempat
atau pusat edukasi tentang pengetahuan tumbuhan dan hubungannya dengan manusia.

Anda mungkin juga menyukai