Anda di halaman 1dari 4

Patofisiologi MERS dicurigai berasar dari kelelawar dan unta.

Masuknya coronavirus
kedalam sel inang melalui perlekatan protein S dengan reseptor dan dilanjutkan
dengan fusi kepada membran sel inang. Diikuti dengan respons imun seluler dan
adaptif yang memunculkan pro inflamasi dan mengaktivasi jalur inflamasi lainnya.
https://www.alomedika.com/penyakit/penyakit-infeksi/mers/patofisiologi

Gejala MERS
Sebagian besar kasus konfirmasi MERS mengalami sindrom Saluran Pernapasan
Akut yang berat dengan gejala awal yang paling sering ditemukan: demam (98%),
menggigil (87%), batuk (83%), dan sesak (72%).
Beberapa kasus juga mengalami gejala gastrointestinal seperti diare dan
mual/muntah. Kebanyakan kasus MERS disertai komplikasi yang parah, seperti
pneumoni dan gagal ginjal. Sekitar 3-4 dari 10 pasien yang dilaporkan MERS
meninggal. Sebagian besar kasus meninggal karena kondisi medis yang sudah ada
sebelumnya. Beberapa kasus yang terinfeksi memiliki gejala ringan (seperti flu) atau
tanpa gejala, dan mereka sembuh.
Hingga saat ini, orang-orang dengan kondisi medis yang sudah ada sebelumnya
(disebut juga komorbiditas) dan orang-orang dengan sistem kekebalan yang lemah
lebih cenderung terinfeksi MERS, atau memiliki tingkat keparahan yang lebih tinggi.
Kondisi medis yang sudah ada sebelumnya, antara lain diabetes; kanker; penyakit
paru-paru kronis, penyakit jantung, dan penyakit ginjal.

https://infeksiemerging.kemkes.go.id/penyakit-virus/middle-east-respiratory-
syndrome-mers

Pencegahan MERS
Penyebaran infeksi MERS dapat dicegah dengan cara:

 Menggunakan masker jika sakit atau sedang berada di keramaian.


 Menjaga kebersihan / hygiene tangan dengan membiasakan cuci tangan
pakai sabun dengan air mengalir.
 Istirahat cukup, asupan gizi yang baik dan tidak merokok.
 Selalu mengkonsumsi makanan dan minuman yang dimasak dengan baik.
 Tidak menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang belum
dibersihkan.
 Membatasi kontak dengan kasus yang sedang diselidiki dan bila tak
terhindarkan buat jarak dengan kasus, serta tidak kontak dekat dengan orang
sedang sakit saat berada di kawasan Timur Tengah.
 Menerapkan etika batuk ketika sakit
 Menyampaikan komunikasi, informasi, dan edukasi pada masyarakat.
 Meningkatkan kesadaran tentang MERS di kalangan wisatawan dari dan ke
negara-negara yang terkena dampak sebagai praktek kesehatan masyarakat
yang baik.
 Bagi jemaah Haji dan Umroh  disarankan menghindari kontak erat dengan
penderita/hewan penular.
 
Dalam upaya melokalisir penyebaran infeksi secara hirarkis di tata sesuai dengan
efektivitas pencegahan dan pengendalian infeksi (Infection Prevention and Control –
IPC), meliputi :

 Pengendalian  administratif
Identifikasi dini pasien dengan ISPA / ILI (Influenza like Illness) baik ringan
maupun berat yang diduga terinfeksi  MERS.

 Pengendalian dan rekayasa lingkungan.

 Dilakukan diinfrastruktur sarana pelayanan kesehatan dasar dan di


rumah tangga (yang merawat kasus dengan gejala ringan dan tidak
membutuhkan perawatan di RS).
 Tersedianya ventilasi lingkungan yang cukup memadai di semua area
didalam fasilitas pelayanan kesehatan  serta di rumah tangga.
 Kebersihan lingkungan yang memadai, seperti pengelolaan limbah
yang baik.
 Dijaga pemisahan jarak minimal 1 m antara setiap pasien ISPA dan
pasien lain, termasuk dengan petugas kesehatan (bila tidak menggunakan
APD)
 Isolasi terhadap pasien di rumah.
 Pengendalian terhadap hewan pembawa penyakit (menghindari hewan
sakit, menghindari makanan yang mungkin telah terkontaminasi dengan
sekresi hewan)

 Alat Perlindungan Diri (APD): Penggunaan APD sesuai risiko pajanan.

https://infeksiemerging.kemkes.go.id/penyakit-virus/middle-east-respiratory-
syndrome-mers

Penanggulangan MERS

Ketika penyelidikan sedang berlangsung petugas sudah harus memulai upaya-


upaya pengendalian pendahuluan dalam rangka mencegah terjadinya penyebaran
penyakit kewilayah yang lebih luas. Upaya ini dilakukan berdasarkan pada hasil
penyelidikan epidemiologis yang dilakukan saat itu.

Meskipun saat ini belum ada obat – obatan termasuk vaksin yang dapat
menghambat perkembangan virus tetapi upaya melokalisir penyebaran infeksi dapat
dilakukan dengan menerapkan prinsip-prinsip pencegahan dan pengendalian infeksi
mulai dari yang sederhana yaitu mencuci tangan sebelum dan setelah kontak
dengan / merawat kasus, pengelolaan limbah yang baik bahkan sampai isolasi
kasus.

Upaya-upaya tersebut dilakukan terhadap orang, masyarakat


maupun lingkungan, antara lain dengan:
• Menjaga kebersihan / hygiene tangan, saluran pernapasan
• Penggunaan APD sesuai risiko pajanan
• Sedapat mungkin membatasi kontak dengan kasus yang sedang diselidiki dan
bila tak terhindarkan buat jarak dengan kasus.
• Isolasi kasus dirumah
• Asupan gizi yang baik guna meningkatkan daya tahan tubuh
• Pengendalian sarana, lingkungan dan hewan pembawa penyakit
Apabila diperlukan untuk mencegah penyebaran penyakit dapat dilakukan tindakan
isolasi, evakuasi dan karantina.
 Isolasi penderita atau tersangka penderita dengan cara memisahkan seorang
penderita agar tidak menjadi sumber penyebaran penyakit selama penderita
atau tersangka penderita tersebut dapat menyebarkan penyakit kepada orang
lain. Isolasi dilaksanakan di rumah sakit, puskesmas, rumah atau tempat lain
sesuai dengan kebutuhan.
 Evakuasi dengan memindahkan seseorang atau sekelompok orang dari suatu
wilayah agar terhindar dari penularan penyakit. Evakuasi ditetapkan oleh
bupati/walikota atas usulan tim penanggulangan wabah berdasarkan indikasi
medis dan epidemiologi.
 Tindakan karantina dengan melarang keluar atau masuk orang dari dan ke
daerah rawan untuk menghindari terjadinya penyebaran penyakit. Karantina
ditetapkan oleh bupati/walikota atas usulan tim penanggulangan wabah
berdasarkan indikasi medis dan epidemiologi.

https://infeksiemerging.kemkes.go.id/download/Buku_Kesiagaan_MERS.pdf

Anda mungkin juga menyukai