html
Dalam pandangan belajar sosial manusia itu tidak didorong oleh kekuatan-
kekuatan dari dalam dan juga tidak dipengaruhi oleh stimulus-stimulus
lingkungan. Teori belajar sosial menekankan bahwa lingkungan-lingkungan
yang dihadapkan pada seseorang secara kebetulan; lingkungan-lingkungan
itu kerap kali dipilih dan diubah oleh orang itu melalui perilakunya sendiri.
Menurut Bandura, sebagaimana dikutip oleh (Kard, 1997:14) bahwa
“sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan
mengingat tingkah laku orang lain”.
Menurut Bandura, belajar itu lebih baik dari sekedar perubahan prilaku.
Belajar adalah pencapaian pengetahuan dan perilaku yang didasrai oleh
pengetahuan tersebut. Lewat teori observational leaning, Bandura
beranggapan bahwa masalah proses psikologi terlalu di anggap penting atau
sebaliknya hanya ditelaah sebagian saja. Orang dapat melibatkan diri dalam
pikiran simbolik, orang cenderung untuk membimbing dirinya sendiri dalam
belajar, yang penting adalah kemampuan seseorang untuk mengabstraksikan
informasi dan perilaku orang lain.
Proses pembentukan perilaku dari tidak suka belajar menjadi suka belajar
dapat dilakukan melalui banyak cara, diantaranya adalah dengan modeling.
Kalau siapapun yang ada di rumah atau di ingkungan anak sudah terbiasa
belajar sejak kecil maka hal ini akan diobservasi oleh anak secara terus
menerus dalam hidupnya. Kemudian anak ini difasilitasi dengan banyak
media baik yang alami maupun buatan untuk mendorong minat
belajarnya,misalnya berupa buku bacaan, buku tulis dan kelengkapannya,
serta media cetak atau audio visual yang ditata secara menarik di rumah atau
kelompok kelompok belajar yang ada. Orang tua atau guru atau pembimbing
berperan ganda, sebagai model sekaligus sebagai pamong belajar.
Dengan metode observasi dan modeling yang menjadi ciri utama Teori
Bandura siswa dapat belajar sambil menikmati indahnya alam sekitar ciptaan
Yang Maha Pencipta, siswa dapat menghirup segarnya udara di luar kelas
dengan sepuas puasnya. Siswa dapat mengembalikan kebugaran fisiknya
dengan mengamati banyak objek alami dan fenomena fenomena baru
dibawah bimbingan gurunya. Siswa dapat berdiskusi dan adu argumentasi
setelah menemukan banyak data di lapangan yang dituliskan dalam tabel
pengamatan. Siswa dapat menemukan sendiri pengetahuan baru (inquiry)
setelah mengamati dan berdiskusi serta tambahan informasi dari teman dan
gurunya. Mereka tidak akan merasakan lelah atau terlalu lama belajar
langsung di alam atau mengamati langsung objek belajar yang asli atau alami.
Sekaligus guru dapat memberi penilaian yang sebenarnya dari kemampuan
para siswanya setelah melihat, mendengar, mendiskusikan masalah,
mengumpulkan data dan menarik kesimpulan bersama seluruh siswanya.
Kondisi siswa yang seperti ini penting untuk dapat mengatasi kejenuhan fisik
maupun psikis siswa dalam belajar, karena di metode belajar ini guru
mengaitkan langsung antara materi pelajaran dengan alam (yang memiliki
komponen biotik berupa makhluk hidup dan komponen abiotik berupa benda
mati) atau kehidupan sehari hari.
Memang diperlukan persiapan dan ketangguhan profesi dari sang guru atau
orangf tua baik berupa fisik maupun psikis dalam menerapkan konsep belajar
ini. Hal ini disebabkan karena akan munculnya banyak kreatifitas dan
kenyataan kenyataan baru dari konsep ilmu yang diperoleh siswa, yang
berbeda jauh dengan teori yang ada di buku atau media belajar cetak maupun
elektronik yang lain.
Guru akan menjadi sangat capek karena harus melayani banyaknya
pertanyaan dan temuan temuan siswa yang mulai tumbuh pola berpikir
analitik dan sintetiknya. Kemudian siswa akan terus memburu untuk
mendapatkan jawaban dari permasalahan ini,disini kemampuan guru
ditantang untuk dapat mengelola setiap permasalahan yang diajukan. Guru
dapat menghantarkan siswa untuk membuka buku buku sumber yang ada
pada siswa atau di perpustakaan, membuka internet, memberi kesempatan
diskusi pada kelompok, sebelum akhirnya kesimpulan yang benar akan
diperoleh dibawah bimbingan guru.
Dari contoh contoh di atas terbukti sudah bahwa dengan aplikasi teori belajar
Bandura dapat menciptakan masyarakat belajar bagi seluruh siswa atau anak,
menimbulkan banyak pertanyaan, membuat siswa atau anak dapat
mengadakan refleksi, menemukan sendiri konsep konsep ilmu, guru dapat
mengadakan penilaian yang sesungguhnya dari kemampuan yang dimiliki
setiap siswa atau anak, guru maupun siswa lain dapat menjadi model belajar
anak dan membiasakan berpikir konstruktif bagi siswa atau anak. Pada
akhirnya diharapkan adanya perubahan perilaku anak dari tidak suka belajar
menjadi terbiasa belajar.