Anda di halaman 1dari 7

https://ainamulyana.blogspot.com/2012/09/teori-pembelajaran-sosial-dan-teori.

html

TEORI BELAJAR SOSIAL (TEORI


PEMBELAJARAN SOSIAL)
Konsep motivasi belajar berkaitan erat dengan prinsip bahwa perilaku yang
memperoleh penguatan(reinforcement) dimasalalu lebih memiliki
kemungkinan diulang dibandingkan dengan perilaku yang tidak memperoleh
penguatan atau perilak yang terkena hukuman(punishment) Dalam
kenyataannya, dari pada membahas konsep motivasi belajar,penganut teori
perilaku lebih memfokuskan pada seberapa jauh siswa telah belajar untuk
mengerjakan pekerjaan sekolah dalamrangka mendapatkan hasil yang
diinginkan(Bandura1986danWielkeiwicks,1995).
Dalam dasa warsa terakhir, penganut teori konstruktivisme memperluas focus
tradisionalnya pada pembelajaran individual lkedimensi pembelajaran
kolaboratif dan sosial. Konstruktivisme social bisa dipandang sebagai
perpaduan antara aspek-aspek dari karya Piaget dengan karya Bruner dan
karya Vyangotsky .Istilah Konstruktivisme komunal dikenalkan oleh
BrynHolmes ditahun 2001. Dalam model ini,"siswa tidak  hanyamengikut I
pembelajaran seperti halnya air mengalir melalui saringan namun 
membiarkan mereka  membentuk  dirinya. " Dalam perkembangannya
muncullah istilahTeori Belajar Sosial dari para pakar pendidikan.Pijakan  awal 
teori  belajar   sosial  adalah bahwa manusia belajar melalui pengamatannya
terhadap perilaku orang lain. Pakar yang paling banyak melakukan riset teori
belajar social adalah Albert Bandura dan Bernard Weiner. 

Meskipun classical dan operantconditioning dalam hal tertentu masih


merupakan tipe penting dari belajar,namun orang belajar tentang sebagian
besar apa yang ia ketahui melalui observasi(pengamatan).Belajar melalui
pengamatan berbeda dari classical dan operant conditioning karena tidak
membutuhkan pengalaman personal langsung dengan stimuli,penguatan
kembali,maupun hukuman.Belajar melalui pengamatan secara sederhana
melibatkan pengamatan perilaku orang lain,yang disebut model,dan kemudian
meniru perilaku model tersebut. Baik anak-anak  maupun orang dewasa
belajar banyak hal dari pengamatan dan imitasi (peniruan) ini. Anak
muda belajar bahasa, keterampilan social, kebiasaan, ketakutan, dan banyak
perilaku lain dengan mengamati orang tuanya atau anak yang lebih dewasa.
Banyak orang belajar akademik, atletik,dan keterampilan music dengan
mengamati dan kemudian menirukan gurunya. Menurut psikolog Amerika
Serikat kelahiran Kanada Albert Bandura, pelopor dalam studi tentang belajar
melalui pengamatan,tipe belajar ini memainkan peran yang
penting dalam perkembangan kepribadian anak.
Bandura menemukan bukti bahwa belajar sifat-sifat seperti keindustrian,
keramahan, pengendalian diri, keagresivan, dan ketidak sabaran
sebagian dari meniru orang tua,  anggota keluarga lain, dan teman-temannya.

Teori belajar sosial dikenalkan oleh Albert Bandura, yang mana konsep


dari teori ini menekankan pada komponen kognitif dari pikiran, pemahaman
dan evaluasi. Menurut Bandura, orang belajar melalui pengalaman langsung
atau pengamatan (mencontoh model)

Teori belajar sosial atau disebut juga teori observational learning adalah


sebuah teori belajar yang relatif masih baru dibandingkan dengan teori-teori
belajar lainnya. Berbeda dengan penganut Behaviorisme lainnya, Bandura
memandang Perilaku individu tidak semata-mata refleks otomatis atas
stimulus (S-R Bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil
interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri. Prinsip
dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu terutama
dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan
penyajian contoh perilaku (modeling). Teori ini juga masih memandang
pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward dan punishment, seorang
individu akan berpikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu
dilakukan.

Dalam pandangan belajar sosial manusia itu tidak didorong oleh kekuatan-
kekuatan dari dalam dan juga tidak dipengaruhi oleh stimulus-stimulus
lingkungan. Teori belajar sosial menekankan bahwa lingkungan-lingkungan
yang dihadapkan pada seseorang secara kebetulan; lingkungan-lingkungan
itu kerap kali dipilih dan diubah oleh orang itu melalui perilakunya sendiri.
Menurut Bandura, sebagaimana dikutip oleh (Kard, 1997:14) bahwa
“sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan
mengingat tingkah laku orang lain”.

Inti dari pembelajaran sosial adalah pemodelan (modelling), dan pemodelan


ini merupakan salah satu langkah paling penting dalam pembelajaran terpadu.
Ada dua jenis pembelajaran melalui pengamatan, yaitu:
a. Pembelajaran melalui pengamatan dapat terjadi melalui kondisi yang dialami
orang lain. Contohnya: seorang pelajar melihat temannya dipuji dan ditegur
oleh gurunya karena perbuatannya, maka ia kemudian meniru melakukan
perbuatan lain yang tujuannya sama ingin dipuji oleh gurunya. Kejadian ini
merupakan contoh dari penguatan melalui pujian yang dialami orang lain.
b. Pembelajaran melalui pengamatan meniru perilaku model meskipun model itu
tidak mendapatkan penguatan positif atau penguatan negatif saat mengamati
itu sedang memperhatikan model itu, mendemonstrasikan sesuatu yang ingin
dipelajari oleh pengamat tersebut dan mengharapkan mendapat pujian atau
penguatan apabila menguasai secara tuntas apa yang dipelajari itu. Model
tidak harus diperagakan oleh seseorang secara langsung, tetapi kita dapat
juga menggunakan seseorang pemeran atau visualisasi tiruan sebagai model
(Nur, 1998.a: 4).
Pendekatan teori sosial terhadap proses perkembangan sosial dan moral
siswa ditekankan pada perlunya conditioning (pembiasaan merespons) dan
imitation (peniruan).
a. Conditioning. Prosedur belajar dalam mengembangkan perilaku sosial dan
moral pada dasarnya sama dengan prosedur belajar dalam mengembangkan
perilaku-perilaku lainnya, yakni dengan reward (ganjaran/memberi hadiah
atau mengganjar) dan punishment (hukuman/memberi hukuman) untuk
senantiasa berpikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu ia
perbuat.
b. Imitation. Proses imitasi atau peniruan. Dalam hal ini, orang tua dan guru
seyogianya memainkan peran penting sebagai seorang model atau tokoh
yang dijadikan contoh berperilaku sosial dan moral bagi siswa. Sebagai
contoh, seorang siswa mengamati gurunya sendiri menerima seorang tamu,
lalu menjawab salam, menjabat tangan, beramah tamah, dan seterusnya
yang dilakukan guru tersebut diserap oleh memori siswa. Semakin piawai dan
berwibawa seorang model, semakin tinggi pula kualitas imitasi perilaku sosial
dan moral siswa tersebut.

Mengimitasi model merupakan elemen paling penting dalam hal bagaimana si


anak belajar bahasa, berhadapan dengan agresi, mengembangkan perasaan
moral dan belajar perilaku yang sesuai dengan gendernya. Analisis perilaku
terapan (applied behavior analysis) merupakan kombinasi dari pengkondisian
dan modeling, yang dapat membantu menghilangkan perilaku yang tidak di
inginkan dan memotivasi perilaku yang diinginkan secara sosial. Definisi
belajar pada asasnya ialah tahapan perubahan perilaku siswa yang relatif
positif dan menetap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang
melibatkan proses kognitif. Proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan
perubahan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor yang terjadi dalam diri
siswa.

Menurut Bandura, belajar itu lebih baik dari sekedar perubahan prilaku.
Belajar adalah pencapaian pengetahuan dan perilaku yang didasrai oleh
pengetahuan tersebut. Lewat teori observational leaning, Bandura
beranggapan bahwa masalah proses psikologi terlalu di anggap penting atau
sebaliknya hanya ditelaah sebagian saja. Orang dapat melibatkan diri dalam
pikiran simbolik, orang cenderung untuk membimbing dirinya sendiri dalam
belajar, yang penting adalah kemampuan seseorang untuk mengabstraksikan
informasi dan perilaku orang lain.

Prinsip belajar menurut Bandura adalah usaha menjelaskan belajar dalam


situasi alami, hal ini berbeda dengan situasi di laboratorium atau pada
lingkungan social yang banyak memerlukan pengamatan tentang pola
perilaku beserta konsekuensinya. Kritik Bandura terhadap belajar itu sebagai
hubungan antar stimulus dan respon adalah: (a) Kurang menjelaskan tentang
diperolehnya respon yang baru. Dalam situasi alami menurut Bandura, orang
akan berbuat lebih banyak daripada sekedar meniru perilaku yang telah ada.
(b) Hanya mengamati direct learning (belajar langsung) yaitu orang
berperilaku sesuatu dan mengalami akibatnya. Sebaliknya bandura
mengatakan bahwa seorang anak dalam hubungan pribadinya dengan orang
dewasa, melalui interaksi anak dan orang tuanya, dengan persaan irinya dan
sebagainya menyebabkan anak meniru perilaku tertentu.

Ciri utama Teori Bandura adalah metode observasi  dan modeling.Albert


Bandura dan Richard Walters (1959, 1963) melakukan eksperimen pada
anak-anak yang juga berkenaan dengan peniruan. Hasil eksperimen mereka
mendapati, bahwa peniruan dapat berlaku hanya melalui pengamatan
terhadap perilaku model (orang yang ditiru) meskipun pengamatan itu tidak
dilakukan terus menerus. Proses belajar semacam ini disebut “observational
learning” atau pembelajaran melalui pengamatan.

Bandura (1971), kemudian menyarankan agar teori pembelajaran sosial


diperbaiki memandang teori pembelajaran sosial yang sebelumnya hanya
mementingkan perilaku tanpa mempertimbangan aspek mental seseorang.
Menurut Bandura, perlakuan seseorang adalah hasil interaksi faktor dalam diri
(kognitif) dan lingkungan. pandangan ini menjelaskan, beliau telah
mengemukakan teori pembelajaran peniruan, dalam teori ini beliau telah
menjalankan kajian bersama Walter (1963) terhadap perlakuan anak-anak
apabila mereka menonton orang dewasa memukul, mengetuk dengan palu
besi dan menumbuk sambil menjerit-jerit dalam video. Setelah menonton
video anak-anak ini diarah bermain di kamar permainan dan terdapat patung
seperti yang ditayangkan dalam video.

Setelah anak-anak tersebut melihat patung tersebut, mereka meniru aksi-aksi


yang dilakukan oleh orang yang mereka tonton dalam video. Berdasarkan
teori ini terdapat beberapa cara peniruan yaitu meniru secara langsung.
Contohnya guru membuat demostrasi cara membuat kapal terbang kertas dan
pelajar meniru secara langsung. Seterusnya proses peniruan melalui contoh
tingkah laku. Contohnya anak-anak meniru tingkah laku bersorak dilapangan,
jadi tingkah laku bersorak merupakan contoh perilaku di lapangan.

Keadaan sebaliknya jika anak-anak bersorak di dalam kelas sewaktu guru


mengajar,semestinya guru akan memarahi dan memberi tahu tingkahlaku
yang dilakukan tidak dibenarkan dalam keadaan tersebut, jadi tingkah laku
tersebut menjadi contoh perilaku dalam situasi tersebut. Proses peniruan
yang seterusnya ialah elisitasi. Proses ini timbul apabila seseorang melihat
perubahan pada orang lain. Contohnya seorang anak-anak melihat temannya
melukis bunga dan timbul keinginan dalam diri anak-anak tersebut untuk
melukis bunga. Oleh karena itu, peniruan berlaku apabila anak-anak tersebut
melihat temannya melukis bunga.

Karakteristik yang ditonjolkan dalam pembelajaran modelling antara lain


adalah: (1) Unsur pembelajaran utama ialah pemerhatian dan peniruan.
(2) Tingkah laku model boleh dipelajari melalui bahasa, teladan, nilai dan lain-
lain. (3) Pelajar meniru suatu kemampuan dari kecakapan yang
didemonstrasikan guru sebagai model (4) Pelajar memperoleh kemampuan
jika memperoleh kepuasan dan penguatan yang positif. (5) Proses
pembelajaran meliputi perhatian, mengingat, peniruan, dengan tingkah laku
atau timbal balik yang sesuai, diakhiri dengan penguatan yang positif.

Eksperimen Albert Bandura yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo


Doll yang menunjukkan anak-anak meniru seperti perilaku agresif dari orang
dewasa disekitarnya. Albert Bandura seorang tokoh teori belajar sosial ini
menyatakan bahwa proses pembelajaran dapat dilaksanakan dengan lebih
berkesan dengan menggunakan pendekatan permodelan. Beliau menjelaskan
lagi bahwa aspek perhatian pelajar terhadap apa yang disampaikan atau
dilakukan oleh guru dan aspek peniruan oleh pelajar akan dapat memberikan
kesan yang optimum kepada pemahaman pelajar.

Aplikasi Teori Bandura


Contoh aplikasi teori belajar Bandura adalah ketika seorang anak belajar
untuk mengendarai sepeda. Ditahap perhatian, si anak akan tertarik
mengamati para pengendara sepeda dibanding dengan orang yang
melakukan aktifitas lain yang dia anggap kurang menarik. Oleh karena itu, ia
akan mengamati bagaimana seseorang mengayuh sepeda. Selanjutnya pada
tahap penyimpanan dalam ingatan si anak akan tersimpan bahwa bersepeda
itu menyenangkan dan suatu saat jika waktunya tepat ia akan meminta
ayahnya untuk mengajarinya mengendarai sepeda. Semuanya itu kemudian
dilaksanakan pada tahap reproduksi di mana si anak kemudian benar-benar
belajar mengendarai sepeda bersama sang ayah. Ketika anak itu sudah
berhasil, di sinilah tugas sang ayah untuk memberi reward sebagai bentuk
apresiasi atas keberhasilan sang anak sekaligus merupakan tahap motivasi.

Proses pembentukan perilaku dari tidak suka belajar menjadi suka belajar
dapat dilakukan melalui banyak cara, diantaranya adalah dengan modeling.
Kalau siapapun yang ada di rumah atau di ingkungan anak sudah terbiasa
belajar sejak kecil maka hal ini akan diobservasi oleh anak secara terus
menerus dalam hidupnya. Kemudian anak ini difasilitasi dengan banyak
media baik yang alami maupun buatan untuk mendorong minat
belajarnya,misalnya berupa buku bacaan, buku tulis dan kelengkapannya,
serta media cetak atau audio visual yang ditata secara menarik di rumah atau
kelompok kelompok belajar yang ada. Orang tua atau guru atau pembimbing
berperan ganda, sebagai model sekaligus sebagai pamong belajar.

Tanpa ada ancaman, hukuman, ketegangan, ketakutan akan membuat anak


nyaman, tenang, untuk belajar dengan pamongnya. Dominansi kasih sayang,
kelembutan, contoh yang nyata, kejujuran, kesantunan, pujian, penghargaan,
senyuman akan sangat mendorong munculnya perilaku yang diharapkan.
Kesinambungan proses seperti ini akan mengkristal dalam jiwa dan pikir anak
sehingga menjadi perilaku yang permanen dalam hidupnya. Tidak akan
mudah lekang oleh waktu dan tuntutan zaman yang semakin tidak karuan.

Penerapan dalam pelajaran ekonomi dan akuntansi guru dapat membawa


para siswanya ke swalayan, pasar, toko, koperasi, bursa efek, bank, BMT,
salon, dan lain lain yang jelas ke pusat pusat perdagangan atau ekonomi. Di
tempat ini siswa dapat belajar menghitung laba, menarik minat konsumen
untuk membeli barang atau jasa, mengemas barang sehingga menjadi
terjangkau untuk dibeli masyarakat kelas menengah ke bawah, memberi
bonus bagi pelanggan yang tepat waktu membayar cicilan.

Penerapan dalam pelajaran sejarah guru dapat membawa siswanya misalnya


ke Gua Selarong untuk mengamati lokasi Pangeran Diponegoro bersembunyi
dari kejaran Belanda yang menjajah Indonesia. Selain itu, mengamati tandu
yang digunakan untuk mengusung Jendral Besar Sudirman saat bergerilya
dalam kondisi sakit paru paru. Sambil mengamati objek objek belajar tersebut
guru dapat memberikan informasi yang pas untuk menumbuhkan rasa
patriotisme atau memberi informasi penting tentang sejarah Indonesia yang
harus dikuasai oleh siswa.

Dengan metode observasi dan modeling yang menjadi ciri utama Teori
Bandura siswa dapat belajar sambil menikmati indahnya alam sekitar ciptaan
Yang Maha Pencipta, siswa dapat menghirup segarnya udara di luar kelas
dengan sepuas puasnya. Siswa dapat mengembalikan kebugaran fisiknya
dengan mengamati banyak objek alami dan fenomena fenomena baru
dibawah bimbingan gurunya. Siswa dapat berdiskusi dan adu argumentasi
setelah menemukan banyak data di lapangan yang dituliskan dalam tabel
pengamatan. Siswa dapat menemukan sendiri pengetahuan baru (inquiry)
setelah mengamati dan berdiskusi serta tambahan informasi dari teman dan
gurunya. Mereka tidak akan merasakan lelah atau terlalu lama belajar
langsung di alam atau mengamati langsung objek belajar yang asli atau alami.
Sekaligus guru dapat memberi penilaian yang sebenarnya dari kemampuan
para siswanya setelah melihat, mendengar, mendiskusikan masalah,
mengumpulkan data dan menarik kesimpulan bersama seluruh siswanya.
Kondisi siswa yang seperti ini penting untuk dapat mengatasi kejenuhan fisik
maupun psikis siswa dalam belajar, karena di metode belajar ini guru
mengaitkan langsung antara materi pelajaran dengan alam (yang memiliki
komponen biotik berupa makhluk hidup dan komponen abiotik berupa benda
mati) atau kehidupan sehari hari.

Memang diperlukan persiapan dan ketangguhan profesi dari sang guru atau
orangf tua baik berupa fisik maupun psikis dalam menerapkan konsep belajar
ini. Hal ini disebabkan karena akan munculnya banyak kreatifitas dan
kenyataan kenyataan baru dari konsep ilmu yang diperoleh siswa, yang
berbeda jauh dengan teori yang ada di buku atau media belajar cetak maupun
elektronik yang lain.
Guru akan menjadi sangat capek karena harus melayani banyaknya
pertanyaan dan temuan temuan siswa yang mulai tumbuh pola berpikir
analitik dan sintetiknya. Kemudian siswa akan terus memburu untuk
mendapatkan jawaban dari permasalahan ini,disini kemampuan guru
ditantang untuk dapat mengelola setiap permasalahan yang diajukan. Guru
dapat menghantarkan siswa untuk membuka buku buku sumber yang ada
pada siswa atau di perpustakaan, membuka internet, memberi kesempatan
diskusi pada kelompok, sebelum akhirnya kesimpulan yang benar akan
diperoleh dibawah bimbingan guru.

Dari contoh contoh di atas terbukti sudah bahwa dengan aplikasi teori belajar
Bandura dapat menciptakan masyarakat belajar bagi seluruh siswa atau anak,
menimbulkan banyak pertanyaan, membuat siswa atau anak dapat
mengadakan refleksi, menemukan sendiri konsep konsep ilmu, guru dapat
mengadakan penilaian yang sesungguhnya dari kemampuan yang dimiliki
setiap siswa atau anak, guru maupun siswa lain dapat menjadi model belajar
anak dan membiasakan berpikir konstruktif bagi siswa atau anak. Pada
akhirnya diharapkan adanya perubahan perilaku anak dari tidak suka belajar
menjadi terbiasa belajar.

Anda mungkin juga menyukai