Anda di halaman 1dari 89

URGENSI PESAN DAKWAH DA’IYAH PERKOTAAN

DALAM PROGRAM DINAS SYARIAT ISLAM


KOTA BANDA ACEH

SKRIPSI

Diajukan Oleh

INTAN MAULIDA
NIM. 160401139
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
BANDA ACEH
1442 H / 2020 M
SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi


UIN Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana S-1 Dalam Ilmu Dakwah
Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam

Oleh

INTAN MAULIDA
NIM. 160401139

Disetujui Oleh:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Fajri Chairawati, S.Pd.I.,M.A Fakhruddin,S.Ag.,M.Pd


NIP. 197903302003122002 NIP.197312161999031003
PERNYATAAN KEASLIAN

Dengan ini saya:


Nama : Intan Maulida
NIM : 160401139
Jenjang : Strata Satu (S-1)
Jurusan/Prodi : Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan
untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dirujuk dalam naskah ini
dan disebutkan dalam daftar pustaka. Jika di kemudian hari ada tuntutan dari
pihak lain atas karya saya, dan ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya
telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap menerima sanksi berdasarkan
aturan yang berlaku di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry.

Banda Aceh,
Yang Menyatakan,

Materai
6000

Intan Maulida
NIM. 160401139
KATA PENGANTAR

‫ب ِْس ِم اهَّلل ِ َّالرمْح َ ِن َّالر ِحمي‬

Puji dan syukur penulis sampaikan atas kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan kasih sayang dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyusun

karya ilmiah ini. Shalawat dan salam penulis sampaikan kepada Nabi besar

Muhammad SAW beserta para keluarga dan sahabatnya sekalian yang telah

membekali umatnya dengan pengetahuan dan pendidikan yang sempurna.

Dengan izin Allah SWT, berkat bantuan dari semua pihak, penulis telah

dapat menyelesaikan skripsi ini, guna memenuhi kewajiban studi untuk mencapai

gelar sarjana pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) Universitas Islam

Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh dengan judul ”URGENSI PESAN

DAKWAH DA’IYAH PERKOTAAN DALAM PROGRAM DINAS SYARIAT

ISLAM KOTA BANDA ACEH”. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan

ungkapan terima kasih kepada:

1. Teristimewa, kepada ayahanda Drs.Ahmad Sofyan dan Ibunda Ainul

Ihsan, S.Ag yang telah berjuang membesarkan anaknya tanpa pamrih,

serta tak kenal lelah mencari nafkah agar anaknya mendapatkan

pendidikan yang layak hingga saya sampai pada titik ini. Dan adik

kandung tercinta Hayatun Nufus yang telah ikut memberi dukungan.

2. Dr. Fakhri S.Sos, MA. selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi,

Drs. Yusri M.Lis selaku Wakil Dekan I, Zainuddin T. M.Si. selaku Wakil

Dekan II, dan Dr. T Lembong Misbah, MA selaku Wakil Dekan III.

i
ii

3. Ketua Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Dakwah dan

Komunikasi Bapak Dr. Hendra Syahputra, ST.,M.M. dan Sekretaris Prodi

Ibu Anita, S.Ag., M.Hum.

4. Pembimbing Ibu Fajri Chairawati, S.Pd.I.,M.A yang telah memberikan

arahan dan bimbingan yang baik kepada penulis, Bapak

Fakhruddin,S.Ag.,M.Pd Sebagai pembimbing II yang selalu memberikan

semangat dan arahan bagi penulis sehingga penulis mudah dalam

menyelesaikan skripsi ini.

5. Fajri Chairawati, S.Pd.I.,M.A selaku penasihat Akademik (PA) yang telah

banyak memberikan dorongan dan semangat bagi penulis selama proses

perkuliahan.

6. Ibu Anita, S.Ag., M.Hum (Penguji Komprehensif Pengetahuan Agama).

Arif Ramdan, S.sos. I., M.A (Penguji Komprehensif Pengetahuan

Keahlian). Dr. Jasafat, M.A (Penguji Komprehensif Materi Umum).

7. Para dosen dan asisten dosen, serta karyawan di lingkungan Fakultas

Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda

Aceh.

8. Kepada sahabat tersayang yang telah memberi dukungan dan motivasi

Dahlilul Khairati, Asmaul Husna, Cut Ulfa, Lia Wanti, Rasmiati, Hanifah

Taslima, Khadijah dan kawan-kawan Angkatan 2016, Amelya Suhendra,

Cut Putri Nadia Sari, Riska Nazilla, Cut Nur Maisura, Saskia Ramadhani,

Zulfikri, Geubrina Fajri, Mu’amar Hidayatullah, Reza Fahlevi Yusuf,

Irwan, Ahmad Zaki Afif


iii

9. Terakhir untuk semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu

yang terlibat membantu dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, segala bentuk masukan berupa kritikan dan saran yang membangun

sangat penulis harapkan dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi

penulis sendiri dan kepada semua pihak.

Banda Aceh, 03 Januari 2021

Penulis,

Intan Maulida
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING


LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... iv
ABSTRAK....................................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN
................................................................................. 1
A. Latar Belakang
Masalah................................................................... 1
B. Rumusan Masalah
............................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian
............................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian
........................................................................... 5
E. Definisi
Operasional......................................................................... 6
BAB II LANDASAN TEORITIS
................................................................... 10
A. Kajian
Terdahulu............................................................................. 10
B. Pengertian Dakwah
........................................................................ 12
C. Unsur-unsur
Dakwah...................................................................... 16
1. Sumber Materi Dakwah........................................................... 30
2. Macam-macam Materi Dakwah.............................................. 31
D. Da’iyah Dalam Perspektif
Islam...................................................... 33
E. Metode
Dakwah............................................................................... 36

iv
v

BAB III METODE PENELITIAN


................................................................ 39
A. Pendekatan dalam
Penelitian........................................................... 39
B. Subjek dan Objek
Penelitian........................................................... 39
C. Teknik Pengumpulan
Data.............................................................. 41
D. Teknik Pengolahan Data dan Analisis
Data.................................... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
.............................. 46
A. Gambaran Umum Lokasi
Penelitian................................................ 46
B. Hasil Penelitian dan
Pembahasan................................................... 55

BAB V Kesimpulan
.......................................................................................... 67
A. Kesimpulan
..................................................................................... 67
B.
Saran................................................................................................ 68

DAFTAR KEPUSTAKAAN
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
vi

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Urgensi Pesan Dakwah Da’iyah Perkotaan Dalam


Program Dinas Syariat Islam Kota Banda Aceh”. Penelitian ini mengkaji
tentang pesan dakwah prioritas yang disampaikan oleh da’iyah
perkotaan dalam program Dinas Syariat Islam Kota Banda Aceh, dan
juga kendala-kendala da’iyah dalam menyampaikan pesan dakwah
prioritas tersebut. Untuk memperoleh hasil dalam penelitian ini penulis
menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif,
kemudian juga penulis melakukan wawancara langsung dengan berbagai
narasumber yang diperlukan dalam penelitian ini. Adapun permasalahan
dalam penelitian ini adalah Apa saja pesan dakwah prioritas da’iyah Kota
Banda Aceh dan Apa saja kendala da’iyah dalam menyampaikan pesan
dakwah terhadap mad’u. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mendiskripsikan pesan dakwah prioritas da’iyah Kota Banda Aceh
vii

dan untuk mengetahui kendala da’iyah dalam menyampaikan pesan


dakwah terhadap mad’u. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa
Pesan dakwah prioritas yang disampaikan oleh Da’iyah Dinas Syariat
Islam Kota Banda Aceh kepada mad’u yang merupakan jama’ah
perempuan yaitu tentang keluarga, mendidik anak, tentang perempuan
dalam keluarga, bagaimana membina rumah tangga, bagaimana menjadi
istri shaleha dan juga tentang fiqah yang berkaitan dengan perempuan.
Kendala da’iyah dalam menyampaikan pesan dakwah terhadap mad’u di
Kota Banda Aceh tidak ada, hanya faktor cuaca dan juga transportasi
yang terkadang sedikit menghambat mobilitas da’iyah dan juga mad’u di
wilayah Kota banda Aceh. Selama ini dinas syariat Islam Kota Banda
Aceh selalu memberikan dukungan penuh kepada Da’iyah dalam setiap
pelaksanaan kegiatan dakwah yang selalu dilakukan pada waktu-waktu
tertentu, dukungan dalam bentuk dana tempat maupun informasi kepada
para ma’u.

Kata Kunci: Materi Prioritas Da’iyah, Kendala Da’iyah Perkotaan


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dakwah pada dasarnya adalah menyampaikan ajaran islam kepada

masyarakat luas. Hakikat dakwah sendiri adalah untuk menumbuhkan

kecenderungan dan ketertarikan menyeru seseorang kepada ajaran agama Islam

pada apa yang diserukan.1 Seorang Muslim terdorong untuk berdakwah dan

antusias dalam melakoninya, antara lain karena adanya perintah untuk berdakwah

dan besarnya pahala yang dipersiapkan Allah bagi para da’i. Urgensi dakwah

sangat diperlukan tatkala manusia modern semakin lupa akan tujuan hidup yang

sebenarnya. Mereka hanya menjadikan dunia sebagai orientasi dan tujuan, suatu

yang sangat terbatas dan jauh dari yang dipesankan agama, kehidupan di

kemudian hari yang kekal abadi. Transformasi yang terjadi di dalam konsep dan

praktik dakwah menunjukkan betapa pengkajian ulang terhadap konsep-konsep

dasar islam tidak hanya melibatkan elit negara dan intelektual, tetapi juga massa.

Secara etimologi Dakwah berasal dari bahasa Arab yang Da’a—Yad’u

menjadi bentuk masdar Da’wah yang berarti seruan, ajakan, atau panggilan.

Seruan yang digunakan dalam Dakwah bertujuan untuk mengajak seseorang baik

dalam melakukan suatu kegiatan atau dalam merubah pola serta kebiasaan hidup.

Dari kata seruan, Dakwah memiliki banyak arti yang bisa digunakan secara luas

tidak hanya dalam Agama, di mana kata Dakwah sering digunakan namun seruan

yang diberikan bisa dimaknai dalam hal positif maupun negatif.

1
Ahmad Mahmud, Dakwah Islam (Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2002), hal. 13

1
2

Dakwah dibagi menjadi tiga, yaitu: dakwah bil hal, dakwah bil qalam, dan

dakwah bil lisan. Dakwah bil hal yaitu dakwah dengan perbuatan nyata,

sedangkan dakwah bil qalam yaitu dakwah melalui tulisan. Dakwah bil lisan

adalah salah satu jenis dakwah yang cukup efektif dilakukan saat ini, dimana

seorang juru dakwah dan mad’u bisa bertatap muka secara langsung. Mad’u bisa

langsung menanyakan kembali apa yang belum dipahami atau dimengerti pada

saat majelis/kajian sedang berlangsung, disitulah terjadi feedback antara da’iyah

dan mad’u. Dalam menempuh keberhasilan dakwah bil lisan juga mengandalkan

kemampuan juru dakwah dalam mengolah dan memilih kata yang tepat saat

ceramah, maka penting bagi juru dakwah untuk membahas hal-hal yang berkaitan

dengan apa yang menjadi kebutuhan dari mad’u.2

Dakwah dalam ajaran islam harus selalu ada dan dilakukan terus menerus,

guna mengajak umat manusia kejalan yang lebih baik dan menjauhi dari

perbuatan keji dan mungkar. Untuk terlaksananya dakwah dalam setiap majelis

maka harus terpenuhi beberapa unsur, antara lain harus adanya da’i/da’iyah (orang

yang menyampaikan dakwah), mad’u (objek dakwah), isi pesan dakwah yang

disampaikan, dan media yang digunakan da’i/da’iyah dalam menyampaikan pesan

dakwah.

Aceh merupakan daerah mayoritas islam dan menjunjung tinggi nilai

agama, dimana masyarakat Aceh segala sesuatu sudah diatur sesuai syariah Islam.

Sebagai pusat pemerintahan, Kota Banda Aceh menjadi pusat kegiatan ekonomi,

politik, sosial dan budaya. Kegiatan berdakwah di Kota Banda Aceh masih
2
Samsul Munir Amin, Rekontruksi Pemikiran Dakwah Islam (Jakarta Amzah,2008),
hal.12
3

berlangsung hingga sekarang. Salah satunya Kegiatan Safari dakwah yang

diselenggarakan oleh Dinas Syariat Islam.

Dinas Syariat Islam Kota Banda Aceh memiliki segudang aktifitas

keagamaan termasuk didalamnya program da’iyah perkotaan, program pembinaan

dan pembekalan syariat terhadap warga Kota Banda Aceh, khususnya kaum

perempuan, karena selama ini mad’u perempuan lebih banyak dari pada jumlah

mad’u laki-laki, sementara mad’u perempuan lebih leluasa dalam mendengar atau

bertanya saat dakwah berlangsung jika disampaikan oleh seorang da’iyah.

Dalam penelitian ini penulis hanya ingin melihat materi-materi pokok

da’iyah Kota Banda Aceh dalam menyampaikan dakwah, karena disamping

penulis sebagai perempuan dan sebenarnya ingin melihat bagaimana kegiatan

program kajian da’iyah dan pesan-pesan apa saja yang disampaikan. Apakah

pesan tersebut hanya khusus tentang hal-hal yang berhubungan dengan wanita

saja atau mungkin secara umum. Peneliti melakukan observasi awal pada tanggal

13 september 2019 di Masjid Baitul Qiram Peuniti, penceramah Ustazah Regina

membahas tentang bagaimana sebenarnya cara berpakaian wanita dalam Islam

yang terdapat dalam surat Al-Ahzab 59.

Kajian Da’iyah perkotaan Banda Aceh diadakan setiap hari jum’at 14.00

dengan judul dan tema yang berbeda-beda dan dihadiri oleh mad’u yang

perempuan saja, berpindah dari satu mimbar ke mimbar lain untuk mensyiarkan

pesan-pesan dakwah yang dapat diambil ilmu oleh mad’u. Kenapa perlunya

da’iyah perkotaan, karena perempuan biasanya lebih bersifat tertutup ketika ingin
4

menanyakan hal-hal yang berkenaan dengan wanita jika penceramahnya itu da’i.

Tetapi jika pencermahnya da’iyah dan mad’u yang hadir keseluruhan perempuan

bisa di pastikan mad’u akan berani bertanya seputar yang berkenaan dengan

perempuan, apapun itu baik tentang shalat, thaharah dan lain sebagainya.

Maka dari itu penulis hendak mengkaji lebih dalam tentang materi-materi

prioritas yang disampaikan oleh da’iyah kepada mad’u perempuan. Berdasarkan

Latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

“Urgensi Pesan Dakwah Da’iyah Perkotaan Dalam Program Dinas Syariat Islam

Kota Banda Aceh”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka, peneliti melihat beberapa

aspek diantaranya:

1. Apa saja pesan dakwah prioritas da’iyah Kota Banda Aceh?

2. Apa saja kendala da’iyah dalam menyampaikan pesan dakwah terhadap

mad’u ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mendiskripsikan pesan dakwah prioritas da’iyah Kota Banda

Aceh.

2. Untuk mengetahui kendala da’iyah dalam menyampaikan pesan

dakwah terhadap mad’u.

D. Manfaat Penelitian
5

1. Manfaat Secara Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam ilmu

pengetahuan dakwah, khususnya mengenai Urgensi Pesan Dakwah Da’iyah

Perkotaan. Mengingat peneliti merupakan salah satu mahasiswa Fakultas

Dakwah dan Komunikasi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Hasil

penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi dan

dokumentasi ilmiah tambahan untuk pengkajian dan penelitian dalam

pengembangan ilmu dakwah.

2. Manfaat Secara Praktis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu

gambaran kepada masyarakat betapa pentingnya Pesan Dakwah Da’iyah

Perkotaan.

3. Manfaat Secara akademis

Adapun manfaat secara akademis diharapkan dapat menambah referensi

bagi mahasiswa fakultas dakwah, untuk lebih mempertajam kajian ilmu

tentang Pesan Dakwah Da’iyah Perkotaan.

E. Definisi Operasional

1. Urgensi pesan Dakwah

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Urgensi adalah keharusan yang

mendesak, Urgensi berasal dari Bahasa Inggris yakni “urgent”. Urgent sendiri

berarti kepentingan yang mendesak atau sesuatu yang bersifat mendesak dan

harus segera ditunaikan.3 Urgensi dakwah sangat diperlukan tatkala manusia

3
Kamus KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia Online) di akses tanggal 7 September
2020
6

modern semakin lupa akan tujuan hidup yang sebenarnya. Mereka hanya

menjadikan dunia sebagai orientasi dan tujuan, suatu yang sangat terbatas.

Jauh dari yang dipesankan agama, kehidupan di kemudian hari yang kekal

abadi. Transformasi yang terjadi di dalam konsep dan praktik dakwah

menunjukkan betapa pengkajian ulang terhadap konsep-konsep dasar islam

tidak hanya melibatkan elit negara dan intelektual, tetapi juga massa.

Pesan (message) terdiri atas dua aspek, yaitu isi pesan (the content of

message) dan lambang/symbol untuk mengekspresikannya. Lambang utama

pada komunikasi umumnya adalah bahasa karena bahasa dapat

mengungkapkan pikiran dan perasaan, fakta dan opini, hal yang konkret dan

abstrak, pengalaman yang sudah lalu dan yang akan datang, dan sebagainya4,

Dakwah berasal dari bahasa Arab da’a-yad’u-da’watan yang berarti panggilan,

seruan dan ajakan. Sementara pengertian dakwah yaitu mengajak orang

lain meyakini dan mengamalkan aqidah dan syari’at Islam yang terlebih

dahulu telah dijalani dan diamalkan pendakwah itu sendiri.5 Sedangkan

pengertian pesan dakwah adalah pesan dakwah adalah suatu yang disampaikan

oleh Da'i kepada Mad'u dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan

sebagainya yang dilakukan secara sadar dan berencana tanpa adanya suatu

paksaan yang bersumberkan pada Al-Qur’an dan Sunnah.

4
Deddy mulyana. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantaar. (Bandung: Rosdakarya,2014), hal
29
5
Samsul Munir Amin, Rekontruksi Pemikiran Dakwah Islam (Jakarta : Amzah,2008),
hal. 12
7

Kemudian yang dimaksud urgensi pesan dakwah dalam penelitian

ini adalah materi-materi yang mendesak untuk disampaikan oleh da’iyah

perkotaan kepada mad’u.

2. Da’iyah

Da’iyah adalah perempuan yang menyampaikan Islam kepada

manusia secara lisan maupun tulisan taupun secara lukisan, dalam arti

terbatas, yaitu orang perempuan yang menyampaikan Islam kepada

manusia secara lisan maupun tulisan taupun secara lukisan.6 Da’iyah

memiliki arti yang hampir sama dengan da’i. Menurut Endang Saifuddin

Anshari, seperti yang dikutip oleh Nuriya Takziyah Putri ia memaparkan

beberapa pengertian da’iyah oleh tokoh-tokoh pemikir dakwah Indonesia,

menyimpulkan pengertian da’iyah ada dua macam,yaitu:

a. Pengertian da’iyah dalam arti terbatas, yaitu orang perempuan

yang menyampaikan Islam kepada manusia secara lisan maupun

tulisan taupun secara lukisan.

b. Pengertian da’iyah dalam arti luas, yaitu orang yang

menjabarkan,menterjemahkan dan melaksanakan Islam dalam

kehidupan dan penghidupan manusia.7

Kemudian yang dimaksud da’iyah dalam penelitian ini adalah para

da’iyah yang direkrut dinas syariat Islam Kota Banda Aceh untuk

6
Nurya Tazkiyah Putri, Peran Da’iyah Dalam Penyampaian Pesan Dakwah,2018, hal.
14-15
7
Endang Saifuddin Anshari. Peran Da’iyah Dalam Dunia dakwah,2016, hal.22-25
8

menyampaikan pesan-pesan dakwah khusus kepada mad’u perempuan di

kota banda Aceh.

Dinas Syariat Islam mempunyai tugas melaksanakan Pemerintah

Kabupaten/Kota di bidang kekhususan dan keistimewaan pelaksanaan

syariat islam sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dinas Syariat

Islam, mempunyai fungsi Perumusan, perencanaan kebijakan dan

melaksanakan pembinaan teknis di bidang syariat islam. Salah satu fungsi

dinas syariat Islam adalah menyelenggarakan kegiatan kegagamaan, salah

satunya adalah dakwah, baik dalam majelis kecil maupun besar, karena

banyaknya mad’u perempuan yang mengharapkan setiap majelis dakwah

disampaikan oleh seorang da’iyah, maka peran dinas syariat islam dalam

pemberdayaan da’iyah perkotaan sangat besar.


BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Peniliti Terdahulu

Kajian terdahulu diperlukan untuk melihat hasil analisis dan pemaparan

yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya dan juga untuk menghindari

kesamaan judul penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Berdasarkan

penelusuran penulis, Penelitian tentang Urgensi Pesan Dakwah Da’iyah

Perkotaan.

Pertama : Skripsi alumni Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta bernama Revina Septhiani yang berjudul

“Strategi Dakwah Badan Permusyawaratan Wanita Dalam Pembinaan Kahlak

Muslimah di Mesjid Istiqlal”. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, fokus

meneliti pesan dakwah yang disampaikan oleh da’iyah. Peneliti menyebutkan

bahwa sebagian besar dakwah yang disampaikan oleh da’iyah adalah untuk

membina akhlak muslimah di mesjid istiqlal Jakarta. Persamaan skripsi ini dengan

skripsi yang sedang penulis tulis adalah pesan dakwah da’iyah perkotaan, Namun

perbedaan yang signifikan yang membedakan penelitian ini dengan penelitian

yang sedang penulis lakukan adalah pesan dakwah yang da’iyah sampaikan serta

keterlibatan stakeholder.8

Kedua : Skripsi alumni Institut Agama Islam Negeri (Iain) Palangkaraya

Fakultas Ushuluddin, Adab Dan Dakwah Jurusan Dakwah dan Komunikasi Islam

8
Revina Septhiani. “Strategi Dakwah Badan Permusyawaratan Wanita Dalam
Pembinaan Kahlak Muslimah di Mesjid Istiqlal” Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.2010
10

Prodi Komunikasi Dan Penyiaran Islam bernama Nida Muthia Safitri yang

berjudul “Kaderisasi Da’iyah Kota Palangka Raya (Studi Tentang Kaderisasi

Da’iyah Oleh Organisasi Keagamaan Muslimat NU dan Aisyiyah Muhammadiyah

Provinsi Kalimantan Tengah)”. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif,

fokus meneliti adalah Kaderisasi da’iyah kota palangkaraya oleh organisasi

keagamaan. Peneliti menyebutkan bahwa sebagian besar proses kaderisasi da’iyah

kota palangkaraya sudah berjalan sebagaimana mestinya.

Persamaan skripsi ini dengan skripsi yang sedang penulis tulis adalah

sama-sama meneliti tentang da’iyah perkotaan, Namun perbedaan yang signifikan

yang membedakan penelitian ini dengan penelitian yang sedang penulis lakukan

adalah organisasi da’iyah kota palangkaraya dan da’iyah kota Banda Aceh yang

bernaung dibwah dinas syariat Islam.9

Ketiga : Skripsi alumni Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta bernama Irwan Setiawan yang berjudul

“Mnajemen Program Pembinaan Da’i Muda Pilihan Pada Program Karantina di

ANTV”. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, fokus meneliti Program

pembinaan da’i duda. Peneliti menyebutkan bahwa program pembinaan da’i muda

di jakarta sudah berjalan dengan baik dan sangat menghibur anak-anak muda.

Persamaan skripsi ini dengan skripsi yang sedang penulis tulis adalah dakwah da’i

muda di perkotaan, Namun perbedaan yang signifikan yang membedakan

9
Nida Muthia Safitri. KADERISASI DA’IYAH KOTA PALANGKA RAYA (Studi Tentang
Kaderisasi Da’iyah Oleh Organisasi Keagamaan Muslimat NU dan Aisyiyah Muhammadiyah
Provinsi Kalimantan Tengah). Institut Agama Islam Negeri (Iain) Palangkaraya.2019
11

penelitian ini dengan penelitian yang sedang penulis lakukan adalah program

pembinaan dan urgensi dakwah10.

B. Pengertian Dakwah

Pada Ditinjau dari segi bahasa dakwah berarti panggilan, seruan, atau

ajakan. Bentuk perkataan tersebut dalam bahasa Arab disebut mashdar. Dakwah

merupakan kegiatan yang sangat mulia, mengajak umat manusia ke jalan yang

benar sesuai dengan ajaran Islam. Dalam segi bahasa dakwah dapat diartikan

sebagai memanggil, menyeru ataupun mengajak. Sedangkan pengertian menurut

istilah terdapat beberapa pendapat menurut para ahli, yaitu :

a. Prof.Toha Yahya Oemar menyatakan bahwa dakwah Islam sebagai upaya

mengajak umat dengan cara kebijaksanaan kepada jalan yang benar sesuai

dengan perintah tuhan untuk kemaslahatan di dunia dan akhirat.

b. Hamzah Ya’qub, menyatakan bahwa dakwah adalag mengajak umat

manusia dengan hikmah (kebijaksanaan) untuk mengikuti petunjuk Allah

dan Rasul-Nya.11

Secara terminologi, para ulama berbeda pendapat dalam menentukan dan

mendefinisikan dakwah, hal ini disebabkan oleh perbedaan mereka dalam

memaknai dan memandang kalimat dakwah itu sendiri.12

10
Iwan setiawan. “program pembinaan da’i muda pilihan pada karantina di ANTV” Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.2010
11
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Rajawali Pers. 2012 ), hal. 1
12
Arifin, Psikologi Dakwa, (Jakarta: Bumi Aksara. 2004), hal. 5
12

Dakwah mengandung pengertian sebagai suatu kegiatan ajakan baik

dalambentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang dilakukan secara

sadar danberencana dalam usaha mempengaruhi orang lain baik secara individual

maupunsecara kelompok agar timbul dalam dirinyasuatu pengertian, kesadaran,

sikap penghayatan serta pengalaman terhadap ajaran agama sebagai message yang

disampaikan kepadanya dengan tanpa adanya unsur-unsur paksaan.13

Manusia semakin berkembang dari waktu ke waktu bukan hanya

pemikiran namun tingkah laku manusia ikut berubah seiring berkembangnnya

pemikiran dan lingkungan juga sangat mempengaruhi, oleh karena itu

dibutuhkannya orang-orang yang mengajak kembali manusia yang telah jauh dari

ajaran agama dan manusia yang telah lalai dengan perkembangan teknologi. Umat

Islam telah memeiliki kewajiban untuk mengajak saudaranya ke jalan yang benar

sebagaimana firman Allah dalam

surat Ali-Imran ayat 104:

“Dan hendaklah diantara kamu ada segolongan orang yang

menyerukebajikan, menyuruh (berbuat) yang ma’ruf dan mencegah dari yang

mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung”

13
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah,(Jakarta: Amzah, 2009), hal. 141
13

Umat muslim diwajibkan untuk mengajak saudaranya kepada jalan yang

baik, mengajak ke jalan yang benar sesuai dengan ajaran Islam di sebut dengan

dakwah.

Berdakwah bukan melalui mimbar saja namun juga dapat dilakukan

dengan cara-cara yang sederhana, di era modern berdakwah juga dapat dilakukan

melalui media baik itu media elektronik, cetak ataupun online. Tidak ada

hambatan bagi umat muslim untuk berdakwah.

Menurut Thomas W. Arnold yang dikutip dari Ilyas Ismail dan

Prio,Hotman, agama dakwah ialah agama yang memiliki kepentingan suci untuk

menyebarkan agama yang memiliki kepentingan suci untuk menyebarkan

kebenarandan menyadarkan orang kafir sebagaimana dicontohkan sendiri oleh

penggagasagama itu dan diteruskan oleh penggantinya. Agama Islam, Kristen dan

Buddha termasuk agama dakwah, sedangkan Agama yahudi, Majusi dan Hindu

termasuk agama non dakwah. Doktrin dakwah dalam Islam, diungkapkan Al-

Quran sendiri dan dibuktikan melalui jejak rekam sejarah rasulullah SAW,

sahabat, dan para ulama.Setiap muslim dianjurkan untuk berdakwah baik itu

dakwah melalui mimbar ataupun dengan cara yang sederhana. Oleh karena itu

tidak ada alasan bagi setiap muslim untuk tidak berdakwah. Dalam Surat Ali

Imran ayat 110 Allah berfirman yang artinya:


14

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,menyuruh

kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, danberiman kepada

Allah, sekiranya ahli kitab beriman tentulah itu lebih baik bagi mereka, diantara

mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik”

Dapat dikemukakan bahwa secara umum pelaksanaan dakwah merupakan

tanggung jawab umat Islam, baik pria maupun wanita. Meskipun demikian, bila

dirujuk kepada teori pembagian kerja maka peran dan tanggung jawab pria

terhadap pelaksanaan dakwah dan kegiatan lainnya lebih dominan dibandingkan

dengan peran wanita. Hal ini dikarenakan kemampuan dan kesanggupan yang

dimilki pria lebih tinggi dibandingkan wanita. Oleh karena itu tidak berlebihan

jika dikatakan wanita menempati posisi kedua dalam urutan kewajiban

melaksanakan dakwah Islamiyah.14

C. Unsur-Unsur Dakwah

Setelah adanya kewajiban berdakwah bagi umat muslim, maka para

da’iataupun da’iyah harus memiliki bekal ilmu yang dikuasai untuk menghadapi

paramad’u. Ilmu tersebut dapat dituangkan ke dalam pesan dakwah yang akan

disampaikan. Dalam suatu proses komunikasi pesan merupakan unsur terpenting

karena apabila suatu pesan sampai kepada komunikannya maka proses

komunikasi tersebut dikategorikan efektif. Sedangkan dalam proses berdakwah

Nurya Tazkiyah Putri, Skripsi : “Peran Da’iyah Dalam Penyampaian Pesan Dakwah” (Banda
14

Aceh : Uin Ar-Raniry ,2018) , hal.19


15

pesan yang dimaksud ialah pesan komunikasi yang terkanuing unsur-unsur

dakwah di dalamnya.

Pesan adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Yang

dimaksud dengan pesan-pesan dakwah itu sendiri sebagaimana yang digariskan di

dalam Al-quran adalah bentuk pernyataan ataupun pesan (risalah) Al-quran dan

sunnah.15

Dakwah dibagi menjadi tiga, dakwah bil lisan, dakwah bil hal, dan dakwah

bil qalam. Dakwah bil lisan yaitu dakwah yang disampaikan melalui lisan, seperti

ceramah, khutbah dan semisalnya. Dakwah bil hal yaitu dakwah dengan perbuatan

nyata, yaitu aktivitas dakwah dilakukan melalui keteladanan dan tindakan amal

nyata serta yang hasilnya bisa dirasakan langsung oleh masyarakat sebagainya.

Dakwah bil qalam yaitu dakwah yitu dakwah melalui tulisan yang dilakukan

dengan keahlian menulis, kemudian disebarkan melalui media cetak, seperti surat

kabar, majalah dan semisalnya.16 Dalam prosesnya, dakwah melibatkan unsur-

unsur dakwah di antaranya :

a. Da’i/da’iyah (Pelaku Dakwah)

Da’i/da’iyah orang yang melaksanakan dakwahbsik lisan maupun tulisan

ataupun perbuatan baik secara individu, kelompok, atau berbentuk lembaga.

Da’i/da’iyah seseorang atau kelompok yang aktif melaksanakan dakwah kepada

masyarakat. Da’I ini ada yang melaksanakan dakwahnya secara individu ada juga

yang berdakwah secara kolektif melalaui organisasi. Semua pribadi muslim


15
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah (Jakarta: Amzah, 2009), hal. 148
Uning Arsalna, skripsi : “Analisis Pesan-pesan Dakwa Pada Rubrik Tafakur Tabloid Tabungan
16

Aceh” ( BandaAceh : UIN Ar-Raniry, 2014), hal.2


16

berperan secara otomatis sebagai juru dakwah artinya orang yang harus

menyampaikan atau dikenal sebagai komunikator dakwah.

Da’iyah berasal dari bahasa arab yang berarti juru dakwah yang diberikan

kepada seorang perempuan. Sedangkan kata perempuan berasal dari bahasa

Sansekerta dengan akar kata empu yang berarti dihargai, sehingga menjadi

perempuan yang berarti dan yang di hargai. Menurut istilah perempuan

merupakan makhluk yang berjenis kelamin lawan jenis dari laki-laki.17

Adapun yang dimaksud dalam penelitian ini adalah muslimah yang

mempunyai kemampuan dalam berdakwah. Seorang da’i dan da’iyah di tuntut

untuk memiliki kemampuan khusus yang berkualitas dengan tugas dakwahnya,

dengan kemampuan yang dimiliki itu lebih memudahkan dalam mencapai hasil

dan tujuan dalam berdakwah.

Pada hakikatnya pengertian da’i dan da’iyah adalah sama, baik da’i dan

da’iyah memiliki kewajiban yang sama dalam menyebarluaskan dakwah Islam

dengan mengajak kepada orang lain baik secara langsung dengan kata-kata atau

perbuatan atau tingkah laku ke arah kondisi yang baik atau lebih baik menurut al-

Qur’an dan as-Sunnah sesuai dengan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki.

Seorang da’i dan da’iyah yang bijaksana adalah seorang yang mampu

mempelajari realitas, situasi masyarakat, dan kepercayaan mereka serta

menempatkan mereka pada tempatnya masing-masing. kemudian mengajak

mereka berdasarkan kemampuan akal, pemahaman, tabiat,tingkat keilmuan dan

status sosial mereka.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Bahasa Indonesia (Jakarta : PT.
17

Balai Pustaka, 1985), hal. 670


17

Seorang da’i dan da’iyah yang bijak adalah yang mengetahui metode yang

akan dipakainya.18Sebagai seorang da’i dan da’iyah harus memulai

dakwahnya dengan langkah yang pasti. Diantaranya dengan dimulainya dari

dirinya sehingga menjadi panutan yang baik bagi orang lain. Kemudian

membangun rumah tangganya dan memperbaiki keluarganya agar menjadi

sebuah bangunan muslim yang berasaskan keimanan. Selanjutnya, melangkah

kepada masyarakat dan menyebarkan dakwah kebaikan di kalangan mereka.

Memerangi berbagai bentuk akhlak yang buruk dan berbagai kemungkaran

dengan cara bijak. Lalu berupaya untuk menggali keutamaan dan kemuliaan

akhlak.

Kemudian mengajak kalangan orang yang tidak beragama Islam untuk

diarahkan ke jalan yang benar dan sesuai dengan syariat Islam. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa pengertian kaderisasi da’iyah merupakan proses penurunan

dan pemberian nilai-nilai baik untuk umum ataupun khusus oleh institusi yang

bersangkutan, kepada da’iyah yang berisi materi pengetahuan dan wawasan

tentang dakwah sebagai bagian dari mempersiapkan kader da’i maupun da’iyah

dimasa mendatang.

Maka dari itu, proses kaderisasi dakwah memerlukan waktu cukup

panjang serta bertahap agar tercipta kader dakwah yang loyalitas, potensial

dan berkualitas sesuai untuk meneruskan visi dan misi organisasi yang

bersangkutan.

18
Sa’d ibn Ali ibn Wahf Al – Qahthani, Menjadi Da‟i Yang Sukses, (Jakarta: Qisthi Press,
2005),hal.29
18

Syarat-syarat menjadi da’i dan da’iyah memang beragam dan banyak

pula berpendapat mengenai syarat-syaratnya, diantaranya menurut sebagian

ulama’ antara lain,19

a. Memiliki ilmu pengetahuan agama dan umum yang luas.

b. Memiliki akhlak yang luhur dapat menjadikan suri tauladan dalam

masyarakat.

c. Mempunyai pemahaman dan kesadaran tentang keadaan

masyarakat yang dihadapi.

d. Memiliki ilmu pengetahuan dakwah yang mantap.

Seorang da’i dan da’iyah yang memiliki persyaratan tertentu didalam

dirinya maka akan memunculkan sifat-sifat tertentu dalam kehidupannya sehingga

kegiatan dakwah akan berhasil dan diterima oleh obyek dakwah. Adapun sifat-

sifat yang harus dimiliki da’i dan da’iyah antara lain :

1. Seorang da’i dan da’iyah harus memiliki sifat substantif, yaitu sifat da’i dan

da’iyah dalam kondisi yang ideal tidak ada yang membedakan, antara lain :

1. Pemahaman Islam secara cukup, tepat dan benar.

2. Mencintai audiens dengan tulus.

3. Memiliki akhlaqul karimah.

4. Mengetahui perkembangan pengetahuan umum yang relatif luas.

5. Mengenal kondisi lingkungan yang baik.

6. Mempunyai rasa ikhlas.

2. Seorang da’i dan da’iyah harus memiliki sifat metodologis yang berbeda, yang

mana seorang da’iyah harus dapat menjaga kehormatan dirinya, yang dimaksud
19
Siti Muriah, Metodologi Dakwah Kontemporer, Yogyakarta : Mitra Pustaka, 2002. Hal. 80.
19

harus memiliki sifat metodologis yaitu yang berkaitan dengan kondisi

perancanaan dan metedologis dakwah antara lain

a) Mampu mengidentifikasi masalah dakwah yang dihadapi. yakni

mampu mendiagnosis dan menemukan kondisi keanekaragaman

obyek dakwah.

b) Mampu mencari dan mendapatkan informasi mengenai ciri-ciri obyektif

dan subyektif dakwah serta lingkungannya.20

c) Mampu menyusun langkah perencanaan selanjutnya sehingga

tersusun perencanaan kegiatan dakwah yang baik.

d) Mampu merealisasikan perencanaan tersebut dalam pelaksanaan

kegiatan dakwah.

3. Klasifikasi kepribadian da’iyah yang bersifat rohaniyah dan bersifat

jasmaniyah, klasifikasi kepribadian da’iyah yang bersifat rohaniyah, seorang

da’iyah harus memiliki sifat yaitu,

1. Beriman dan Bertaqwa Kepada Allah SWT

Kepribadian da’idan da’iyah yang terpenting adalah iman dan taqwa

kepada Allah SWT. Sifat ini merupakan dasar utama pada akhlak da’i dan

da’iyah seorang juru dakwah tidak mungkin dapat menyeri kepada objek

dakwah tanpa beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.

2. Ahli Taubat

Sifat taubat dalam diri juru dakwah adalah seseorang juru dakwah harus

mampu untuk lebih menjaga atau takut untuk berbuat maksiat atau dosa

dibandingkan orang-orang yang menjadi objek dakwah. Jika seseorang juru


20
Abd. Munir Mulkan, Ideologi Gerakan Dakwah, (Yogyakarta : Sipress, 1996), Hal. 237
20

dakwah merasa telah melakukan dosa atau maksiat maka hendaklah segera

bertaubat dan menyesali atas perbuatan yang telah dilakukan. Dalam diri juru

dakwah juga harus tertanam bahwa nabi Muhammad sebagai seorang nabi

yang telah dijanjikan dan dijaga Allah maka terhindar dari dosa setiap hari

apabila selalu memohon kepada Allah.

3. Ahli Ibadah

Seorang da’iyah adalah mereka yang selalu beribadah kepada Allah dalam

setiap gerakan, perbuatan, atau perkataan dimanapun dan kapanpun, ibadah

yang dilakukan adalah ditujukan kepada Allah SWT.

4. Amanah dan Shidiq

Amanah (terpercaya) dan shidiq (jujur) adalah sifat utrama yang harus

dimiliki juru dakwah, karena itu merupakan sifat nabi dan rasul. Amanah dan

shidiq adalah dua sifat yang selalu bersamaan, maka tidak ada manusia yang

jujur yang tidak percaya.

5. Pandai Bersyukur

Orang-orang bersyukur adalah orang-orang yang merasakan karunia Allah

dalam dirinya, sehingga buatan dan ungkapannya merupakan realisasi

dari rasa kesyukuran tersebut, syukur dengan perbuatan berarti melakukan

kebaikan, syukur dengan lisan berarti selalu mengungkapkan ungkapan-

ungkapan yang baik. Syukur juga mempunyai dua dimensi, yaitu syukur

kepada Allah, dan syukur kepada manusia. Seorang juru dakwah yang baik

adalah yang mampu menghargai nikmat-nikmat Allah dan menghargai

kebaikan manusia.
21

b. Mad’u (Mitra Dakwah)

Mad’u adalah manausia yang menjadi mitra dakwah atau menjadi sasaran

dakwah atau manusia penerima dakwah, baik seacara indvidu, kelompok, baik

yang bearagma Islam maupun tidak, dengan kata lain manusia secara keseluruhan.

Adapun mad’u menjadi tiga golongan yaitu :

1. Golongan cerdik cendikiawan yang cinta kebenaran dan dapat berfikir

secara kritis, cepat menangkap persoalan.

2. Golongan awam, yaitu kebanyakan orang yang belum dapat berfikir secara

kritis dan mendalam, belum dapat menangkap pengertian-pengertian yang

tinggi.

3. Golongan yang berbeda dengan golongan yang atas adalah mereka yang

senang membahas sesuatu, tetapi hanya dalam batas tertentu, tidak

sanggup mendalami benar

Objek Dakwah (mad’u) adalah merupakan sasaran dakwah, yang tertuju

pada masyarakat luas, mulai diri pribadi, keluarga, kelompok, baik yang

menganut Islam maupun tidak ; dengan kata lain manusia secara keseluruhan.

Objek dakwah ada dua sasaran, yaitu umat dakwah dan umat ijabah, Umat

dakwah yang dimaksud adalah masyarakat luas non Muslim, sementara umat

ijabah adalah mereka yang sudah menganut Agama Islam.

Kepada manusia yang belum beragama Islam, dakwah bertujuan untuk

mengajak mereka untuk mengikuti Agama Islam ; sedangkan bagi orang-orang

yang telah beragana Islam dakwah bertujuan meningkatkan kualitas Iman, Islam
22

dan Ihsan. Hal yang sama juga dikemukakan Muhammad abu Al-Fatl al

Bayanuni, mengelompokkan mad’u dalam dua rumpun besar, yaitu rumpun

muslim atau umat ijabah (umat yang telah menerima dakwah) dan non Muslim

atau umat dakwah (umat yang belum sampai kepada mereka dakwah Islam). 21

Umat ijabah dibagi dalam tiga kelompok, yaitu: pertama, Sabiqun bi al-

khaerat (orang yang saleh dan bertaqwa), kedua, Dzalimun linafsih (orang fasih

dan ahli maksiat), ketiga, muqtashid (mad’u yang labil keimanannya). Sedangkan

umat dakwah dibagi dalam empat kelompok, yaitu: Ateisme, Musyrikun, ahli

kitab, dan munafiqun.

Menurtu hemat penulis baik sebutan objek ataupun mitra dakwah itu sama

saja, yang terpenting adalah bagaimana seorang dai mampu mengkomunikasikan

dakwah secara baik dan tepat kepada mad’unya sehingga mad’u dapat memahami

dan mengamalkan isi pesan yang disampaikan. Mad’u dari tinjauan segi

psikologinya, yaitu :

1. Sasaran dakwah yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat

dari segi sosiologisnya berupa masyarakat terasing, pedesaan, kota

serta masyarakat marjinal dari kota besar.

2. Sasaran dakwah yang menyangkut golongan dilihat dari segi

struktur kelembagaan berupa masyarakat dari kalangan pemerintah

dan keluarga.

21
Bahtar, Paradigma Dakwah Islam: Aplikasi Teoritis dan Praktek Dakwah dalam
Mengikuti Perubahan Sosial, (Palu,2014,Yayasan Masyarakat Ind),hal.54
23

3. Sasaran dakwah yang berupa kelompok dilihat dari segi sosial

kultur berupa golongan priyayi, abangan, dan santri. Klasifikasi ini

terutama dalam massyakat Jawa.

4. Sasaran dakwah yang berhubungan dengan golongan masyarakat

dilihat dari segi tingkat usia berupa golongan anak-anak, remaja

dan dewasa.

5. Dilihat dari segi profesi dan pekerjaan. Berupa golongan petani,

pedagang, buruh, pegawai, dan administrator.

6. Dilihat dari jenis kelamin berupa golongan pria dan wanita.

7. Golongan masyarakat dilihat dari segi khusus berupa tuna susula,

tuna karya. nara pidana, dan sebagainya.22

Mad’u berdasarkan tipologi dan klasifikasi masyarakat, yang dibagi dalam

lima tipe, yaitu:

1. Tipe innovator, yaitu masyarakat yang memiliki keiginan keras

pada setiap fenomena sosial yang sifatnya membangun, bersifat

agresif dan tergolong memiliki kemampuan antisipatif dalam setiap

langkah.

2. Tipe pelopor, yaitu masyarakat yang selektif dalam menerima

pembaharuan dalam membawa perubahan yang positif. Untik

menerima atau menolak ide pembaharuan, mereka mencari pelopor

yang mewakili mereka dalam menggapai pembaharuan itu.

3. Tipe pengikut dini, yaitu masyarakat sederhana yang kadang-

kadang kurang siap mengambil resiko dan umumnya lemah mental.


22
Nasaruddin Razak, Metodologi Dakwah, (Semarang: Toha Putra, 1976),hal.40
24

Kelompok masyarakat ini umumnya adalah kelompok kelas dua di

masyarakatnya, mereka perlu seorang pelopor dalam mengambil

tugas kemasyarakatan.

4. Tipe pengikit akhir, yaitu masyarakat yang ekstra hati-hati

sehingga berdampak kepada anggota masyarakat yang skeptis

terhadap sikap pembaharuan, karena faktor kehati-hatian yang

berlebihan, maka setiap gerakan pembaharuan memerlikan waktu

dan pendekatan yang sesuai untuk bisa masuk.

5. Tipe kolot, ciri-cirinya, tidak mau menerima pembaharuan sebelum

mereka benar-benar terdesak oleh lingkungannya.

Mad’u bisa juga dilihat dari segi kemampuan berfikirnya sebagai berikut :

2. Umat yang berfikir kritis, yaitu orang-orang yang berpendidikan,

yang selalu berfikir mendalam sebelum menerima sesuatu yang

dikemukakan kepadanya.

3. Umat yang mudah dipengaruhi, yaitu masyarakat yang mudah

dipengaruhi oleh paham baru tanpa mempertimbangkan secara

mantap apa yang dikemukakan padanya.

4. Umat bertaklid, yaitu golongan yang fanatik, buta brerpegang pada

tradisi, dan kebiasaan turun-temurun tempat menyelidiki

kebenarannya.23

c. Maddah (Materi Dakwah)

23
Abdul Jalil, Rafiudin Maman., Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandung: Pustaka Setia,
1997),hal.82
25

Maddah adalah atau materi yang disampaikan da’i/da’iyah pada mad’u.

Mad’u dakwah diantaranya bidang akidah, syariah, dan akhlak. 24Islam adalah

agama dakwah, yaitu agama yang menugaskan umatnya untuk menyebarkan dan

menyiarkan Islam kepada seluruh umat manusia sebagai rahmat bagi seluruh

alam.Kemajuan iptek telah membawa banyak perubahan bagi masyarakat,

baik cara berfikir, sikap, maupun tingkah laku. Segala persoalan kemasyarakatan

yang semakin rumit dan kompleks yang dihadapi oleh umat manusia adalah

merupakan masalah yang harus dihadapi dan diatasi oleh para pendukung dan

pelaksana dakwah.25Karena tujuan utama dakwah adalah untuk mengajak mad’u

(obyek dakwah) kejalan yang benar yang diridhai Allah. Maka materi dakwah

harus bersumber dari sumber pokok ajaran Islam, yakni al-Qur’an dan al- Hadist.

Namun karena luasnya materi dari kedua sumber tersebut, maka perlu adanya

pembatasan yang disesuaikan dengan kondisi mad’u.26

Maddah atau materi dakwah adalah isi pesan atau materi yang

disampaikan da’i kepada mad’u. Sumber utamanya adalah al-Qur’an dan al-

Hadits yang meliputi aqidah, syari’ah, muamalah, dan akhlaq dengan berbagai

macam cabang ilmu yang diperoleh darinya. Materi yang disampaikan oleh

seorang da’i harus cocok dengan bidang keahliannya, juga harus cocok dengan

metode dan media serta objek dakwahnya, dalam hal ini, yang menjadi maddah

(materi) dakwah adalah ajaran Islam itu sendiri.27

24
Uning Arsalna, Analisis Pesan-pesan Dakwa Pada Rubrik Tafakur Tabloid Tabungan
Aceh, 2014,skripsi, hal.2
25
Abd. Rosyad Shaleh. Manajemen Dakwah Islam (Jakarta : Bulan Bintang, 1977), hal. 1
26
Agus Wahyu Triatmo, dkk, Dakwah Islam Antara Normatif dan Kontektual,
(Semarang: Fakda IAIN Walisongo, 2001), hal. 13
27
H.M. Yunan Yusuf, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 26
26

1. Sumber Materi Dakwah

Keseluruhan materi dakwah, pada hakikatnya bersumber dari dua sumber,

yaitu: al-Qur‟an dan al-Hadits. Menurut Hasby al-Shiddiqiy, al- Qur‟an adalah

kalam Allah SWT yang merupakan mu‟jizat yang diturunkan atau di wahyukan

kepada Nabi Muhammad SAW dan membacanya merupakan suatu ibadah.

Sedangkan al-Hadits adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi

Muhammad SAW, baik berupa perkataan, perbuatan,pernyataan (taqrir), dan

sebagainya.28

Secara khusus, Al-Qur‟an menjadi nama bagi sebuah kitab yang

diturunkan kepada Muhammad SAW. Dan sebutan Al-Qur‟an tidak terbatas

pada sebuah kitab dengan seluruh kandungannya, tapi juga bagian ayat-ayatnya

juga dinisbahkan kepadanya. Maka jika mendengar satu ayat Al-Qur‟an dibaca

misalnya, maka dibenarkan mengatakan bahwa sipembaca itu membaca Al-

Qur‟an.

Hadis atau al-hadits menurut bahasa al-jadid yang artinya sesuatu yang

baru–lawan dari al-Qadim (lama) artinya yang berarti menunjukkan kepada waktu

yang dekat atau waktu yang singkat seperti (orang yang baru masuk/memeluk

agama islam), hadis juga sering disebut dengan al-khabar yang berarti berita, yaitu

sesuatu yang dipercakapkan dan dipindahkan dari seseorang kepada orang

lain.Secara umum fungsi Hadis adalah untuk menjelaskan makna kandungan Al-

28
T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Quran/Tafsir, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1972), hal. 17
27

Qur‟an yang sangat dalam dan global atau li al-bayan (menjelaskan), hanya

penjelasan itu kemudian oleh para ulama diperinci ke berbagai bentuk penjelasan.

Agama Islam adalah agama yang menganut ajaran kitab Allah, yakni

al-Qur‟an dan al-Hadits Rasulullah SAW. Dimana keduanya merupakan sumber

utama ajaran Islam. Oleh karenanya, materi dakwah Islam tidaklah dapat

dilepaskan dari dua sumber tersebut. Bahkan bila tidak berstandar kepada

keduanya (al-Qur‟an dan al- Hadits), maka seluruh aktivitas dakwah akan sia-sia

dan dilarang oleh syari‟at Islam.

2. Macam-macam Materi Dakwah

Secara umum, materi dakwah diklasifikasikan menjadi empat masalah

pokok, yaitu :

a. Masalah Aqidah (keimanan)

Aspek akidah adalah yang akan membentuk moral (akhlak) manusia. Oleh

karena itu, yang pertama kali dijadikan materi dalam dakwah Islam adalah

masalah aqidah atau keimanan.

Ciri-ciri yang membedakan aqidah dengan kepercayaan agama lain, yaitu:

1) Keterbukaan melalui persaksian (syahadat).

2) Cakrawala pandangan yang luas dengan memperkenalkan bahwa Allah

adalah Tuhan seluruh alam.

3) Ketahanan antara iman dan Islam atau antara iman dan amal

perbuatan, orang yang memiliki iman yang benar (hakiki) akan cenderung

untuk berbuat baik dan akan menjauhi perbuatan jahat, karena


28

perbuatan jahat akan berkonsekuensi pada hal-hal yang buruk. Iman inilah

yang berkaitan dengan dakwah Islam dimana amar ma‟ruf nahi mungkar

dikembangkan yang kemudian menjadi tujuan utama darisuatu proses

dakwah.29

b. Masalah Syari’ah

Materi dakwah yang bersifat syari‟ah ini sangat luas dan mengikat

seluruh umat Islam. Disamping mengandung dan mencakup kemaslahatan sosial

dan moral, materi dakwah ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang

benar dan kejadian secara cermat terhadap hujjah atau dalil-dalil dalam melihat

persoalan pembaruan, sehingga umat tidak terperosok kedalam kejelekan,

karena yang diinginkan dalam dakwah adalah kebaikan

c. Masalah Muamalah

Islam merupakan agama yang menekankan urusan muamalah lebih besar

porsinya daripada urusan ibadah. Ibadah dalam muamalah disini diartikan sebagai

ibadah yang mencakup hubungan dengan Allah dalam rangka mengabdi kepada

Allah SWT. Statement ini dapat dipahami dengan alasan :

5. Dalam al-Qur‟an dan al-Hadits mencakup proporsi terbesar

sumber hukum yang berkaitan dengan urusan muamalah.

6. Ibadah yang mengandung segi kemasyarakatan diberi ganjaran

lebih besar daripada ibadah yang bersifat perorangan.

7. Melakukan amal baik dalam bidang kemasyarakatan mendapatkan

ganjaran lebih besar dari pada ibadah sunnah.

d. Masalah Akhlaq
29
H.M. Yunan Yusuf, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 26
29

Secara etimologis, kata akhlaq berasal dari bahasa Arab, jamak dari

khuluqun yang berarti budi pekerti, perangai, dan tingkah laku atau tabi‟at.

Sedangkan secara terminologi, pembahasan akhlaq berkaitan dengan masalah

tabi‟at atau kondisi temperature batin yang mempengaruhi perilaku manusia.

Berdasarkan pengertian ini, maka ajaran akhlaq dalam Islam pada dasarnya

meliputi kualitas perbuatan manusia yang merupakan ekspresi dari kondisi

kejiwaannya. Islam mengajarkan kepada manusia agar berbuat baik dengan

ukuran yang bersumber dari Allah SWT.

D. Da’iyah Dalam Perspektif Islam

Dalam melakukan kegiatan berdakwah dibutuhkan unsur-unsur dakwah

didalamnya termasuk da’i atau da’iyah. Selain pesan dakwah da’i merupakan

unsur yang sangat mempengaruhi keefektifan sebuah kegiatan dakwah. Yang

dimaksud dengan da’i ialah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan maupun

tulisan ataupun perbuatan baik secara individu, kelompok atau berbentuk

organisasi ataupun lembaga. Da’i sering disebut kebanyakan orang dengan

sebutan mubaligh (orang yang menyampaikan ajaran Islam).

Da’iyah memiliki arti yang hampir sama dengan da’i. Menurut Endang

Saifuddin Anshari, setelah ia memaparkan beberapa pengertian da’iyah oleh

tokoh-tokoh pemikir dakwah Indonesia, menyimpulkan pengertian da’iyah ada

dua macam,yaitu:

a. Pengertian da’iyah dalam arti terbatas, yaitu orang perempuan yang

menyampaikan Islam kepada manusia secara lisan maupun tulisan

taupun secara lukisan.


30

b. Pengertian da’iyah dalam arti luas, yaitu orang yang

menjabarkan,menterjemahkan dan melaksanakan Islam dalam

kehidupan dan penghidupan manusia.

Sebagai subjek dakwah, selain istilah da’iyah juga dikenal dengan sebutan

Muballigh atau Muballighah. Kedua istilah tersebut secara tidak langsung kita

temukan dalam Al-Quran.30. Keterlibatan pendakwah baik itu da’i maupun

da’iyah dalam proses penyampaian dakwah menjadi pokok penting dalam

keefektifan suatu pesan dakwah tepat kepada sasarannya. Untuk menjadi seorang

da’i ataupun da’iyah diperlukan beberapa sifat yang harus dimiliki selain untuk

pedoman dalam berdakwah ini juga diperlukan ketika adanya permasalahan baru

yang muncul di dalam masyarakat. Adapun sifat-sifat penting yang harus dimiliki

oleh seorang da’i secara umum,yaitu:31

a. Mendalami Al-quran dan Sunnah dan sejarah kehidupan Rasulullah

serta Khulafaarrasyidin.

b. Memahami keadaan masyarakat yang akan dihadapi.

c. Berani dalam mengungkapkan kebenaran kapan pun dan dimanapun.

d. Ikhlas dalam melaksanakan tugas

e. Satu kata dengan perbuatan.

f. Terjauh dari hal-hal yang menjatuhkan harga diri.

Selain itu ada beberapa ulama yang menambahkan beberapa sifat yang

harus dimiliki oleh da’i. Dalam suatu kegiatan dakwah pasti adanya tujuan,

30
Nurya Tazkiyah Putri, Peran Da’iyah Dalam Penyampaian Pesan Dakwah,2018,
skripsi,hal.14-15
31
Moh. Ali Aziz, Ilmu dakwah, (Jakarta: Kencana, 2004), hal.81
31

kepada manusia yang belum ataupun tidak mengetahui agama Islam maka

tujuannya adalah untuk mengajarkan agama Islam secara benar sedangkan bagi

manusia yang sudah mengetahui agama Islam maka dakwah bertujuan untuk

memperdalam agama Islam, oleh sebab itu kualitas ilmu seorang dakwah menjadi

faktor utama dalam kegiatan berdakwah.

Da’i di sini bukanlah sekedar seorang khatib yang berbicara dan

mempengaruhi manusia dengan nasihat-nasihatnya, suaranya, serta kisah-kisah

yang diucapkannya. Bukan itu saja, walaupun hal ini bagian darinya, yang

dimaksud dengan da’i adalah seseorang yang mengerti hakikat Islam, dan dia tahu

apa yang sedang berkembang dalam kehidupan sekitarnya serta semua problema

yang ada. Seorang da’i adalah seseorang yang paham secara mendalam hukum-

hukum syariah, dan sunnah kauniyah.32

E. Metode Dakwah

Para ulama memberikan tafsiran dan pengembangan tentang metode

dakwah sebagai berikut

1. Dakwah Fardiah

Dakwah Fardiyah adalah dakwah yang dilaksanakan oleh pribadi-pribadi

kaum Muslim dengan cara komunikasi antarpribadi,one to one, s eseorang kepada

orang lain (satu orang), atau seseoreang kepada beberapa orang dalam jumlah

yang kecil dan terbatas. Biasanya dakwah fardiah terjadi tanpa persiapan.

Termasuk kategori dakwah seperti ini adalah menasihati teman sekerja, teguran,

Nurya Tazkiyah Putri, Peran Da’iyah Dalam Penyampaian Pesan Dakwah,2018,skripsi, hal 16-
32

17
32

ajakan shalat, mencegah teman berbuat buruk, memberikan pemahaman tentang

Islam kepada seseorang.

2. Dakwah Ammah

Dakwah Ammah adalah metode dakwah yang umum dilakukan oleh

seorang juru dakwah, ustadz, atau ulama. Biasanya berupa komunikasi lisan

(pidato, ceramah, tausiyah, khotbah) yang ditujukan kepada orang banyak.

3. Dakwah Bil Lisan

Dakwah Bil Lisan yaitu metode dakwah melalui perkataan atau

komunikasi lisan (speaking), seperti ceramah, khotbah, atau dialog.

4. Dakwah Bil Hal

Dakwah Bil Hal disebut juga Dakwah Bil Qudwah , yaitu metode dakwah

melalui sikap, perbuatan, contoh, atau keteladanan, misalnya segera mendirikan

sholat begitu terdengar adzan, membantu kaum dhuafa atau fakir-miskin,

mendanai pembangunan masjid atau membantu kegiatan dakwah, mendamaikan

orang yang bermusuhan, bersikap Islami.

5. Dakwah Bit Tadwin

Dakwah Bit Tadwin disebut jugadakwah bil qolam dandakwah bil

kitabah , yaitu metode dakwah melalui tulisan, seperti menulis artikel, buku,

menulis di blog, status di media sosial.

6. Dakwah bil Hikmah


33

Dakwah bil hikmah artinya dakwah dengan bijak, persuasif, dan sesuai

dengan kondisi atau keadaan objek dakwah (mad'u ). Dakwah bil Hikmah

merangkum semua metode dakwah sebelumnya. Dakwah Bil Hikmah bisa

dipahami sebagai dakwah yang sesuai dengan tuntutan zaman, tuntutan

kebutuhan, atau sesuai dengan situasi dan kondisi sehingga efektif.

7. Dakwah yang Lembut

Risalah Islam juga mengajarkan metode dakwah dari segi cara

penyampaian, yaitu dengan lemah-lembut, Islam mengajarkan umatnya agar

bersikap lemah-lembut dalam berdakwah atau mengajak kebaikan. Rasulullah

Saw dikenal kelemah-lembutannya dalam mengemban risalah Islam. Karena sikap

lemah-lembut beliau itu pula Islam memiliki daya tarik sangat kuat, bahkan,

menghadapi orang seburuk Fir’aun pun, Allah Swt memerintahkan sikap lemah-

lembut. Sesuai dengan hadist yang artinya :

“Sesungguhnya tidaklah kelemahlembutan itu ada pada sesuatu melainkan ia

akan memperindahnya dan tidaklah kelemah-lembutan itu dicabut dari sesuatu,

melainkan akan memperburuknya.” (HR. Muslim).

Dengan demikian, Islam mengajarkan cara damai, sopan, santun, etis, dan

menyenangkan. Islam tidak mengajarkan kekerasan, sikap kasar, ataupun

menyakiti orang lain.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian dan Pendekatan

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Penelitian

kualitatif ini adalah penelitian yang dapat menjelaskan dan menganalis fenomena,

peristiwa, aktivitas sosial, sikap kepercayaan, persepsi seseorang atau kelompok

terhadap sesuatu.33 Penelitian ini mengutamakan data langsung, sehingga peneliti

sendiri yang terjun ke lapangan untuk mengadakan observasi dan wawancara

kepada da’iyah dalam memberikan pesan dakwah kepada mad’u di perkotaan

Banda Aceh, dan juga kepada mad’u sebagai objek dakwah da’iyah.

B. Subjek Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah semua anggota kelompok manusia, binatang, peristiwa,

dan benda yang tinggal bersama dalam satu tempat dan secara terencana menjadi

target kesimpulan dari akhir penelitian. Populasi merupakan wilayah generalisasi

yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-

benda alam yang lain.34

33
Hamdi Asep Saepul, Baharuddin E, Metode Penelitian Kuantitatif Aplikasi Dalam
Pendidikan, (Yogyakarta: Budi Utama, 2014), hal.9.
34
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. (Bandung:
Alfabeta,2018),hlm.115
35

Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang

dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh

subyek atau obyek itu. Jadi dapat disimpulkan bahwasanya populasi ialah semua

anggota kelompok, obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu yang ditentukan peneliti untuk mengambil kesimpulan dari akhir

penelitian. Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah da’iyah Dinas

Syariat Islam Kota Banda Aceh dan Mad’u.

b.Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang dipilih untuk sumber suatu

data. Sampel dapat dikatakan bagian dari populasi, peneliti tidak mungkin

mempelajari semua yang ada pada populasi, dikarenakan keterbatasan dana,

tenaga dan waktu,maka peneliti menggunakan sampel yang diambil dari

populasi.35 Kemudian dalam menentukan subjek dalam penelitian ini, penulis

menggunakan teknik porposive sampling. Teknik ini mengharuskan penulis

memilih subjek penelitian dan lokasi penelitian dengan tujuan yaitu untuk

mempelajari atau memahami permasalahan pokok yang akan diteliti. Teknik

purposive sampling ini dilakukan atas pertimbangan tertentu seperti waktu, biaya,

tenaga, sehingga tidak dapat mengambil sampel dalam jumlah besar dan jauh.

Teknik pengambilan sampel bertujuan dilakukan tidak berdasarkan strata,

kelompok, atau acak, tetapi berdasarkan pertimbangan/tujuan tertentu.36 Objek

dan informan penelitian kualitatif adalah menjelaskan objek penelitian yang fokus

pada penelitian, yaitu apa yang menjadi sasaran. Sasaran penelitian tak tergantung
35
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. (Bandung:
Alfabeta,2018),hlm.118
36
Saryono, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Mitra Cendikia, 2011), hlm.74.
36

pada judul dan topik penelitian, tapi secara konkret tergambarkan dalam rumusan

masalah penelitian.37 Berdasarkan pengertian tersebut di atas, informan yang

dimaksud dalam penelitian ialah Kepala Bidang Dakwah Dinas Syariat Islam

Kota Banda Aceh 1 oarang, da’iyah Dinas Syariat Islam Kota Banda Aceh

berjumlah 5 orang, dan Mad’u berjumlah 5 Orang berdasarkan karakteristik yang

telah peneliti tentukan berdasarkan teori yang telah dijabarkan di atas dengan

menggunakan metode porposive sampling. Adapun jumlah keseluruhan subjek

dalam penelitian ini adalah 11 Orang Informan.

C.Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang

dibutuhkan, dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Dalam penelitian ini

peneliti mengumpulkan data atau informasi yang sesuai dengan kebutuhan

penelitan, antara lain adalah sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi merupakan kegiatan pemuatan penelitian terhadap suatu objek.

Apabila dilihat pada proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dibedakan

menjadi partisipan dan non-partisipan.38Teknik ini dipergunakan penulis untuk

memperoleh data tentang Urgensi Pesan Dakwah Da’iyah Perkotaan Dalam

Program Dinas Syariat Islam Kota Banda Aceh.

b. Wawancara

37
Burhan Bungin. Penelitian Kualitatif. Jakarta. Kencana.2011. hlm 78
38
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung: Alfabeta.2015).hal.204.
37

Wawancara merupakan alat pengumpulan data yang sangat penting dalam

penelitian komunikasi kualitatif yang melibatkan manusia sebagai subjek (pelaku,

aktor) sehubungan dengan realitas atau gejala yang yang dipilih untuk diteliti. 39

Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang digunakan untuk

memperoleh informasi langsung dari sumbernya. 40 Pada metode ini, pengumpulan

data dilakukan dengan tanya jawab (dialog) langsung antara pewawancara dengan

informan dalam penelitian. Dalam metode wawancara ini informan yang terlibat

adalah da’iyah yang memberikan pesan dakwah kepada mad’u di perkotaan

Banda Aceh..

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan kegiatan mencari data atau variabel dari sumber

yang diamati dalam studi dokumentasi adalah benda mati. Penelitian perlu

checklist untuk mencatat variabel yang sudah ditentukan.41Dalam teknik

dokumentasi peneliti memperhatikan benda-benda tertulis, seperti buku-buku, alur

kegiatan pengaduan masyarakat, foto-foto kegiatan, peraturan-peraturan, notulensi

rapat, dan sebagainya. Teknik ini digunakan sebagai sumber data untuk

mengetahui Urgensi Pesan Dakwah Da’iyah Perkotaan Dalam Program Dinas

Syariat Islam Kota Banda Aceh.

D.Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data


39
Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, (Yogyakarta: LKS, 2007), hal.132.
40
Kriyantono Rachmat, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kecana, 2008), hal.98.
41
Ibid, hal.81.
38

Dalam penelitian ini data bersifat kualitatif. Untuk menganalisis data yang

diperoleh melalui observasi, interview, dan dokumentasi, maka peneliti

menggunakan teknik analisa deskriptif kualitatif yaitu menganalisa setiap hasil

temuan dari pengamatan dan wawancara dengan informan, baik terkait fenomena

alami, gejala-gejala sosial, dan gaya komunikasi yang digunakan informan.

Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-

penemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur-prosedur

statistik. Oleh karena itu, maka dalam penelitian kualitatif ini data yang diperoleh

dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Mereduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan, perhatian,

pengabstraksian dan pentransformasian data kasar dari lapangan. Proses ini

berlangsung selama penelitian dilakukan, dari awal sampai akhir penelitian.

Dalam proses reduksi ini peneliti benar-benar mencari data yang benar-benar

valid mengenai Urgensi Pesan Dakwah Da’iyah Perkotaan Dalam Program Dinas

Syariat Islam Kota Banda Aceh.

2. Data display ( Penyajian Data)

Sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan untuk

menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan berdasarkan hasil temuan yang

diperoleh melalui teknik pengumpulan data mengenai Urgensi Pesan Dakwah

Da’iyah Perkotaan Dalam Program Dinas Syariat Islam Kota Banda Aceh

3. Verifikasi/ Penarikan Kesimpulan


39

Penarikan kesimpulan hanyalah sebagian dari suatu kegiatan dari konfigurasi

yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian

berlangsung. Makna-makna yang muncul dari data harus selalu diuji kebenaran

dan kesesuaiannya sehingga validalitasnya terjamin.42

Semua hal harus dicek keabsahannya agar hasil penelitiannya dapat

dipertanggungjawabkan kebenarannya dan dapat dibuktikan keabsahannya. Dalam

hal ini penulis menggunakan trigulasi dan sumber, yaitu memmbandingkan dan

mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui

waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Trigulasi adalah peneliti

menggunakan berbagai metode pencarian data untuk mendapatkan gambaran dari

fenomena yang sedang diteliti yaitu dengan melakukan misalnya wawancara,

diskusi kelompok terarah, pengamatan, telah dokumen dan semua ini semata

dilakukan untuk menjawab fenomena yang sedang diteliti.43

Terkait penelitian ini penulis mengunakan tekni analisis data secara

diskriptif yang diperoleh melalui pendekatan kualitatif, data-data yang telah

dihasilkan dari penelitian dan kajian, baik secara teoritis dan empiris yang

digambarkan melalui kata-kata atau kalimat secara benar dan jelas. Langkah-

langkah yang dilakukan dalam menulis analisis data penelitian ini aldalah dengan

cara pemusatan perhatian pada penyederhanaa, penngabstrakan dan transformasi

data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data

42
Basrowi, Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakartaz: Rineka Cipta, 2009),
hal.209.
43
Wibowo Adik, Metode Penelitian Praktis Bidang Kesehatan, (Jakarta: Rajawali Pers,
2014), hal.156
40

merupakan bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan,

membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data dengan cara yang

sedemikian rupa sehingga kesimpulan finalnya mengenai Urgensi Pesan Dakwah

Da’iyah Perkotaan Dalam Program Dinas Syariat Islam Kota Banda Aceh.

BAB IV
41

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Profil Kota Banda Aceh

Berdasarkan posisi geografisnya, Kota Banda Aceh terletak antara 050 16’

15”-050 36’ 16” Lintang Utara dan 950 16’ 15” - 950 22’ 35” Bujur Timur

dengan ketinggian rata-rata diatas permukaan air laut 0,80 meter. Kota Banda

Aceh terdiri dari 9 kecamatan, 70 desa dan 20 kelurahan dengan luas 61,36 Km2.

Kota Banda Aceh memiliki batas-batas, yaitu Utara adalah Selat Malaka, Selatan

adalah Kabupaten Aceh Besar, Barat adalah Samudera Hindia dan Timur adalah

Kabupaten Aceh Besar. Berdasarkan letak geografisnya, Kota Banda Aceh berada

di ujung Utara Pulau Sumatera sekaligus menjadi wilayah paling barat dari Pulau

Sumatera.44

Kota Banda Aceh ketika dibentuk ada tahun 1956, masih menyandang

nama Kota Besar Kutaraja (Undang-undang Darurat Republik Indonesia No. 8

Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kota-kota besar, dalam

lingkungan daerah Provinsi Sumatera Utara. Nama Kutaraja diproklamirkan oleh

Gubernur Hindia Belanda VanSwieten setelah sebelumnya bernama Banda Aceh.

Nama itu ditabalkan pada 24 Januari 1874 setelah Belanda berhasil menduduki

istana setelah jatuhnya kesultanan Aceh yang disahkan oleh Gubernur Jenderal

Batavia dengan resmi yang bertanggal 16 Maret 1874.

Kemudian sejak 28 Desember 1962 nama kota ini kembali berganti

menjadi Kota Banda Aceh sesuai dengan Keputusan Menteri Pemerintahan

44
Dokumen Pemerintah Kota Banda Aceh
42

Umum dan Otonomi Daerah no. Des 52/1/43-43.76 Ketika terbentuk, Kota Banda

Aceh baru terdiri atas dua kecamatan yakni kecamatan Kuta Alam dengan

kecamatan Baiturrahman dengan luas wilayah 11,08 km.

Kemudian berdasarkan peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 1983 Tentang

Perubahan batas wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Banda Aceh, Kota Banda

Aceh mengalami pemekaran sehingga luas wilayah menjadi 61,36 km yang dibagi

kepada empat kecamatan, yaitu: Kecamatan Kuta Alam, Kecamatan

Baiturrahman, Kecamatan Meuraxa dan Kecamatan Syiah Kuala. Pada tahun 2000

terjadi pemekaran wilayah kecamatan sehingga kembali berubah menjadi 9

kecamatan sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Bnada Aceh No.8 Tahun 2000

yakni Keecamatan Kuta Alam, Kecamatan Baiturrahman,Kecamatan Meuraxa,

Kecamatan Banda Raya, Kecamatan Jaya Baru, Kecamatan Ulee Kareng,

Kecamatan Kuta Raja, Kecamatan Lueng Bata dan Kecamatan Syiah Kuala.

Sampai dengan Desember 2014, Kota Banda Aceh terdiri atas (9

Kecamatan, 17 kemukiman dan 90 Gampong (setingkat desa, sesuai dengan UU

N0.11 Tahun 2006 Tentang Pemerintahan Aceh).Jumlah anggota Dewan

Perwakilan Rakyat Kota (DPRK) ketika Banda Aceh terbentuk pada tahn 1956

sebanyak 15 orang. Jumlah ini terus mengalami perubahan.

Identifikasi struktur dan pola ruang kota Banda Aceh sebelum tsunami,

kota banda aceh pada awalnya memiliki struktur ruang dengan tipe konsentris,

struktur ruang yang konsentris ini terlihat dari pemusatan kegiatan dengan

konsentrasi kepadatan di pusat kota. Pasca tsunami, struktur ruang kota Banda

Aceh di kembangkan menjadi multiple nuclei. Hal ini melatar belakangi


43

perkembangan kota banda aceh yang berada di kawasan pesisir, stelah tsunami

juga terjadi pegeseran struktur ruang dimana perkembangan kotanya menjadi ke

wilayah selatan kota yakni menjauh dari lokasi tang terdampak tsunami.

2. Dinas Syariat Islam Kota Banda Aceh

Memanfaatkan kehidupan untuk berkhidmat secara Islam merupakan

sebuah upaya bersama yang harus dilaksanakan untuk terwujudnya aktualisasi

risalah Islam secara kaffah sebagai sistem hidup universal, yaitu membangun dan

mewujudkan masyarakat yang paham akan kebijakan, enggan melakukan

kemungkaran, punya rasa saling menghormati hak dan kewajiban, patuh serta taat

kepada Allah SWT. Untuk itu, kelahiran lembaga yang mewadahi berlangsungnya

proses ini secara sistematis menjadi suatu keharusan.

Wadah ini sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 33 Tahun 2001

terwujudnya dalam bentuk Dinas Syariat Islam. Pembentukan Dinas Syariat Islam

(DSI) sebagai perangkat daerah, merupakan respon konkrit untuk  menyahuri

pemberlakuan Undang-undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang Pelaksanaan

Keistimewaan Aceh dan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2001 tentang Otonomi

Khusus bagi Nanggroe Aceh Darussalam.45

Tahun pertama dari kelahiran Dinas Syariat Islam ini telah dilalui dengan

pengalaman suka dan duka. Terlalu banyak hasrat dan permintaan masyarakat

yang tidak dapat terpenuhi karena kendala sember daya sebagaimana

dikedepankan terdahulu, sangat mustahil mewujudan suatu gagasan yang

demikian besar malah dalam ukuran raksasa diterobos dengan berpacu lewat

waktu terbatas tanpa dukungan sarana prasarana, sumber daya manusia pilihan
45
Dokumen Dinas Syariat Islam
44

serta dana yang memadai dan sangat tidak mungkin program pelaksanaan Syariat

Islam diwujudkan dengan proses yang instan. Dinas Syariat Islam telah lahir

dengan modal nilai kebersamaan, transparansi dan profesionalisme, dia akan

melangkah walaupun lambat tetapi pasti. Adapun Kedudukan, Tugas, Fungsi dan

Kewenangan Kedudukan sebagai berikut :

1.  Dinas Syariat Islam Adalah Perangkat daerah sebagai unsure Pelaksanaan

Syariat Islam di lingkungan Pemerintah Daerah Istimewa Aceh yang

berada dibawah Gubernur.

2. Dinas Syariat Islam dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada

dibawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris

Daerah.

3. Dinas Syariat Islam mempunyai tugas melaksanakan tugas umum dan

khusus Pemerintah Daerah dan Pembangunan serta bertanggung jawab

dibidang Pelaksanaan Syariat Islam.

Adapun fungsi dinas Syariat Islam Kota Banda Aceh adalah sebagai berikut :

1. Pelaksanaan tugas yang berhubungan dengan perencanaan, penyiapan

qanun yang berhubungan dengan Pelaksanaan Syariat Islam serta

mendokumentasikan dan menyebarluaskan hasil-hasilnya.

2. Pelaksanaan tugas yang berhubungan dengan penyiapan dan pembinaan

sumber daya manusia yang berhubungan dengan Pelaksanaan Syariat

Islam.
45

3. Pelaksanaan tugas yang berhubungan dengan  kelancara dan ketertiban

pelaksanaan peribadatan dan penataan sarananya serta penyemarakkan

syiar Islam.

4. Pelaksanaan tugas yang berhubungan dengan bimbingan dan pengawasan

terhadap Pelaksanaan Syariat Islam ditenga-tengah masyarakat. Dan

5. Pelaksanaan tugas yang berhubungan dengan pembimbingan dan

penyuluhan Syariat Islam.

Adapun Kewenangan Dinas Syariat Islam Kota Banda Aceh adalah sebagai

berikut:

1. Merencanakan program, penelitian dan pembangunan unsur-unsur Syariat

Islam.

2. Melestarikan nilai-nilai Islam.

3. Mengembangkan dan membimbing Pelaksanaan Syariat Islam yang

meliputi bidang-bidang aqidah, ibadah, mu’amalat, akhlak, pendidikan dan

dakwah Islamiah, amarmakruf nahimungkar, baitalmal, kemasyarakatan,

Syiar Islam, pembelaan Islam, qadha, jinayat, munakahat dan mawaris.

4. Mengawas terhadap Pelaksanaan Syariat Islam, dan

5. Membina dan mengawasi terhadap Lembaga Pengembangan Tilawatil

Qur’an (LPTQ) Kota Banda Aceh.

Dinas Syariat Islam dengan posisi perangkat daerah merupakan unsur

Pelaksana Syariat Islam dilingkungan Pemerintah Daerah, Kabupaten/Kota berada

dibawah Gubernur, Bupati/Walikota mempunyai tugas melaksanakan tugas umum

dan khusus pemerintah daerah dan pembangunan serta bertanggung jawab


46

dibidang Pelaksanaan Syariat Islam. Lahir pada tanggal 25 Januari 2002

bertepatan dengan pelantikan Pimpinan Dinas Syariat Islam terdiri dari Eseloon

II, III, dan IV oleh Gubernur Aceh Ir. Abdullah Puteh, M. Si diruang Serba Guna

kantor Gubernur Aceh. Adapun struktur Organisasi Dinas Syariat Islam Kota

Banda Aceh Sebagai Berikut :

Gambar 01.Struktur Organisasi Dinas Syariat Islam Kota Banda Aceh46

3. Da’i dan Da’iyah Dinas Syariat Islam Kota Banda Aceh

Da’i dan da’iyah perkotaan Kota Banda Aceh sudah dibentuk sejak

terbentuknya Dinas Syariat Islam di Aceh, yaitu pada tanggal 25 Januari 2002

bertepatan dengan pelantikan Pimpinan Dinas Syariat Islam terdiri dari Eseloon

II, III, dan IV oleh Gubernur Aceh Ir. Abdullah Puteh, M. Si diruang Serba Guna
46
Dokumen Dinas Syariat Islam Kota Banda Aceh
47

kantor Gubernur Aceh. Sampai hari ini da’i dan da’iyah perkotaan Kota Banda

Aceh terus aktif dalam menyampaikan pesan dakwah kepada mad’u di wilayah

Kota Banda Aceh.47 Adapun da’i dan da’iyah perkotaan Kota Banda Aceh yang

masih aktif sampai hari ini berdasarkan SK Walikota Kota Banda Aceh tahun

2020 adalah sebagai berikut:

SUSUNAN TENAGA DA’I PERKOTAAN


KOTA BANDA ACEH TAHUN 2020

JENIS
NO NAMA
KELAMIN
1 2 3
1 Ust. Tgk H. Syibral L
2 Ust. Tgk H Muzakkir Hanka L
3 Ust. Tgk Umar Rafsanjani L

4 Ust. Tgk. Zul Arafah L


5 Tgk. M. Sufi L
6 Tgk. Mustafa Husen Wayla L

7 Tgk. Ali Akbar L

8 Tgk. Azwir L

9 Tgk. Bukhari L

10 Ust. Tgk. Zulfikar Syahabuddin L

11 Tgk. Sulaiman Qari L

12 Tgk. Lukmanul Hakim L

13 Tgk. Sayed Husein L

14 Ust. Zainuddin, S.Pd I L

15 Ust. Daiyadi Reza Setiawan, S.Pd I MA L


16 Tgk. Bustaman Usman, MA L

47
Dokumen Dinas Syariat Islam Kota Banda Aceh
48

17 Ust. Zamakhsyari L

18 Dr. Nuraini Muhammad, MA P


Ustazah Kamisah Kamaruddin, S.Ag
19 P
M.Ag
20 Tgk. Munawar Sanusi L

21 Tgk. Hafidzi A Latief L

22 Ustazah Cut Nurlelawati, A.Md P

23 Ustazah Fauziah Adnan P

24 Ustazah Darmiana P
25 Ustazah Hindon Ridwan P
26 Ustazah Ir Ranian Dewi P
27 Ustazah Regina Fadilla, S.Psy P
28 Ustazah Dr. Mukhlisah, MA P
29 Ust. Agusri Syamsuddin, MA L
30 Ust. Khalidillah L
31 Ust. Saifuddin L
32 Ust. Wahyu Mimbar L
33 Ust. Arifuddin, S.Pd I L
34 Ust. Jumaris, S.Ag L
35 Ust. M. Meflin Al-Husaini L
36 Ust. Husni Suardi, A.Md L
37 Ust. Safaini, MA L
38 Ust. Zulkifli Zakaria L
39 Ust. H. Razali Juned L
40 Ust. Amrul Amin, Ch Cht L
41 Ust. Fathurrahmi L
42 Ust. Muslim Palabni L
49

43 Ust. Rustandi Komaruddin, S.Pd I L


44 Ust. Dr. Nurkhalis Mukhtar, Lc MA L
45 Dr. Abizal Muhammad Yati, Lc MA L
46 Tgk. Muhammad Hatta, M.Pd L
47 Ust. Ahmad Rizal. Lc MA L
48 Ust. Dr. Mulia Rahman, MA L
49 Ust. Mursalin Basyah, Lc. MA L
50 Ust. Mubashirullah Lc, MA L

51 Ust. Gamal Ahkyar Lc. MA L


52 Ust. Drs. Firdaus Abdullah L
53 Ust. Bukhari M.Ali, S.Ag L
54 Ust. Fahmi Sofyan L
55 Tgk. Marbawi Yusuf L

Tabel 02. SK Walikota Banda Aceh tahun 2020 penunjukan tenaga da’i dan
da’iyah perkotaan Kota Banda Aceh tahun 2020.48

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Pesan dakwah prioritas da’iyah Kota Banda Aceh

Pesan adalah apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima, dan

pesan di sini merupakan seperangkat simbol verbal atau nonverbal yang

mewakili perasaan, nilai, gagasan, maksud sumber tadi. Pesan memiliki 3

komponen yaitu makna simbol yang digunakan untuk menyampaikan makna dan

bentuk, atau organisasi pesan. Pesan dakwah adalah isi pesan yang disampaikan

48
Dokumen Dinas Syariat Islam Kota Banda Aceh
50

dai kepada mad’u. Berdasarkan cara penyampaiannya. Dalam kehidupan sehari-

hari pesan dakwah yang disampaikan kepada mad’u dengan menggunakan

gabungan atau kolaborasi lambang, seperti pesan komunikasi melalui retorika,

surat kabar, film atau televisi. Adapun hasil wawancara dengan kepala bidang

dakwah Dinas Syariat Islam Kota Banda Aceh mengatakan bahwa:

“Karena di Dinas Syariat Islam Kota Banda Aceh memiliki bidang

dakwah, hal itu yang menjadi latar belakang dibentuknya da’iyah

perkotaan, karena jika tidak dibentuk maka tidak berjalan bidang

ini. Dan kita juga melakukan sistem dakwah holistik yaitu dakwah

yang disesuaikan oleh kebutuhan mad’u”49

Kemudian hasil wawancara dengan Da’iyah Dinas Syariat kota Banda

Aceh mengatakan

“Sudah tergabung dalam program dinas syariat Islam selama


kurang lebih 10 tahun dan selama ini sudah berdakwah di
berbagai tempat di Banda Aceh”.50

Dari hasil wawancara tersebut, dapat disimpulkan bahwa dinas Syariat

Islam Kota Banda Aceh telah lama menjalankan program menyampaikan pesan

dakwah kepada mad’u di Kota Banda Aceh, baik pesan dakwah yang disampaikan

oleh da’i maupun da’iyah khususnya. Peran da’iyah dalam menyampaikan pesan

dakwah di Kota Banda Aceh sangatlah besar, karena mad’u perempuan di Kota

Banda Aceh sangatlah antusias pada saat mengikuti dakwah dan ada pesan-pesan

dakwah yang prioritas yang hanya dapat disampaikan oleh seorang da’iyah.

49
Hasil wawancara dengan kepala bidang dakwah dinas Syariat Islam Kota Banda Aceh
pada tanggal 1-23 November 2020
50
Hasil wawancara dengan Da’iyah dinas Syariat Islam Kota Banda Aceh pada tanggal 1-
23 November 2020
51

Dari hasil wawancara dengan Da’iyah Dinas Syariat kota Banda Aceh

mengatakan:

“Tentu saja ada pesan-pesan dakwah prioritas yang harus


disampaikan kepada Mad’u yang khususnya pada perempuan”51.

Salah seorang mad’u juga mengatakan bahwa

“Tentu saja harus ada pesan dakwah prioritas yang disampaikan


dari da’iyah perempuan kepada mad’u perempuan ada hal-hal
yang tidak bisa ataupun tidak leluasa apabila disampaikan oleh
Dai”.52

Dari hasil wawancara tersebut dapat dipahami bahwa ada pesan pesan

prioritas yang hanya dapat disampaikan oleh seorang da’iyah kepada mad’u

perempuan lebih leluasa dan lebih nyaman ketika mendengarkan dakwah tersebut

dari seorang Daiyah. Hal ini juga dibenarkan oleh Ustadzah yang juga merupakan

da’iyah dinas Syariat Islam Kota Banda Aceh, yang mengatakan Bahwa :

“Tujuan hadirnya da’iyah dalam menyampaikan pesan dakwah di


Kota Banda Aceh ini tentu saja menjadi pendakwah pada Ma’u
perempuan yang selama ini kurang leluasa seandainya
pendakwahnya dari kaum laki-laki (da’i) 53. “Tentu saja harus ada
pesan dakwah prioritas yang disampaikan dari dakwah
perempuan kepada mad’u perempuan ada hal-hal yang tidak bisa
ataupun tidak leluasa apabila disampaikan oleh Dai”.54

Hal senada juga di sampaikan oleh seorang mad’u lainnya yang

mengatakan bahwa

51
Hasil wawancara dengan Da’iyah dinas Syariat Islam Kota Banda Aceh pada tanggal
1-23 November 2020
52
Hasil wawancara dengan mad’u perempuan di Kota BandaAceh pada tanggal 1-23
November 2020
53
Hasil wawancara dengan Da’iyah dinas Syariat Islam Kota Banda Aceh pada tanggal
1-23 November 2020
54
Hasil wawancara dengan da’iyah Kota Banda Aceh tanggal 10-23 November 2020
52

“Perbedaan antara Dai dan da’iyah dalam menyampaikan dakwah


tentu saja sangat berbeda Hal ini karena da’iyah perempuan dan
mad’u juga perempuan akan lebih terasa sehati saat sedang
mengikuti kajian atau dakwah, Karena ada hal-hal mengenai
perempuan yang memang yang perempuan sendiri
55
mengetahuinya”.

Setiap pesan dakwah yang disampaikan haruslah mempertimbangkan

dengan keadaan mad’u, hal ini sesuai pendapat yang dikemukakan oleh Wahyu

yang mengatakan bahwa Pesan dakwah tidak cukup memperhatikan timing dan

placing, tetapi juga harus mampu mengidentifikasikan isi pesan dakwah yang

akan menentukan jenis pesan apa yang akan disampaikan. 56 Sebuah pesan yang

tersusun rapi dan tertib akan menciptakan suasana yang membangkitkan minat,

memperlihatkan pembagian pesan yang jelas, sehingga memudahkan pengertian,

mempertegas gagasan pokok.

Dalam menyampaikan pesan dakwah di Kota Banda Aceh, Da’iyah Kota

Banda Aceh memiliki materi-materi prioritas yang hanya dapat disampaikan oleh

seorang da’iyah kepada ma’u perempuan, hal ini sesuai dengan hasil wawancara

dengan kepala bidang dakwah dinas Syariat Islam Kota Banda Aceh, yang

mengatakan bahwa:

“Untuk materi kita memberikan keleluasaan kepada da’iyah itu

tersendiri karena memang da’iyah ini menyampaikan sesuai

dengan kebutuhan mad’u, kecuali ada permintaan materi khusus

dari Pemerintah Kota Banda Aceh, seperti yang baru kita siapkan

ini yaitu tentang larangan merayakan tahun baru dan yang sudah-

55
Hasil wawancara dengan da’iyah Kota Banda Aceh tanggal 10-23 November 2020
56
Wahyu Ilahi, Studi Komunikasi Dakwah, (Yogyakarta: Graha Ilmu,2011), hal. 17
53

sudah seperti protokol kesehatan covid-19. Jadi bahan yang kita

siapkan ini jika ada permintaan dari Pemerintah Kota Banda

Aceh, karena kita ini penyambung lidah Pemerintah Kota Banda

Aceh. Dan materi prioritas untuk mad’u perempuan yang dinas

syariat islam siapkan yaitu tentang peranan perempuan (Ibu)

dalam keluarga, bagaimana peran ibu dalam mendidik anak,

bagaimana menjadikan anak yang shaleh. dan konsepnya

bagaimana supaya rumah menjadi pendidikan pertama seorang

anak dan seorang Ibu menjadi guru pertama seorang anak”57

Hal ini juga sesuai sebagaimana hasil wawancara dengan salah seorang

da’iyah yang mengatakan bahwa :

“Materi yang disampaikan selama ini tentu saja tentang keluarga,


mendidik anak, tentang perempuan dalam keluarga, bagaimana
membina rumah tangga, bagaimana menjadi istri shaleha dan
juga tentang fiqah yang berkaitan dengan perempuan-perempuan58

Hal senada juga disampaikan oleh Ustadzah lainnya, yang mengatakan


bahwa :
Materi selama ini yang saya sampaikan tentang mendidik anak
dalam keluarga tujuannya Bagaimana seorang ibu bisa mendidik
anak lebih baik karena bakcground saya juga dari psikologis”.59
“Materi prioritas tentu saja ada ya ini tentang bagaimana sikap
perempuan, bagaimana menjadi seorang istri yang baik
Bagaimana mendidik anak dan juga berbakti pada suami”60
Kemudian salah seorang mad’u juga mengatakan bahwa:
“Ya saya sangat senang dengan materi prioritas yang Ustadzah
sampaikan karena materi-materi ini menjadi sangat penting dalam

57
Hasil wawancara dengan kepala bidang dakwah dinas Syariat Islam Kota Banda Aceh
pada tanggal 1-23 November 2020
58
Hasil wawancara dengan da’iyah Kota Banda Aceh tanggal 10-23 November 2020
59
Hasil wawancara dengan da’iyah Kota Banda Aceh tanggal 10-23 November 2020
60
Hasil wawancara dengan da’iyah Kota Banda Aceh tanggal 10-23 November 2020
54

kehidupan berumah tangga dengan materi-materi yang Ustadzah


sampaikan akan menjadi pedoman hidup”61
“Ya materi yang disampaikan oleh ustadzah tentunya menjadi
materi prioritas bagi saya, hal ini tentu saja tidak kami dapatkan
apabila pendakwahnya dari kalangan Da’i”62
Pada saat menyampaikan pesan dakwah, para da’iyah tentu saja memiliki

alasan tersendiri mengapa menjadikan pesan-pesan tersebut menjadi pesan

prioritas, salah seorang da’iyah mengatakan bahwa:

”Karena berhubungan dengan keluarga dengan mendidik anak

dengan berbakti pada suami dan juga tentang hal-hal istimewa

bagi perempuan, Materi tersebut menjadi prioritas bagi Ustadzah

karena menurut Ustadzah itu hal yang sangat penting bagi

seorang perempuan dalam kehidupan sehari-hari baik di rumah

tangga maupun di kehidupan masyarakat”63

Hal senada juga disampaikan oleh da’iyah lainnya, yang mengtakan

bahwa:

“Karena materi-materi tersebut tidak didapatkan Mad’u

perempuan pada saat mengikuti dakwah dakwah yang

disampaikan oleh Da’i yang merupakan pendakwah dari laki-laki”

Salah seorang mad’u juga mengatakan bahwa:

“Karena lebih leluas ketika perempuan mampu menyampaikan

materi prioritas tersebut antara perempuan dan perempuan lebih


61
Hasil wawancara dengan mad’u di Kota Banda Aceh tanggal 10-23 November 2020
62
Hasil wawancara dengan mad’u di Kota Banda Aceh tanggal 10-23 November 2020
63
Hasil wawancara dengan da’iyah Kota Banda Aceh tanggal 10-23 November 2020
55

cocok bahasanya pada saat menyampaikan nya dan juga

mempraktikkannya”64

Dalam menyampaikan pesan dakwah di kota Banda Aceh, secara garis

besar seluruh da’iyah Kota Banda Aceh sepakat mengatakan Bahwa:

“Tidak ada yang sulit selama ini karena memang materi-materi

tersebut diperuntukkan bagi perempuan perempuan di Kota Banda

Aceh”65

Dari hasil wawancara tersebut dapat dipahami bahwa Materi dalam

dakwah sangat khas, karena tidak lain dari al-khayr, amr maruf, dan nahy

mungkar, sebagaimana telah dipaparkan di muka bahwa yang baik dan buruk

itu sangat manusiawi dan universal sifatnya, dan ada bersama manusia dimana

dan kapan saja. Meskipun demikian dalam kenyataannya terdapat perbedaan

penafsiran, sehingga perlu ada kriteria yang konkrit sebagai pegangan dalam

menentukan arti baik dan buruk itu secara esensial. Dapat juga dikatakan bahwa

materi dakwah secara umum ialah “keyakinan dan pandangan hidup islam” yang

sesungguhnya bersifat universal dan sesuai dengan fitrah dan kehanifaan

manusia. Adapun pesan dakwah pada umumnya yaitu :

a. Pesan akidah, meliputi iman kepada Allah, iman kepada malaikat-

Nya, iman kepada kitab-kitab-Nya, iman kepada rosul-rosul-Nya,

iman kepada hari akhir, iman kepada qadha-qadar.

64
Hasil wawancara dengan mad’u di Kota Banda Aceh tanggal 10-23 November 2020
65
Hasil wawancara dengan da’iyah Kota Banda Aceh tanggal 10-23 November 2020
56

b. Pesan syariah meliputi ibadah thaharah, shalat, zakat, puasa, dan

haji serta muamalah.

c. Pesan akhlak terhadap Allah, akhlak terhadap makhluk yang

meliputi akhlak terhadap manusia, diri sendiri, tetangga,

masyarakat lainnya, akhlak terhadap bukan manusia, flora, fauna,

dan sebagainya.

Pesan dakwah prioritas yang disampaikan oleh Da’iyah Dinas Syariat

Islam Kota Banda Aceh kepada mad’u yang merupakan jama’ah perempuan yaitu

tentang keluarga, mendidik anak, tentang perempuan dalam keluarga, bagaimana

membina rumah tangga, bagaimana menjadi istri shaleha dan juga tentang fiqah

yang berkaitan dengan perempuan-perempuan. Mad’u dari kalangan perempuan

juga merasa lebih leluasa dalam mengikuti serangkian dakwah yang dilaksanakan

oleh dinas syariat islam Kota Banda Aceh yang pendakwahnya berasal dari

kalangan perempuan atau disebut da’iyah.

2. Kendala da’iyah dalam menyampaikan pesan dakwah terhadap mad’u

Ketika menyampaikan pesan dakwah, banyak hal yang dihadapi oleh para

pelaku dakwah, hal itu melahirkan dua sikap dari para juru dakwah, pertama

menganggap bahwa hambatan dalam berdakwah merupakan sebuah Sunatullah

yang harus dihadapi dengan keteguhan iman dan kapasitas diri, sedang kelompok

kedua menjadikannya sebagai tantangan sekaligus ujian dan menerima apa


57

adanya. Secara umum menurut kajian ilmu komunikasi , hambatan tersebut pada

dasarnya sama dengan hambatan dalam komunikasi dakwah.

Dalam proses menyampaikan pesan dakwah seringkali banyak terjadi

hambatan yang kadang-kadang tidak bias kita duga atau kita ramalkan, karena

obyek dakwah sifatnya dinamis selalu berubah, begitu pula sering terjadi

factor-faktor lain seperti misalnya, cuaca, kondisi tempat, suasana lingkungan dan

lain sebagainya. Pada saat menyampaikan pesan dakwah kepada mad’u tentu saja

memiliki kendala ataupun hambatan baik di lapangan maupun pada saat proses

perjalanan untuk menyampaikan dakwah, hal ini tidak lepas dari berbagai faktor

baik dari segi teknis maupun faktor cuaca.

Dari hasil wawancara dengan da’iyah Kota Banda Aceh Mengatakan

bahwa :

”Faktor penghambat Ustadzah dalam menyampaikan pesan

dakwah kepada Mad’u di Banda Aceh tidak ada”66

Kemudian menurut da’iyah Dinas Syariat Islam Kota Banda Aceh

Lainnya, mengatakan bahwa :

“Tidak ada hambatan khusus pada saat melaksanakan pesan

dakwah di bawah dinas Syariat Islam, namun terkadang jadwal

yang mepet maupun hambatan waktu dan juga kendaraan pada

saat tempat dakwah yang sulit di jangkau”67

66
Hasil wawancara dengan da’iyah Kota Banda Aceh tanggal 10-23 November 2020
67
Hasil wawancara dengan da’iyah Kota Banda Aceh tanggal 10-23 November 2020
58

Dari hasil wawancara tersebut, dapat dipastikan hampir tidak ada faktor

penghambat Ustadzah dalam menyampaikan dakwahnya kepada mad’u

perempuan di wilayah kota Banda Aceh, selain dari transportasi para da’iyah yang

masih belum terfasilitasi. Selain faktor penghambat ada juga faktor pendukung

para da’iyah dalam menyampaikan pesan dakwah kepada ma’u perempuan di

Kota Banda Aceh. Hal ini seperti yang disampaikan oleh da’iyah dalam

wawancara yang mengatakan bahwa :

“Faktor pendukung tentu saja yang pertama keluarga selanjutnya

jamaah yang sangat dirindukan dan juga dukungan langsung dari

dinas syariat Islam Kota Banda Aceh”68

Ketika penulis menanyakan adakah dukungan dari dinas syariat islam

Kota Banda Aceh, da’iyah dinas syariat islam Kota Banda Aceh Mengatakan :

“Tentu saja ada dukungan dari dinas syariat Islam Kota Banda

Aceh, karena memang program selama ini dijalankan adalah

dibawah naungan dinas Syariat Islam Kota Banda Aceh”69

Dinas Syariat Islam memberikan dukungan penuh terhadap pelaksanaan

dakwah yang disampaikan oleh Da’iyah kepada Mad’u yang merupakan jamaah

perempuan, hal ini seperti yang disampaikan oleh da’iyah lainnya, yang

mengatakan bahwa:

68
Hasil wawancara dengan da’iyah Kota Banda Aceh tanggal 10-23 November 2020
69
Hasil wawancara dengan da’iyah Kota Banda Aceh tanggal 10-23 November 2020
59

“Dukungan baik dari segi biaya maupun fasilitas lainnya yang

tentu saja menjadi dorongan bagi Da’iyah di Kota Banda Aceh

dalam melaksanakan berbagai kegiatan pesan dakwah di daerah

Kota Banda Aceh”70

Dalam pelaksanaan dakwah yang dilaksanakan oleh da’iyah dinas syariat

Islam Kota Banda Aceh, hampir tidak ditemukan kendala yang berarti baik pada

pelaksanaan dakwah, maupun dalam proses perjalanan para da’iyah, hal ini seperti

yang disampaikan oleh da’iyah dinas syariat islam Kota Banda Aceh yang

mengatakan bahwa :

“Bisa dikatakan tidak ada kendala bagi Ustadzah maupun da’iyah

lainnya dalam menyampaikan pesan dakwah kepada mad’u

perempuan di Banda Aceh karena selama ini selalu mendapat

sambutan yang baik, baik dari masyarakat maupun jamaah

sendiri”71

Hal ini juga disampaikan oleh da’iyah lainnya, yang mengatakan bahwa :

“Tidak ada, selama ini hanya faktor cuaca dan juga faktor waktu

mungkin yang harus selalu disesuaikan dengan jadwal-jadwal

lainnya”72

Kemudian kendala yang dihadapi mad’u perempuan pada saat

mendengarkan pesan dakwah dari da’iyah juga tidak ada masalah ataupun

70
Hasil wawancara dengan da’iyah Kota Banda Aceh tanggal 10-23 November 2020
71
Hasil wawancara dengan da’iyah Kota Banda Aceh tanggal 10-23 November 2020
72
Hasil wawancara dengan da’iyah Kota Banda Aceh tanggal 10-23 November 2020
60

kendala, hal ini seperti yang diktakan oleh salah seorang mad’u dalam wawancara

dengen penulis, yang mengatakan bahwa:

“Mad’u selama ini tidak memiliki kendala apapun pada saat

mendengarkan pesan dakwah yang disampaikan oleh Da’iyah

karena memang pesan dakwah disampaikan sangat menarik dan

juga menjadi prioritas bagi Mad’u tersendiri”73

Selain tidak adanya kendala, mad’u juga mengtakan sangat banyak

perbedaan pesan dakwah yang disampaikan oleh seorang da’i dan juga da’iyah,

seperti yang dikatakan dalam wawancara dengan penulis, mad’u mengatakan

bahwa :

“Sangat banyak perbedaan yang didapatkan pada saat dakwah

yang disampaikan oleh Dai dan juga seorang da’iyah”74

Mad’u lainnya mengatakan bahwa :

“Seorang Da’iyah pada saat menyampaikan pesan dakwah kepada

Mad’u, lebih menyentuh dan lebih menarik karena ada hal-hal

yang hanya bisa dimengerti oleh perempuan sendiri tidak bisa

dimengerti oleh lelaki maupun seorang Dai”75

Hal senada juga disampaikan oleh mad’u lainnya, yang mengatakan

bahwa:

73
Hasil wawancara dengan mad’u di Kota Banda Aceh tanggal 10-23 November 2020
74
Hasil wawancara dengan mad’u di Kota Banda Aceh tanggal 10-23 November 2020
75
Hasil wawancara dengan mad’u di Kota Banda Aceh tanggal 10-23 November 2020
61

“Seorang da’iyah tidak pernah mau menyindir ataupun

menyalahkan kaum lelaki pada saat berdakwah berbeda dengan

seorang Da’i yang terkadang pada saat menyampaikan pesan

dakwah seringkali menjadikan perempuan ini sebagai kambing

hitam ataupun faktor penyebab terjadinya hal-hal buruk, sehingga

seringkali pesan dakwah dari seorang Dai, menyakiti hati

perempuan namun tidak bisa berkata apa-apa karena memang

sering kali jamaah perempuan itu di belakang berbeda halnya

pada saat seorang Da’iyah menyampaikan pesan tidak pernah

sekalipun menyalahkan kaum lelaki”76

Hasil wawancara penulis dengan da’iyah dinas Syariat Islam Kota Banda

aceh dan Juga Ma’u Perempuan di Kota Banda Aceh tentang kendala yang

dihadapi selama ini, dapat disimpulkan bahwa tidak ditemukan kendala yang

berarti bagi da’iyah dinas syariat Islam Kota Banda Aceh dalam menyampaikan

pesan dakwah kepada mad’u di Kota Banda Aceh, hanya faktor cuaca dan juga

transportasi yang terkadang sedikit menghambat mobilitas da’iyah dan juga

mad’u di wilayah Kota banda Aceh.

Selama ini dinas syariat Islam Kota Banda Aceh selalu memberikan

dukungan penuh kepada Da’iyah dalam setiap pelaksanaan kegiatan dakwah yang

selalu dilakukan pada waktu-waktu tertentu, dukungan dalam bentuk dana tempat

maupun informasi kepada para ma’u. Mad’u di Kota Bnada Aceh juga tidak

memili kendala dalam mengikuti serangkaian kegiatan dakwah yang dilaksanakan

76
Hasil wawancara dengan mad’u di Kota Banda Aceh tanggal 10-23 November 2020
62

oleh da’iyah dinas Syari’at Islam Kota Banda Aceh, justru mad’u lebih tertarik

pada da’iyah ketimbang dengan seorang Da’i.

Hasil dari keseluruhan wawancara mendalam penulis dengan da’iyah

Dinas Syariat Islam Kota Banda Aceh dan juga mad’u menunjukkan bahwa Pesan

dakwah prioritas yang disampaikan oleh Da’iyah Dinas Syariat Islam Kota Banda

Aceh kepada mad’u yang merupakan jama’ah perempuan yaitu tentang keluarga,

mendidik anak, tentang perempuan dalam keluarga, bagaimana membina rumah

tangga, bagaimana menjadi istri shaleha dan juga tentang fiqah yang berkaitan

dengan perempuan-perempuan. Hal ini sesuai dengan landasan teoritis yang telah

dijabarkan pada bab sebelumnya, yaitu tentang materi dalam pesan-pesan dakwah

yang disampikan oleh da’i dan juga da’iyah kepada mad’u, adapun materi hasil

penelitian ini lebih dominan kepada materi tentang masalah akhla. Secara

etimologis, kata akhlaq berasal dari bahasa Arab, jamak dari khuluqun yang

berarti budi pekerti, perangai, dan tingkah laku atau tabi‟at. Sedangkan secara

terminologi, pembahasan akhlaq berkaitan dengan masalah tabi‟at atau kondisi

temperature batin yang mempengaruhi perilaku manusia. Berdasarkan pengertian

ini, maka ajaran akhlaq dalam Islam pada dasarnya meliputi kualitas perbuatan

manusia yang merupakan ekspresi dari kondisi kejiwaannya. Islam mengajarkan

kepada manusia agar berbuat baik dengan ukuran yang bersumber dari Allah

SWT.

Kemudian kendala yang dihadapi selama ini oleh da’iyah dalam

menyampaikan pesan-pesan dakwah kepada mad’u tidak ditemukan adanya

kendala yang berarti, hanya faktor cuaca dan juga transportasi yang terkadang
63

sedikit menghambat mobilitas da’iyah dan juga mad’u di wilayah Kota banda

Aceh, lalu metode yang digunakan oleh da’iyah dalam menyampaiakan pesan

dakwah sangat sesuai dengan keinginan mad’u. Hal ini sesuai dengan landasan

teoritis yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya, yaitu tentang metode dakwah,

adapun metode dakwah yang digunakan da’iyah dinas syaraiat Islam Kota Banda

Aceh dalam penyampaiakn pesan dakwah kepada mad’u sehingga tidak

mendapatkan kendala pada saat menyampaikan pesan dakwah kepada mad’u di

Kota Banda Aceh adalah metode dakwah bil hikmah. Metode dakwah bil hikmah

artinya dakwah dengan bijak, persuasif, dan sesuai dengan kondisi atau keadaan

objek dakwah (mad'u ). Dakwah bil Hikmah merangkum semua metode dakwah

sebelumnya. Dakwah Bil Hikmah bisa dipahami sebagai dakwah yang sesuai

dengan tuntutan zaman, tuntutan kebutuhan, atau sesuai dengan situasi dan

kondisi sehingga efektif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Pesan dakwah prioritas yang

disampaikan oleh Da’iyah Dinas Syariat Islam Kota Banda Aceh kepada mad’u

yang merupakan jama’ah perempuan yaitu tentang keluarga, mendidik anak,

tentang perempuan dalam keluarga, bagaimana membina rumah tangga,

bagaimana menjadi istri shaleha dan juga tentang fiqah yang berkaitan dengan

perempuan-perempuan. Hal ini sesuai dengan landasan teoritis yang telah

dijabarkan pada bab sebelumnya, yaitu tentang materi dalam pesan-pesan dakwah

yang disampikan oleh da’i dan juga da’iyah kepada mad’u, adapun materi hasil

penelitian ini lebih dominan kepada materi tentang masalah akhla. Secara

etimologis, kata akhlaq berasal dari bahasa Arab, jamak dari khuluqun yang
64

berarti budi pekerti, perangai, dan tingkah laku atau tabi‟at. Sedangkan secara

terminologi, pembahasan akhlaq berkaitan dengan masalah tabi‟at atau kondisi

temperature batin yang mempengaruhi perilaku manusia. Berdasarkan pengertian

ini, maka ajaran akhlaq dalam Islam pada dasarnya meliputi kualitas perbuatan

manusia yang merupakan ekspresi dari kondisi kejiwaannya. Islam mengajarkan

kepada manusia agar berbuat baik dengan ukuran yang bersumber dari Allah

SWT.

Kemudian kendala yang dihadapi selama ini oleh da’iyah dalam

menyampaikan pesan-pesan dakwah kepada mad’u tidak ditemukan adanya

kendala yang berarti, hanya faktor cuaca dan juga transportasi yang terkadang

sedikit menghambat mobilitas da’iyah dan juga mad’u di wilayah Kota banda

Aceh, lalu metode yang digunakan oleh da’iyah dalam menyampaiakan pesan

dakwah sangat sesuai dengan keinginan mad’u. Hal ini sesuai dengan landasan

teoritis yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya, yaitu tentang metode dakwah,

adapun metode dakwah yang digunakan da’iyah dinas syaraiat Islam Kota Banda

Aceh dalam penyampaiakn pesan dakwah kepada mad’u sehingga tidak

mendapatkan kendala pada saat menyampaikan pesan dakwah kepada mad’u di

Kota Banda Aceh adalah metode dakwah bil hikmah. Metode dakwah bil hikmah

artinya dakwah dengan bijak, persuasif, dan sesuai dengan kondisi atau keadaan

objek dakwah (mad'u ). Dakwah bil Hikmah merangkum semua metode dakwah

sebelumnya. Dakwah Bil Hikmah bisa dipahami sebagai dakwah yang sesuai

dengan tuntutan zaman, tuntutan kebutuhan, atau sesuai dengan situasi dan

kondisi sehingga efektif.


65
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang “Urgensi Pesan Dakwah Da’iyah

Perkotaan Dalam Program Dinas Syariat Islam Kota Banda Aceh” maka penulis

memberikan kesimpulan sebagai berikut:

1. Pesan dakwah prioritas yang disampaikan oleh Da’iyah Dinas Syariat

Islam Kota Banda Aceh kepada mad’u yang merupakan jama’ah

perempuan yaitu tentang keluarga, mendidik anak, tentang perempuan

dalam keluarga, bagaimana membina rumah tangga, bagaimana menjadi

istri shaleha dan juga tentang fiqah yang berkaitan dengan perempuan-

perempuan. Mad’u dari kalangan perempuan juga merasa lebih leluasa

dalam mengikuti serangkian dakwah yang dilaksanakan oleh dinas syariat

islam Kota Banda Aceh yang pendakwahnya berasal dari kalangan

perempuan atau disebut da’iyah.

2. Kendala da’iyah dalam menyampaikan pesan dakwah terhadap mad’u di

Kota Banda Aceh tidak ada, hanya faktor cuaca dan juga transportasi yang

terkadang sedikit menghambat mobilitas da’iyah dan juga mad’u di

wilayah Kota banda Aceh. Selama ini dinas syariat Islam Kota Banda

Aceh selalu memberikan dukungan penuh kepada Da’iyah dalam setiap

pelaksanaan kegiatan dakwah yang selalu dilakukan pada waktu-waktu

tertentu, dukungan dalam bentuk dana tempat maupun informasi kepada

para ma’u. Mad’u di Kota Bnada Aceh juga tidak memili kendala dalam
67

mengikuti serangkaian kegiatan dakwah yang dilaksanakan oleh da’iyah

dinas Syaraiat Islam Kota Banda Aceh, justeru mad’u lebih tertarik pada

da’iyah ketimbang dengan seorang Da’i

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian tentang “Urgensi Pesan Dakwah Da’iyah

Perkotaan Dalam Program Dinas Syariat Islam Kota Banda Aceh” maka penulis

memberikan saran sebagai berikut:

1. Untuk Dinas Syari’at Islam Kota Banda Aceh, agar selalu memberikan

dukungan penuh kepada da’iyah dalam menyampaikan Pesan dakwah bagi

Mad’u di Kota Banda Aceh.

2. Untuk mad’u, agar selalu hadir pada saat da’iyah menyampaikan pesan

dakwah.

3. Untuk da’iyah, agar selalu bersemangat dalam menyampaiakn dakwah

kepada mad’u perempuan.

4. Untuk da’iyah, agar selalu memilih materi-materi yang sesuai dengan

kebutuhan mad’u perempuan.


DAFTAR

KEPUSTAKAAN

Buku:

Abdullah, Muhammad Qadaruddin, 2019. Pengantar Ilmu dakwah, Cetakan ke-I,

Jakarta: Qiara Media.

Ahmad Mahmud, 2002, Dakwah Islam , Bogor: Pustaka Thariqul Izzah.

Al- ‘Azmi, 2005, Sejarah Teks Al-Qur’an dari Wahyu Sampai Komplikasi Depok:

Gema Insani.

Arifin, 2004, Psikologi Dakwah,Jakarta: Bumi Aksara Anggito, Albi, dan

setiawan, Johan, 2018 Metodelogi Penelitian Kualitatif, Sukabumi:

CV Jejak.

Aziz, Moh. Ali, 2017, Ilmu Dakwah, Jakarta: Kencana, Edisi Revisi, Cetakan ke-6.

Fachruddin, Andi, 2019, Jurnalism Today, Jakarta: Kencana.

Forkomsi Feb UGM, 2019, Revolusi Industri 4.0, Sukabumi: Jejak Publisher.

Grafika.

Khasanah, Siti Uswatun, 2007, Berdakwah dengan Jalan Debat antara Muslim dan

Mamik, 2015, Metodelogi kualitatif, Sidoarjo: Zulfatama Publisher.

Mawardi, 2018, Sosiologi dakwah: Kajian Teori Sosiologi, Al-Qur’an dan Hadist,

Natsir, 1999, Dakwah dan Pemikirannya, Jakarta: Gema Insani, Cetakan I.

Non-Muslim, Yogyakarta: STAIN Purwokerto Press.

Samsul Munir Amin, 2008, Rekontruksi Pemikiran Dakwah Islam, Jakarta :

Amzah.

Samsul Munir Amin, 2009, Ilmu Dakwah, Jakarta: Amzah.

Sidoarjo: Uwais Inspirasi Indonesia.

Sugiono, 2018, Metodelogi Penelitian Kuantatid, kualitatif dan R D,

Bandung: Alfabeta.
Syamsuddin, 2016, Pengantar Psikologi dakwah, Jakarta: kencana.

Usman, Husaini, 2009, Metodelogi Penelitian Sosial, Jakarta: Bumi Aksara.

Wahid,

Wijaya, Hengki, 2018 Analisis Data Kualitatif Ilmu Pendidikan Teologi,

Makassar: Tanpa Penerbit

Zuriah, Nurul, 2006, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, Jakarta:

Media

Jurnal :

Mubasyaroh, Dakwah dan Komunikasi (Studi Penggunaan Media),vol.4 No.3,

Nurya Tazkiyah Putri, Peran Da’iyah Dalam Penyampaian Pesan Dakwah,2018.

Tabungan Aceh, 2014.

Uning Arsalna, Analisis Pesan-pesan Dakwa Pada Rubrik Tafakur Tabloid

2016
DAFTAR LAMPIRAN

PEDOMAN WAWANCARA
Urgensi Pesan Dakwah Da’iyah Perkotaan Dalam Program Dinas Syariat
Islam
Kota Banda Aceh

1. Identitas informan
Nama :
Alamat :
Pekerjaan :

2. Pertanyaan
A. Pesan dakwah prioritas da’iyah Kota Banda Aceh.
1. Apakah Ustadzah Merupakan Da’iyah di bawah naungan dinas Syariat

Islam Kota Banda Aceh?

2. Sudah berapa lama ustadzah menyampaikan pesan dakwah dalam

program dinas syariat Islam Kota Banda Aceh?

3. Ketika memberikan pesan dakwah kepada mad’u perempuan adakah

materi-materi prioritas yang ustadzah sampaikan?

4. Apa saja materi prioritas ustadzah dalam pesan dakwah kepada mad’u

perempuan di Kota Banda Aceh?

5. Kenapa Ustadzah menjadikan materi tersebut sebagai pesan dakwah

prioritas?

6. Materi prioritas apa saja yang sulit ustadzah sampaikan kepada mad’u

perempuan di Kota Banda Aceh?

Kepada Mad’u :

7. Apa saja perbedaan pesan dakwah yang disampaikan oleh da’iyah

dengan pesan dakwah yang disampaiakan oleh seorang da’i?


8. Apakah selama ini da’iyah memberikan pesan-pesan dakwah prioritas

terhadap mad’u perempuan?

9. Bagaimana pandangan mad’u perempuan terhadap materi-materi

prioritas Ustadzah?

10. Apakah materi yang disampaikan da’iyah merupakan materi prioritas

mad’u?

11. Kenapa materi tersebut menjadi prioritas bagi mad’u?

B. Kendala da’iyah dalam menyampaikan pesan dakwah terhadap


mad’u.
1. Apa saja faktor penghambat ustadzah dalam menyampaikan dakwah di

Kota Banda Aceh?

2. Apa saja faktor pendukung ustadzah dalam menyampaikan dakwah di

Kota Banda Aceh?

3. Apakah ada dukungan Dinas Syariat Islam Kota Banda Aceh pada saat

ustadzah menyampaikan pesan dakwah?

4. Dalam bentuk apa saja dukungan Dinas Syariat Islam Kota Banda

Aceh pada saat ustadzah menyampaikan pesan dakwah ?

5. Apakah ada kendala saat ustadzah menyampaikan pesan dakwah

kepada mad’u perempuan di kota Banda Aceh?

6. Apa saja kendala ustadzah menyampaikan pesan dakwah kepada

mad’u perempuan di kota Banda Aceh?


7. Bagaimanakah upaya ustadzah dalam menghadapi kendala-kendala

dalam menyampaikan pesan dakwah kepada mad’u perempuan di kota

Banda Aceh?

Kepada mad’u :

8. Adakah kendala mad’u saat mengikuti dakwah yang disampaikan oleh

da’iyah?

9. Adakah perbedaan mad’u dalam mengikuti dakwah yang disampaikan

oleh da’iyah dan sedorang da’i?

10. Apa saja bentuk perbedaan saat mengikuti dakwah dengan da’iyah dan

da’i?
LAMPIRAN GAMBAR

Wawancara Penulis Dengan Informan (10/12/2020)

Dokumentasi wawancara penulis dengan Informan (10/11/2020)


Dokumentasi wawancara penulis dengan Informan (12/11/2020)

Dokumentasi wawancara penulis dengan Informan (12/11/2020)


Dokumentasi wawancara penulis dengan Informan (14/11/2020)

Dokumentasi wawancara penulis dengan Informan (10/11/2020)


Dokumentasi wawancara penulis dengan Informan (10/11/2020)

Dokumentasi wawancara penulis dengan Informan (10/11/2020)


Dokumentasi wawancara penulis dengan Informan (10/11/2020)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Identitas Diri
1. Nama Lengkap :
2. Tempat / Tgl. Lahir :

3. Jenis Kelamin :
4. Agama :
5. NIM / Jurusan :
6. Kebangsaan :
7. Alamat :
a. Kecamatan :
b. Kabupaten :
c. Propinsi :
8. Email :

Riwayat Pendidikan
9. MI/SD/Sederajat Tahun Lulus 2009
10. MTs/SMP/Sederajat Tahun Lulus 2012
11 MA/SMA/Sederajat Tahun Lulus 2015
Orang Tua/Wali
13. Nama ayah :
14. Nama Ibu :
15. Pekerjaan Orang Tua :
16. Alamat Orang Tua :
a. Kecamatan :
b. Kabupaten :
c. Propinsi :

Banda Aceh, 12 Desember 2020


Peneliti,

(Intan Maulida)

Anda mungkin juga menyukai