Anda di halaman 1dari 19

CONTOH FENOMENA TRANSCULTURAL YANG SERING DIJUMAPAI

DI DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN ATAU MASYARAKAT

Dosen Pembimbing :

Ns. Yulia Candra,S.Kep.M.Kep

Nama kelompok 4:

1.Ignasius Farman (AOA0190902)


2.Nardo Firando (AOA0190908)
3.Natalia Desi (AOA0190909)
4.Restu Pamungkas (AOA0190911)
5.Riska Sri Puji Lestari (AOA0190912)
6.Rismen Berisigep (AOA0190913)
7.Vanessa Salimar (AOA0190919)
8.Zakiatul Asfiya (AOA0190925)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
senantiasa rahmat serta hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan tugas
makalah dengan judul “Contoh Fenomena Transculturl yang sering dijumpai di
tempat praktik keperwatan atau masyarakat”

Dalam menyelesaikan makalah ini kami telah berusaha untuk mencapai


hasil yang maksimum, tetapi dengan keterbatasan wawasan, pengetahuan, dan
kemampuan yang kami miliki, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna.

Selanjutnya, kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang


telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Apabila banyak kesalahan dan
kekurangan dalam penulisan dan keterbatasan materi, penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Semoga makalah ini berguna bagi yang membacanya.

Malang. 28 September 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................

DAFTAR ISI............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................

1.1 Latar Belakang………………………………………………………………..

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………….

1.3 Tujuan dan Manfaat…………………………………………………………..

BAB II LANDASAN TEORI……………………………………………………

2.1 Keperawatan Transkultural…………………………………………………..

2.2 Transkultur…………………………………………………………………..

2.3 Transkultural Dalam Praktek Keperawatan…………………………………..

2.4 Implikasi Transkultural Dalam Praktek Keperawatan………………………..

2.5 Contoh fenomena Transkultural………………………………………………

BAB III PENUTUP……………………………………………………………...

3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………

3.2 Saran…………………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Transcultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada


proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan
kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan
pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan
untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya
kepada manusia (Leininger, 2002). Asumsi mendasar dari teori adalah perilaku
Caring. Caring adalah esensi dari keperawatan, membedakan, mendominasi serta
mempersatukan tindakan keperawatan. Tindakan Caring dikatakan sebagai
tindakan yang dilakukan dalam memberikan dukungan kepada individu secara
utuh. Perilaku Caring semestinya diberikan kepada manusia sejak lahir, dalam
perkembangan dan pertumbuhan, masa pertahanan sampai dikala manusia itu
meninggal. Human caring secara umum dikatakan sebagai segala sesuatu yang
berkaitan dengan dukungan dan bimbingan pada manusia yang utuh. Human
caring merupakan fenomena yang universal dimana ekspresi, struktur dan polanya
bervariasi diantara kultur satu tempat dengan tempat lainnya.

Mempertahankan budaya yaitu strategi yang pertama dilakukan bila


budaya pasien pasien tidak bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan
implemenasi keperawatan diberikan sesuai nilai- nilai yang relevan yang telah di
miliki klien, sehingga klien dapat meningkatkan atau mempertahankan status
kesehatannya. Negosiasi budaya merupakan stategi yang kedua yaitu intervensi
dan implementasi keperawatan untuk membantu klien beradaptasi terhadap
budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatannya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Transkultural Nursing ?

2. Contoh fenomena transcultural yang sering dijumpsi di RS atau masyarakat


C. Tujuan dan Manfaat

1. Memenuhi tugas Mata Kuliah antropologi kesehatan

2. Untuk mengetahui pengertian transkultural.

3. Untuk mengetahui contoh fenomena yang sering dijumpai di tempat praktik


atau masyarakat
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Keperawatan Transkultural

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional dan merupakan


bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat, bentuk
pelayanan bio-psiko-spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu,
keluarga, dan masyarakat (Lokakarya Nasional,1983).

Keperawatan didefinisikan sebagai diagnosis dan tidakan terhadap respons


manusia pada masalah kesehatan aktual atau professional dan situasi kehidupan
(Nusing: A Social Policy Statement, 1985;NANDA,1990).

Peran perawat adalah melaksanakan pelayanan keperawatan dalam


suatu sistem pelayanan kesehatan sesuai dengan kebijakan umum pemerintah
yang berlandaskan pancasila, khususnya pelayanan atau asuhan keperawatan
kepada individu, keluarga, kelompok, dan komunitas berdasarkan kaidah-kaidah,
yaitu:

1. Menunjukkan sikap kepemimpinan dan bertanggungjawab dalam mengelola


asuhan keperawatan.

2. Berperan aktif dalam kegiatan penelitian di bidang keperawatan dan


menggunakan hasil dari teknologi untuk meningkatkan mutu dan jangkauan
pelayanan atau asuhan keperawatan.

3. Berperan aktif dalam mendidik dan melatih pasien dalam kemandirian untuk
hidup sehat.

4. Mengembangkan diri terus menerus untuk meningkatkan kemampuan


professional.

5. Memelihara dan mengembangkan kepribadian serta sikap yang sesuai dengan


etika keperawatan dalam melaksanakan profesinya. Berfungsi sebagai anggota
masyarakat yang berperan aktif, reproduktif, terbuka untuk menerima perubahan
serta berorientasi kemasa depan, sesuai dengan perannya.

B. Transkultur

Transkultural terdiri atas dua kata dasar yaitu “trans” yang berarti
“berpindah” atau “suatu perpindahan” dan satu kata lagi yaitu “kultur” yang
berarti “kebudayaaan”. Kultur atau keudayaan adalah suatu cara hidup yang
berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan
dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit,
termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian,
bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian
tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung
menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha
berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan
perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. Budaya juga
merupakan suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan
luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur
sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia (Wikipedia
bahasa Indonesia). Secara singkat keperawatan transkultural atau transkultural
nursing dapat diartikan sebagai keperawatan lintas budaya.

C. Transkultural Dalam Praktek Keperawatan

1. Konsep Perilaku

Perilaku merupakan basil hubungan antara perangsang (stimulus) dan respon


Skinner, cit. Notoatmojo 1993). Perilaku tersebut dibagi lagi dalam 3 domain
yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Kognitif diukur dari pengetahuan, afektif
dari sikap psikomotor dan tindakan (ketrampilan). Pengetahuan diperoleh dari
pengalaman, selain guru, orangtua, teman, buku, media massa (WHO 1992).
Menurut Notoatmojo (1993), pengetahuan merupakan hasil dari tabu akibat proses
penginderaan terhadap suatu objek. Penginderaan tersebut terjadi sebagian besar
dari penglihatan dan pendengaran. Pengetahuan yang cakap dalam koginitif
mempunyai enam tingkatan, yaitu : mengetahui, memahami, menggunakan,
menguraikan, menyimpulkan dan evaluasi.

Menurut Notoatmojo (1993) sikap merupakan reaksi yang masih tertutup,


tidak dapat terlihat langsung. Sikap hanya dapat ditafsirkan dari perilaku yang
nampak. Menurut Harvey & Smith (1997) sikap, keyakinan dan tindakan dapat
diukur. Sikap tidak dapat diamati secara langsung tetapi sikap dapat diketahui
dengan cara menanyakan terhadap yang bersangkutan dan untuk menanyakan
sikap dapat digunakan pertanyaan berbentuk skala. .Perubahan perilaku dalam diri
seseorang dapat terjadi melalui proses belajar. Belajar diartikan sebagai proses
perubahan perilaku yang didasari oleh perilaku terdahulu.Dalam proses belajar
ada tiga unsur pokok yang saling berkaitan yaitu masukan (input), proses, dan
keluaran (output) (Notoatmojo 1993)..

Ada beberapa hal yang mempengaruhi perilaku seseorang, sebagian terletak


di dalam individu sendiri yang disebut faktor intern dan sebagian terletak diluar
dirinya yang disebut faktor ekstern, yaitu faktor lingkungan.

D. Implikasi Transkultural Dalam Praktek Keperawatan

1. Keperawatan

Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada


praktik keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang
budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan memnadirikan individu sesuai dengan
budaya klien. Strategi yang digunakan dalam asuhan keperawatan adalah
perlindungan/ mempertahankan budaya, mengakomodasi/ negoasiasi budaya dan
mengubah/ mengganti budaya klien (Leininger, 1991).

a. Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan


dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai
dengan nilai-nilai yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat
meningkatkan atau mempertahankan status kesehatannya, misalnya budaya
berolahraga setiap pagi

b. Negosiasi budaya . Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini


dilakukan untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih
menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat memilih dan
menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan kesehatan, misalnya
klien sedang hamil mempunyai pantang makan yang berbau amis, maka ikan
dapat diganti dengan sumber protein hewani yang lain.

c. Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan


status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang
biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup yang dipilih
biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianut

2. Proses keperawatan

Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap


pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

a) Pengkajian

Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalah


kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien. Pengkajian dirancang
berdasarkan 7 komponen yang ada pada "Sunrise Model"

b) Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang budayanya yang
dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan. (Giger and
Davidhizar, 1995). Terdapat tiga diagnosa keperawatan yang sering ditegakkan
dalam asuhan keperawatan transkultural yaitu : gangguan komunikasi verbal
berhubungan dengan perbedaan kultur, gangguan interaksi sosial berhubungan
disorientasi sosiokultural dan ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan
dengan sistem nilai yang diyakini.

c) Perencanaan dan Pelaksanaan


Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan trnaskultural adalah
suatu proses keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu
proses memilih strategi yang tepat dan pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan
yang sesuai denganlatar belakang budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995). Ada
tiga pedoman yang ditawarkan dalam keperawatan transkultural (Andrew and
Boyle, 1995) yaitu : mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya
klien tidak bertentangan dengan kesehatan, mengakomodasi budaya klien bila
budaya klien kurang menguntungkan kesehatan dan merubah budaya klien bila
budaya yang dimiliki klien bertentangan dengan kesehatan.

d) Evaluasi

Evaluasi asuhan keperawatan dilakukan terhadap keberhasilan klien tentang


mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya klien
yang tidak sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang
mungkin sangat bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi
bisa diketahui latar belakang budaya pasien.
CONTOH

Adapun penjelasan lebih lanjut dari fenomena lintas budaya menurut Giger &
Davidhizar (1995) dalam Potter dan Perry ( 2005 ) adalah sebagai berikut:

1. Organisasi Fenomena Lintas Budaya : Kontrol Lingkungan

Kontrol lingkungan mengacu pada kemampuan dari anggota kelompok


cultural tertentu untuk merencanakan aktivitas yamg mengontrol sifat dan factor
lingkungan langsung (Giger & Davidhizar, 1995). Termasuk di dalamnya adalah
sistem keyakinan tradisional tentang kesehatan dan penyakit, praktik pengobatan
tradisional, dan penggunaan penyembuh tradisional. Fenomena kultural tertentu
ini memainkan peran yang sangat penting daam cara klien berespons terhadap
pengalaman yang berkaitan dengan kesehatan, termasuk cara dimana menerka
mendefinisikan kesehatan dan penyakit dan mencari serta menggunakan sumber
kesehatan dan asuhan keperawatan serta dukungan sosial.

Contoh:

Kepercayaan masyarakat tentang pengobat tradisional ( dukun ) menjadi


pilihan utama pengobatan bagi klien. Klien merasa hubungan dengan dukun
lebih erat dibandingkan dengan tenaga perawatan kesehatan profesional. Klien
menganggap dukun sebagai seseorang yang memahami masalah dalam konteks
kultural, berbicara dengan bahasa yang sama, dan mempunyai pandangan yang
sama tentang dunia.

2. Organisasi Fenomena Lintas Budaya: Variasi Biologis

Terdapat beberapa cara di mana seseorang dari satu kelompok cultural


berbeda secara biologis ( misalnya: secara fisik dan genetik ) dari anggota
kelompok kultural lainnya. Berikut ini adalah beberapa contoh signifikan untuk
dipertimbangkan :

Struktur dan Bentuk Tubuh : Terdapat perbedaan tulang dan structural di antara
kelompok, seperti bentuk tubuh. yang lebih kecil dari kebangsaan Asia.
Warna Kulit : Terdapat variasi dala tonus, tekstur, kemampuan penyembuhan, dan
folikel rambut.

Variasi Enzimatik dan Genetic : Variasi ini mencakup cara klien berespons
terhadap obat dan terapi diet.

Kerentanan Terhadap Penyakit : Banyak penyakit mempunyai angka morbiditas


yang lebih tinggi dalam kelompok tertentu. Penyakit ini termasuk tuberculosis,
yang angka kesakitannya lebih tinggi pada suku Indian-Amerika; diabetes
mellitus, yang angka kesakitannya lebih tinggi pada suku yang berasal dari
Spanyol dan Indian-Amerika; hipertensi, yang angka kesakitannya lebih tinggi
pada bangsa Kulit Hitam dari Afrika.

Variasi Nutrisi : Ada banyak contoh dari kesukaan nutrisi, berkisar antara
kesukaan panas dan dingin yang ditemukan diantara orang Amerika keturunan
Spanyol, kesukaan yindan yang yang ditemukan di antara keturunan Asia-
Amerika, dan peran diet halal yang ditemukan di antara orang Yahudi dan Islam-
Amerika. Kelainan nutrisi umum adalah intoleransi laktosa, yang ditemukan di
antara orang Meksiko, Kulit Hitam dari Afrika, Asia, dan Yahudi Eropa Timur
(Giger & Davidhizar, 1995).

Contoh:

Seorang klien yang di rawat di suatu rumah sakit berasal dari China. Klien
mengalami dehidrasi dan perawat menyarankan klien untuk minum air yang
banyak agar kondisinya membaik. Perawat memberikan air dingin. Klien menolak
untuk meminum air tersebut karena klien mempunyai kepercayaan jika sakit tidak
boleh minum air dingin ( yin dan yang ). Perawat harus memahami kepercayaan
klien tersebut dan memberikan air yang hangat.

3. Organisasi Fenomena Lintas Budaya : Organisasi Sosial

Lingkungan sosial di mana seseorang dibesarkan dan bertempat tinggal


memainkan peran penting dalam perkembangan dan identitas kultural mereka.
Anak-anak belajar tentang respons terhadap peristiwa kehidupan dari keluarga
mereka dan dari kelompok etnoreligi. Proses sosialisasi ini adalah suatu bagian
warisan yang diturunkan(cultural, agama, dan latar belakang etnik). Organisasi
social mengacu pada unit keluarga ( keluarga kecil, orang tua tunggal, atau
keluarga besar ) dan organisasi kelompok social ( keagamaan atau etnik ) yang
dapat diidentifikasi oleh klien atau keluarga.

Hambatan Sosial Pada Perawatan Kesehatan

Beberapa rintangan sosial seperti : pengangguran, kekurangan pekerjaan,


tunawisma, tidak memiliki asuransi kesehatan, dan kemiskinan menghambat
seseorang untuk memasuki system perawatan kesehatan. Kemiskinan sejauh ini
merupakan factor yang paling kritis. Kemiskinan adalah istilah relative dan selalu
berubah sesuai waktu dan tempat. Di Amerika Serikat, kemiskinan adalah
pervasive dan ditemukan secara luas diantara orang-orang di area geografis
tertentu ( mis. Appalachia, area pedesaan lain, dan area perkotaan ) dan kelompok
tertentu ( mis. Kulit hitam dari Afrika, Spanyol, dan Indian-Amerika, Eskimo,
atau Aletus; kelompok lansia; pekerja migran; dan pendatang illegal ). Kesehatan
yang buruk, penyakit yang melumpuhkan kehidupan, penyalahgunaan obat dan
alcohol, dan tingkat pendidikan yang minimimal adalah penyebab social yang
menyebabkan kemiskinan.

Contoh:

Seorang klien yang menderita DM, di rawat di rumah sakit pemerintah.


Klien tersebut berasal dari suku Batak yang memiliki karakter yang keras.
Perawat harus memahami perbedaan budaya yang dimiliki klien.

4. Organisasi Fenomena Lintas Budaya : Komunikasi

Pengertian Komunikasi Lintas Budaya

Komunikasi lintas budaya / KLB (cross-cultural communication) secara


tradisional membandingkan fenomena komunikasi dalam budaya-budaya berbeda.
Contoh bagaimana gaya komunikasi pria dalam budaya Amerika dan budaya
Indonesia. Komunikasi lintas budaya lebih menekankan pada perbandingan pola-
pola komunikasi antarpribadi di antara peserta komunikasi yang berbeda
kebudayaan.
Perbedaan komunikasi ditunjukan dalam banyak cara, termasuk perbedaan
bahasa, perilaku, verbal, dan non-verbal, dan diam. Perbedaan bahasa
kemungkinan merupakan factor terpenting dalam memberikan asuhan
keperawatan transkultural karena perbedaan ini memberi dampak pada semua
tahap proses keperawatan. Komunikasi yang jelas dan efektif adalah aspek
penting ketika berhubungan dengan klien, terutama jika perbedaan bahasa
menciptakan rintangan cultural antara perawat dan klien. Ketidakberhasilan untuk
berkomunikasi secara efektif dengan klien tidak hanya menyebabkan penundaan
dalam diagnosis dan tindakan tetapi juga dapat mengarah pada hasil yang tragis.

Perawat harusnya tidak berasumsi bahwa klien memahami apa yang sudah
diucapkan. Intervensi keperawatan yang lebih tepat harus menunjukan bagaimana
membersihkan area yang akan dioperasi dengan povidon-iodin, kemudian
meminta klien untuk mengulangi tindakan tersebut. Tidak ada kata-kata yang
harus diucapkan; namun dengan melakukan prosedur ini atau prosedur lainnya
dengan gerakan pantomime, klien menangkap apa yang perawat ajarkan dan
kemudian mampu untuk mengikuti petunjuk yang diberikan perawat.

Ketika kehilangan media interaksi yang paling umum dengan klien, yaitu
bahasa sehari-hari, perawat sering menjadi prustasi dan tidak efektif. Perawat
harus berkomunikasi dengan klien terbatas dalam bahasa yang mereka gunakan.
Beberapa perawat cenderung untuk menghindari klien dengan siapa mereka tidak
dapat berkomunikasi. Hal ini menciptakan lingkungan erat kesalahpahaman
cultural. Menurut Muecke ( 1970 ), perawat dapat berperilaku terhadap klien
dalam cara berikut yang dapat disalah mengerti :

Perawat meneriakkan kata-kata yang sama lebih keras. Dengan


mengeraskan suara , tidak akan membuat kata-kata tersebut dapat dipahami, dan
tindakan seperti ini dapat juga menunjukan permusuhan dengan klien. Perawat
berfokus pada tugas ketimbang pada klien. Hal ini menujukkan bahwa perawat
lebih tertarik pada tugasnya ketimbang pada klien. Perawat berhenti berbicara
dengan klien dan mulai melakukan sesuatu bagi klien ketimbang bersama klien,
sikap ini menyatakan secara tidak langsung tentang inferioritas klien.
Contoh :

Misalnya, pada seorang klien, perawat yang berbahasa inggris tidak


berhasil menentukan bahwa klien benar-benar memahami instruksi preoperative
tentang membersihkan bagian yang hendak dioperasi menggunakan povidon-iodin
( Betadin ). Klien yang tidak bisa berbahasa Indonesia, sepanjang penjelasan
tentang instruksi, mengangguk dan tersenyum ketika perawat menanyakan, “
Anda mengerti apa yang Saya katakan ?” Perawat menilai bahwa klien memahami
instruksi yang ia berikan. Yang lebuh mencengangkan perawat, klien meminum
seluruh isi botol povidon-iodin dan bukan menggunakan cairan tersebut untuk
membersihkan bagian yang akan dioperasi.

Jika klien tidak berbicara dengan bahasa perawat, maka diperlukan


pengalih bahasa. Namun demikian sering terjadi di mana klien dapat berbicara
dengan bahasa perawat dengan kemampuan terbatas atau menggunakan bahasa
dengat makna denotative atau konotatif yang berbeda dari makna yang dimiliki
perawat. Misalnya, klien dengan keterbatasan bahasa mungkin mengetahui ucapan
salam yang umum seperti “ Apa kabar ?” atau “Halo” tetapi tidak mengetahui
istilah kesehatan seperti “nyeri” atau “suhu tubuh” yang biasa dipahami oleh
orang kebanyakan dalam kelompok cultural perawat.

5. Fenomena Lintas Budaya : Jarak/ Ruang

Ruang personal mencakup perilaku individu dan sikap yang ditujukan


pada ruang disekitar mereka. Teritorialitas adalah suatu sikap yang ditujukan pada
suatu area seseorang yang diklaim dan dipertahankan atau bereaksi secara
emosional ketika orang lain memasuki area tersebut. Keduanya dipengaruhi oleh
kultur, dan karenanya kelompok etnik yang berbeda mempunyai berbagai norma
yang berhubungan dengan penggunaan ruang tersebut. Cara Kita menggunakan
ruang jarak sering menyatakan kepada orang lain sesuatu mengenai diri kita
secara pribadi maupun kebudayaan. Aturan – aturan yang menentukan ruang jarak
dipelajari sebagai bagian dari masing – masing kebudayaan.

Anggota staf dank klien lain sering memasuki territorial klien di rumah
sakit, termasuk ruangan mereka, tempat tidur, kamar kecil, dan benda milik klien.
Perawat harus mencoba untuk menghargai territorial klien sebanyak yang dapat
dilakukan perawat, terutama keika melakukan prosedur keperawatan. Perawat
juga harus menyambut anggota keluarga dan keluarga besar klien yang
mengunjungi klien. Hal ini akan tetap mengingatkan klien seperti dirumahnya,
menurunkan efek isolasi dan syok akibat perawatan di rumah sakit.

Ruang personal tercakup dalam banyak aktivitas keperawatan, dan perawat


harus sensitive terhadap sikap klien yang ditujukan kepada ruang personal.
Misalnya, dalam memberikan asuhan keperawatan sering mengaharuskan perawat
menyentuh tubuh klien, suatu tindakan yang mempunyai makna berbeda pada
kultur yang berbeda dan bagi individu yang berbeda pula. Tindakan menenangkan
bagi seorang klien mungkin dianggap sebagai tindakan yang mengancam bagi
klien lain. Standar perilaku juga beragam dalam kaitannya dengan siapa, pria atau
wanita, dapat menyentuh klien dan di bagian mana.

Penyamarataan tentang penggunaan ruang personal didasarkan pada studi


mengenai perilaku dari European North Americans. Penggunaan ruang personal
beragam diantara individu dan kelompok etnik. Kerendahan hati yang sangat
eksterm yang dipraktik oleh beberapa kelompok kultur tertentu, seperti Hipanik-
Amerika, dapat menghambat anggota etnik tersebut untuk mencari perawatan
kesehatan preventif. Lebih banyak riset yang harus dilakukan tentang kelompok
cultural lain untuk mampu memahami secara menyeluruh sifat ruang personal dari
perspektif multicultural.

Contoh :

Dalam pemberian keperawatan atau asuhan keperawatan perawat biasanya


memberikan jarak yang nyaman untuk pasien tehdapa dunia luar yang belum
dikenalnya, atau mungkin pasien sendiri yang memberikan batasan jarak kepada
perawat atau lingkungan sekitar untuk dirinya sendiri. Misalnya pasien hanya
memperbolehkan perawat melakukan beberapa tindakan keperawatan saja seperti
injeksi, TTV dll. Sedangkan hal – hal yang bersifat pribadi seperti memandikan
pasien biasanya enggan karena belum terbiasa oleh karena itu pasien memberikan
jarak terhadap perawat.
6. Fenomena Lintas Budaya : Orientasi/ Waktu

Orientasi yaitu merefleksikan tujuan dan pendekatan pada hidup dimana


anggota individu dari masyarakat menemukan apa yang diinginkan. Disini
termasuk aktif/pasif, kepuasan sensual/pantangan, material/non material, kerja
keras/santai, penundaan kepuasan/kesegeraan kepuasan, dan
keberagamaan/keduniawian. Langkah – langkah untuk bisa berkomunikasi lintas
budaya adalah berorientasi pada masing – masing budaya seseorang atau
kelompok masyarakat tersebut. Pengenalan budaya menjadi hal yang sangat
penting dalam hal ini.

Contoh :

Banyak budaya atau kultur di Amerika Serikat atau Kanada cenderung


berorientasi pada masa mendatang. Masyarakat dari budaya ini cenderung
memikirkan tujuan jangka panjang. Mereka menyukai perencanaan jauh ke depan
dengan membuat jadwal, perjanjian atau mengorganisasikan aktivitas. Selain itu
orientasi waktu juga memiliki peranan yang sangat penting. Contohnya dalam
memberikan asuhan keperawatan karena kecenderungan dari masyarakat yang
berorientasi pada situasi saat ini dibandingkan situasi yang akan datang. Misalnya
klien mungkin enggan melaksanakan sesuatu untuk kesehatannya sendiri hal ini
bukan disebabkan karena klien tidak menghargai perawat tapi karena mereka
tidak terlalu memikirkan perencanaan ke depan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program


pendidikankeperawatan, berwenang di negara bersangkutan untuk memberikan
pelayanan dan bertanggung jawab dalam peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit serta pelayanan terhadap pasien. Implikasi berfungsi membandingkan
antara hasil penelitian yang lalu dengan hasil penelitian yang baru dilakukan.
Transcultural nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses
belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaanh dan
kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat, sakit didasarkan
pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan
untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya
kepada manusia (leininger, 2002).

B. Saran

Perawat diharapkan memahami betapa pentingnya peran agama dalam


keperawatan, karena perawat dituntut untuk bisa melayani kebutuhan klien sesuai
dengan ajaran ajaran agama. Kami sebagai penulis makalah ini menyatakan
siapapun yang membaca makalah ini dapat memahami pengertian dan memahami
model dan konsep dari Peranan Agama dan Kepercayaan dalam Keperawatan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menciptakan pemilihihan
kepemimpinan yang baik,dan semoga makalah ini memberikan dorongan,
semangat, bahkan pemikiran para pembaca,dengan makalah ini menjadi pedoman
kaidah yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

Swasono. M.F, (1997), Kehamilan, kelahiran, Perawatan Ibu dan Bayi dalam

Konteks Budaya, Jakarta, UI Press

Royal College of Nursing (2006), Transcultural Nursing Care of Adult ; Section


One

Understanding The Theoretical Basis of Transcultural Nursing Care

Ditelusuri tanggal 14 Oktober 2006 dari

http://www.google.com/rnc.org/transculturalnursing. Transcultural Nursing Care


of Adult ; Section Two

Transcultural NursingModels ; Theory and Practice, Ditelusuri tanggal 14


Oktober 2006 dari http://www.google.com/rnc.org/transculturalnursing.
Transcultural Nursing Care of Adult ; Section Three

Application of Transcultural Nursing Models, Ditelusuri tanggal 14

Anda mungkin juga menyukai