Anda di halaman 1dari 23

1

PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN KELUARGA


HIPERTENSI
Disusun untuk memenuhi laporan pendahuluan Praktek klinik
Keperawatan Keluarga

Dosen pembimbing :
Ns. Veny Erlisa Riskia Irawan, M.Kes.
Disusun Oleh Kelompok :

1. Vany Triswanda (AOA0190920)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
SEKOLAH TINGGA ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG
TAHUN AJARAN 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP KELUARGA

1. Definisi Keluarga

Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang

diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap

anggota keluarga selalu berinteraksi satu dengan yang lain (Mubarak,

2011).

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas

kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di

suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan

(Setiadi, 2012). Sedangkan menurut Friedman keluarga adalah unit

dari masyarakat dan merupakan lembaga yang mempengaruhi

kehidupan masyarakat. Dalam masyarakat, hubungan yang erat antara

anggotanya dengan keluarga sangat menonjol sehingga keluarga

sebagai lembaga atau unit layanan perlu di perhitungkan.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

keluarga yaitu sebuah ikatan (perkawinan atau kesepakatan), hubungan

(darah ataupun adopsi), tinggal dalam satu atap yang selalu

berinteraksi serta saling ketergantungan.

2. Etiologi

Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik


(idiopatik). Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output
atau peningkatan tekanan perifer.  Namun ada beberapa faktor yang
mempengaruhi terjadinya hipertensi:
a. Genetik: Respon neurologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau
transport  Na.
b. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan
tekanan darah meningkat.
c. Stress Lingkungan.
d. Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta
pelebaran pembuluh darah.
Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
a. Hipertensi Esensial (Primer)
Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi
seperti genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik,
system rennin angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas, merokok dan
stress.
b. Hipertensi Sekunder
Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vaskuler renal.
Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan – perubahan pada :
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.

d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah


Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
a. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti
penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor
yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah
sebagai berikut :
Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan
lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah
penderita hipertensi
Ciri perseorangan
1) Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
2) Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
3) Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
4) Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
5) Kebiasaan hidup
6) Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi
adalah :
7) Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )
8) Kegemukan atau makan berlebihan
9) Stress
10) Merokok
11) Minum alcohol
12) Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
b. Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah :
1) Ginjal
2) Glomerulonefritis
3) Pielonefritis
4) Nekrosis tubular akut
5) Tumor
6) Vascular
7) Aterosklerosis
8) Hiperplasia
9) Trombosis
10) Aneurisma
11) Emboli kolestrol
12) Vaskulitis
13) Kelainan endokrin
14) DM
15) Hipertiroidisme
16) Hipotiroidisme
17) Saraf
18) Stroke
19) Ensepalitis
20) SGB
21) Obat – obatan
22) Kontrasepsi oral
23) Kortikosteroid

3. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah


terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor
ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda
spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di
toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti
kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah
terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat
sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla
adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks
adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat
respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan
rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada
gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon
ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini
cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan
structural dan fungsional pada system pembuluh perifer
bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia
lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas
jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah,
yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang
pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang
kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh
jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung
dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2001).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi
palsu” disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi
oleh cuff sphygmomanometer (Darmojo, 1999).
Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang
diteruskan ke sel jugularis. Dari sel jugularis ini bisa meningkatkan
tekanan darah. Dan apabila diteruskan pada ginjal, maka akan
mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan dengan
Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada angiotensinogen II
berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah, sehingga
terjadi kenaikan tekanan darah.Selain itu juga dapat meningkatkan
hormone aldosteron yang menyebabkan retensi natrium. Hal tersebut
akan berakibat pada peningkatan tekanan darah. Dengan peningkatan
tekanan darah maka akan menimbulkan kerusakan pada organ-organ
seperti jantung. ( Suyono, Slamet. 1996 ).

4. Manifestasi Klinik Hipertensi

Sebagian besar manifestasi klinis timbul setelah mengalami hipertensi


bertahun-tahun, dan berupa:
1. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah
2. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi
3. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf
pusat
4. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus
5. Edema akibat peningkatan tekanan kapiler (Corwin, 2009).
Pada hipertensi maligna yang merupakan tipe hipertensi berat yang
secara progresif, dimana tekanan darah diastoliknya > 115 mmHg.
Hipertensi maligna meningkatkan risiko gagal ginjal, gagal jantung kiri,
dan stroke. Seseorang dengan maligna biasanya memiliki gejala-gejala:
1. Morning headaches
2. Penglihatan kabur
3. Sesak napas atau dispnea
4. Dan gejala uremia
A. Asuhan Keperawatan Keluarga

Asuhan keperawatan keluarga merupakan suatu rangkaian kegiatan

dalam praktek keperawatan yang diberikan pada klien sebagai anggota

keluarga pada tatanan komunitas dengan menggunakan proses

keperawatan, berpedoman pada standar keperawatan dalam lingkup

wewenang serta tanggung jawab keperawatan (WHO, 2014).

Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian yang

diberikan melalui praktik keperawatan dengan sasaran keluarga. Asuhan

ini bertujuan untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang dialami

keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan, yaitu

sebagai berikut (Heniwati, 2008) :

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan,

agar diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan

keluarga. Sumber informasi dari tahapan pengkaajian dapat

menggunakan metode wawancara keluarga, observasi fasilitas rumah,

pemeriksaan fisik pada anggota keluarga dan data sekunder.

Hal-hal yang perlu dikaji dalam keluarga adalah :

a. Data Umum

Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :

1) Nama kepala keluarga

2) Alamat dan telepon

3) Pekerjaan kepala keluarga


4) Pendidikan kepala keluarga

5) Komposisi keluarga dan genogram

6) Tipe keluarga

7) Suku bangsa

8) Agama

9) Status sosial ekonomi keluarga

10) Aktifitas rekreasi keluarga

b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga meliputi :

1) Tahap perkembangan keluarga saat ini ditentukan dengan anak

tertua dari keluarga inti.

2) Tahap keluarga yang belum terpenuhi yaitu menjelaskan

mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh

keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut

belum terpenuhi.

3) Riwayat keluarga inti yaitu menjelaskan mengenai riwayat

kesehatan pada keluarga inti yang meliputi riwayat penyakit

keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga,

perhatian terhadap pencegahan penyakit, sumber pelayanan

kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta pengalaman-

pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.

4) Riwayat keluarga sebelumnya yaitu dijelaskan mengenai

riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri.


c. Pengkajian Lingkungan

1) Karakteristik rumah

2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW

3) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

4) Sistem pendukung keluarga

d. Struktur keluarga

1) Pola komunikasi keluarga yaitu menjelaskan mengenai cara

berkomunikasi antar anggota keluarga.

2) Struktur kekuatan keluarga yaitu kemampuan anggota keluarga

mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah

perilaku.

3) Struktur peran yaitu menjelaskan peran dari masing-masing

anggota keluarga baik secara formal maupun informal.

4) Nilai atau norma keluarga yaitu menjelaskan mengenai nilai dan

norma yang dianut oleh keluarga yang berhubungan dengaan

kesehatan.

5) Fungsi keluarga :

a) Fungsi afèktif, yaitu perlu dikaji gambaran diri anggota

keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga,

dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lain,

bagaimana kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan

bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling

menghargai.
b) Fungsi sosialisai, yaitu perlu mengkaji bagaimana

berinteraksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana

anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan

perilaku.

c) Fungsi perawatan kesehatan, yaitu meenjelaskan sejauh

mana keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlu

dukungan serta merawat anggota keluarga yang sakit. Sejauh

mana pengetahuan keluarga mengenal sehat sakit.

Kesanggupan keluarga dalam melaksanakan perawatan

kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga dalam

melaksanakan tugas kesehatan keluarga, yaitu mampu

mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk

melakukan tindakan, melakukan perawatan kesehatan pada

anggota keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan yang

dapat meningkatan kesehatan dan keluarga mampu

memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di

lingkungan setempat.

d) Pemenuhan tugas keluarga. Hal yang perlu dikaji adalah

sejauh mana kemampuan keluarga dalam mengenal,

mengambil keputusan dalam tindakan, merawat anggota

keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan yang

mendukung kesehatan dan memanfaatkan fasilitas pelayanan

kesehatan yang ada.


6) Stres dan koping keluarga

a) Stressor jaangka pendek dan panjang

(1) Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami

keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu

kurang dari 5 bulan.

(2) Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami

keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu

lebih dari 6 bulan.

b) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor

c) Strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi

permasalahan.

d) Strategi adaptasi fungsional yang divunakan bila menghadapi

permasalah

e) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua anggotaa

keluarga. Metode yang digunakan pada pemeriksaan fisik

tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik di klinik. Harapan

keluarga yang dilakukan pada akhir pengkajian, menanyakan

harapan keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada.


2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

Berdasarkan pengkajian asuhan keperawatan keluarga di atas

maka diagnosa keperawatan keluarga yang mungkin muncul adalah :

a. Manajemen keluarga tidak efektif, yaitu pola penanganan masalah

kesehatan dalam keluarga tidak memuaskan untuk memulihkan

kondisi kesehatan anggota keluarga.

b. Manajemen kesehatan tidak efektif, yaitu pola pengaturan dan

pengintegrasian penanganan masalah kesehatan ke dalam kebiasaan

hidup sehari-hari tidak memuaskan untuk mencapai status kesehatan

yang diharapkan.

c. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif, yaitu ketidakmampuan

mengidentifikasi, mengelola dan atau menemukan bantuan untuk

mempertahankan kesehatan.

d. Kesiapan peningkatan koping keluarga yaitu pola adaptasi anggota

keluarga dalam mengatasi situasi yang dialami klien secara efektif

dan menunjukkan keinginan serta kesiapan untuk meningkatkan

kesehatan keluarga dan klien.

e. Penurunan koping keluarga yaitu ketidakefektifan dukungan, rasa

nyaman, bantuan dan motivasi orang terdekat (anggota keluarga atau

orang berarti) yang dibutuhkan klien untuk mengelola atau

mengatasi masalah kesehatan.


f. Ketidakberdayaan, persepsi bahwa tindakan seseorang tidak akan

mempengaruhi hati secara signifikan, persepsi kurang kontrol pada

situasi saat ini atau yang akan datang.

g. Ketidakmampuan koping keluarga, yaitu perilaku orang terdekat

(anggota keluarga) yang membatasi kemampuan dirinya dan klien

3. Rencana Tindakan Keperawatan

Setelah merumuskan tujuan, langkah selanjutnya adalah

menyusun rencana tindakan. Rencana tindakan ini disesuaikan dengan

tugas keluarga yang terganggu. Tugas kesehatan keluarga tersebut adalah

kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, kemampuan keluarga

mengambil keputusan yang tepat, kemampuan keluarga dalam merawat

anggota keluarga yang sakit, kemampuan keluarga dalam memodifikasi

lingkungan rumah yang sehat, dan kemampuan keluarga dalam

memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.

Berikut ini akan diuraikan rencana tindakan berdasarkan tugas

kesehatan keluarga adalah sebagai berikut :

1. Rencana tindakan untuk membantu keluarga dalam rangka menstimulasi

kesadaran dan penerimaan terhadap masalah keperawatan keluarga adalah dengan

memperluas dasar pengetahuan keluarga, membantu keluarga untuk melihat

dampak atau akibat dari situasi yang ada, menghubungkan antara kebutuhan

kesehatan dengan sasaran yang telah ditentukan, dan mengembangkan sikap

positif dalam menghadapi masalah.

2. Rencana tindakan untuk membantu keluarga agar dapat menentukan keputusan yang

tepat, sehingga dapat menyelesaikan masalahnya, yaitu berdiskusi dengan


keluarga tentang, konsekuensi yang akan timbul jika tidak melakukan tindakan,

alternatif tindakan yang mungkin dapat diambil, serta sumber-sumber yang

diperlukan dan manfaat dari masing-masing alternatif tindakan.

3. Rencana tindakan agar keluarga dapat meningkatkan kepercayaan diri dalam

memberikan perawatan terhadap anggota keluarga yang sakit. Perawat dapat

melakukan tindakan antara lain dengan mendemonstrasikan tindakan yang

diperlukan, memanfaatkan fasilitas atau sarana yang ada di rumah, dan

menghindari hal-hal yang merintangi keberhasilan keluarga dalam merujuk klien

atau mencari pertolongan pada petugas kesehatan.

4. Untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam menciptakan lingkungan yang

menunjang kesehatan, antara lain dengan membantu keluarga mencari cara untuk

menghindari adanya ancaman dan perkembangan kepribadian anggota keluarga,

membantu keluarga memperbaiki fasilitas fisik yang ada, menghindari ancaman

psikologis dengan memperbaiki pola komunikasi, memperjelas peran masing-

masing anggota keluarga, dan mengembangkan kesanggupan keluarga untuk

memenuhi kebutuhan psikososial.

5. Rencana tindakan berikutnya untuk membantu keluarga dalam memanfaatkan

fasilitas kesehatan yang ada. Perawat harus mempunyai pengetahuan yang luas

dan tepat tentang sumber daya yang ada di masyarakat dan cara

memanfaatkannya.

Contoh penulisan perencanaan keperawatan keluarga adalah sebagai berikut.

D Tujuan Kriteria evaluasi Intervensi


X Umum Khusus Kriteria Standar
1 Setelah dilakukan Tujuan Khusus : Setelah
tindakan keluarga melakukan kunjungan 5 x Diskusikan dengan keluarga:
mampu merawat 60 menitkeluarga dapat  Pengertian perubahan
anggota keluarga mencapai: perfusi jaringan perifer pada
yang mengalami penderita DM
penurunan aliran Tuk 1 :
arterial. Keluarga mampu  Penyebab terjadinya
mengenal masalah perubahan perfusi
perubahan perfusi jaringan perifer
D Tujuan Kriteria evaluasi Intervensi
X Umum Khusus Kriteria Standar
jaringan perifer dengan
Menyebutkan:
a. Menyebutkan Verbal Keluarga dapat  Berikan kesempatan keluarga
pengertian tentang menyebutkan untuk menjelaskan kembali
perubahan perfusi pengertian perubahan tentang pengertian perubahan
jaringan perifer perfusi jaringan perfusi jaringan perifer dan
pada penderita perifer, yaituperubahan penyebabnya
DM sirkulasi aliran darah
tepi
 Berikan penguatan pada
Verbal Penyebab perubahan keluarga apabila dapat
b. Menjelaskan perfusi jaringan menjelaskan kembali hasil
penyebab perifer karena diskusi
terjadinya peningkatanviskositas
perubahan atau kekentalan darah
perfusi jaringan akibat tingginya
perifer kadar gula

Dalam pelaksanaannya, ada tiga tahapan dalam tindakan keperawatan sebagai


berikut.

1. Tahap Persiapan
Pada tahap awal ini, Anda sebagai perawat harus menyiapkan segala sesuatu
yang akan diperlukan dalam tindakan.
Persiapan meliputi kegiatan-kegiatan seperti berikut ini.
a. Review tindakan keperawatan diidentifikasi pada tahap perencanaan. Perlu dipahami
bahwa pada dasarnya prinsip dari tindakan keperawatan disusun untuk melakukan upaya
promosi, mempertahankan, dan memulihkan kesehatan klien/keluarga.
Ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan tindakan
keperawatankeluarga, antara lain:
1) konsisten sesuai dengan rencana tindakan;
2) berdasarkan prinsip-prinsip ilmiah;
3) ditujukan kepada individu sesuai dengan kondisi klien;
4) digunakan untuk menciptakan lingkungan yang terapeutik dan aman;
5) memberikan penyuluhan dan pendidikan kepada klien;
6) penggunaan sarana dan prasarana yang memadai.

b. Menganalisa pengetahuan dan keterampilan keperawatan yang diperlukan. Perawat harus


mengidentifikasi tingkat pengetahuan dan tipe keterampilan yang diperlukan untuk
tindakan keperawatan.

c. Mengetahui komplikasi dari tindakan keperawatan yang mungkin timbul. Prosedur


tindakan keperawatan mungkin berakibat terjadinya resiko tinggi kepada klien. Perawat
harus menyadari kemungkinan timbulnya komplikasi sehubungan dengan tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan. Keadaan yang demikian ini memungkinkan perawat
untuk melakukan pencegahan dan mengurangi resiko yang timbul.

19
d. Menentukan dan mempersiapkan peralatan yang diperlukan, harus mempertimbang-kan
beberapa hal sebagai berikut.
1) Waktu. Perawat harus dapat menentukan waktu secara selektif.
2) Tenaga. Perawat harus memperhatikan kuantitas dan kualitas tenaga yang adadalam
melakukan tindakan keperawatan.
3) Alat. Perawat harus mengidentifikasi peralatan yang diperlukan pada tindakan.

e. Mempersiapkan lingkungan yang kondusif. Keberhasilan suatu tindakan keperawatan


sangat ditentukan oleh perasaan klien yang aman dan nyaman. Lingkungan yang nyaman
mencakup komponen fisik dan psikologis.
f. Mengidentifikasi aspek hukum dan etika terhadap resiko dari potensial tindakan.

Pelaksanaan tindakan keperawatan harus memperhatikan unsur-unsur hak dan


kewajiban klien, hak dan kewajiban perawat atau dokter, kode etik perawatan, dan
hukum keperawatan.

2. Tahap Perencanaan
Fokus pada tahap pelaksanaan tindakan keperawatan adalah kegiatan pelaksanaan
tindakan dari perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional. Tindakan
keperawatan dibedakan berdasarkan kewenangan dan tanggung jawab perawat secara
profesional sebagaimana terdapat dalam standar praktik keperawatan.

Independen
Tindakan keperawatan independen adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh
perawat tanpa petunjuk dan perintah dari dokter atau tenaga kesehatan lainnya. Tipe dari
aktivitas yang dilaksanakan perawat secara independen didefinisikan berdasarkan
diagnosa keperawatan. Tindakan tersebut merupakan suatu respon, karena perawat
mempunyai kewenangan untuk melakukan tindakan keperawatan secara pasti
berdasarkan pendidikan dan pengalamannya.

Lingkup tindakan independen keperawatan adalah:


a. mengkaji klien atau keluarga melalui riwayat keperawatan dan pemeriksaan fisik untuk
mengetahui status kesehatan klien;
b. merumuskan diagnosa keperawatan sesuai respon klien yang memerlukan intervensi
keperawatan;
c. mengidentifikasi tindakan keperawatan untuk mempertahankan atau memulihkan
kesehatan;
d. melaksanakan rencana pengukuran untuk memotivasi, menunjukkan, mendukung, dan
mengajarkan kepada klien atau keluarga;
e. merujuk kepada tenaga kesehatan lain, ada indikasi dan diijinkan oleh tenagakeperawatan
klien;
f. mengevaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan dan medis;
g. partisipasi dengan konsumer atau tenaga kesehatan lain dalam meningkatkan mutu
pelayanan.

3. Tindakan keperawatan dapat dikategorikan menjadi tiga (3) tipe sebagai berikut.

a. Tindakan Independen
Tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu mengatasi masalah
kesehatanklien dan keluarga secara mandiri.
Tindakan tersebut meliputi kegiatan-kegiatan berikut ini.
1) Wawancara dengan klien untuk mendapatkan data, guna mengidentifikasi
perkembangan kondisi klien atau untuk mengidentifikasi masalah baru yang muncul.
2) Observasi dan pemeriksaan fisik. Tindakan untuk mendapatkan data objektif yang
meliputi, observasi kesadaran, tanda–tanda vital, dan pemeriksaan fisik.
3) Melakukan pemeriksaan laboratorium sederhana.
4) Tindakan terapeutik. Tindakan yang ditujukan untuk mengurangi, mencegah, dan
mengatasi masalah klien.
Misalnya:
Klien stroke yang tidak sadar dengan paralise, maka tindakan terapeutik yang
dilakukan perawat dalam mencegah terjadinya gangguan integritas kulit adalah
dengan melakukan mobilisasi dan memberikan bantal air, pada bagian tubuh
yang tertekan dan mengenali tanda-tanda terjadinya hipoglikemi dan cara
mengatasinya.
5) Tindakan edukatif (mengajarkan). Ditujukan untuk mengubah perilaku klien melalui
promosi kesehatan dan pendidikan kesehatan kepada klien. Misalnya, perawat
mengajarkan kepada keluarga tentang pembuatan cairan oralit dan senam kaki diabetik.
6) Tindakan merujuk. Tindakan ini lebih ditekankan pada kemampuan perawat dalam
mengambil suatu keputusan klinik tentang keadaan klien dan kemampuan untuk
melakukan kerja sama dengan tim kesehatan lainnya. Misalnya, klien pasca trauma kepala,
ditemukan adanya tanda-tanda tekanan intrakranial yang meningkat, maka perawat harus
mengkonsultasikan atau merujuk klien kepada dokter ahli saraf untuk mendapatkan
penanganan yang tepat dan cepat dalam mencegah terjadinya komplikasi yang lebih
parah.

b. Tindakan Interdependen
Tindakan keperawatan interdependen menjelaskan suatu kegiatan yang
memerlukansuatu kerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya.
Misalnya, tenaga sosial, ahli gizi, fisioterapi

c. Tindakan Dependen
Tindakan ini berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan medis. Tindakan
tersebut menandakan suatu cara bahwa tindakan medis atau tindakan profesi lain
dilaksanakan. Contoh, dokter menuliskan “perawatan colostomy“. Tindakan
keperawatan adalah melaksanakan perawatan colostomy berdasarkan kebutuhan
individu dari klien.
Tindakan tersebut meliputi kegiatan-kegiatan berikut ini.
1) Melakukan perawatan colostomy setiap 2 hari atau sewaktu-waktu bila kantong faeses
bocor.
2) Mengganti kantong faeces.
3) Mencuci lokasi sekitar colostomy.
4) Mengkaji tanda dan gejala iritasi kulit dan stroma.

Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap


danakuarat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan.

HARI/
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN IMPLEMENTASI KEPERAWATAN KELUARGA
TANGGAL
Implementasi 1-11-
1 Perubahan perfusi jaringan perifer Tuk 1 2021
pada Bp. Ib dan Ibu Y keluarga Bp.  Mendiskusikan pengertian perubahan perfusi jaringan periferpada
Ib b/d ketidakmampuan keluarga penderita DM dengan keluarga.
untukmerawat anggota keluarga  Mendiskusikan dengan keluarga penyebab terjadinya
yangmengalami penurunan aliran perubahan perfusi jaringan perifer.
arterial.  Memberikan kesempatan untuk bertanya pada keluarga, Bp.
Ib menanyakan bagaimana caranya untuk mengurangi
kesemutan.
 Memberikan kesempatan pada keluarga untuk menjelaskan kembali
tentang pengertian perubahan perfusi jaringan periferdan
penyebabnya.
 Memberikan penguatan pada keluarga apabila dapat
menjelaskan kembali hasil diskusi.

Tuk 2
 Menjelaskan pada keluarga akibat terjadinya masalah perubahan
perfusi jaringan perifer pada penderita DM, yaituakan terjadi mati 1-11-
rasa dan risiko terjadinya cidera. 2021
 Memotivasi keluarga agar dapat mengambil keputusan
untuk mengatasi perubahan perfusi jaringan perifer.
 Memberikan penguatan apabila keputusan keluarga sudahtepat.

Tuk 3
 Menjelaskan tentang manfaat rendam kak.i
 Menjelaskan tentang cara rendam kaki.
 Mendiskusikan tentang manfaat dari senam kaki. 16–11-
 Mengajarkan pada keluarga senam kaki untuk penderita DM. 2021
 Menganjurkan pada keluarga untuk mempraktikkan senamkaki
yang telah diajarkan.
 Mendiskusikan cara mencegah masalah akibat penurunan
sensitifitas.
 Mendemonstrasikan cara mencegah akibat penurunan
sensitifitas pans-dingin.
 Menganjurkan keluarga untuk redemonstrasi.
 Menganjurkan keluarga untuk membantu
memenuhi kebutuhan.
HARI/
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN IMPLEMENTASI KEPERAWATAN KELUARGA TANGGAL
Tuk 4
 Memotivasi keluarga untuk membantu menyiapkan air hangatuntuk
Ibu Y dan Bp. Ib untuk menghindari injury.
 Melakukan kunjungan yang tidak direncanakan untuk
mengevaluasi kemampuan keluarga untuk memodifikasi
lingkungan selama melakukan rendam kaki dan senam kaki. 16–11-
 Memberikan penghargaan apabila keluarga sudah melakukan 2021
tindakan yang positif.

24
43

DAFTAR PUSTAKA

Andrian Patica N. (E-journal keperawatan volume 4 nomor 1 Mei 2016). Hubungan


Konsumsi Makanan dan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Puskesmas
Ranomut Kota Manado.Beevers, D.G. (2002). Bimbingan Dokter Pada
Tekanan Darah. Jakarta: Dian Rakyat.

Anggara, F.H.D., & Prayitno, N. (2013). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan


Tekanan Darah di Puskesmas Telaga Murni, Cikarang Barat Tahun 2012.
Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat STIKES MH. Thamrin. Jakarta.
Jurnal Ilmiah Kesehatan. 5 (1) : 20-25.

Armilawaty, Amalia H, Amirudin R. (2007). Hipertensi dan Faktor Resikonya Dalam


Kajian Epidemiologi. Bagian Epidemiologi Fakultas Ilmu Kesehatan
Masyarakat Universitas Hasanudin Makasar.

Buckman. (2010). Apa yang Anda Ketahui Tentang Tekanan Darah Tinggi.
Yogyakarta: Citra Aji Parama.

Effendi, Nasrul, (1998). Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta:


EGC.

Friedman, M.M et al. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori, dan
Praktik. Ed 5. Jakarta: EGC

Heniwati. (2008). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemanfaatan Pelayanan


Posyandu Lansia Usia Di Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Aceh Timur.
Tesis. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Irianto, Koes. (2014). Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular, Panduan
Klinis. Bandung: Alfa Beta.

Mubarak, Wahid Iqbal. (2009). Ilmu Pengantar Komunitas. Jakarta: Salemba


Medika.

ITB, (2001). Pengendalian Hipertensi, Bandung: ITB.

Mansjoer, Arief. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Auskulapius.

Muttaqin, A. Editor Nurachmach, E. (2009). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan


Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.
46

Sarkomo.(2016). Mencegah Stroke Berulang. Diakses dari


http://www.scribd.com/doc/1444261/ gambaran tingkat kecemasan keluarga
pasien stroke yang dirawat di ruang mawar, tanggal 06-09-2016 Jam 09.00
WIB.

Setiadi. (2008). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha


Ilmu.

Triyanto, Endang. (2014). Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi


SecaraTerpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu.

WHO. (2014). Global Target 6:A 25% relative reduction in the prevalence of reise
blood pressure or contain the according to national circumstances.

Anda mungkin juga menyukai