Jurnal Riset Akuntansi & Keuangan
Jurnal Riset Akuntansi & Keuangan
Istianingsih
Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Mercu Buana, Jakarta, Indonesia
Abstract. The application of good corporate governance (GCG) is expected to increase the transparency and
accountability of companies that are expected to detect earnings management is happening in the company. This
study aimed to analyze the effect of good corporate governance, to earnings management by discretionary
revenue and real activity estimation models. Samples are 62 companies listed in the Indonesia Stock Exchange
(BEI) during the period 2011-2014. Data analysis was performed using linear regression. Our research found
that good corporate governance positively affect earnings management through real activity earning
management. However, the GCG index had no effect on earnings management is done through descretionary
revenue models. However, the results of this study are consistent with the Zang (2011) that the post-SOX, GCG
implementation will increase earnings management through real activities
Keywords: Good Corporate Governance, Earnings Management, Real activity Management, Discretionary
Revenue.
Abstrak. Penerapan good corporate governance (GCG) diharapkan dapat meningkatkan transparansi dan
akuntabilitas perusahaan yang diharapkan dapat mendeteksi manajemen laba yang sedang terjadi di
perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh good corporate governance terhadap
manajemen laba berdasarkan discretionary revenue dan real activity estimation models. Sampel sebanyak 62
perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2011-2014. Analisis data dilakukan
dengan menggunakan regresi linier. Penelitian kami menemukan bahwa good corporate governance secara
positif mempengaruhi manajemen laba melalui aktivitas nyata manajemen laba. Namun, indeks GCG tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba dilakukan melalui model pendapatan descretionary. Namun, hasil
penelitian ini konsisten dengan Zang (2011) bahwa pasca-SOX, penerapan GCG akan meningkatkan manajemen
laba melalui aktivitas nyata.
Kata Kunci: Good Corporate Governance; Manajemen Laba; Real Activity Management, Discretionary
Revenue.
Corresponding author. Email: istisastro@yahoo.com. Jalan Meruya Selatan No.1, RT.5/RW.1, Joglo,
Kembangan, Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11650
How to cite this article. Istianingsih. (2016). Deteksi Manajemen Laba Melalui Discretionary Revenue dan
Aktifitas Riil: Implikasi Penerapan Good Corporate Governance. Jurnal Riset Akuntansi Dan Keuangan Program
Studi Akuntansi Fakultas Pendidikan Ekonomi Dan Bisnis Universitas Pendidikan Indonesia, 4(3), 1125–1142.
Retrieved from http://ejournal.upi.edu/index.php/JRAK/article/view/4666
History of article. Received: September 2016, Revision: November 2016, Published: December 2016
Online ISSN: 2541-061X.Print ISSN: 2338-1507. DOI: 10.17509/jrak.v4i3.4666
Copyright©2016. Published by Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan. Program Studi Akuntansi. FPEB. UPI
suatu keputusan, merupakan informasi yang dan Bachtiar (2004) juga menyatakan hal
mencerminkan kinerja agent sebenarnya yang sama, yaitu persentase dewan komisaris
(Jensen dan Meckling, 1976). independen tidak berkorelasi signifikan
Masalah keagenan ini sulit sekali terhadap akrual kelolaan.
dihilangkan karena berkaitan dengan perilaku Penerapan corporate governance
manusia terutama pemilik dan pengelola. diharapkan dapat memberikan kontribusi
Maslaah ini hanya bias diminimalisir tapi kepada keseluruhan proses penciptaan nilai
tidak bisa dihilangkan samasekali. Alasan lain perusahaan (Shleifer dan Vishny (1997).
yang menyebabkan munculnya masalah Penerapan good corporate governance yang
keagenan adalah kesulitan untuk memonitor baik dapat mengurangi risiko perusahaan dari
tindakan yang dilakukan oleh agent dan keputusan-keputusan pihak manajemen yang
adanya ketidakseimbangan informasi antara cenderung mengutamakan kepentingan
agent dan principal mengenai informasi pribadi. Selain itu, penerapan good corporate
kegiatan perusahaan. Teori keagenan ini governance juga dapat meningkatkan
digunakan untuk menjelaskan pengaruh kepercayaan para investor (Newell dan
penerapan GCG dalam mengawasi jalannya Wlison, 2002). Meningkatnya kepercayaan
perusahaan segingga dapat menurunkan investor tersebut disebabkan karena
peuang dilakukannya manajemen laba di penerapan GCG yang baik dianggap mampu
Perusahaan publik. memberikan perlindungan yang efektif
terhadap investor dalam memperoleh kembali
Pengembangan Hipotesis investasinya dengan wajar (Tjager et al.,
Pengaruh Good Corporate Governance 2003).
(GCG) terhadap Manajemen Laba Yermarck (1996) serta Lorder dan
Telah banyak penelitian yang dilakukan Preyer (2002) menyatakan bahwa board size
utnuk menguji dampak penerapan dan berhubungan negatif dengan kinerja dan nilai
mekanisme GCG terhadap perilaku perusahaan. Mereka berpendapat bahwa
manajemen laba. Ujiyanto dan Pramuka semakin besar board size maka efektifitas
(2007) menyatakan bahwa terdapat hubungan perusahaan semakin menurun jika
yang positif antara proporsi dewan komisaris dibandingkan dengan perusahaan lain. Beiner
independen dengan earnings management. et al. (2003) mengungkapkan bahwa jika
Sejalan dengan itu Setiawan dan Nasution board size terlalu besar, maka agency problem
(2007) yang meneliti pengaruh corporate akan cenderung meningkat yang
governance terhadap manajemen laba di menyebabkan dewan perusahaan hanya
industri perbankan Indonesia menemukan menjadi simbol yang tidak dapat menjalankan
adanya hubungan yang positif antara fungsi kontrol dan monitoring dengan baik.
komisaris independen dengan earnings Senada dengan itu Ujiyanto dan Pramuka
management. (2007) menemukan jumlah dewan komisaris
Selain mereka juga tercatat nama tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
(Beasley, 1996) dan Dechow, Sloan dan manajemen laba. Midiastuty dan Machfoedz
Sweeney (1996) yang menemukan hubungan (2003) yang menyatakan bahwa ukuran
yang negatif antara board independence dewan komisaris berpengaruh positif terhadap
dengan kecurangan laporan keuangan. Klein manajemen laba perusahaan secara signifikan.
(2000) menemukan hubungan yang negatif Darmawati (2003) juga meneliti
antara board independence dengan abnormal mengenai corporate governance dan
accruals. Veronica dan Utama (2005) dan manajemen laba. Hasilnya menunjukkan
Boediono (2005) yang menyatakan bahwa bahwa komposisi dewan direksi berhubungan
proporsi dewan komisaris independen tidak negatif dengan manajemen laba. Beasley
terbukti berpengaruh terhadap tindak (2006) meneliti mengenai kecurangan
manajemen laba yang dilakukan di laporan keuangan, hasilnya menyatakan
perusahaan di Indonesia. Penelitian Veronica bahwa perusahaan yang tidak curang memiliki
dewan direksi yang persentase anggota dikeluarkannya sarbanex oxley act yang
luarnya lebih besar dibandingkan dengan bertujuan melindungi kepentingan pemagang
perusahaan yang curang. Sementara itu saham. Inti dari penerapan GCG adalah untuk
Visvanathan (2008) menemukan hubungan memperoleh keselarasan tujuan antar
yang positif antara proporsi komite audit stakeholders. Keselarasan ini akan terlihat
dengan earnings management, karena dari penerapan prinsip-prinsip GCG yang
proporsi komite audit dapat mengurangi akan mendorong transparansi dan
terjadinya earnings management. Setiawan responsibilitas dari manajer perusahaan. Jika
dan Nasution (2007) bahwa keberadaan kualitas penerapan GCG semakin baik, maka
komite audit berpengaruh terhadap diharapkan akan semakin memberikan efek
manajemen laba. Hal ini berarti komite audit pengawasan yang baik atas jalannya
yang ada di perusahaan sebagai salah satu perusahaan. Apabila pengawasan berjalan
mekanisme corporate governance mampu dengan baik maka insentif manajer untuk
mengurangi tindak manipulasi laba oleh mengelola laba demi tujuan oportunistiknya
manajemen. Namun hasil ini berlawanan akan melemah. Dengan semakin baik GCG
dengan penelitian Veronica dan Utama (2005) maka manajemen laba melalui diskresi
yang melaporkan bahwa keberadaan komite pendapatan akan menurun. Akan tetapi seiring
audit tidak berpengaruh terhadap manajemen dengan keluarnya SOX menurut Zang (2011)
laba perusahaan. Rahman dan Ali (2006) penerapan GCG justru menjadikan manajer
meneliti mengenai board, audit committee, lebih memilih trading off antara manajemen
culture dan earnings management pada laba melalui akrual dengan aktifitas riil. Oleh
perusahaan malaysia. Hasilnya menemukan Karena itu, maka studi ini juga akan
bahwa komite audit sebagai salah satu bentuk membuktikan peran GCG yang diharapkan
penerapan GCG berhubungan negatif dengan menurunkan manajemen melalui akrual
earnings management. Visvanathan (2008) (diskresi pendapatan) dan menaikan
meneliti mengenai pengaruh variabel manajemen laba melalui aktifitas riil. Dengan
corporate governance terhadap earnings demikian hipotesis penelitian ini adalah:
management. H1a : Corporate governance
Teori keagenan menyatakan bahwa berpengaruh negatif terhadap
pemisahan fungsi kepemilikan dan manajemen laba melalui discretionary
pengelolaan menimbulkan konflik revenue
kepentingan akibat adanya asimetri informasi. H1b : Corporate governance
Kondisi ini seharusnya dapat diminimalisir berpengaruh positif terhadap
dengan pola monitoring melalui penerapan manajemen laba melalui real activity
GCG. Hal ini juga sejalan dengan tujuan
Keterangan:
CFOt : Arus kas kegiatan operasi pada tahun t
At-1 : Total aktiva (assets total) pada tahun t-1
St : Penjualan (sales) pada tahun t
St : Penjualan pada tahun t dikurangi penjualan pada tahun t-1
α0 : Konstanta
t : error term pada tahun t.
β
Keterangan:
DISEXPt : Biaya diskresioner pada tahun t
At-1 : Total aktiva pada tahun t-1
St : Penjualan pada tahun t
α0 : Konstanta
t : error term pada tahun t.
Dalam penelitian ini yang akan Produksi di atas level normal operasi
digunakan adalah biaya diskresioner abnormal perusahaan (overproduction) dengan tujuan
(AbnCFO), maka untuk setiap observasi tahun untuk melaporkan harga pokok penjualan
biaya diskresioner abnormal adalah selisih (COGS) yang lebih rendah merupakan salah
dari biaya diskresioner aktual yang diskalakan satu cara yang dilakukan manajemen untuk
dengan total aktiva satu tahun sebelum memanipulasi laba melalui manipulasi
pengujian dikurangi dengan biaya aktivitas nyata. Biaya produksi adalah jumlah
diskresioner normal yang dihitung dengan dari harga pokok penjualan (COGS) dan
menggunakan koefisien estimasi yang perubahan dalam persediaan (ΔINV)
diperoleh dari model persamaan di atas. sepanjang tahun. Peneliti sebagaimana
Roychowdhury (2006) menggunakan model
Abnormal Production Cost estimasi untuk biaya produksi normal dengan
rumus regresi sebagai berikut:
β β β
Keterangan:
PRODt : Biaya produksi pada tahun t (PRODt = COGSt + ΔINVt)
At-1 : Total aktiva pada tahun t-1
St : Penjualan pada tahun t
St : Penjualan pada tahun t dikurangi penjualan pada tahun t-1
St-1 : Perubahan penjualan pada tahun t-1
α0 : Konstanta
t : error term pada tahun t.
Oleh karena dalam penelitian ini yang aliran kas operasi abnormal (AbnCFO), biaya
akan digunakan adalah biaya produksi diskresioner abnormal (AbnDISEXP). dan
abnormal (AbnPROD), maka untuk setiap biaya produksi abnormal (AbnPROD)
observasi tahun biaya produksi abnormal dijumlahkan untuk dapat menangkap efek
adalah selisih dari biaya produksi aktual yang keseluruhan dari manajemen laba melalui
diskalakan dengan total aktiva satu tahun aktivitas riil. Untuk menyamakan arahnya
sebelum pengujian dikurangi dengan biaya maka biaya arus kas abnormal dikali dengan
produksi normal yang dihitung dengan minus satu (-1) dan biaya diskresioner
menggunakan koefisien estimasi yang abnormal dikalikan dengan minus satu (-1)
diperoleh dari model persamaan di atas. sebelum dijumlahkan, dengan formula sebagai
Sebagai proksi keseluruhan dari berikut:
manajemen laba melalui aktivitas riil maka
karena nilai aset relatif lebih stabil daripada berarti semakin besar juga angka
nilai pasar dan penjualan. Logaritma total aset logaritmanya (Cornett et al., 2008).
perusahaan dapat menunjukkan bahwa
semakin besar ukuran atau aset perusahaan Kesempatan Bertumbuh (Growth)
Semakin besar kesempatan bertumbuh
perusahaan maka semakin tinggi kesempatan Sampel telah terdaftar pada Bursa Efek
perusahaan untuk mendapatkan atau Indonesia (BEI) untuk periode laporan
menambah laba yang akan diperoleh keuangan tahun 2011 sampai dengan 2014
perusahaan di masa mendatang. Hal ini dan masuk dalam pemeringkatan penerapan
didukung oleh penelitian Shroff (1995) yang corporate governance yang dilakukan oleh
mengatakan bahwa kesempatan bertumbuh IICD (Indonesia Institute of Corporate
memengaruhi kegigihan dan kredibilitas laba. Directorship).
Variabel ini dihitung dari tingkat Sampel perusahaan tidak meliputi
pertumbuhan penjualan (sales) sepanjang perusahaan perbankan, kredit agensi,
tahun dengan rumus (Matsura, 2008,) sekuritas, asuransi, konstruksi, real eastate
dan property, investasi dan perusahaan
telekomunikasi, karena penyajian laporan
keuangannya berbeda dengan laporan
keuangan pada umumnya. Perusahaan-
perusahaan ini memiliki laporan keuangan
Dimana: yang sangat terpengaruh oleh faktor regulasi.
SALESGRW it : kesempatan bertumbuh Perusahaan yang dijadikan sampel harus
perusahaan i pada tahun t mempunyai ekuitas positif, karena perusahaan
Penjualan t : penjualan pada hari ke t dengan nilai buku ekuitas negatif berarti
Penjualan t-1 : penjualan pada hari ke t-1 insolvent, yang menyebabkan kondisi sampel
tidak menjadi homogen.
Populasi dan Sampel Penelitian Perusahaan yang dijadikan sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah menyatakan laporan keuangannya dalam
perusahaan go publik yang terdaftar pada bentuk rupiah. Sampel penelitian adalah
Bursa Efek Indonesia (BEI), khususnya perusahaan yang mengeluarkan laporan
perusahaan manufaktur. Cara pengambilan keuangan secara konsisten dan lengkap serta
sampel dilakukan dengan non random, yaitu telah diaudit selama periode pengamatan.
suatu cara untuk pemilihan elemen-elemen
dari populasi untuk menjadi anggota sampel Teknik Analisis Data
dimana setiap elemen tidak mendapat Untuk menganalisis data penelitian ini
kesempatan yang sama untuk dipilih. digunakan metode regresi linier berganda.
Pemilihan sampel dilakukan berdasarkan Pendekatan menggunakan pendekatan
metode purposive sampling sesuai dengan kuantitatif. Model penelitian untuk menguji
kriteria yang telah ditentukan, yaitu: hipotesis adalah sebagai berikut:
Keterangan :
DR = Manajemen Laba melalui Discretionary Revenue
Untuk membuktikan hipotesis maka koefisien dan model 2 harus lebih kecil dari nol dan
hasil regresi β1 dari model 1 signifikan.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa sebesar 2,26 dan signifikan dengan alfa
nilai F stat memiliki angka prob yang 0,0246. Hasil ini menyatakan bahwa semakin
signifikan (0,038) yang artinya model regresi besar ukuran perusahaan, maka manajemen
layak digunakan untuk memprediksi. Nilai laba yang didteksi dengan model diksresi
adjusted R dari model 1 adalah sebesar 0,025 pendapatan terbukti didukung oleh data.
atau 2,5%. Hasil ini menunjukkan bahwa Sementara itu variable leverage tidak terbukti
2,5% variasi yang terjadi pada manajemen berdampak terhadap manajemen laba yang
laba melalui discretionary revenue dijelaskan didteksi melalui model discretionary model
oleh coporate governance dan variable- Karena nilai t nya (1,41) tidak signifikan
variabel control dalam penelitian ini, (nilai alfa 0,162). Variable pertumbuhan
sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel penjualan perusahaan memiliki nilai t -1,786
lain yang tidak diidentifikasi dalam model dengan nilai signifikansi (α) sebesar 0,07 atau
penelitian ini. marginally significant. Hal ini berarti
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa nilai pertumbuhan berpengaruh negatif dan
thitung variabel corporate governance indeks signifikan terhadap manajemen laba melalui
(CG) sebesar -0,40, dengan nilai signifikansi discretionary revenue.
(α) sebesar 0,687. Hal ini berarti corporate
governance index tidak berpengaruh terhadap Hasil Pengujian model 2
manajemen laba melalui discretionary Hasil pengujian model 2 atau model RA
revenue. Dengan demikian, hipotesis disajikan dalam table 4.3. Hasil pengujian
penelitian yang diajukan yaitu corporate menunjukkan bahwa model regresi terbebas
governance berpengaruh negatif terhadap dari masalah asumsi klasik. Heterokedastisitas
manajemen laba (discretionary revenue) tidak yang semula muncul sudah di treatment
terbukti didukung oleh data. Variabel kontrol dengan white hetero sehingga hasil regresi
ukuran perusahaan (size) memiliki nilai t akhir sudah terbebas dari maslaah
heterokedastisitas. Model 2 ini juga bebas dari memprediksi. Nilai adjusted R-squared dari
Autokorelasi dengan durin watson yang dapat model 2 adalah sebesar 0,238 atau 23,8%.
dilihat dari nilai DW. Nilai korelasi juga Hasil ini menunjukkan bahwa 23,8% variasi
menunjukkan bahwa model aman dari yang terjadi pada manajemen laba melalui
masalah Multikolinieritas Karena angka discretionary revenue dijelaskan oleh
korelasi antar variabel bebas di bawah 0.8. coporate governance dan variable-variabel
Hasil pengujian model 2 control dalam penelitian ini, sedangkan
menunjukkan bahwa nilai F stat memiliki sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang
angka prob yang signifikan (0,000) yang tidak diidentifikasi dalam model penelitian
artinya model regresi layak digunakan untuk ini.
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa nilai thitung perusahaan, maka manajemen laba yang
variabel corporate governance indeks (CG) dideteksi dengan model aktifitas riil justru
sebesar 3,55 dengan nilai signifikansi (α) menurun terbukti didukung oleh data.
sebesar 0,00. Hal ini berarti corporate Sementara itu variable leverage terbukti
governance index berpengaruh signifikan berdampak terhadap manajemen laba yang
positif terhadap manajemen laba yang dideteksi melalui model aktifitas riil, karena
dideteksi melalui aktifitas riil. Dengan nilai t nya (-1,88) signifikan marginal (nilai
demikian, hipotesis penelitian yang diajukan alfa 0,0600). Variable pertumbuhan penjualan
yaitu corporate governance berpengaruh perusahaan memiliki nilai t –0,0407 dengan
positif terhadap manajemen laba yang nilai signifikansi (α) sebesar 0,4802. Hal ini
dilakukan melalui aktifitas riil terbukti berarti pertumbuhan tidak berpengaruh
didukung oleh data. Variabel kontrol ukuran terhadap manajemen laba melalui aktifitas riil.
perusahaan (size) memiliki nilai t sebesar - Secara teoritis, pertumbuhan penjualan yang
5,359 dan signifikan dengan alfa 0,00. Hasil dimiliki perusahaan dapat memotivasi
ini menyatakan bahwa semakin besar ukuran manajer dalam memperoleh laba. Hasil
penelitian ini sejalan dengan pendapat yang Sedangakan dengan model aktiftas riil
dikemukakan Kim et.al. (2003) yang penelitian ini memberikan hasil yang berbeda.
menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki
pertumbuhan penjualan yang tinggi, Penelitian ini tidak sejalan dengan teori
kemungkinan tidak termotivasi dalam keagenan yang menyatakan bahwa
melakukan tindakan manipulasi laba untuk manajemen laba merupakan salah satu faktor
melaporkan laba. Sebaliknya jika perusahaan yang dapat mengurangi kredibilitas laporan
memiliki pertumbuhan penjualan rendah, keuangan. Schiper (1989). Manajemen laba
maka akan memiliki kecenderungan untuk sebagai suatu intervensi yang sengaja
menyesatkan laporan laba atau perubahan laba dilakukan untuk memperoleh beberapa
melalui tindakan manipulasi laba. keuntungan pribadi pihak tertentu. Ada
Penelitian ini mengajukan hipotesis beberapa cara yang dilakukan oleh
bahwa bahwa penerapan GCG yang diukur manajemen dalam melakukan manajemen
dengan corporate governance index laba, antara lain melalui manajemen laba
berpengaruh negatif terhadap manajamen laba akrual (diskresi pendapatan) dan manajemen
melalui akrual (discretionary revenue) dan laba riil. Seperti dikemukakan oleh
berpengaruh positif terhadap manajemen laba Roychowdhury (2006), teknik manajemen
melalui aktifitas riil. Hasil pengujian pada laba riil dapat dilakukan dengan cara
pengujian Model Pertama, variabel corporate memanipulasi penjualan, produksi secara
governance memiliki pengaruh negatif akan berlebihan, dan mengurangi pengeluaran
tetapi tidak signifikan terhadap manajemen diskresioner. Manajemen laba riil yang
laba melalui discretionary revenue. Pada dilakukan oleh manajemen memperlihatkan
pengujian Model Kedua, variabel corporate kinerja jangka pendek perusahaan yang baik
governance terbukti berpengaruh signifikan namun secara potensial akan menurunkan
positif terhadap manajemen laba riil (real nilai perusahaan. Mekanisme corporate
activity). Dari sisi koefisien determinasi kedua governance merupakan sistem yang mengatur
model menunjukkan bahwa model kedua yang dan mengendalikan perusahaan yang mampu
memiliki andjusted R squared 23,88 terbukti menciptakan nilai tambah (value added) untuk
lebih baik dalam mengukur manjemen laba semua stakeholder (Monks, 2003). GCG
dibandingkan model DR yang memiliki nilai terkait dengan masalah pengendalian perilaku
Adj. R square hanya 2,5%. Dengan demikian, para eksekutif puncak perusahaan untuk
dapat dikatakan bahwa model aktifitas riil melindungi kepentingan pemilik perusahaan
lebih mampu mendeteksi manajemen laba. (pemegang saham). Tjager et al., (2003)
Selain itu, terbukti dari angka konstanta di mendefinisikan mekanisme corporate
model 1 yang tidak signifikan sedangkan pada governance sebagai suatu sistem, proses dan
model aktifitas riil angka konstanta signifikan. seperangkat peraturan yang mengatur
Bukti ini menunjukkan bahwa jika variable hubungan antara berbagai pihak yang
lain dianggap tidak ada maka manajemen laba berkepentingan (stakeholders), dalam arti
melalui aktifitas riil terbukti signifikan terjadi sempit hubungan antara pemegang saham,
sebesar-0,9012. Tanda negatif menunjukkan dewan komisaris dan dewan direksi demi
bahwa sampel penelitian ini melakukan tercapainya tujuan organisasi. Mekanisme
manajemen laba dengan menurunkan labanya corporate governance dimaksudkan untuk
pada periode penelitian yaitu 2011 sampai mengatur hubungan-hubungan ini dan
2014. Hasil pengujian hipotesis pertama yang mencegah terjadinya kesalahan-kesalahan
diuji dengan model AR tidak terbukti. signifikan dalam strategi korporasi dan untuk
Penerapan CG yang diukur dengan indeks memastikan bahwa kesalahan-kesalahan yang
GCG yang diajukan dalam penelitian ini tidak terjadi dapat diperbaiki dengan segera.
signifikan berpengaruh terhadap manajemen Penerapan good corporate governance yang
laba meskipun arahnya sesuai yang diprediksi. baik dapat meningkatkan nilai perusahaan
karena mengurangi risiko perusahaan dari
keputusan-keputusan pihak manajemen yang
1137 | Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan Vol.4 | No.3 | 2016
ISTIANINGSIH/ Deteksi Manajemen Laba Melalui Discretionary Revenue dan Aktifitas Riil: Implikasi Penerapan
Good Corporate Governance
dengan data 4 tahun tapi tidak menguji adanya Darmawati, D. (2003), Corporate Governance
perbedaan antar tahun. Terdapat kemungkinan dan Manajemen Laba: Suatu Studi
bahwa aka nada beda efek antar tahun yang Empiris, Jurnal Bisnis dan
berlainan. Penelitian selanjutnya diharapkan Akuntansi, Vol. 5, No. 1, April, Hal.
menguji perbedaan pengaruh GCG terhadap 47-68.
kedua metode estimasi manajemen laba antar Davis, J. H., Schoorman, F. D. & Donaldson,
tahun sehingga didapatkan hasil analisis yang L. (1997). Towards A Stewardship
lebih baik. Theory of Management, Academy of
Management Review, 22(1), 20-47
Dechow, P.M., Sloan, R.G., Sweeney, A.P.
DAFTAR PUSTAKA
(1995). “Detecting Earnings
Ariani, Dian. (2010). Analisis Faktor-Faktor Management”. Accounting Review,
yang Mempengaruhi Manajemen Vol 70, No. 2, 193-225.
Laba Pada Perusahaan yang Bergerak Dechow, P., Hutton, A., Sloan, R., (1996).
di Sektor Keuangan di Bursa Efek Causes and Consequences of
Indonesia. Jakarta: Universitas Bina Earnings Manipulation: An Analysis
Nusantara. of Firms Subject to Enforcement
Bayu, Bimo. (2012). Pengaruh Corporate Actions by The SEC. Contemporary
Governance terhadap Manajemen Accounting Research 13, 1–36.
Laba pada Perusahaan Manufaktur di Dechow, P., Sloan, R., (1991).
Bursa Efek Indonesia. Semarang: Executive Incentives and The
Universitas Diponegoro. Horizon Problem. Journal of
Beasley, Mark S. (1996). An Empirical Accounting and Economics 14, 51-89
Analysis of the Relation Between the Deni Darmawati, Khomsiyah dan Rika Gelar
Board of Director Composition and Rahayu. (2004). Hubungan
Financial Statement Fraud. The Corporate Governance dan Kinerja
Accounting Review, Vol.17. No.4, Perusahaan. Simposium Nasional
Oktober, hal.443-465 Akuntansi VII , IAI.
Beiner, S., Drobetz, W., et al, 2003, Is Board Denis, D. and J. McConnel. (2003).
Size an Independent Corporate International Corporate
Governance Mechanism, Governance.” Working Paper,
www.ssrn.com Purdue University.
Cadbury, Sir A. (1992). Report of The Eisenhardt, Kathleen. M. (1989). Agency
Commitee on The Financial Aspect Theory: An Assesment and Review.
of Corporate Governance, The Academy of Management Review, 14,
Comitte and Gee, London. 57-74,
Christie, A., Zimmerman, J., (1994). Efficient Fatma, Bayu. (2010). Pengaruh Mekanisme
and opportunistic choices of Corporate Governance terhadap
accounting procedures. The Manajemen Laba dan Konsekuensi
Accounting Review 69, 539–567. Manajemen Laba terhadap Kinerja
Carina. (2010). Analisis Faktor-Faktor Yang Keuangan. Semarang: Universitas
Mempengaruhi Manajemen Laba, Diponegoro,
Studi Empiris Pada Berbagai Industri Fields, T., Lys, T., Vincent, L., (2001).
Perusahaan-Perusahaan Yang Empirical research on accounting
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. choice. Journal of Accounting and
Jakarta: Universitas Bina Nusantara,. Economics 31, 255–307.
Daniri, Mas. (2005). Good Corporate Gideon SB Boediono, (2005). “Kualitas Laba:
Governance Konsep dan Studi Pengaruh Mekanisme
Penerapannya Dalam Konsep Corporate Governance dan Dampak
Indonesia. Ray Indonesia, Jakarta Manajemen Laba dengan