Anda di halaman 1dari 18

JURNAL RISET AKUNTANSI DAN KEUANGAN, 4 (3), 2016, 1125-1142

Published every April, August and December

JURNAL RISET AKUNTANSI & KEUANGAN


ISSN:2541-061X (Online). ISSN:2338-1507(Print). http://ejournal.upi.edu/index.php/JRAK

Deteksi Manajemen Laba Melalui Discretionary Revenue dan Aktifitas Riil:


Implikasi Penerapan Good Corporate Governance

Istianingsih
Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Mercu Buana, Jakarta, Indonesia

Abstract. The application of good corporate governance (GCG) is expected to increase the transparency and
accountability of companies that are expected to detect earnings management is happening in the company. This
study aimed to analyze the effect of good corporate governance, to earnings management by discretionary
revenue and real activity estimation models. Samples are 62 companies listed in the Indonesia Stock Exchange
(BEI) during the period 2011-2014. Data analysis was performed using linear regression. Our research found
that good corporate governance positively affect earnings management through real activity earning
management. However, the GCG index had no effect on earnings management is done through descretionary
revenue models. However, the results of this study are consistent with the Zang (2011) that the post-SOX, GCG
implementation will increase earnings management through real activities
Keywords: Good Corporate Governance, Earnings Management, Real activity Management, Discretionary
Revenue.

Abstrak. Penerapan good corporate governance (GCG) diharapkan dapat meningkatkan transparansi dan
akuntabilitas perusahaan yang diharapkan dapat mendeteksi manajemen laba yang sedang terjadi di
perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh good corporate governance terhadap
manajemen laba berdasarkan discretionary revenue dan real activity estimation models. Sampel sebanyak 62
perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2011-2014. Analisis data dilakukan
dengan menggunakan regresi linier. Penelitian kami menemukan bahwa good corporate governance secara
positif mempengaruhi manajemen laba melalui aktivitas nyata manajemen laba. Namun, indeks GCG tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba dilakukan melalui model pendapatan descretionary. Namun, hasil
penelitian ini konsisten dengan Zang (2011) bahwa pasca-SOX, penerapan GCG akan meningkatkan manajemen
laba melalui aktivitas nyata.
Kata Kunci: Good Corporate Governance; Manajemen Laba; Real Activity Management, Discretionary
Revenue.

Corresponding author. Email: istisastro@yahoo.com. Jalan Meruya Selatan No.1, RT.5/RW.1, Joglo,
Kembangan, Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11650
How to cite this article. Istianingsih. (2016). Deteksi Manajemen Laba Melalui Discretionary Revenue dan
Aktifitas Riil: Implikasi Penerapan Good Corporate Governance. Jurnal Riset Akuntansi Dan Keuangan Program
Studi Akuntansi Fakultas Pendidikan Ekonomi Dan Bisnis Universitas Pendidikan Indonesia, 4(3), 1125–1142.
Retrieved from http://ejournal.upi.edu/index.php/JRAK/article/view/4666
History of article. Received: September 2016, Revision: November 2016, Published: December 2016
Online ISSN: 2541-061X.Print ISSN: 2338-1507. DOI: 10.17509/jrak.v4i3.4666
Copyright©2016. Published by Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan. Program Studi Akuntansi. FPEB. UPI

1125 | Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan Vol.4 | No.3 | 2016


ISTIANINGSIH/ Deteksi Manajemen Laba Melalui Discretionary Revenue dan Aktifitas Riil: Implikasi Penerapan
Good Corporate Governance

PENDAHULUAN equity besar maka manajer perusahaan


tersebut cenderung menggunakan metode
Manajemen laba masih merupakan topik
akuntansi yang akan meningkatkan
yang masih diperdebatkan dan menarik untuk
pendapatan maupun laba. sedangkan political
diteliti. Laba merupakan salah satu informasi
cost hypothesis menyatakan bahwa pada
akuntansi yang digunakan untuk memuaskan
perusahaan yang besar, yang kegiatan
kebutuhan publik terutama investor sebagai
operasinya menyentuh sebagian besar
bahan pertimbangan dalam mengambil
masyarakat akan cenderung untuk
keputusan investasi seperto dinyatakan Scott
mengurangi laba yang dilaporkan dalam
(2015). Pernyataan Scott (2015) ini
rangak menghindari munculnya biaya politik
mengkonfirmasi pendapat Hendriksen (1991)
yang tidak diharapkan.
tentang pentingnya laba sebagai informasi
Standar keuangan memang telah disusun
yang digunakan oleh investor, kreditor, dan
dengan baik akan tetapi tetap saja terdapat
pihak lainnya untuk membantu mengevaluasi
celah yang memungkinkan untuk
daya laba (earnings power), meramal laba di
dilakukannya earnings management. Peluang
masa depan, menaksir risiko berinvestasi, dan
bagi manajer untuk melakukan manajemen
dalam memberikan pinjaman kepada
laba timbul karena kelemahan inheren
perusahaan.
peraturan akuntansi sendiri (Setiawan dan
Informasi laba ini begitu penting
Na’im, 2000). Manajemen laba dilakukan
sehingga seringkali dijadikan sebagai target
oleh manajer dengan menggunakan variabel
rekayasa oleh manajemen melalui tindakan
artifisial melalui pemilihan metode akuntansi
opportunistic. Tindakan ini dilakukan manajer
yang diizinkan atau melalui aktifitas nyata.
dalam rangka memaksimalkan kepuasannya.
Aktifitas riil itu dilakukan dengan mengelola
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan
akun pendapatan dan beban serta aktivitas
manajer untuk memuaskan kebutuhannya
perusahaan yang tidak normal dilakukan
tersebut. Salah satu tindakan tersebut
(Roychowdury, 2006). Salah satu cara untuk
dilakukan dengan cara memilih kebijakan
mengurangi kemungkinan adanya perilaku
akuntansi tertentu, sehingga laba dapat diatur,
oportunistik manajer yang diwujudkan dalam
dinaikkan atau diturunkan sesuai
bentuk manajemen laba adalah dengan
keinginannya. Tindakan atau perilaku tersebut
melakukan pengawasan terhadap jalannya
dikenal dengan istilah manajemen laba. Scott
perusahaan yang dikendalikan oleh manajer.
(2015) kemudian mendefinisikan manajemen
Bentuk pengawasan terbaik saat ini adalah
laba sebagai suatu tindakan manajemen dalam
dengan menerapkan tata kelola perusahaan
proses penyusunan pelaporan keuangan
yang baik atau good corporate governance
sehingga dapat menaikkan atau menurunkan
(GCG).
laba akuntansi sesuai dengan kepentingannya.
GCG merupakan salah satu kunci yang
Investor dapat mengamati kebijakan
dapat diterapkan untuk melakukan
manajemen dan kondisi internal perusahaan
pengawasan kinerja perusahaan agar sejalan
melalui informasi yang dihasilkan oleh
dengan kepentingan para pemangku
laporan keuangan. Scott (2015)
kepentingan. Penerapan GCG ini diharapkan
mengkonfirmasi pernyataan dari Watts dan
akan meningkatkan transparansi dan
Zimmerman (1986) bahwa ada beberapa
akuntabilitas manajer perusahaan. Perusahaan
motivasi earnings management yaitu bonus
yang menerapkan prinsip GCG diharapkan
plan hypothesis, debt to equity hypothesis,
akan lebih bernilai tambah (value added)
dan political cost hypothesis. Hipotesis bonus
dibandingkan perusahaan yang tidak
plan menyatakan bahwa manajer pada
menerapkannya. Corporate governance
perusahaan dengan bonus plan cenderung
berkaitan dengan proses dan struktur yang
untuk menggunakan metode akuntansi yang
digunakan untuk mengarahkan dan mengelola
akan meningkatkan income saat ini. Debt to
bisnis serta urusan-urusan perusahaan, dalam
equity hypothesis menyebutkan bahwa pada
rangka meningkatkan kemakmuran bisnis dan
perusahaan yang mempunyai rasio debt to

1126 | Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan Vol.4 | No.3 | 2016


JURNAL RISET AKUNTANSI DAN KEUANGAN, 4 (3), 2016, 1125-1142

akuntabilitas perusahaan. Dalam jangka mencegah terjadinya bias dalam perhitungan


pajang, penerapan GCG ini diharapkan dapat real activity dalam mendeteksi manajemen
meningkatkan nilai nilai pemegang saham laba. Periode tahun penelitian, yaitu tahun
dalam jangka panjang dengan tetap 2011 sampai dengan tahun 2014. Periode
memperhatikan kepentingan stakeholders penelitian ini dipilih untuk mendapatkan
yang lain. analisis dengan data terbaru dan dengan
Terdapat empat unsur penting dalam alasan bahwa kondisi perekonomian secara
corporate governance yaitu fairness, keseluruhan relatif stabil sehingga diharapkan
transparency, accountability dan hasil penelitian menjadi lebih baik.
responsibility (OECD, 2004). Fairness
(keadilan) yaitu menjamin perlindungan hak- KAJIAN LITERATUR
hak pemegang saham, termasuk hak-hak Agency Theory
pemegang saham minoritas dan para Teori ini membahas mengenai konflik
pemegang saham asing, serta menjamin kepentingan antara agent dan principal. Agent
terlaksananya komitmen dengan para investor. merupakan pihak internal perusahaan yang
Menjamin adanya suatu informasi yang menjalankan kegiatan operasional bisnis
terbuka, tepat waktu, serta jelas dan dapat perusahaan. Agent dapat diartikan sebagai
diperbandingkan yang menyangkut keadaan manajemen perusahaan atau manajer.
keuangan, pengelolaan perusahaan, dan Sedangkan principal adalah pihak yang
kepemilikan perusahaan merupakan mempunyai modal atau pemegang saham
pengertian dari unsur transparency dalam perusahaan. Masing-masing pihak yaitu
(transparansi). agent dan principal mempunyai kepentingan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji yang berbeda terhadap perusahaan. Sebagai
dampak penerapan good coroprate agent, manajer secara moral bertanggung
governance terhadap manajemen laba yang jawab untuk
diamati selama empat tahun yaitu tahun 2011 mengoptimalkan keuntungan para pemilik
sampai dengan 2014 pada perusahaan (principal), namun di sisi lain manajer
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek mempunyai kepentingan memaksimumkan
Indonesia. Penelitian ini mengembangkan kesejateraan mereka (Jensen dan Meckling,
penelitian yang telah dilakukan oleh 1976).
Visvanathan (2008) dengan menginvestigasi Agency problem timbul karena adanya
ulang mengenai pengaruh corporate information asymmetry antara agent dan
governance dan struktur kepemilikan terhadap principal. Information asymmetry muncul
real earnings management. Perbedaan ketika tidak adanya keseimbangan informasi
penelitian ini dengan Visvanathan (2008) antara agent dan principal. Agent sebagai
adalah pada penelitian ini deteksi earnings pihak internal perusahaan mengetahui lebih
management tidak hanya menggunakan real banyak informasi mengenai keadaan
activity tapi juga melalui discretionary perusahaan dibandingkan principal.
revenue yang menggunakan model estimasi Ketimpangan informasi dapat menyebabkan
manajemen laba dari Stuben (2010). moral hazard dan adverse selection (Scott,
Penelitian ini juga bertujuan mengacu pada 2015). Moral hazard terjadi karena principal
Zang (2011) yang menyatakan bahwa ada tidak dapat secara langsung mengamati
trade off antara manakemen laba yang aktivitas agent dalam mengelola perusahaan
dilakukan melalui akrual dan melalui aktifitas dan mengelolah informasi, sehingga ukuran
riil pasca sarbanex oaxley act tahun 2002. output atas aktivitas-aktivitas yang telah
Oleh Karena itu penelitian ini menggunakan ditetapkan dalam kontrak menjadi kurang
dua model estimasi untuk mengukur akurat. Sedangkan adverse selection timbul
manajemen laba yaitu real activity akibat adanya ketidakpastian apakah
management dan discretionary revenue informasi yang disajikan oleh agent,
model. Perusahaan manufaktur dipilih untuk digunakan oleh principal dalam mengambil

1127 | Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan Vol.4 | No.3 | 2016


ISTIANINGSIH/ Deteksi Manajemen Laba Melalui Discretionary Revenue dan Aktifitas Riil: Implikasi Penerapan
Good Corporate Governance

suatu keputusan, merupakan informasi yang dan Bachtiar (2004) juga menyatakan hal
mencerminkan kinerja agent sebenarnya yang sama, yaitu persentase dewan komisaris
(Jensen dan Meckling, 1976). independen tidak berkorelasi signifikan
Masalah keagenan ini sulit sekali terhadap akrual kelolaan.
dihilangkan karena berkaitan dengan perilaku Penerapan corporate governance
manusia terutama pemilik dan pengelola. diharapkan dapat memberikan kontribusi
Maslaah ini hanya bias diminimalisir tapi kepada keseluruhan proses penciptaan nilai
tidak bisa dihilangkan samasekali. Alasan lain perusahaan (Shleifer dan Vishny (1997).
yang menyebabkan munculnya masalah Penerapan good corporate governance yang
keagenan adalah kesulitan untuk memonitor baik dapat mengurangi risiko perusahaan dari
tindakan yang dilakukan oleh agent dan keputusan-keputusan pihak manajemen yang
adanya ketidakseimbangan informasi antara cenderung mengutamakan kepentingan
agent dan principal mengenai informasi pribadi. Selain itu, penerapan good corporate
kegiatan perusahaan. Teori keagenan ini governance juga dapat meningkatkan
digunakan untuk menjelaskan pengaruh kepercayaan para investor (Newell dan
penerapan GCG dalam mengawasi jalannya Wlison, 2002). Meningkatnya kepercayaan
perusahaan segingga dapat menurunkan investor tersebut disebabkan karena
peuang dilakukannya manajemen laba di penerapan GCG yang baik dianggap mampu
Perusahaan publik. memberikan perlindungan yang efektif
terhadap investor dalam memperoleh kembali
Pengembangan Hipotesis investasinya dengan wajar (Tjager et al.,
Pengaruh Good Corporate Governance 2003).
(GCG) terhadap Manajemen Laba Yermarck (1996) serta Lorder dan
Telah banyak penelitian yang dilakukan Preyer (2002) menyatakan bahwa board size
utnuk menguji dampak penerapan dan berhubungan negatif dengan kinerja dan nilai
mekanisme GCG terhadap perilaku perusahaan. Mereka berpendapat bahwa
manajemen laba. Ujiyanto dan Pramuka semakin besar board size maka efektifitas
(2007) menyatakan bahwa terdapat hubungan perusahaan semakin menurun jika
yang positif antara proporsi dewan komisaris dibandingkan dengan perusahaan lain. Beiner
independen dengan earnings management. et al. (2003) mengungkapkan bahwa jika
Sejalan dengan itu Setiawan dan Nasution board size terlalu besar, maka agency problem
(2007) yang meneliti pengaruh corporate akan cenderung meningkat yang
governance terhadap manajemen laba di menyebabkan dewan perusahaan hanya
industri perbankan Indonesia menemukan menjadi simbol yang tidak dapat menjalankan
adanya hubungan yang positif antara fungsi kontrol dan monitoring dengan baik.
komisaris independen dengan earnings Senada dengan itu Ujiyanto dan Pramuka
management. (2007) menemukan jumlah dewan komisaris
Selain mereka juga tercatat nama tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
(Beasley, 1996) dan Dechow, Sloan dan manajemen laba. Midiastuty dan Machfoedz
Sweeney (1996) yang menemukan hubungan (2003) yang menyatakan bahwa ukuran
yang negatif antara board independence dewan komisaris berpengaruh positif terhadap
dengan kecurangan laporan keuangan. Klein manajemen laba perusahaan secara signifikan.
(2000) menemukan hubungan yang negatif Darmawati (2003) juga meneliti
antara board independence dengan abnormal mengenai corporate governance dan
accruals. Veronica dan Utama (2005) dan manajemen laba. Hasilnya menunjukkan
Boediono (2005) yang menyatakan bahwa bahwa komposisi dewan direksi berhubungan
proporsi dewan komisaris independen tidak negatif dengan manajemen laba. Beasley
terbukti berpengaruh terhadap tindak (2006) meneliti mengenai kecurangan
manajemen laba yang dilakukan di laporan keuangan, hasilnya menyatakan
perusahaan di Indonesia. Penelitian Veronica bahwa perusahaan yang tidak curang memiliki

1128 | Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan Vol.4 | No.3 | 2016


JURNAL RISET AKUNTANSI DAN KEUANGAN, 4 (3), 2016, 1125-1142

dewan direksi yang persentase anggota dikeluarkannya sarbanex oxley act yang
luarnya lebih besar dibandingkan dengan bertujuan melindungi kepentingan pemagang
perusahaan yang curang. Sementara itu saham. Inti dari penerapan GCG adalah untuk
Visvanathan (2008) menemukan hubungan memperoleh keselarasan tujuan antar
yang positif antara proporsi komite audit stakeholders. Keselarasan ini akan terlihat
dengan earnings management, karena dari penerapan prinsip-prinsip GCG yang
proporsi komite audit dapat mengurangi akan mendorong transparansi dan
terjadinya earnings management. Setiawan responsibilitas dari manajer perusahaan. Jika
dan Nasution (2007) bahwa keberadaan kualitas penerapan GCG semakin baik, maka
komite audit berpengaruh terhadap diharapkan akan semakin memberikan efek
manajemen laba. Hal ini berarti komite audit pengawasan yang baik atas jalannya
yang ada di perusahaan sebagai salah satu perusahaan. Apabila pengawasan berjalan
mekanisme corporate governance mampu dengan baik maka insentif manajer untuk
mengurangi tindak manipulasi laba oleh mengelola laba demi tujuan oportunistiknya
manajemen. Namun hasil ini berlawanan akan melemah. Dengan semakin baik GCG
dengan penelitian Veronica dan Utama (2005) maka manajemen laba melalui diskresi
yang melaporkan bahwa keberadaan komite pendapatan akan menurun. Akan tetapi seiring
audit tidak berpengaruh terhadap manajemen dengan keluarnya SOX menurut Zang (2011)
laba perusahaan. Rahman dan Ali (2006) penerapan GCG justru menjadikan manajer
meneliti mengenai board, audit committee, lebih memilih trading off antara manajemen
culture dan earnings management pada laba melalui akrual dengan aktifitas riil. Oleh
perusahaan malaysia. Hasilnya menemukan Karena itu, maka studi ini juga akan
bahwa komite audit sebagai salah satu bentuk membuktikan peran GCG yang diharapkan
penerapan GCG berhubungan negatif dengan menurunkan manajemen melalui akrual
earnings management. Visvanathan (2008) (diskresi pendapatan) dan menaikan
meneliti mengenai pengaruh variabel manajemen laba melalui aktifitas riil. Dengan
corporate governance terhadap earnings demikian hipotesis penelitian ini adalah:
management. H1a : Corporate governance
Teori keagenan menyatakan bahwa berpengaruh negatif terhadap
pemisahan fungsi kepemilikan dan manajemen laba melalui discretionary
pengelolaan menimbulkan konflik revenue
kepentingan akibat adanya asimetri informasi. H1b : Corporate governance
Kondisi ini seharusnya dapat diminimalisir berpengaruh positif terhadap
dengan pola monitoring melalui penerapan manajemen laba melalui real activity
GCG. Hal ini juga sejalan dengan tujuan

METODOLOGI PENELITIAN mengindikasikan adanya pengelolaan


pendapatan. Untuk melakukan benchmark
Definisi Operasional Variabel
terhadap model yang ada, Stubben (2010)
Manajemen Laba Melalui Discretionary
membandingkan kemampuan dari model
Revenue
pendapatan dan model akrual yang umum
Manajemen laba melalui discretionary
digunakan (Jones 1991; Dechow et al 1995;
revenue diukur dengan menggunakan rumus
Dechow dan Dichev 2002; Kothari et al 2005)
estimasi dari Stubben (2010:2) menyatakan
untuk mendeteksi kombinasi pendapatan dan
bahwa discretionary revenue adalah
manajemen biaya.
perbedaan antara perubahan yang sebenarnya
Formulasi discretionary revenue yang
dalam piutang dan perubahan diprediksi
digunakan dalam penelitian sebagai berikut:
dalam piutang berdasarkan model. Abnormal
piutang yang tinggi atau rendah

1129 | Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan Vol.4 | No.3 | 2016


ISTIANINGSIH/ Deteksi Manajemen Laba Melalui Discretionary Revenue dan Aktifitas Riil: Implikasi Penerapan
Good Corporate Governance

ΔARit = α + β1 ΔRit + β2 ΔRit × SIZEit + β3 ΔRit × AGEit + β4 ΔRit × AGE_SQit + β5 ΔRit


× GRR_Pit + β6 ΔRit × GRR_Nit + β7 ΔRit × GRMit + β8 ΔRit × GRM_SQit +
ε
Keterangan :
AR = end of fiscal year accounts receivable;
R = annual revenues;
SIZE = natural log of total assets at end of fiscal year;
AGE = natural log of age of firm (years);
GRR_P = industry-median-adjusted revenue growth (_ 0 if negative);
GRR_N = industry-median-adjusted revenue growth (_ 0 if positive);
GRM = industry-median-adjusted gross margin at end of fiscal year;
_SQ = square of variable; and
 = error.
= annual change;

Stuben (2010:3) menyebutkan bahwa pelaporan keuangan tertentu telah dicapai


penggunaan discretionary revenue sebagai sesuai praktik operasi normal
proksi manajemen laba yang dihitung dengan (Roychowdhury, 2006).
pendekatan penerimaan dapat mengukur Penelitian ini menggunakan model
manajemen laba lebih baik dibandingkan estimasi manajemen laba riil dari
menggunakan pendekatan akrual. Hasil Roychowdhury (2006). Model indidasarkan
temuan menunjukkan bahwa ukuran pada model estimasi dari Dechow et al.
discretionary revenue menghasilkan bias dan (1998) dan fokus pada tiga metode manipulasi
kesalahan yang lebih kecil dibandingkan yang diproksi ke dalam abnormal cash flow
model akrual, dimana discretionary revenue operation (abnCFO), abnormal discretionary
dapat mendeteksi tidak hanya pendapatan expense (abnDISEXP) dan abnormal
manajemen, tetapi juga manajemen laba production costs (abnPROD).
(melalui pendapatan).
Abnormal Cash Flow Operation
Manajemen Laba Riil Berdasarkan model Dechow et al.
Selain manajemen laba dengan (1998), Roychowdhury (2006)
menggunakan kebijakan penerimaan, menggambarkan arus kas kegiatan operasi
penelitian ini juga menguji manajemen laba normal sebagai fungsi linear dari penjualan
yang diukur dengan aktifitas riil. Manajemen dan perubahan penjualan dalam suatu periode.
laba riil (Real activity) adalah perbedaan Sebelum masuk dalam pengujian hipotesis
praktik operasi yang dilakukan dengan maka akan dilakukan regresi untuk mencari
praktik-praktik operasi normal, dimotivasi arus kas kegiatan operasi normal. Model
oleh keinginan manajemen untuk memberikan regresi untuk arus kas kegiatan operasi normal
pemahaman yang salah kepada stakeholders mereplikasi dari penelitian Roychowdhury
agar stakeholders percaya bahwa tujuan (2006) sebagai berikut:

Keterangan:
CFOt : Arus kas kegiatan operasi pada tahun t
At-1 : Total aktiva (assets total) pada tahun t-1
St : Penjualan (sales) pada tahun t
St : Penjualan pada tahun t dikurangi penjualan pada tahun t-1
α0 : Konstanta
t : error term pada tahun t.

1130 | Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan Vol.4 | No.3 | 2016


JURNAL RISET AKUNTANSI DAN KEUANGAN, 4 (3), 2016, 1125-1142

Dalam penelitian ini yang akan b. Abnormal Discretionary Expenses


digunakan adalah arus kas kegiatan operasi Biaya diskresioner didefinisikan
abnormal (AbnCFO), maka untuk setiap sebagai jumlah dari biaya iklan, biaya riset
observasi tahun arus kas kegiatan operasi dan pengembangan, dan biaya penjualan, serta
abnormal adalah selisih dari nilai arus kas biaya administrasi dan umum. Untuk
kegiatan operasi aktual yang diskalakan menghitung tingkat normal biaya diskresioner
dengan total aktiva satu tahun sebelum peneliti menggunakan model regresi berikut
pengujian dikurangi dengan arus kas kegiaran yang mereplikasi dari penelitian
operasi normal yang dihitung dengan Roychowdhury (2006), dengan formula
menggunakan koefisien estimasi yang sebagai berikut:
diperoleh dari model persamaan di atas.

  β 

Keterangan:
DISEXPt : Biaya diskresioner pada tahun t
At-1 : Total aktiva pada tahun t-1
St : Penjualan pada tahun t
α0 : Konstanta
t : error term pada tahun t.

Dalam penelitian ini yang akan Produksi di atas level normal operasi
digunakan adalah biaya diskresioner abnormal perusahaan (overproduction) dengan tujuan
(AbnCFO), maka untuk setiap observasi tahun untuk melaporkan harga pokok penjualan
biaya diskresioner abnormal adalah selisih (COGS) yang lebih rendah merupakan salah
dari biaya diskresioner aktual yang diskalakan satu cara yang dilakukan manajemen untuk
dengan total aktiva satu tahun sebelum memanipulasi laba melalui manipulasi
pengujian dikurangi dengan biaya aktivitas nyata. Biaya produksi adalah jumlah
diskresioner normal yang dihitung dengan dari harga pokok penjualan (COGS) dan
menggunakan koefisien estimasi yang perubahan dalam persediaan (ΔINV)
diperoleh dari model persamaan di atas. sepanjang tahun. Peneliti sebagaimana
Roychowdhury (2006) menggunakan model
Abnormal Production Cost estimasi untuk biaya produksi normal dengan
rumus regresi sebagai berikut:

  β β  β  

Keterangan:
PRODt : Biaya produksi pada tahun t (PRODt = COGSt + ΔINVt)
At-1 : Total aktiva pada tahun t-1
St : Penjualan pada tahun t
St : Penjualan pada tahun t dikurangi penjualan pada tahun t-1
St-1 : Perubahan penjualan pada tahun t-1
α0 : Konstanta
t : error term pada tahun t.

1131 | Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan Vol.4 | No.3 | 2016


ISTIANINGSIH/ Deteksi Manajemen Laba Melalui Discretionary Revenue dan Aktifitas Riil: Implikasi Penerapan
Good Corporate Governance

Oleh karena dalam penelitian ini yang aliran kas operasi abnormal (AbnCFO), biaya
akan digunakan adalah biaya produksi diskresioner abnormal (AbnDISEXP). dan
abnormal (AbnPROD), maka untuk setiap biaya produksi abnormal (AbnPROD)
observasi tahun biaya produksi abnormal dijumlahkan untuk dapat menangkap efek
adalah selisih dari biaya produksi aktual yang keseluruhan dari manajemen laba melalui
diskalakan dengan total aktiva satu tahun aktivitas riil. Untuk menyamakan arahnya
sebelum pengujian dikurangi dengan biaya maka biaya arus kas abnormal dikali dengan
produksi normal yang dihitung dengan minus satu (-1) dan biaya diskresioner
menggunakan koefisien estimasi yang abnormal dikalikan dengan minus satu (-1)
diperoleh dari model persamaan di atas. sebelum dijumlahkan, dengan formula sebagai
Sebagai proksi keseluruhan dari berikut:
manajemen laba melalui aktivitas riil maka

Corporate Governance dan 2013 dengan mengasumsikan skor yang


Penerapan GCG dalam penelitian ini diperoleh untuk tahun 2011 adalah sama
diartikan sebagai tata kelola yang baik sesuai dengan skor pada tahun 2010 dan skor tahun
definisi dari OECD dan diukur dengan skor 2014 adalah sama dengan skor tahun 2013.
Good Corporate Governance (GCG) atau
Corporate Governance Index yang diperoleh Variabel Kontrol
dari IICD (Indonesian Institute for Corporate Leverage
Directorship), yaitu sebuah lembaga Leverage didefinisikan sebagai tingkat utang
independen di Indonesia yang berperan dalam yang dimiliki oleh perusahaan baik utang
internalisasi praktek corporate governance jangka panjang maupun jangka pendek.
yang baik. Hasil penilaian terakhir IICD Leverage merupakan perbandingan antara
dikenal dengan istilah Corporate Governance utang dan aktiva yang menunjukkan beberapa
Scorecard. Skor tersebut berdasarkan hasil bagian aktiva yang digunakan untuk
penilaian Indonesian Institute for Corporate menjamin utang. Ukuran ini berhubungan
Directorship (IICD) yang menggunakan dengan keberadaan dan ketat tidaknya suatu
acuan ASEAN Corporate Governance persetujuan utang. Perusahaan yang memiliki
Scorecard dalam menilai praktek Corporate kemungkinan lebih tinggi dalam melanggar
Governance perusahaan terbuka di Indonesia. perjanjian utang cenderung terlibat dalam
Instrumen penilaian mengacu pada prinsip- praktik manajemen laba untuk meningkatkan
prinsip Corporate Governance yang laba perusahaan (Healy dan Palepu; DeFond
dikembangkan oleh Organization for dan Jiambalvo; dalam Rusmin, 2010).
Economic Cooperation and Development LEV =
(OECD), meliputi: (1) Perlindungan terhadap
hak-hak pemegang saham; (2) Perlakuan yang
Ukuran Perusahaan (Size)
setara terhadap pemegang saham; (3) Peran
Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana
pemangku kepentingan; (4) Pengungkapan
dapat diklasifikasikan besar kecilnya
dan transparansi; dan (5) Tanggungjawab
perusahaan. Pada dasarnya ukuran perusahaan
dewan komisaris dan direksi. Kelima prinsip-
hanya terbagi dalam tiga kategori, yaitu
prinsip tersebut dijabarkan secara
perusahaan besar, perusahaan menengah dan
komprehensif kedalam 219 pertanyaan.
perusahaan kecil. Dalam penelitian ini, ukuran
Karena keterbatasan data skor GCG dari IICD
perusahaan diukur dengan logaritma natural
maka dalam penelitian ini, skor GCG yang
dari besarnya total aset perusahaan
digunakan adalah skor pada tahun 2010, 2012

1132 | Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan Vol.4 | No.3 | 2016


JURNAL RISET AKUNTANSI DAN KEUANGAN, 4 (3), 2016, 1125-1142

karena nilai aset relatif lebih stabil daripada berarti semakin besar juga angka
nilai pasar dan penjualan. Logaritma total aset logaritmanya (Cornett et al., 2008).
perusahaan dapat menunjukkan bahwa
semakin besar ukuran atau aset perusahaan Kesempatan Bertumbuh (Growth)
Semakin besar kesempatan bertumbuh
perusahaan maka semakin tinggi kesempatan Sampel telah terdaftar pada Bursa Efek
perusahaan untuk mendapatkan atau Indonesia (BEI) untuk periode laporan
menambah laba yang akan diperoleh keuangan tahun 2011 sampai dengan 2014
perusahaan di masa mendatang. Hal ini dan masuk dalam pemeringkatan penerapan
didukung oleh penelitian Shroff (1995) yang corporate governance yang dilakukan oleh
mengatakan bahwa kesempatan bertumbuh IICD (Indonesia Institute of Corporate
memengaruhi kegigihan dan kredibilitas laba. Directorship).
Variabel ini dihitung dari tingkat Sampel perusahaan tidak meliputi
pertumbuhan penjualan (sales) sepanjang perusahaan perbankan, kredit agensi,
tahun dengan rumus (Matsura, 2008,) sekuritas, asuransi, konstruksi, real eastate
dan property, investasi dan perusahaan
telekomunikasi, karena penyajian laporan
keuangannya berbeda dengan laporan
keuangan pada umumnya. Perusahaan-
perusahaan ini memiliki laporan keuangan
Dimana: yang sangat terpengaruh oleh faktor regulasi.
SALESGRW it : kesempatan bertumbuh Perusahaan yang dijadikan sampel harus
perusahaan i pada tahun t mempunyai ekuitas positif, karena perusahaan
Penjualan t : penjualan pada hari ke t dengan nilai buku ekuitas negatif berarti
Penjualan t-1 : penjualan pada hari ke t-1 insolvent, yang menyebabkan kondisi sampel
tidak menjadi homogen.
Populasi dan Sampel Penelitian Perusahaan yang dijadikan sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah menyatakan laporan keuangannya dalam
perusahaan go publik yang terdaftar pada bentuk rupiah. Sampel penelitian adalah
Bursa Efek Indonesia (BEI), khususnya perusahaan yang mengeluarkan laporan
perusahaan manufaktur. Cara pengambilan keuangan secara konsisten dan lengkap serta
sampel dilakukan dengan non random, yaitu telah diaudit selama periode pengamatan.
suatu cara untuk pemilihan elemen-elemen
dari populasi untuk menjadi anggota sampel Teknik Analisis Data
dimana setiap elemen tidak mendapat Untuk menganalisis data penelitian ini
kesempatan yang sama untuk dipilih. digunakan metode regresi linier berganda.
Pemilihan sampel dilakukan berdasarkan Pendekatan menggunakan pendekatan
metode purposive sampling sesuai dengan kuantitatif. Model penelitian untuk menguji
kriteria yang telah ditentukan, yaitu: hipotesis adalah sebagai berikut:

DR = α + β1CG + + β2LEV + β3SIZE + β4 GROWTH +  (model 1)

RA = α + β1CG + β2LEV + β3SIZE + β4GROWTH +  (model 2)

Keterangan :
DR = Manajemen Laba melalui Discretionary Revenue

1133 | Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan Vol.4 | No.3 | 2016


ISTIANINGSIH/ Deteksi Manajemen Laba Melalui Discretionary Revenue dan Aktifitas Riil: Implikasi Penerapan
Good Corporate Governance

RA = Manajemen Laba Riil


CG = Corporate Governance Index
LEV = Leverage (Debt to Asset Ratio)
SIZE = Ukuran Perusahaan (Log Natural Total Asset)
GROWTH = Kesempatan Bertumbuh (Sales Growth)

Untuk membuktikan hipotesis maka koefisien dan model 2 harus lebih kecil dari nol dan
hasil regresi β1 dari model 1 signifikan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Penentuan Jumlah Sampel Berdasarkan Kriteria


No. Kriteria Jumlah
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dan tidak 137
delisting Tahun 2011 – 2014
2. Perusahaan yang laporan keuangan lengkapnya tidak dapat
diakses peneliti (8)
3. Perusahaan memiliki Corporate Governance Index dari IICD (32)
selama tahun 2011 – 2014
4. Laporan keuangan perusahaan yang tidak disajikan dalam mata (12)
uang Rupiah
5. Perusahaan memiliki ekuitas negative (23)
Jumlah Sampel 62
Jumlah data observasi (4 tahun) 248
Sumber : Website BEI, ICMD, dan IICD, 2016 (diolah).

Jumlah total sampel yang didapatkan Analisis Regresi Linier Berganda


adalah 248 amatan atas 62 perusahaan selama Hasil pengujian model 1
4 tahun dari 2011 sampai 2014. Sampel Analisis data dalam penelitian ini
penelitian yang dipilih berasal dari satu menggunakan regresi linier berganda. Hasil
industri yaitu mnufaktur dengan maksud pengujian model 1 atau model DR disajikan
untuk menghindari perbedaan karakteristik dalam table 4.2. Hasil pengujian menunjukkan
perusahaan yang bergerak di industri bahwa model regresi terbebas dari masalah
manufaktur dengan perusahaan yang bergerak asumsi klasik. Heterokedastisitas yang semula
di industri non-manufaktur sehingga terjadi muncul sudah di treatment dengan white
keseragaman data. Selain itu, industri hetero sehingga hasil regresi akhir sudah
manufaktur dipilih karena jumlah perusahaan terbebas dari maslaah heterokedastisitas.
dalam industri ini paling banyak dibandingkan Model juga bebas dari Autokorelasi dengan
dengan industri lainnya yang terdaftar di durin watson yang dapat dilihat dari nilai DW.
Bursa Efek Indonesia (BEI) dan juga untuk Nilai korelasi juga menunjukkan bahwa
keperluan menghitung manajemen laba model aman dari masalah Multikolinieritas
dengan aktifitas riil yang memerlukan data Karena angka korelasi antar variabel bebas di
persediaan perusahaan dan data biaya bawah 0.8.
produksi.

1134 | Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan Vol.4 | No.3 | 2016


JURNAL RISET AKUNTANSI DAN KEUANGAN, 4 (3), 2016, 1125-1142

Tabel 2. Hasil Regresi Model 1


Dependent Variable: DR
Method: Least Squares
Date: 12/03/16 Time: 12:38
Sample: 1 248
Included observations: 248
White heteroskedasticity-consistent standard errors & covariance

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -0.257064 0.194668 -1.320521 0.1879


CG -0.001588 0.003941 -0.402847 0.6874
SIZE 0.224143 0.099095 2.261890 0.0246
LEV 0.019624 0.013996 1.402156 0.1621
GROWTH -0.004770 0.002670 -1.786106 0.0753

R-squared 0.041552 Mean dependent var 0.009946


Adjusted R-squared 0.025775 S.D. dependent var 0.272485
S.E. of regression 0.268951 Akaike info criterion 0.231379
Sum squared resid 17.57729 Schwarz criterion 0.302214
Log likelihood -23.69096 Hannan-Quinn criter. 0.259894
F-statistic 2.633707 Durbin-Watson stat 1.912668
Prob(F-statistic) 0.034853

Hasil pengujian menunjukkan bahwa sebesar 2,26 dan signifikan dengan alfa
nilai F stat memiliki angka prob yang 0,0246. Hasil ini menyatakan bahwa semakin
signifikan (0,038) yang artinya model regresi besar ukuran perusahaan, maka manajemen
layak digunakan untuk memprediksi. Nilai laba yang didteksi dengan model diksresi
adjusted R dari model 1 adalah sebesar 0,025 pendapatan terbukti didukung oleh data.
atau 2,5%. Hasil ini menunjukkan bahwa Sementara itu variable leverage tidak terbukti
2,5% variasi yang terjadi pada manajemen berdampak terhadap manajemen laba yang
laba melalui discretionary revenue dijelaskan didteksi melalui model discretionary model
oleh coporate governance dan variable- Karena nilai t nya (1,41) tidak signifikan
variabel control dalam penelitian ini, (nilai alfa 0,162). Variable pertumbuhan
sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel penjualan perusahaan memiliki nilai t -1,786
lain yang tidak diidentifikasi dalam model dengan nilai signifikansi (α) sebesar 0,07 atau
penelitian ini. marginally significant. Hal ini berarti
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa nilai pertumbuhan berpengaruh negatif dan
thitung variabel corporate governance indeks signifikan terhadap manajemen laba melalui
(CG) sebesar -0,40, dengan nilai signifikansi discretionary revenue.
(α) sebesar 0,687. Hal ini berarti corporate
governance index tidak berpengaruh terhadap Hasil Pengujian model 2
manajemen laba melalui discretionary Hasil pengujian model 2 atau model RA
revenue. Dengan demikian, hipotesis disajikan dalam table 4.3. Hasil pengujian
penelitian yang diajukan yaitu corporate menunjukkan bahwa model regresi terbebas
governance berpengaruh negatif terhadap dari masalah asumsi klasik. Heterokedastisitas
manajemen laba (discretionary revenue) tidak yang semula muncul sudah di treatment
terbukti didukung oleh data. Variabel kontrol dengan white hetero sehingga hasil regresi
ukuran perusahaan (size) memiliki nilai t akhir sudah terbebas dari maslaah

1135 | Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan Vol.4 | No.3 | 2016


ISTIANINGSIH/ Deteksi Manajemen Laba Melalui Discretionary Revenue dan Aktifitas Riil: Implikasi Penerapan
Good Corporate Governance

heterokedastisitas. Model 2 ini juga bebas dari memprediksi. Nilai adjusted R-squared dari
Autokorelasi dengan durin watson yang dapat model 2 adalah sebesar 0,238 atau 23,8%.
dilihat dari nilai DW. Nilai korelasi juga Hasil ini menunjukkan bahwa 23,8% variasi
menunjukkan bahwa model aman dari yang terjadi pada manajemen laba melalui
masalah Multikolinieritas Karena angka discretionary revenue dijelaskan oleh
korelasi antar variabel bebas di bawah 0.8. coporate governance dan variable-variabel
Hasil pengujian model 2 control dalam penelitian ini, sedangkan
menunjukkan bahwa nilai F stat memiliki sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang
angka prob yang signifikan (0,000) yang tidak diidentifikasi dalam model penelitian
artinya model regresi layak digunakan untuk ini.

Tabel 3. Hasil Regresi Model 2


Dependent Variable: RA
Method: Least Squares
Date: 12/03/16 Time: 12:42
Sample: 1 248
Included observations: 248
White heteroskedasticity-consistent standard errors & covariance
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -0.901277 0.371748 -2.424427 0.0161


CG 0.022175 0.006244 3.551595 0.0005
GROWTH -0.002738 0.006723 -0.407229 0.6842
LEV -0.037621 0.019907 -1.889872 0.0600
SIZE -0.926675 0.172918 -5.359060 0.0000

R-squared 0.251146 Mean dependent var -0.297383


Adjusted R-squared 0.238819 S.D. dependent var 0.487556
S.E. of regression 0.425372 Akaike info criterion 1.148249
Sum squared resid 43.96869 Schwarz criterion 1.219084
Log likelihood -137.3828 Hannan-Quinn criter. 1.176764
F-statistic 20.37398 Durbin-Watson stat 1.893607
Prob(F-statistic) 0.000000

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa nilai thitung perusahaan, maka manajemen laba yang
variabel corporate governance indeks (CG) dideteksi dengan model aktifitas riil justru
sebesar 3,55 dengan nilai signifikansi (α) menurun terbukti didukung oleh data.
sebesar 0,00. Hal ini berarti corporate Sementara itu variable leverage terbukti
governance index berpengaruh signifikan berdampak terhadap manajemen laba yang
positif terhadap manajemen laba yang dideteksi melalui model aktifitas riil, karena
dideteksi melalui aktifitas riil. Dengan nilai t nya (-1,88) signifikan marginal (nilai
demikian, hipotesis penelitian yang diajukan alfa 0,0600). Variable pertumbuhan penjualan
yaitu corporate governance berpengaruh perusahaan memiliki nilai t –0,0407 dengan
positif terhadap manajemen laba yang nilai signifikansi (α) sebesar 0,4802. Hal ini
dilakukan melalui aktifitas riil terbukti berarti pertumbuhan tidak berpengaruh
didukung oleh data. Variabel kontrol ukuran terhadap manajemen laba melalui aktifitas riil.
perusahaan (size) memiliki nilai t sebesar - Secara teoritis, pertumbuhan penjualan yang
5,359 dan signifikan dengan alfa 0,00. Hasil dimiliki perusahaan dapat memotivasi
ini menyatakan bahwa semakin besar ukuran manajer dalam memperoleh laba. Hasil

1136 | Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan Vol.4 | No.3 | 2016


JURNAL RISET AKUNTANSI DAN KEUANGAN, 4 (3), 2016, 1125-1142

penelitian ini sejalan dengan pendapat yang Sedangakan dengan model aktiftas riil
dikemukakan Kim et.al. (2003) yang penelitian ini memberikan hasil yang berbeda.
menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki
pertumbuhan penjualan yang tinggi, Penelitian ini tidak sejalan dengan teori
kemungkinan tidak termotivasi dalam keagenan yang menyatakan bahwa
melakukan tindakan manipulasi laba untuk manajemen laba merupakan salah satu faktor
melaporkan laba. Sebaliknya jika perusahaan yang dapat mengurangi kredibilitas laporan
memiliki pertumbuhan penjualan rendah, keuangan. Schiper (1989). Manajemen laba
maka akan memiliki kecenderungan untuk sebagai suatu intervensi yang sengaja
menyesatkan laporan laba atau perubahan laba dilakukan untuk memperoleh beberapa
melalui tindakan manipulasi laba. keuntungan pribadi pihak tertentu. Ada
Penelitian ini mengajukan hipotesis beberapa cara yang dilakukan oleh
bahwa bahwa penerapan GCG yang diukur manajemen dalam melakukan manajemen
dengan corporate governance index laba, antara lain melalui manajemen laba
berpengaruh negatif terhadap manajamen laba akrual (diskresi pendapatan) dan manajemen
melalui akrual (discretionary revenue) dan laba riil. Seperti dikemukakan oleh
berpengaruh positif terhadap manajemen laba Roychowdhury (2006), teknik manajemen
melalui aktifitas riil. Hasil pengujian pada laba riil dapat dilakukan dengan cara
pengujian Model Pertama, variabel corporate memanipulasi penjualan, produksi secara
governance memiliki pengaruh negatif akan berlebihan, dan mengurangi pengeluaran
tetapi tidak signifikan terhadap manajemen diskresioner. Manajemen laba riil yang
laba melalui discretionary revenue. Pada dilakukan oleh manajemen memperlihatkan
pengujian Model Kedua, variabel corporate kinerja jangka pendek perusahaan yang baik
governance terbukti berpengaruh signifikan namun secara potensial akan menurunkan
positif terhadap manajemen laba riil (real nilai perusahaan. Mekanisme corporate
activity). Dari sisi koefisien determinasi kedua governance merupakan sistem yang mengatur
model menunjukkan bahwa model kedua yang dan mengendalikan perusahaan yang mampu
memiliki andjusted R squared 23,88 terbukti menciptakan nilai tambah (value added) untuk
lebih baik dalam mengukur manjemen laba semua stakeholder (Monks, 2003). GCG
dibandingkan model DR yang memiliki nilai terkait dengan masalah pengendalian perilaku
Adj. R square hanya 2,5%. Dengan demikian, para eksekutif puncak perusahaan untuk
dapat dikatakan bahwa model aktifitas riil melindungi kepentingan pemilik perusahaan
lebih mampu mendeteksi manajemen laba. (pemegang saham). Tjager et al., (2003)
Selain itu, terbukti dari angka konstanta di mendefinisikan mekanisme corporate
model 1 yang tidak signifikan sedangkan pada governance sebagai suatu sistem, proses dan
model aktifitas riil angka konstanta signifikan. seperangkat peraturan yang mengatur
Bukti ini menunjukkan bahwa jika variable hubungan antara berbagai pihak yang
lain dianggap tidak ada maka manajemen laba berkepentingan (stakeholders), dalam arti
melalui aktifitas riil terbukti signifikan terjadi sempit hubungan antara pemegang saham,
sebesar-0,9012. Tanda negatif menunjukkan dewan komisaris dan dewan direksi demi
bahwa sampel penelitian ini melakukan tercapainya tujuan organisasi. Mekanisme
manajemen laba dengan menurunkan labanya corporate governance dimaksudkan untuk
pada periode penelitian yaitu 2011 sampai mengatur hubungan-hubungan ini dan
2014. Hasil pengujian hipotesis pertama yang mencegah terjadinya kesalahan-kesalahan
diuji dengan model AR tidak terbukti. signifikan dalam strategi korporasi dan untuk
Penerapan CG yang diukur dengan indeks memastikan bahwa kesalahan-kesalahan yang
GCG yang diajukan dalam penelitian ini tidak terjadi dapat diperbaiki dengan segera.
signifikan berpengaruh terhadap manajemen Penerapan good corporate governance yang
laba meskipun arahnya sesuai yang diprediksi. baik dapat meningkatkan nilai perusahaan
karena mengurangi risiko perusahaan dari
keputusan-keputusan pihak manajemen yang
1137 | Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan Vol.4 | No.3 | 2016
ISTIANINGSIH/ Deteksi Manajemen Laba Melalui Discretionary Revenue dan Aktifitas Riil: Implikasi Penerapan
Good Corporate Governance

cenderung mengutamakan kepentingan SIMPULAN


pribadi. Penerapan good corporate
Berdasarkan hasil analisis dan
governance juga dapat meningkatkan
pembahasan yang telah dikemukakan,
kepercayaan para investor (Newell dan
simpulan yang dapat diambil dalam penelitian
Wlison, 2002). Meningkatnya kepercayaan
ini adalah Corporate governance yang diukur
investor tersebut disebabkan karena penerapan
menggunakan corporate governance index
GCG dianggap mampu memberikan
tidak terbukti berpengaruh terhadap
perlindungan yang efektif terhadap investor
manajemen laba melalui descretionary
dalam memperoleh kembali investasinya
revenue. Akan tetapi penelitian ini
dengan wajar (Tjager et al., 2003).
membuktikan bahwa penerapan GCG terbukti
Penelitian ini juga tidak konsisten berpengaruh positif terhadap manajemen laba
dengan penelitian Cornett et al. (2006), yang yang diukur dengan aktivitas riil (real
menyatakan bahwa mekanisme corporate activity). Temuan penelitian ini membuktikan
governance berpengaruh negatif terhadap kedua hipotesis yang diajukan. Hal ini
manajemen laba yang diukur dengan mengindiksikan bahwa corporate governance
diskresioner akrual. Pelaksanaan tata kelola index yang dikeluarkan oleh IICD yang tidak
perusahaan membuktikan dalam membatasi terbukti mampu meredam manajemen
kecenderungan manajemen untuk melakukan perusahaan-perusahaan manufaktur di
manajemen laba dan benar-benar Indonesia melakukan praktik manajemen laba
mengarahkan penyajian laporan keuangan melalui diskresi pendapatan akan tetapi justru
dengan kredibilitas tinggi (Bekiris dan meningkatkan manajemen laba melalui
Doukakis 2011). Dengan demikian, dapat aktifitas riil. Implikasi hasil riset ini
disimpulkan bahwa semakin tinggi indeks menunjukkan bahwa masih terdapat celah dan
corporate governance maka seharusnya akan peluang dilakukannya manajemen laba
mengakibatkan penurunan praktik manajemen melalui aktifitas riil sebagai trading off atas
laba menggunakan diskresi pendapatan. Hal manajemen laba melalui akrual seperti yang
ini tidak didukung data dalam penelitian ini dinyatakan Zang (2011). Oleh karena itu perlu
yang kemungkinan disebabkan Karena dilakukan kaji ulang atas penerapan
perbedaan pengukuran manajemen laba mekanisme GCG yang mungkin perlu
melalui discretionary revenue model dan diperbaiki dari segala sisi demi menekan
model akrual lain. Kemungkinan lain bisa jadi tindakan manipulasi laba yang bersifat
disebabkan karena praktik manajemen laba oportunistik.
melalui akrual lebih sulit dideteksi Kondisi perekonomian yang relatif stabil
dibandingkan dengan manajemen laba melalui dalam periode penelitian ini terbukti memicu
aktifitas riil. Dengan data yang sama manajemen melakukan penurunan laba
penelitian ini membuktikan adanya pengaruh melalui aktifitas riil. Penelitian ini tidak
positif dari penerapan GCG terhadap memasukkan variabel pajak yang
manajemen laba melalui aktifitas riil. Semakin kemungkinan dapat menjelaskan kondisi ini.
baik penerapan GCG pada perusahaan yang Oleh karena itu riset selanjutnya dapat
menjadi sampel penelitian ini jsutru makin memasukkan variabel pajak untuk mendeteksi
memotivasi mereka untuk mengelola labanya motivasi penurunan laba pada periode ini.
dengan menurunkan laba Terbukti adanya Selain itu, peneliti selanjutnya diharapkan
trade off yang dilakukan manajer seprti dapat memasukkan variable lain untuk
temuan Zang (2011) bahwa penerapan GCG mendeteksi earning management seperti
pasca SOX akan meningkatkan manajemen kondisi perekonomian makro, pengungkapan
laba melalui aktifitas riil. CSR dan kualitas audit sehingga didapatkan
analisis yang lebih komprehensif.
Selain itu, penelitian ini hanya menguji
dampak GCG terhadap manajemen laba
melalui aktifitas riil dan discretionary revenue

1138 | Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan Vol.4 | No.3 | 2016


JURNAL RISET AKUNTANSI DAN KEUANGAN, 4 (3), 2016, 1125-1142

dengan data 4 tahun tapi tidak menguji adanya Darmawati, D. (2003), Corporate Governance
perbedaan antar tahun. Terdapat kemungkinan dan Manajemen Laba: Suatu Studi
bahwa aka nada beda efek antar tahun yang Empiris, Jurnal Bisnis dan
berlainan. Penelitian selanjutnya diharapkan Akuntansi, Vol. 5, No. 1, April, Hal.
menguji perbedaan pengaruh GCG terhadap 47-68.
kedua metode estimasi manajemen laba antar Davis, J. H., Schoorman, F. D. & Donaldson,
tahun sehingga didapatkan hasil analisis yang L. (1997). Towards A Stewardship
lebih baik. Theory of Management, Academy of
Management Review, 22(1), 20-47
Dechow, P.M., Sloan, R.G., Sweeney, A.P.
DAFTAR PUSTAKA
(1995). “Detecting Earnings
Ariani, Dian. (2010). Analisis Faktor-Faktor Management”. Accounting Review,
yang Mempengaruhi Manajemen Vol 70, No. 2, 193-225.
Laba Pada Perusahaan yang Bergerak Dechow, P., Hutton, A., Sloan, R., (1996).
di Sektor Keuangan di Bursa Efek Causes and Consequences of
Indonesia. Jakarta: Universitas Bina Earnings Manipulation: An Analysis
Nusantara. of Firms Subject to Enforcement
Bayu, Bimo. (2012). Pengaruh Corporate Actions by The SEC. Contemporary
Governance terhadap Manajemen Accounting Research 13, 1–36.
Laba pada Perusahaan Manufaktur di Dechow, P., Sloan, R., (1991).
Bursa Efek Indonesia. Semarang: Executive Incentives and The
Universitas Diponegoro. Horizon Problem. Journal of
Beasley, Mark S. (1996). An Empirical Accounting and Economics 14, 51-89
Analysis of the Relation Between the Deni Darmawati, Khomsiyah dan Rika Gelar
Board of Director Composition and Rahayu. (2004). Hubungan
Financial Statement Fraud. The Corporate Governance dan Kinerja
Accounting Review, Vol.17. No.4, Perusahaan. Simposium Nasional
Oktober, hal.443-465 Akuntansi VII , IAI.
Beiner, S., Drobetz, W., et al, 2003, Is Board Denis, D. and J. McConnel. (2003).
Size an Independent Corporate International Corporate
Governance Mechanism, Governance.” Working Paper,
www.ssrn.com Purdue University.
Cadbury, Sir A. (1992). Report of The Eisenhardt, Kathleen. M. (1989). Agency
Commitee on The Financial Aspect Theory: An Assesment and Review.
of Corporate Governance, The Academy of Management Review, 14,
Comitte and Gee, London. 57-74,
Christie, A., Zimmerman, J., (1994). Efficient Fatma, Bayu. (2010). Pengaruh Mekanisme
and opportunistic choices of Corporate Governance terhadap
accounting procedures. The Manajemen Laba dan Konsekuensi
Accounting Review 69, 539–567. Manajemen Laba terhadap Kinerja
Carina. (2010). Analisis Faktor-Faktor Yang Keuangan. Semarang: Universitas
Mempengaruhi Manajemen Laba, Diponegoro,
Studi Empiris Pada Berbagai Industri Fields, T., Lys, T., Vincent, L., (2001).
Perusahaan-Perusahaan Yang Empirical research on accounting
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. choice. Journal of Accounting and
Jakarta: Universitas Bina Nusantara,. Economics 31, 255–307.
Daniri, Mas. (2005). Good Corporate Gideon SB Boediono, (2005). “Kualitas Laba:
Governance Konsep dan Studi Pengaruh Mekanisme
Penerapannya Dalam Konsep Corporate Governance dan Dampak
Indonesia. Ray Indonesia, Jakarta Manajemen Laba dengan

1139 | Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan Vol.4 | No.3 | 2016


ISTIANINGSIH/ Deteksi Manajemen Laba Melalui Discretionary Revenue dan Aktifitas Riil: Implikasi Penerapan
Good Corporate Governance

Menggunakan Analisis Jalur”, Komite Nasional Kebijakan Governance


Simposium Nasional Akuntansi VIII, (2006), Pedoman Umun Good
IAI. Corporate Governance
FCGI. (2001). Corporate Governance: Tata Komite Nasional Kebijakan Governance.
Kelola Perusahaan. Edisi Ketiga, (2006). Pedoman Umum
Jakarta. Governance Indonesia.
_____. (2004). Corporate Governance Suatu Kurniasih, Lulus dan Nuralifmida Ayu
Pengantar: Peranan Dewan Annisa. (2012) “Pengaruh Corporate
Komisaris dan Komite Audit Dalam Governance Terhadap Tax
Pelaksanaan Corporate Governance. Avoidance”. Surakarta: Universitas
Jakarta. Sebelas Maret, 2012.
Ghozali, Imam. (2009). Aplikasi Analisis Lukviarman, Niki. (2004). “Ownership
Multivariate dengan Program IBM Structure and Firm Performance: the
SPSS 19. Semarang: Badan Penerbit case of Indonesia”, DBA Thesis.
Universitas Diponegoro Curtin University of Technology.
Gunarsih, Tri. (2003). “Struktur Kepemilikan Luhgiatno. (2010). “Analisis Pengaruh
Sebagai Salah Satu Mekasnisme Kualitas Audit terhadap Manajemen
Corporate Governance”, Kompak Laba Studi pada Perusahaan yang
Nnomor 8 Melakukan IPO di Indonesia”. Fokus
Healy, Paul M. and J.M. Wahlen. (1999). A Ekonomi. Vol 5 No 2. Semarang.
Review Of The Earnings McVay. (2006). “Earning Management Using
Management Literature And Its Classification Shifting: An
Implications For Standard Setting. Examination of Core Earnings and
Accounting Horizons 13, 365-383. Special Items”. The Accounting
Indra, Surya, dan Ivan Yutivandana. (2006). Review. Vol. 81 No. 3. pp. 501–531.
Penerapan Good Corporate Midiastuty, Pratana dan Mas’ud, Mahfoedz.
Governance: mengesampingkan Hak (2003). Analisis Hubungan
istimewa demi kelangsungan Usaha. Mekanisme Corporate governance
Jakarta: Kencana. dan Indikasi Manajemen Laba.
IICG. (2007). Menyempurnakan GCG Simposium Nasional Akuntansi VI,
Sebagai Sebuah Sistem. Jakarta, Surabaya
_____. (2002). Good Corporate Governance Moh. Wahyudin Zarkasyi. (2008). Good
Dalam Perspektif Risiko. Jakarta. Corporate Governance. Alfabeta:
Jensen, Michael C., and Meckling, William H. Bandung
(1976) “Theory of the Firm: Monks, Robert A.G dan Minow, N.
rd
Managerial Behavior, Agency Costs Corporate Governance 3 edition.
and Ownership Structure”. Journal of (2003). Blackwell Publishing.
Financial Economics, Vol. 3, No. 4, Mulford, C.W. dan Eugene E. Comiskey.
October. 305-360. (2002). The Financial Numbers
Kaihatu, Thomas S. (2006). “Good Corporate Game. Canada : John Willey & Sons,
Governance dan Penerapannya di Inc.
Indonesia”. Jurnal Nasution dan Setiawan, (2007). Pengaruh
Manajemen dan Kewirausahaan. Vol Corporate Governance Terhadap
ume 8 Nomor 1, 2006. Manajemen Laba Di Industri
Klein, April. (2002). “Audit Committee, Perbankan Indonesia. Jurnal
Board Of Director Characteristics Simposium Nasional Akuntansi X.
and Earnings Management”. Journal Nasution, Marihot dan Doddy Setiawan.
of Accounting and Economics, (2007) Pengaruh Corporate
Vol.33. No.3. August, hal.375-400. Governance Terhadap Manajemen
Laba Di Industri Perbankan

1140 | Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan Vol.4 | No.3 | 2016


JURNAL RISET AKUNTANSI DAN KEUANGAN, 4 (3), 2016, 1125-1142

Indonesia. Simposium Nasional Santoso, Singgih. (2013). Menguasai SPSS 21


Akuntansi X, Unhas Makassar. di Era Informasi. Jakarta: Penerbit
Ningsaptiti, Restie. (2010). “Analisis Elex Media Komputindo.
Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Schipper, K. (1989). Earnings Management.
Mekanisme Corporate Governance Accounting Horizons 3, 91-106.
Terhadap Manajemen Laba (Studi Schmidt, Reinhard H., dan Tyrell, Marcel.
Empiris pada Perusahaan Manufaktur (2004). Information Theory and the
yang Terdaftar di Bursa Efek role of intermediaries in corporate
Indonesia 2006-2008)”. Semarang: Governance, Johann Wolfgang
Universitas Diponegoro Goethe-Universitat Frankfut Am
Nur’aini, Mufida.(2012). “Studi Perbandingan main warking Paper series, No. 142
Model Revenue dan Model Accrual Oktober. Subramanyam, K., (1996).
Dalam Mendeteksi Manajemen Laba “The Pricing of Discretionary
(Studi pada Perusahaan Manufaktur Accruals”, Journal of Accounting
yang Terdaftar di Bursa Efek and Economics 22, Augustus-
Indonesia Tahun 2006-2010)”. December, pp. 249-281
Semarang: Universitas Diponegoro, Syakhroza, akhmad. (2005). “Corporate
2012. Governance, Sejarah dan
Nurgiyantoro, Burhan. (2004). Statistik Perkembangan, Teori, Model dan
Terapan untuk Penelitian Ilmu-ilmu Sistem Governance serta Aplikasinya
Sosial. Edisi 3. Yogyakarta: pada Perusahaan BUMN”. Fakultas
Universitas Gadjah Mada. Ekonomi Universitas Indonesia,
Prasetyo, Arief. (2009). Corporate Depok.
Governance, Kebijakan Dividen, dan Sekaran, Uma dan Roger Bougie. (2011).
Nilai Perusahaan: Studi Empiris Pada Research Methods for Business a
Perusahaan Non Keuangan Yang Skill Building Approach. 5th edition.
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia UK: John Wiley & Sons Ltd.
Tahun 2006-2007. Jakarta: Siregar, Sylvia Veronica dan Siddharta
Universitas Indonesia. Utama. (2005). Pengaruh Struktur
Priyatno, Duwi. (2013). Mandiri Belajar Kepemilikan, Ukuran Perusahaan,
Analisis Data Dengan SPSS. dan Praktik Corporate Governance
Yogyakarta: Mediakom. terhadap Pengelolaan Laba (Earnings
Ristifani. (2009). Analisis Implementasi Management). Simposium Nasional
Prinsip-Prinsip Good Corporate Akuntansi VIII, Solo.
Governance (GCG) dan Stubben, Stephen R. (2010). Discretionary
Hubungannya Terhadap Kinerja PT. Revenues as a Measure of Earnings
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Management, American Accounting
Tbk. Jawa Barat: Universitas Association: The University of North
Gunadarma. Carolina at Chapel Hill.
Said, Sudirman. Enron dan Akuntan Publik, Sukartha, Made. (2007). “Pengaruh
Majalah Tempo, No. 49/XXX, Manajemen Laba, Kepemilikan
Februari, 2002. Manajerial, dan Ukuran Perusahaan
Salno, H.M., dan Z. Baridwan. (2000). pada Kesejahteraan Pemegang
Analisis Perataan Penghasilan Saham Perusahaan Target Akuisisi”,
(Income Smoothing): Faktor-faktor Jurnal Riset Akuntansi Indonesia,
yang Mempengaruhi dan Kaitannya Vol.10, No.3, September: 243-267.
dengan Kinerja Saham Perusahaan Sulistyanto, Sri. (2008). Manajemen Laba:
Publik Di Indonesia, Jurnal Riset Teori dan Model Empiris. Jakarta:
Akuntansi Indonesia, Vol.3, No.1, Penerbit Grasindo.
Januari: 17-34.

1141 | Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan Vol.4 | No.3 | 2016


ISTIANINGSIH/ Deteksi Manajemen Laba Melalui Discretionary Revenue dan Aktifitas Riil: Implikasi Penerapan
Good Corporate Governance

Organization for Economic Governance, Manajemen Laba dan


Coperation and Development Kinerja Keuangan (Studi Pada
(OECD). 2004. The OECD Perusahaan Go Publik Sektor
Principles of Corporate Governance. Manufaktur)”. Simposium Nasional
(http://www.oecd.org), Akuntansi X.
Pasoloran, Oktavianus dan Firdaus Abdul Veronica, Sylvia dan Yanivi S Bachtiar.
Rahman, (2001). “Teori Stewardship: (2004). Good Corporate Governance
Tujuan konsep dan Implikasinya Information Asymetry and Earnings
pada Akuntabilitas Organisasi Sektor Management. Artikel yang
Publik”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Dipresentasikan pada
Vol.3,No.2, Agustus, Jakarta. SimposiumNasional Akuntansi 7
PricewaterhouseCoopers. (2000). Strategic Denpasar tanggal 2 -3 Desember.
Alliances Give Big Revenue Boost Warsono Sony, Amalia dan Rahajeng, (2009).
To America’s Fastest -Growing Corporate Governance Concept and
Companies, Pricewaterhouse Model. Center for Good Corporate
Coopers Finds. “Trendsetter Barome Governance, Fakultas Ekonomi dan
ter.” November 30, dari Bisnis UGM, Yogyakarta.
www.barometersurveys.com Watts, R, L., and Zimmerman, J, L. (1986).
Rahmawati, Yackob Suparno, dan Nurul Positive Accounting Theory. New
Komariah. (2007). “Pengaruh York, Prentice Hall.
Asimetri Informasi terhadap Wirakusuma, Made Gede. (2004). “Pengaruh
Praktik Manajemen Laba pada Ketepatan Waktu Publikasi Laporan
Perusahaan Perbankan yang Keuangan Terhadap Kandungan
terdaftar di BEJ”. Jurnal Riset Kualitas Informasi Laba Akuntansi di
Akuntansi Indonesia. Vol 10 Pasar Modal Indonesia”. Jurnal Riset
No 1 Januari. Akuntansi Indonesia. Vol.11, No.3,
Roychowdhury, S. (2006). “Earnings 2008 ; 286-311.
Management through Struktur Yermack, D., (1996). Higher Market
kepemilikan Manipulation.” Journal Valuation of Companies With A
of Accounting and Economics. 42: Small Board of Directors. Journal of
335-370. Financial Economics 40, 185-211.
Tatang Ari Gumanti. (2001). Earnings Zang, Amy, 2011. Evidence on the trade-off
Management dalam penawaran between real activities manipulation
perdana dari BEJ. Jurnal Riset and accrual-based earnings. The
Akuntansi Indonesia. 4(2), 165-183. Accounting Review
Teoh, S.H., Welch, I., Wong, T.J., (1998). Zarkasyi, Moh. Wahyudin. (2008). Good
Earnings management and the long- Corporate Governance: pada Badan
run market performance of initial Usaha Manufaktur, Perbankan, dan
public offerings. Journal of Finance Jasa Keuangan Lainnya. Bandung:
53, 1935-1974. Alfabeta.
Teoh, S.H., Welch, I., Wong, T.J., (1998). Zmijewsky, M. and Hagerman R. 1981. “An
Earnings management and the Income Strategy Approach to The
underperformance of seasoned equity Positive Theory of Accounting
offerings. Journal of Financial Standard Setting/Choice”. Journal of
Economics 50, 63-99. Accounting.
Ujiyantho, Arif dan Bambang Agus Pramuka.
(2007). “Mekanisme Corporate

1142 | Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan Vol.4 | No.3 | 2016

Anda mungkin juga menyukai