Anda di halaman 1dari 15

PEMERIKSAAN MANAJEMEN TERHADAP

KINERJA RT 06 RW 19 DUSUN TEGUHAN


KELURAHAN KALITIRTO BERBAH
SLEMAN TAHUN 2020
Dosen Pengampu : WUKU ASTUTI, SE, M.Ak. Akt

Disusun oleh:

Denie Lesmana - 191123569

AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM
YOGYAKARTA
2020
LAPORAN PEMERIKSAAN MANAJEMEN

Yogyakarta, 01 November 2020


No :-
Lampiran : 1 eksemplar
Perihal : Laporan Hasil Audit Manajemen

Kepada
Yth, Ibu WUKU ASTUTI, SE, M.Ak. Akt
Di Yogyakarta

Kami telah melakukan audit dalam penyelenggaraan pemerintahan desa


pada tingkat RT/RW di RT 06/RW 19 Dusun Teguhan Desa Kalitirto Berbah
Sleman, baik di dalam organisasi maupun tugas dan wewenang sudah sesuai
dengan kebijakan–kebijakan yang telah di atur oleh pemerintah. Audit kami tidak
dimaksudkan untuk memberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan RT
06/RW19 Dusun Teguhan, Desa Kalitirto dan oleh karenanya kami tidak
memberikan pendapat atas laporan keuangan tersebut. Audit kami hanya
mencakup pelaksanaan Kegiatan setiap prosedur–prosedur pengelolaan desa telah
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya oleh perangkat RT/RW yang terkait dalam
perencanaan, pelaksanaan dan pertanggung jawaban di dalam pengelolaan desa,
tidak ada unsur kesengajaan di dalam lemahnya kinerja desa. Audit tersebut
dimaksudkan untuk menilai efisiensi (daya guna), dan efektivitas (hasil guna)
pelaksanaan Tujuan realisasi alokasi penataan manajemen desa yang telah di
susun sesuai dengan program pemerintah serta Pemerintah Dusun Desa Kalitirto
yaitu Rencana Pembangunan Jangka menengah Desa (RPJMDes) di dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) Desa Kalitirto dan
memberikan saran perbaikan atas kelemahan pengelolaan program kegiatan yang
ditemukan selama audit, sehingga diharapkan di masa yang akan datang dapat
dicapai perbaikan atas kekurangan tersebut dan pelaksanaan kegiatan pengelolaan
RT/RW dapat berjalan dengan lebih efisien, dan lebih efektif dalam mencapai
tujuannya.

Hasil audit kami sajikan dalam bentuk laporan audit yang meliputi:

 Latar belakang
 Tujuan audit
 Objek Audit
 Standar/kriteria yang digunakan
 Hasil dan analisis hasil audit
 Penyimpangan
 Rekomendasi Dan Batas Waktu Penyelesaian Yang Disepakati Bersama
Dengan Auditee

Dalam melaksanakan audit kami telah memperoleh banyak bantuan,


dukungan, dan kerja sama dari berbagai pihak baik jajaran pejabat struktural,
fungsional, maupun anggota masyarakat di wilayah RT 06/RW 19 Dusun
Teguhan yang berhubungan dengan pelaksanaan audit ini. Untuk itu kami
mengucapkan terima kasih atas kerja sama yang telah terjalin dengan baik ini.

Hormat kami

Auditor,

DENIE LESMANA
PEMERIKSAAN MANAJEMEN TERHADAP KINERJA RT 06
RW 19 DUSUN TEGUHAN KELURAHAN KALITIRTO
BERBAH SLEMAN TAHUN 2020

1) Latar belakang
Masyarakat tradisional Indonesia sebenarnya telah memiliki perkumpulan warga
yang sifatnya mandiri dan terlepas dari struktur pemerintahan negara. Sesuai
dengan kodratnya manusia sebagai makhluk sosial, maka individu-individu dalam
suatu lingkungan tertentu membentuk perkumpulan yang memudahkan mereka
memenuhi kebutuhan hidupnya baik secara jasmani maupun batiniah.
Perkumpulan masyarakat ini memiliki istilah berbeda di setiap daerah di
Indonesia dan belum memiliki kesamaan dalam hal penataan kependudukan.
Mengutip Selo Sumarjan dalam artikelnya ‘Kolonialisme, Feodalisme,
Demokrasi’ sebenarnya di tingkat perdesaan kita mengenal sistem rukun kampung
dan rukun tetangga yang semula ditetapkan di Yogyakarta pada masa Sultan
Hamengku Buwono IX. Sistem rukun kampung dan rukun tetangga itu semula
diadakan di Kota Yogyakarta saja. Setelah Indonesia merdeka, sistem rukun
kampung dan rukun tetangga itu disebarkan di seluruh Indonesia dan sampai
sekarang menjadi bagian yang tidak terpisahkan lagi dari pemerintahan kelurahan
di kota dan pemerintahan desa di luar kota (Guntur Subing, Potret Buram
Bahasa-Budaya Lampung).
Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW) pada masa pemerintahan
orde baru pernah diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun
1983. Selanjutnya pada masa reformasi dengan berlakunya UU Nomor 22 Tahun
1999 tentang Pemerintahan Daerah yang ditindaklanjuti dengan dikeluarkannya
Permendagri Nomor 4 Tahun 1999 tentang pencabutan beberapa Peraturan
Menteri Dalam Negeri, Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Instruksi Menteri
Dalam Negeri mengenai pelaksanaan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979
tentang pemerintahan desa, maka Permendagri Nomor 7 Tahun 1983 dinyatakan
tidak berlaku lagi. Melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 49
Tahun 2001 tentang Penataan Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa atau Sebutan
Lain, diatur mengenai Rukun Tetangga dan Rukun Warga atau sebutan lain. Oleh
Pemerintah Daerah sebagaimana amanat Keputusan Presiden No. 49/2001
ditetapkan suatu Peraturan Daerah yang mengatur tentang pedoman pembentukan,
tata cara pemilihan pengurus, hak dan kewajiban, tugas dan fungsi, masa bakti,
syarat-syarat menjadi pengurus, musyawarah anggota, keuangan dan kekayaan RT
dan RW atau sebutan lain, untuk selanjutnya dituangkan dalam Pengaturan Desa.
PERSANDINGAN KEPPRES NO. 49 TAHUN 2001 DENGAN PERATURAN
DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010
No Keppres No. 49 Tahun 2001 Peraturan Daerah Kabupaten Sleman
Nomor 4 Tahun 2010
1 RT atau sebutan lain adalah lembaga yang Rukun Tetangga adalah lembaga yang dibentuk
dibentuk melalui musyawarah masyarakat melalui musyawarah masyarakat setempat dalam
setempat dalam rangka pelayanan rangka pelayanan pemerintahan, kemasyarakatan dan
pemerintahan dan kemasyarakatan yang pembangunan.
Pengertian ditetapkan oleh Desa dan Kelurahan.
RW atau sebutan lain adalah lembaga yang Rukun Warga adalah bagian dari kerja kepala desa
dibentuk melalui musyawarah pangurus RT dan merupakan lembaga yang dibentuk melalui
di wilayah kerjanya yang ditetapkan oleh musyawarah pengurus Rukun Tetangga di wilayah
Desa dan Kelurahan. kerjanya

2 Di Desa dan Kelurahan dapat dibentuk RT (1) Lembaga kemasyarakatan desa dibentuk di desa.
atau sebutan lain sesuai dengan kebutuhan (2) Lembaga kemasyarakatan desa dibentuk atas
masyarakat yang ditetapkan oleh Desa dan prakarsa masyarakat desa dan/atau atas prakarsa
Pembentukan Kelurahan masyarakat yang difasilitasi pemerintah melalui
Di Desa dan Kelurahan dapat dibentuk RW musyawarah dan mufakat.
atau sebutan lain sesuai dengan kebutuhan (3) Pembentukan lembaga kemasyarakatan desa
masyarakat yang ditetapkan oleh Desa dan ditetapkan dengan peraturan desa.
Kelurahan.

3 a. membantu menjalankan tugas pelayanan Rukun tetangga mempunyai tugas membantu


kepada masyarakat yang menjadi tanggung pemerintah desa dalam rangka pelayanan
jawab pemerintah; pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan
Tugas RT b. memelihara kerukunan hidup warga; yang ditetapkan oleh pemerintah desa.
c. menyusun rencana dan melaksanakan
pembangunan dengan mengembangkan
aspirasi dan swadaya murni masyarakat
a. pengkoordinasian antar warga; Rukun tetangga dalam menjalankan tugas mempunyai
b. pelaksanaan dalam menjembatani fungsi:
Fungsi RT hubungan antar sesama anggota masyarakat a. pemeliharaan keamanan, ketertiban dan kerukunan
dengan Pemerintah; hidup antar warga;
c. penanganan masalah-masalah b. penggerak swadaya gotong royong dan partisipasi
kemasayarakatan yang dihadapi warga. masyarakat di wilayahnya; dan
c. pengembangan aspirasi dan swadaya murni
masyarakat.
4 a. menggerakan swadaya gotong-royong Rukun warga mempunyai tugas membantu
dan partisipasi masyarakat di wilayahnya; pemerintah desa dalam rangka mengkoordinasikan
Tugas RW b. membantu kelancaran tugas pokok pelayanan pemerintahan, pembangunan, dan
LKMD atau sebutan lain dalam bidang kemasyarakatan yang ditetapkan oleh pemerintah
pembangunan di Desa dan Kelurahan. desa.
a. pengkoordinasian pelaksanaan tugas RT Rukun warga dalam menjalankan tugas mempunyai
atau sebutan lain di wilayahnya; fungsi:
Fungsi RW b. pelaksanaan dalam menjembatani a. pemeliharaan keamanan, ketertiban dan kerukunan
hubungan atar RT atau sebutan lain dan hidup antar warga;
antar masyarakat dengan Pemerintah b. pembuatan gagasan dalam pelaksanaan
pembangunan dengan mengembangkan aspirasi dan
swadaya murni masyarakat;
c. penggerak swadaya gotong royong dan partisipasi
masyarakat di wilayahnya;
d. mengkoordinasikan rukun tetangga di wilayahnya.
5 a. bantuan Pemerintah Desa; Sumber dana lembaga kemasyarakatan desa dapat
b. bantuan Pemerintah Kabupaten/Kota; diperoleh dari:
Sumber Dana c. bantuan Pemerintah Propinsi; a. swadaya masyarakat;
d. bantuan Pemerintah; b. anggaran pendapatan dan belanja desa;
e. bantuan lainnya yang sah. c. bantuan pemerintah, pemerintah provinsi,
pemerintah kabupaten; dan
d. bantuan lain yang sah dan tidak mengikat.
Dari persandingan 2 (dua) peraturan tersebut terlihat bahwa RT/RW
merupakan organisasi bentukan masyarakat secara mandiri dalam rangka
meningkatkan peranan, pelayanan, dan kesejahteraan masyarakat. RT/RW
merupakan organisasi paling bawah dan paling dekat dengan masyarakat yang
memahami kondisi dan permasalahan yang dihadapi masyarakat di
lingkungannya. RT/RW memiliki peran yang sangat besar, menentukan dan
memiliki arti yang begitu penting. RT/RW tidak hanya mengemban fungsi-fungsi
sosial, tetapi juga menjalankan serangkaian tugas yang dititipkan oleh Pemerintah,
dengan kata lain membantu kelancaran tugas-tugas Pemerintah. Namun sayang,
perhatian yang diberikan oleh Pemerintah selama ini masih sangat terbatas dan
bahkan sebaliknya dimana Pemerintah hanya ‘mengambil manfaat’ dari
keberadaan RT/RW tanpa mau mengetahui dan mengerti bagaimana keberadaan
RT/RW sesungguhnya.
Dalam Peraturan Daerah KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN
2010 turut dijelaskan pula mengenai tata cara pembentukan RT/RW dimana
Pembentukan RT dimusyawarahkan dan dimufakatkan oleh Lurah bersama
Kepala Keluarga dengan memperhatikan jumlah Kepala Keluarga dan jangkauan
pelayanan di wilayah RT setempat, sedangkan Pembentukan RW
dimusyawarahkan dan dimufakatkan oleh Lurah dengan Pengurus RT setempat.
Hasil dari musyawarah dan mufakat tersebut ditetapkan dengan Keputusan Lurah
yang baru dinyatakan berlaku setelah mendapat pengesahan Camat. Adapun
anggota RT merupakan penduduk setempat yang terdaftar pada kartu keluarga
yang diwakili oleh Kepala Keluarga, dan anggota RW merupakan RT yang ada di
lingkungan sekitarnya yang diwakili oleh pengurus RT. Untuk kepengurusan
RT/RW dilakukan melalui suatu pemilihan yang dilaksanakan oleh panitia
pemilihan, dimana pengurus RT tidak dapat merangkap sebagai pengurus RW.
Kepengurusan RT terdiri dari Ketua, Sekretaris, Bendahara, dan beberapa orang
pembantu sesuai kebutuhan. Sedangkan kepengurusan RW terdiri dari Ketua,
Sekretaris, Bendahara, dan Seksi-Seksi sesuai kebutuhan.
2) Tujuan audit
a. Untuk mengetahui proses pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh
lurah terhadap Rukun Tetangga dan Rukun Warga di Kelurahan Kalitirto
Kecamatan Berbah Kabupaten Sleman.
b. Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat dari Pembinaan dan Pengawasan
Lurah terhadap Rukun Tetangga dan Rukun Warga di Kelurahan Kalitirto
Kecamatan Berbah Kabupaten Sleman.
3) Objek Audit
 Bp. Pranowo, selaku Ketua RT 06 Dusun Teguhan, Kalitirto
 Bp. Cahyo Nur Seta, selaku Ketua RW 19 Dusun Teguhan, Kalitirto
 Bp. Sigit Supranowo, selaku Kepala Dusun Teguhan, Kalitirto

4) Standar/kriteria yang digunakan


Indikator keberhasilan pelaksanaan tugas adalah :
1. Penguasaan Tugas,
2. Kemampuan bekerjasama,
3. Kemampuan menyelesaikan pekerjaan tepat pada waktunya,
4. Adanya laporan hasil kerja yang tepat.
Menurut Basri (2005:25) ada tiga jenis pelaksanaan untuk tercapainya suatu
pengembangan yaitu :
1. Pelaksanaan secara langsung yaitu pemerintah langsung melakukan sendiri
berbagai keputusan, ketentuan dan aturan yang mendukung pelaksanaan
pengembangan.
2. Pelaksanaan secara tidak langsung yaitu berbagai keputusan atau perundang-
undangan, diamana pemerintah tidak melaksanakan sendiri pengembangan
tersebut tetapi hanya mengeluarkan ketentuan dan aturan yang dapat
mempengaruhi perilaku atau tindakan suatu organisasi, sehingga bergerak kearah
yang sesuai dengan tujuan untuk mencapai program yang telah ditentukan.
3. Pelaksanaan campuran yaitu dimana untuk mencapai tujuan-tujuan yang
dimaksud terbuka kesempatan atau peranan yang dapat dilaksanakan baik oleh
instansi pemerintah maupun orang kemasyarakatan ataupun campur keduanya
untuk melaksanakan pengembangan bersama.

5) Hasil dan analisis hasil audit


Proses pada pelaksanaan tugas adalah salah satu faktor penentu dalam mencapai
pelaksanaan tujuan yang efektif. Pencapaian tujuan yang berhasil menjadi sebuah
ukuran yang tepat. Namun demikian agar pencapaian tujuan bisa menjadi ukuran
yang sah dalam mengukur tugas Ketua Rukun Tetangga dan Ketua Rukun Warga,
beberapa faktor harus perlu diperhatikan untuk pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan.
 Pertama, pelaksanaan kegiatan harus mempunyai tujuan yang jelas.
 Kedua, memenuhi kebutuhan dalam rangka pencapaian tujuan pelaksanaan
tugas Ketua Rukun Tetangga dan Ketua Rukun Warga tersebut.
 Ketiga, kebutuhan-kebutuhan yang telah terpenuhi tersebut dapat dikelola
dengan baik.
 Keempat, menjalankan pelaksanaan tugas yang ada sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan.
1. Penguasaan Tugas.
a. Ketua RT dan RW memahami tugas yang diberikan.
b. Ketua RT dan RW mengerti dengan tugas yang diberikan.
2. Kemampuan Bekerjasama
Kerja sama pada dasarnya merupakan bentuk penyelesaian tugas yang
dilakukan secara bersana-sama untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya.
a. Mampu bekerja sama dengan baik dengan antara Ketua RT dan
Ketua RW.
b. Ketua RT dan Ketua RW mampu berkomunikasi dengan baik pada
atasan
3. Kemampuan Menyelesaikan Pekerjaan Tepat Pada Waktunya
a. Ketua RT dan Ketua RW mampu melaksanakan tugas sesuai
dengan rencana yang telah ditentukan.
b. Tugas yang dilaksanakan sesuai dengan tugas dan fungsi RT dan
RW.
4. Adanya Laporan Hasil Kerja Yang Tepat
Laporan mempunyai peranan yang penting pada suatu organisasi karena
dalam suatu organisasi dimana hubungan antara atasan dan bawahan
merupakan bagian dari keberhasilan organisasi tersebut. Dengan adanya
hubungan antara perseorangan dalam suatu organisasi baik yang berupa
hubungan antara atasan dan bawahan, ataupun antara sesama karyawan
yang terjalin baik maka akan bisa mewujudkan suatu sistem delegation of
authority dan pertanggung jawaban akan terlaksana secara effektif dan
efisien dalam organisasi.

6) Penyimpangan
Berikut ini adalah identifikasi masalah yang terjadi dalam Pengawasan Kepala
Dusun terhadap Kinerja RT 06/RW 19 Dusun Teguhan, Kalitirto tahun 2020,
diantaranya:
1. Tidak adanya peraturan/regulasi dari Pemerintah Desa terkait dengan
pengawasan Kepala dusun terhadap Kinerja RT 06/RW 19 Desa Kalitirto yang
selalu mengalami perubahan baik dari luar maupun dari dalam organisasi
Pemerintah Desa itu sendiri.
Pengawasan Kepala Dusun terhadap Kinerja RT 06/RW 19 Desa Kalitirto
meliputi:
a. Pengawasan terhadap Partisipasi anggota RT/RW
b. Pengawasan dalam pelaksanaan ketertiban dan keamanan.
c. Pengawasan terhadap Kesejahteraan anggota RT/RW
2. Kompleksitas organisasi Pemerintah Desa memerlukan pengawasan formal
karena adanya desentralisasi kekuasaan antara Kepala Desa dengan RT/RW.
3. Kesalahan/Penyimpangan yang dilakukan anggota RT 06/RW 19 memerlukan
pengawasan dari Kepala Dusun Teguhan, Kalitirto.
Kesalahan/Penyimpangan yang terjadi diantaranya adalah:
a. Kurang aktifnya Ketua RT 06/RW 19 dalam setiap rapat kordinasi yang
membahas kebijakan Pemerintah Dusun Teguhan Kalitirto.
b. Keterbatasan kemampuan RT 06/RW 19 Dusun Teguhan yang dilatarbelakangi
tingkat pendidikan dan pengalaman kerja yang dimiiki.
c. Rendahnya partisipasi dalam kegiatan Dusun terutama pertemuan-pertemuan
dengan masarakat Dusun Teguhan, Kialitirto.

7) Rekomendasi Dan Batas Waktu Penyelesaian Yang Disepakati Bersama


Dengan Auditee
Pengembangan kapasitas RT/RW sebaiknya dilakukan melalui upaya dini
yang seharihari melekat dalam tugas dan fungsi RT/RW yaitu perbaikan
manajemen administrasi RT/RW yang akomodatif serta adanya strategi
peningkatan akses sehingga warga bisa dengan mudah mengetahui dan
memperoleh layanan dari RT/RW. Memang secara struktur organisasi RT/RW
bukan termasuk bagian dari pemerintahan daerah sehingga tidak ada rentang
komando dan kendali antara Kelurahan/Desa dengan RT/RW, tetapi secara
fungsional RT/RW bisa dikategorikan sebagai bagian dari aparatur pemerintah
daerah yang membantu sebagian tugas-tugas pemerintah. Misal pelayanan
administrasi, seperti surat pengantar dari ketua RT/RW untuk pembuatan kartu
penduduk, surat kematian, surat pengantar untuk kelakuan baik, dsb. merupakan
pekerjaan-pekerjaan RT/RW yang sangat membantu kelancaran administrasi
kependudukan dan kejelasan status kependudukan seseorang. Di samping itu,
RT/RW juga membantu pemerintah melakukan sosialisasi berbagai
kebijakan/program pemerintah kepada warganya, melakukan pertemuan dengan
warga untuk membahas berbagai persoalan seputar ketertiban dan ketenteraman,
melakukan kerja bakti bersama untuk menjaga kebersihan lingkungan,
mengumpulkan potensi swadaya masyarakat untuk pengadaan dana sosial, dan
tugas lainnya yang dilakukan RT/RW.
Lebih jauh untuk meningkatkan serta mengembangkan kapasitas RT/RW
dapat diadakan pelatihan peningkatan pengembangan kapasitas diri. Hal ini dapat
dilakukan dengan adanya perhatian dari pemerintah untuk melakukan pelatihan
melalui Badan Pendidikan dan Pelatihan yang dimiliki di masing-masing daerah
maupun dapat dilakukan oleh warga sendiri dengan inisiatif bekerjasama dengan
pihak swasta. ketua RT berharap agar diberikan semacam pelatihan untuk
mengetahui tugas pokok dan fungsinya, diberikan honor tetap, diberikan insentif,
diberikan atribut identitas, serta perlu diadakan forum agar semua program lebih
mudah disosialisasikan.
Hal yang sebenarnya kecil namun kadang terlewatkan adalah adanya
inisiatif dari ketua RT/RW dalam menjalankan program pemerintah seperti
sosialisasi maupun pelaksanaan program yang dicanangkan oleh Pemerintah.
Mulai dari memperhatikan kaum dhuafa, menjaga kebersihan, gotong royong
dalam pembuatan drainase, pos kamling, pintu gerbang, maupun mengawasi
program pemerintah sampai dengan soalsoal pajak. Disatu sisi ada beberapa hal
yang sering dikonsultasikan atau dibicarakan antara RT dengan warganya yaitu
konflik rumah tangga, persoalan kemiskinan dan sebagainya.
Selanjutnya agar ketua RT/RW memiliki motivasi membangun lingkungan
masingmasing, ketua RT/RW sebaiknya dilibatkan dalam program-program kerja
kelurahan, kecamatan, maupun kota/kabupaten. Ketua (atau pengurus) RT/RW
bila memungkinkan diikutsertakan dalam melakukan studi banding ke daerah
yang sudah maju, dan Pemerintah hendaknya memberikan penjelasan maupun
pemahaman menyangkut tupoksi bagi ketua RT/RW karena bila dilihat
berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 49 Tahun 2001 tupoksi RT/RW sifatnya
hanya melaksanakan, mengkoordinasikan, dan membantu. Disini tidak terlihat
bahwa RT/RW diperbolehkan untuk mengerjakan suatu hal yang menjadi
keinginan masyarakat setempat secara mandiri.
Adapun beberapa hal yang perlu menjadi perhatian dalam pemberdayaan
RT/RW yaitu: pertama, perlu adanya landasan hukum yang memberi kekuatan
pada RT/RW dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Kedua, untuk jangka
panjang perlu adanya Peraturan Daerah yang mengatur hak dan kewajiban
RT/RW. Untuk saat ini baru beberapa daerah yang telah membuatnya dan
sebaiknya hal ini diikuti oleh daerah lainnya di Indonesia. Ketiga, dalam
memberikan dana bantuan pada RT/RW, jangan hanya melihat dari besaran
nominal tetapi harus memperhatikan bagaimana RT/RW dapat berperan dalam
konteks kepentingan kebijakan yang dibuat Pemerintah. keempat, perlu dilakukan
suatu kegiatan secara berkala yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas
manajemen RT/RW salah satunya dengan cara pelatihan. Kelima, perlu
konsistensi dalam menetapkan RT/RW sebagai pintu utama dari segala
pengurusan administrasi kependudukan. Keenam, perlu dilakukan pelatihan bagi
RT/RW untuk mencegah pemalsuan identitas kependudukan. Ketujuh, perlu
dilakukan pertemuan secara berkala antara Pemerintah Kecamatan, Pemerintah
Kelurahan dan RT/RW yang membahas persoalan-persoalan masyarakat.
Masyarakat berpendidikan sangat penting untuk mencetak individu-
individu berkualitas yang mampu memberikan kontribusi bagi pertumbuhan
negara di masa datang dan melalui RT/RW dapat diselenggarakan seminar-
seminar seperti seminar pendidikan mengenai isu-isu keterampilan orang tua
dalam mendidik anak, seminar kesehatan, dan sebagainya.
Selanjutnya untuk menjaga keamanan lingkungan RT/RW sistem
pengamanan lingkungan di tingkat RT/RW perlu lebih diperketat. Setiap orang
yang datang ke suatu daerah pemukiman harus lapor pada pengurus RT/RW
setempat. Jika orang yang datang tidak mau melapor, warga sekitar bisa ikut
melaporkan kedatangan orang itu kepada pengurus RT/RW setempat. Kegiatan
Siskamling Siskamling (patroli sosial) yang dulu pernah ada perlu digiatkan
kembali. Patroli sosial baru bisa berjalan bila warga yang berada dalam suatu
lingkungan melaksanakan patroli secara bergantian pada waktuwaktu tertentu
(sesuai kesepakatan). Akan lebih baik lagi bila program mandiri masyarakat ini
mendapat sambutan baik dari pihak kepolisian dengan turut menyediakan bantuan
aparat keamanan sebagai bagian dari partisipasinya kepada masyarakat.
Bila siskamling digiatkan kembali berguna juga untuk program lainnya
seperti pendataan terhadap lokasi kontrakan dan kos-kosan. Data tersebut harus
dilaporkan pihak ketua RT dan RW ke Polsek setempat. Selain pendataan,
kegiatan wajib lapor 24 jam bagi para tamu yang menginap juga bisa diintensifkan
kembali serta pendataan penghuni kos-kosan, pendatang baru setelah lebaran, dan
sebagainya. Kegiatan ini melibatkan Badan Pembina Keamanan dan Ketertiban
Masyarakat (Babinkamtibmas) di lingkungan masing-masing
Saat ini, perkembangan teknologi informasi semakin pesat. Orang yang
berada di pelosok sekalipun jika ada jaringan listrik dan telepon dapat mengakses
perkembangan yang terjadi di dunia melalui internet. Dengan gampang orang
yang tidak punya latar pendidikan komputer bisa mengelola sebuah situs, banyak
petunjuk-petunjuk yang tersedia di internet, banyak situs/blog gratisan yang
tersedia seperti blogger, wordpress, dan lain-lain, dan tidak jarang situs-situs
tersebut sudah menggunakan fasilitas dalam bahasa Indonesia untuk memudahkan
warga Indonesia untuk menjelajahi ‘dunia maya’. semua petunjuk dan layanan ada
disana. Hal ini seharusnya menjadi salah satu fokus pemerintah. Banyak hal yang
bisa dilakukan seperti membuat kebijakan tentang kemudahan warga untuk
bersosialisasi antar penduduk dengan cara menyediakan internet murah dan
terjangkau. Memang situs-situs resmi pemda telah tersedia, namun fokus
beritanya baru pada tahap internal pemerintah dan beritanya masih terlalu global.
Ada juga situs warga yang mengatasnamakan daerah seperti depok-online, tapi
situs ini masih berada pada level kabupaten/kota.
Jika RT online sudah banyak di Indonesia, Pemerintah dapat banyak
kemudahan darinya seperti :
(1) Pemerintah tidak lagi menerima laporan yang basa-basi (asal bapak senang)
dari Pemda;
(2) Pemerintah bisa menjadikannya sebagai second opinion terhadap laporan yang
disampaikan Pemda;
(3) Pemerintah juga bisa melihat bagaimana pelaksanaan di lapangan terhadap
kebijakan yang dijalankan;
(4) BPS tidak perlu lagi melakukan sensus secara manual, cukup ambil datanya di
situs RT dari format yang telah disediakan BPS;
(5)PLN tidak perlu lagi menugaskan orang pencatat meteran, cukup ambil datanya
di situs RT saja dari format yang telah disediakan PLN; dan
(6) Polisi dan pihak hukum lainnya bisa mendapatkan data orang masuk dan
keluar dari RT, dan data ini bisa secara periodik disampaikan ke Desa atau
Kecamatan.
Dengan demikian Pemerintah secara optimal dapat mengontrol kebijakan
yang dibuat dan melihat pelaksanaannya di lapangan secara cepat dan tidak basa-
basi atau ABS.
RKPD DIY 2020
PERATURAN GUBERNUR DAERAH
ISTIMEWA YOGYAKARTA
NOMOR 9 TAHUN 2015
TENTANG
JAGA WARGA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN
SLEMAN
NOMOR 4 TAHUN 2010
TENTANG
LEMBAGA KEMASYARAKATAN
DESA

Anda mungkin juga menyukai