Disusun oleh:
AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM
YOGYAKARTA
2020
LAPORAN PEMERIKSAAN MANAJEMEN
Kepada
Yth, Ibu WUKU ASTUTI, SE, M.Ak. Akt
Di Yogyakarta
Hasil audit kami sajikan dalam bentuk laporan audit yang meliputi:
Latar belakang
Tujuan audit
Objek Audit
Standar/kriteria yang digunakan
Hasil dan analisis hasil audit
Penyimpangan
Rekomendasi Dan Batas Waktu Penyelesaian Yang Disepakati Bersama
Dengan Auditee
Hormat kami
Auditor,
DENIE LESMANA
PEMERIKSAAN MANAJEMEN TERHADAP KINERJA RT 06
RW 19 DUSUN TEGUHAN KELURAHAN KALITIRTO
BERBAH SLEMAN TAHUN 2020
1) Latar belakang
Masyarakat tradisional Indonesia sebenarnya telah memiliki perkumpulan warga
yang sifatnya mandiri dan terlepas dari struktur pemerintahan negara. Sesuai
dengan kodratnya manusia sebagai makhluk sosial, maka individu-individu dalam
suatu lingkungan tertentu membentuk perkumpulan yang memudahkan mereka
memenuhi kebutuhan hidupnya baik secara jasmani maupun batiniah.
Perkumpulan masyarakat ini memiliki istilah berbeda di setiap daerah di
Indonesia dan belum memiliki kesamaan dalam hal penataan kependudukan.
Mengutip Selo Sumarjan dalam artikelnya ‘Kolonialisme, Feodalisme,
Demokrasi’ sebenarnya di tingkat perdesaan kita mengenal sistem rukun kampung
dan rukun tetangga yang semula ditetapkan di Yogyakarta pada masa Sultan
Hamengku Buwono IX. Sistem rukun kampung dan rukun tetangga itu semula
diadakan di Kota Yogyakarta saja. Setelah Indonesia merdeka, sistem rukun
kampung dan rukun tetangga itu disebarkan di seluruh Indonesia dan sampai
sekarang menjadi bagian yang tidak terpisahkan lagi dari pemerintahan kelurahan
di kota dan pemerintahan desa di luar kota (Guntur Subing, Potret Buram
Bahasa-Budaya Lampung).
Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW) pada masa pemerintahan
orde baru pernah diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun
1983. Selanjutnya pada masa reformasi dengan berlakunya UU Nomor 22 Tahun
1999 tentang Pemerintahan Daerah yang ditindaklanjuti dengan dikeluarkannya
Permendagri Nomor 4 Tahun 1999 tentang pencabutan beberapa Peraturan
Menteri Dalam Negeri, Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Instruksi Menteri
Dalam Negeri mengenai pelaksanaan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979
tentang pemerintahan desa, maka Permendagri Nomor 7 Tahun 1983 dinyatakan
tidak berlaku lagi. Melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 49
Tahun 2001 tentang Penataan Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa atau Sebutan
Lain, diatur mengenai Rukun Tetangga dan Rukun Warga atau sebutan lain. Oleh
Pemerintah Daerah sebagaimana amanat Keputusan Presiden No. 49/2001
ditetapkan suatu Peraturan Daerah yang mengatur tentang pedoman pembentukan,
tata cara pemilihan pengurus, hak dan kewajiban, tugas dan fungsi, masa bakti,
syarat-syarat menjadi pengurus, musyawarah anggota, keuangan dan kekayaan RT
dan RW atau sebutan lain, untuk selanjutnya dituangkan dalam Pengaturan Desa.
PERSANDINGAN KEPPRES NO. 49 TAHUN 2001 DENGAN PERATURAN
DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010
No Keppres No. 49 Tahun 2001 Peraturan Daerah Kabupaten Sleman
Nomor 4 Tahun 2010
1 RT atau sebutan lain adalah lembaga yang Rukun Tetangga adalah lembaga yang dibentuk
dibentuk melalui musyawarah masyarakat melalui musyawarah masyarakat setempat dalam
setempat dalam rangka pelayanan rangka pelayanan pemerintahan, kemasyarakatan dan
pemerintahan dan kemasyarakatan yang pembangunan.
Pengertian ditetapkan oleh Desa dan Kelurahan.
RW atau sebutan lain adalah lembaga yang Rukun Warga adalah bagian dari kerja kepala desa
dibentuk melalui musyawarah pangurus RT dan merupakan lembaga yang dibentuk melalui
di wilayah kerjanya yang ditetapkan oleh musyawarah pengurus Rukun Tetangga di wilayah
Desa dan Kelurahan. kerjanya
2 Di Desa dan Kelurahan dapat dibentuk RT (1) Lembaga kemasyarakatan desa dibentuk di desa.
atau sebutan lain sesuai dengan kebutuhan (2) Lembaga kemasyarakatan desa dibentuk atas
masyarakat yang ditetapkan oleh Desa dan prakarsa masyarakat desa dan/atau atas prakarsa
Pembentukan Kelurahan masyarakat yang difasilitasi pemerintah melalui
Di Desa dan Kelurahan dapat dibentuk RW musyawarah dan mufakat.
atau sebutan lain sesuai dengan kebutuhan (3) Pembentukan lembaga kemasyarakatan desa
masyarakat yang ditetapkan oleh Desa dan ditetapkan dengan peraturan desa.
Kelurahan.
6) Penyimpangan
Berikut ini adalah identifikasi masalah yang terjadi dalam Pengawasan Kepala
Dusun terhadap Kinerja RT 06/RW 19 Dusun Teguhan, Kalitirto tahun 2020,
diantaranya:
1. Tidak adanya peraturan/regulasi dari Pemerintah Desa terkait dengan
pengawasan Kepala dusun terhadap Kinerja RT 06/RW 19 Desa Kalitirto yang
selalu mengalami perubahan baik dari luar maupun dari dalam organisasi
Pemerintah Desa itu sendiri.
Pengawasan Kepala Dusun terhadap Kinerja RT 06/RW 19 Desa Kalitirto
meliputi:
a. Pengawasan terhadap Partisipasi anggota RT/RW
b. Pengawasan dalam pelaksanaan ketertiban dan keamanan.
c. Pengawasan terhadap Kesejahteraan anggota RT/RW
2. Kompleksitas organisasi Pemerintah Desa memerlukan pengawasan formal
karena adanya desentralisasi kekuasaan antara Kepala Desa dengan RT/RW.
3. Kesalahan/Penyimpangan yang dilakukan anggota RT 06/RW 19 memerlukan
pengawasan dari Kepala Dusun Teguhan, Kalitirto.
Kesalahan/Penyimpangan yang terjadi diantaranya adalah:
a. Kurang aktifnya Ketua RT 06/RW 19 dalam setiap rapat kordinasi yang
membahas kebijakan Pemerintah Dusun Teguhan Kalitirto.
b. Keterbatasan kemampuan RT 06/RW 19 Dusun Teguhan yang dilatarbelakangi
tingkat pendidikan dan pengalaman kerja yang dimiiki.
c. Rendahnya partisipasi dalam kegiatan Dusun terutama pertemuan-pertemuan
dengan masarakat Dusun Teguhan, Kialitirto.