Anda di halaman 1dari 21

1.

Jelaskan secara singkat struktur neuron dan fungsi setiap bagiannya

Neuron berfungsi untuk menghantarkan impuls yang membawa informasi dari lingkungan.
Neuron juga dapat mengontrol kontraksi/gerakan otot dan berkomunikasi satu sama lain. Setiap
neuron memiliki sebuah badan sel yang berisi nucleus yang di dalamnya terdapat kromosom
(DNA).

Struktur Jaringan Saraf


a) Badan Sel
Di dalam badan sel terdapat sitoplasma, nukleus (inti sel), serta juga nukleolus (Anak inti) di
dalam sitoplasmanya terdapat butir Nissl yang berfungsi untuk sintesis protein. Di dalam
sitoplasma terdapat mitokondria yang berfungsi sebagai penyedia energi untuk membawa
rangsangan. Badan sel bertugas untuk dapat menerima rangsangan dari dendrit kemudian
meneruskan rangsangan tersebut ke akson (neurit).
b) Inti Sel (Nukleus)
Inti sel berfungsi sebagai regulator dari seluruh aktivitas sel saraf yang berada di dalam badan
sel. Memberikan pengaturan terhadap kegiatan sel syaraf pada tubuh manusia dan berfungsi
sebagai penerima impuls dari sitoplasma atau dendrit kemudian diteruskannya ke akson.
Berperan dalam pembentukan DNA dan kromoson dalam mengatur sifat yang dimiliki oleh
keturunan sel tersebut. Inti sel sendiri disusun oleh membran inti, Nukleoplasma, Kromosom,
dan Nukleolus.
c) Dendrit
Dendrit mempunyai peranan yang sangat penting bagi kemampuan neuron untuk
mengintegrasikan informasi yang datang dalam jumlah banyak. Dendrit adalah sekumpulan
serabut sel saraf pendek yang merupakan perluasan dari badan sel serabut-serabut penjuluran
sitoplasma. Bagian ini berfungsi sebagai penerima impuls dan menyampaikan impuls atau
rangsangan yang diterimanya menuju/ke badan sel dan menerima rangsang saraf dari ujung
akson neuron lainnya melalui sinaps akso-dendritik.
d) Neurit (Akson)
Akson adalah serabut-serabut yang merupakan penjuluran sitoplasma yang panjang dari badan
sel yanng dilindungi selubung mielin. Sebuah neuron memiliki satu akson. Terdapat benang-
benang halus yang dinamakan neurofibril. Fungsi akson sebagai penghantar rangsangan atau
pengirim impuls yang diperoleh dari badan sel menuju ke bagian efektor atau sel saraf malalui
sinaps, bagian efektor itu adalah kelenjar dan juga otot dan meneruskan atau menyalurkan
rangsang saraf ke neuron lainnya.
e) Sel Schwann
Sel Schwann merupakan sel yang menjadi pembungkus selubung mielin. Sel Schwann
memiliki fungsi untuk menghasilkan lemak berkali-kali hingga terbentuklah selubung mielin.
Fungsi dari sel schwann sendiri adalah untuk mempercepat pergerakan rangsangan, membantu
dalam menyediakan persediaan makanan untuk akson dan juga membantu neurit dalam
melakukan regenerasi.
f) Selubung mielin
Berupa selaput berbahan lemak yang berfungsi melindungi akson dari kerusakan. Terdapat
celah antara neuron satu dengan neuron berikutnya yang dinamakan sinapsis pada bagian sinaps
inilah suatu zat kimia yang disebut neurotransmiter menyeberang untuk membawa impuls dari
ujung neurit suatu neuron ke dendrit neuron berikutnya. Selubung mielin fungsi utamanya adalah
untuk mempercepat sampainya rangsangan dan berfungsi untuk isolator dan pemberi makan sel
saraf. Selubung mielin itu bisa mencegah rangsangan keluar dari akson.
g) Nodus ranvier
Nodus ranvier merupakan lekukan-lekukan diantara segmen selubung mielin. Sehingga bisa
dikatakan jika nodus ranvier adalah akson yang tidak terselubungi dengan selubung mielin.
Fungsi utama dari nodus ranvier adalah sebagai batu loncatan untuk percepatan pergerakan
rangsangan ke otak maupun dari sebaliknya atau memungkinkan rangsangan bisa meloncat dari
satu nodus ke nodus lainnya sehingga rangsangan bisa cepat sampai tujuan.
h) Sinapsis
Sinapsis merupakan titik pertemuan terminal akson di salah satu syaraf pusat dengan syaraf
pusat yang lain. Pada setiap sinapsis terdapat celah sinapsis. Fungsi sinapsis tersebut adalah
sebagai pengiriman impuls atau rangsangan dari neurit ke dendrit pada sel syaraf yang lainnya.
Setiap sinapsis menyediakan koneksi antar neuron sehingga memungkinkan terjadinya
pertukaran informasi antar neuron tersebut. Informasi ini ditukarkan dalam bentuk zat kimia
yang disebut Neurotransmiter.
i) Tombol terminal
Adalah bagian akhir dari neuron untuk menerima impuls listrik dan juga daerah di mana impuls
diubah menjadi sinyal kimia yang dikenal sebagai neurotransmitter. Mereka bergabung dengan
dendrit dari neuron lain di sekitarnya untuk mengirimkan informasi dari satu neuron ke yang
lain. Terminal akson kemudian mengirimkan sinyal kimia ke dalam dendrit dari neuron
berikutnya, yang kemudian mengubah informasi ini kembali menjadi sinyal listrik dan
mengirimkannya ke neuron berikutnya.

2. Jelaskan secara singkat klasifikasi sistem saraf dan fungsi setiap bagiannya

Sistem saraf tersusun menjadi sistem saraf pusat (SSP) yang terdiri dari otak dan korda
spinalis, dan sistem saraf tepi (SST). SST dibagi lagi menjadi divisi aferen dan eferen. Divisi
aferen membawa informasi ke SSP. Sistem saraf eferen dibagi menjadi sistem saraf somatik dan
sistem saraf autonom dan dibagi lagi menjadi sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpati.

Sistem Saraf Pusat


Seluruh aktivitas tubuh manusia dikendalikan oleh sistem saraf pusat. Sistem ini yang mengintegrasikan
dan mengolah semua pesan yang masuk untuk membuat keputusan atau perintah yang akan dihantarkan melalui
saraf motorik ke otot atau kelenjar.
1. Otak
sebagai pusat penglihatan, pendengaran, kecerdasan, ingatan, kesadaran, dan kemauan. Bagian dalamnya
berwarna putih berisi serabut saraf, bagian luarnya berwarna kelabu berisi banyak badan sel saraf. Otak terdiri dari
3 bagian, yaitu :
a) Otak depan (Prosoncephalon): Berkembang menjadi telencephalon dan diencephalon. Telencephalon
berkembang menjadi otak besar (Cerebrum). Diencephalon berkembang menjadi thalamus, hipotamus.
Otak besar (Cerebrum): Berfungsi dalam pengaturan semua aktivitas mental, yaitu yang berkaitan dengan
kepandaian (intelegensi), ingatan (memori), kesadaran, dan pertimbangan. Terdapat bagian penerima rangsang
(area sensor) yang berfungsi mengatur gerakan sadar atau merespon rangsangan. Selain itu terdapat area asosiasi
yang menghubungkan area motor dan sensorik yang berperan dalam proses belajar, menyimpan ingatan,
membuat kesimpulan, dan belajar berbagai bahasa. Di sekitar kedua area tersebut dalah bagian yang mengatur
kegiatan psikologi yang lebih tinggi. Misalnya bagian depan merupakan pusat proses berfikir (yaitu mengingat,
analisis, berbicara, kreativitas) dan emosi. Pusat penglihatan terdapat di bagian belakang.
Thalamus: terdiri dari sejumlah pusat syaraf dan berfungsi sebagai “tempat penerimaan untuk sementara” sensor
data dan sinyal-sinyal motorik, contohnya untuk pengiriman data dari mata dan telinga menuju bagian yang tepat
dalam korteks.
Hypothalamus: berfungsi untuk mengatur nafsu makan dan syahwat dan mengatur kepentingan biologis
lainnya.

b) Otak tengah (mesencephalon)


Otak tengah manusia berukuran cukup kecil,dan terletak didepan otak kecil. Otak tengah berperan dalam pusat
pergerakan mata, misalnya mengangkat kelopak mata, refleks penyempitan pupil mata.

c) Otak belakang (Rhombencephalon): Otak belakang berkembang menjadi metencephalon dan


mielencephalon. Metencephalon berkembang menjadi cerebellum dan pons varolli. Sedangkan mielencephalon
berkembang menjadi medulla oblongata.
Otak kecil (serebelum): Serebelum mempunyai fungsi utama dalam koordinasi gerakan otot yang terjadi
secara sadar, keseimbangan, dan posisi tubuh. Bila ada rangsangan yang merugikan atau berbahaya maka gerakan
sadar yang normal tidak mungkin dilaksanakan.
Sumsum sambung (medulla oblongata): Berfungsi menghantar impuls yang datang dari medula spinalis
menuju ke otak. Sumsum sambung juga memengaruhi refleks fisiologi seperti detak jantung, sekresi kelenjar
pencernaan, dsb. Juga mengatur gerak refleks yang lain seperti bersin, batuk, dan berkedip.
Jembatan varol (pons varoli): Jembatan varol berisi serabut saraf yang menghubungkan otak kecil bagian kiri
dan kanan, juga menghubungkan otak besar dan sumsum tulang belakang 

2. Sumsum Tulang Belakang


Sumsum tulang belakang yaitu lanjutan dari medula oblongata memanjang sampai tulang punggung tepatnya
sampai ruas tulang pinggang kedua (canalis centralis vertebrae). Berfungsi sebagai pusat gerak refleks,
penghantar impuls sensorik dari kulit atau otot ke otak, dan membawa impuls motorik dari otak ke efektor. Bagian
luar berwarna putih karena mengandung dendrit dan akson dan berbentuk seperti tiang, sedangkan bagian dalam
berwarna abu-abu berbentuk seperti sayap atau huruf H, yang mengarah ke perut disebut sayap ventral dan
banyak mengandung neuron motorik dengan akson menuju ke efektor. Sedangkan sayap yang mengarah ke
punggung disebut sayap dorsal, mengandung badan neuron sensorik.
Sistem Saraf Perifer
Saraf-saraf yang berada di luar sistem saraf pusat (otak dan sumsum ulang belakang). Terdapat di kulit,
persendian, otot, kelenjar, saluran darah dan lain-lain. Sistem saraf perifer tidak dilindungi tulang. Sistem saraf
perifer disusun oleh saraf otak (saraf kranial), yaitu saraf-saraf yang keluar dari otak, dan saraf sumsum tulang
belakang (saraf spinal), yaitu saraf-saraf yang keluar dari sumsum tulang belakang.
a. Saraf sensoris (saraf aferen) disebut juga sel saraf indera, karena berfungsi membawa rangsangan (impuls)
dari indera ke saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang)
b. Saraf motoris (saraf eferen) berfungsi membawa rangsangan (impuls) dari pusat saraf ke otot atau kelenjar
berupa respon
c. Saraf Volunter/Somatik (disadari) Yaitu sistem saraf yang mengatur segala gerakan yang dilakukan secara
sadar atau dibawah koordinasi saraf pusat atau otak. Berdasarkan asalnya sistem saraf sadar dibedakan menjadi
dua yaitu: sistem saraf kepala (cranial) dan sistem saraf tulang belakang (spinal).
d. Sistem Saraf Involunter/Otonom (Tidak Disadari) Sistem saraf otonom mempunyai peran dalam
mengendalikan tubuh yang tidak kita sadari, seperti denyut jantung, gerakan-gerakan pada saluran pencernaan,
sekresi enzim dan keringat.
Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari otak maupun dari sumsum tulang belakang.
Membentuk sinapsis yang kompleks dan juga membentuk ganglion. Urat saraf yang terdapat pada pangkal
ganglion disebut urat saraf pra ganglion dan yang berada pada ujung ganglion disebut urat saraf post ganglion.
Sistem saraf otonom dapat dibagi atas sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik. Perbedaan struktur
antara saraf simpatik dan parasimpatik terletak pada posisi ganglion. Saraf simpatik mempunyai ganglion yang
terletak menempel pada sumsum tulang belakang sehingga mempunyai urat pra ganglion pendek, sedangkan
saraf parasimpatik mempunyai urat pra ganglion yang panjang karena ganglion menempel pada organ yang
dibantu. Sistem saraf simpatetik dan parasimpatetik mempunyai efek yang berlawanan (antagonis).

3. Jelaskan secara singkat struktur jaringan otot dan tulang


Jaringan otot terdiri dari sel-sel otot yang juga mengandung jaringan ikat. Agar dapat
berfungsi dengan baik maka jaringan otot harus tertambat pada jaringan ikat fibrosa. Struktur
dari sebuah sel otot, adalah sebagai berikut :

1.Membran sel disebut dengan sarkolemma atau plasmalemma


2.Sitoplasma, disebut dengan sarkoplasma
3.Retikulum endoplasma, disebut dengan retikulum sarkoplasma
4.Mitokondria, disebut dengan sarkosom
5.Mikrofilamen, disebut dengan myofibril

Sarkolemma atau membran sel mengelilingi sarkoplasma. Sel otot banyak mengandung
mioglobin yang merupakan suatu oxygen-binding protein. Terdapat celah yang disebut tubulus
transversa (T-tubules), merupakan suatu invaginasi sarkolemma yang menembus miofibril dan
saling beranastomose serta melingkari miofibril membentuk celah yang sempit. Tubulus
transversa berfungsi untuk difusi sinyal depolarisasi yang menimbulkan kontraksi dan berisi
cairan ekstrasel.
Miofibril adalah suatu struktur berbentuk silindris pada serabut otot yang terdiri dari
filamen-filamen (miofilamen). Ada 3 jenis miofilamen pada otot, yaitu : 1. actin (filamen tipis),
2. miosin (filamen tebal) dan 3. titin (filamen elastis). Pada setiap ujung serat otot, miofibril
berikatan dengan permukaan dalam sarkolemma. Bila miofibril memendek, maka otot akan
memendek dan terjadi kontraksi.
Retikulum sarkoplasma yang halus, berjalan longitudinal dan mengelilingi setiap
myofibril dan membentuk ruangan disekitar T-tubules yang disebut terminal cisternae. Sebuah
T-tubules dan 2 terminal cisternae membentuk suatu kesatuan (triad). Retikulum sarkoplasma
menyimpanCa++ saat otot berada dalam keadaan istirahat. Jika berkontraksi maka kalsium akan
dilepaskan ke sarkoplasma. Pada membran retikulum sarkoplasma terdapat pompa Ca++ yang
berfungsi untuk memompa kalsium kembali ke retikulum sarkoplasma setelah suatu kontraksi.

Jaringan ikat yang terdapat pada otot, berupa :

1.Epimisium, pembungkus terluar, mengelilingi otot, memisahkan otot dari jaringan dan organ
sekitarnya. Mengandung pembuluh darah, limfe dan serabut saraf.
2.Perimisium, membungkus fasikulus otot, terdiri dari serat kolagen dan elastis, mengandung
pembuluh darah dan serabut saraf
3.Endomisium, membungkus serat otot, terdiri dari jaringan ikat longgar, mengandung pembuluh
darah, serabut saraf dan sel satelit. Serat kolagen pada ketiga lapis pembungkus otot bersatu pada
ujung otot dan membentuk tautan otot berupa tendo atau aponeurosis.

Penyusun Tulang

a. Osteoblas
Adalah sel pembentuk tulang. Osteoblas bekerja membentuk dan mensekresikan kolagen dan
nonkolagen organik (komponen matrik tulang) dan berperan dalam mineralisasi matrik organik.
Osteoblas berasal dari jalur sel mesenkim stroma sumsum tulang. Osteoblas berfungsi
mensintesis dan mensekresi matriks organik tulang, mengatur perubahan elektrolit cairan ekstra
selular pada proses mineralisasi. Osteoblas mengandung reticulum endoplasmik, membrane
golgi dan mitokondria. Osteoblas saling berhubungan melalui gap junction. Osteoblas yang
menetap pada permukaan tulang bentuknya pipih yang dinamakan bone lining cells
/restingosteoblast.
b. Osteoklas
Osteoklas (sel pemecah tulang) adalah sel terpenting pada resorpsi tulang yang berasal dari sel
induk sumsum tulang belakang (penghasil makrofag-monosit) yang berpindah secara sirkulasi
atau migrasi direk. Sel ini ditemukan pada permukaan tulang yang mengalami resorpsi dan
kemudian membentuk cekungan yang dikenal sebagai lakuna howship. Osteoklas dalam
sitoplasmanya akan terisi oleh mitokondria guna menyediakan energi untuk proses resorpsi
tulang.
c. Osteosit
Osteosit merupakan 90% dari sel tulang terletak diantara matriks tulang yang mengalami
mineralisasi. Jaringan sel ini menjangkau permukaan luar dan dalam tulang, membuat tulang
menjadi sensitif terhadap pengaruh tekanan, mengontrol pergerakan ion serta mineralisasi tulang.
Osteosit berasal dari osteoblas yang pada akhir proses mineralisasi terhimpit oleh ekstraselular
matriks, berperan dalam pemeliharaan massa dan struktur tulang.
d. Sel osteogenik atau sel osteoprogenitor
Adalah sel mesenkimal primitif yang menghasilkan osteoblas selama pertumbuhan tulang dan
osteosit pada permukaan dalam jaringan tulang. Fungsi sel osteogenik adalah memberikan
osteoblas dan berdiferensiasi menjadi kondroblas yang menjadi sel kartilago.
e. Sel pelapis tulang
Adalah sel yang dibentuk oleh osteoblas di sepanjang permukaan tulang orang dewasa. Fungsi
sel pelapis tulang adalah untuk mengatur pergerakan kalsium dan fosfat dari dan ke dalam
tulang.

4. Jelaskan secara singkat mekanisme terjadinya kontraksi otot rangka

Meskipun interaksi antara jembatan silang dan aktin yang menimbulkan kontraksi ini
sebagian masih bersifat teoretis, salah satu teori yang buktinya telah ada, yaitu teori "berjalan-
bersama" ("walk-along" theory) kontraksi ni menunjuk-kan kepala dari dua jembatan silang yang
melekat dan terlepas dari bagian aktif filamen aktin.

ATP sebagai sumber energi untuk kontraksi peristiwa kimiawi pada pergerakan kepala
miosin. Bila sebuah otot berkontraksi, timbul suatu kerja dan membutuhkan energi. Sejumlah
besar ATP dipecah membentuk ADP selama proses kontraksi; semakin besar jumlah kerja yang
dilakukan oleh otot, semakin besar jumlah ATP yang dipecahkan, yang disebut efek Fenn.
Berikut ini adalah perkiraan rangkaian peristiwa bagaimana hal tersebut dapat terjadi:

1. Sebelum kontraksi mulai terjadi, kepala jembatan silang berikatan dengan ATP Aktivitas ATP
ase dari kepala miosin segera memecah ATP tetapi meninggalkan hasil pemecahannya, ADP dan
ion fosfat terikat pada kepala. Pada keadaan ini, bentuk kepala memanjang secara tegak lurus ke
arah filamen aktin tetapi masih belum melekat pada aktin.
2. Bila kompleks troponin-tropomiosin berikatan dengan ion kalsium, bagian aktif pada filamen
aktin menjadi terbuka, dan kepala miosin kemudian berikatan dengan bagian ini.
3. Ikatan antara kepala jembatan silang dan bagian aktif filamen aktin menyebabkan perubahan
bentuk kepala, menyebabkan kepala menekuk ke arah lengan jembatan silang. Kedudukan ini
memberikan power stroke untuk menarik filamen aktin. Energi yang mengaktifkan power stroke
adalah energi yang telah disimpan, seperti sebuah senjata yang "terkokang'; oleh perubahan
bentuk yang terjadi pada kepala saat molekul ATP telah dipecahkan sebelumnya.
4. Begitu kepala jembatan silang menekuk, keadaan ini menyebabkan pelepasan ADP dan ion
fosfat yang sebelumnya melekat pada kepala. Di tempat pelepasan ADP, terikat molekul ATP
yang baru. Ikatan ATP baru ini kemudian menyebabkan terlepasnya kepala dari aktin.
5. Setelah kepala terpisah dari aktin, molekul ATP yang baru dipecah untuk memulai siklus baru,
yang menimbulkan suatu power stroke yang baru. Artinya, energi sekali lagi "mengokang"
kepala kembali ke kedudukan tegak lurusnya dan siap untuk memulai siklus power stroke yang
baru.
6. Bila kepala yang terkokang (disertai dengan energi simpanannya yang berasal dari pemecahan
ATP) berikatan dengan bagian aktif yang baru pada filamen aktin, kepala menjadi tidak
terkokang dan sekali lagi menyediakan power stroke. Dengan demikian, proses akan berlangsung
terus sampai filamen aktin menarik membran Z menyentuh ujung akhir filamen miosin atau
sampai beban pada otot menjadi terlalu besar untuk terjadi tarikan selanjutnya.

Timbul dan berakhirnya kontraksi otot terjadi dalam urutan tahap-tahap berikut

1. Suatu potensial aksi berjalan di sepanjang sebuah saraf motorik sampai ke ujungnya pada
serabut otot
2. Di setiap ujung, saraf inenyekresi zat neurotransmiter, yaitu asetilkolin, dalam jumlah sedikit.
3. Asetilkolin bekerja pada daerah setempat pada membran serabut otot untuk membuka banyak
kanal kation "berpintu asetilkolin" melalui molekul protein yang terapung pada membran.
4. Terbukanya kanal berpintu asetilkolin memungkinkan sejumlah besar ion natrium untuk
berdifusi ke bagian dalam membran serabut otot. Hal ini menyebabkan depolarisasi setempat
yang kemudian menyebabkan pembukaan kanal natrium berpintu listrik (voltagegated sodium
channels). Peristiwa ini akan menimbulkan suatu potensial aksi pada membran.
5. Potensial aksi akan berjalan di sepanjang membran serabut otot dengan cara yang sama seperti
potensial aksi berjalan di sepanjang membran serat saraf.
6. Potensial aksi akan menimbulkan depolarisasi membran otot, dan banyak aliran listrik
potensial aksi mengalir melalui pusat serabut otot. Di sini, potensial aksi menyebabkan retikulum
sarkoplasma melepaskan sejumlah besar ion kalsium, yang telah tersimpan di dalam retikulum
ini.
7. Ion kalsium menginisiasi kekuatan menarik antara filamen aktin dan miosin, yang
menyebabkan kedua filamen tersebut bergeser satu sama lain, dan menghasill<an proses
kontraksi.
8. Setelah kurang dari satu detik, ion kalsium dipompa kembali ke dalam retikulum sarkoplasma
oleh pompa membran Ca++, dan ion ini tetap disimpan dalam retikulum sampai potensial aksi
otot yang baru datang lagi; pengeluaran ion kalsium dari miofibril akan menyebabkan kontraksi
otot terhenti.

5. Jelaskan secara singkat sistem sirkulasi pada manusia

Jantung
Jantung berfungsi memompa dan menerima darah ke seluruh tubuh. Bagian terluar jantung
dibungkus oleh membran pericardium yang berupa kantong dengan lapisan ganda dan dapat
membesar dan mengecil. Dinding jantung terdiri dari tiga lapisan, yaitu epikardium,
miokardium, dan endokardium. Jantung memiliki empat ruangan, yaitu dua serambi dan dua
bilik. Serambi berfungsi untuk menerima darah dari seluruh tubuh, sedangkan fungsi bilik adalah
untuk memompa darah keluar jantung.
Jantung terdiri dari tiga katup atau valvula, yaitu valvula bikuspidalis (terletak antara
serambi kiri dan bilik kiri), valvula trikuspidalis (terletak antara serambi kanan dan bilik kanan),
dan valvula semilunaris (terletak di pangkal aorta dan arteri). Atrium kiri dan ventrikel kiri
dipisahkan oleh septum bikuspidalis (katup berdaun dua). Sedangkan, Atrium kanan/serambi
kanan dengan ventrikel /bilik kanan dipisahkan oleh sekat septum trukispidalis/ katub berdaun
tiga Cara kerja jantung
memompa darah: Darah kotor dari
tubuh masuk ke atrium kanan melalui katup trikuspid mengalir ke ventrikel kanan. Ventrikel
akan menutup katup tricuspid dan membuka katup pulmoner. Darah masuk ke dalam arteri
pulmoner yang menuju paru-paru kanan dan kiri. Darah melepaskan karbondioksida dan
mengambil oksigen. Selanjutnya, darah diangkut oleh pembuluh darah vena pulmoner. Empat
vena pulmoner (dua dari setiap paru-paru) membawa darah kaya oksigen ke atrium kiri jantung
(sistem pulmoner) atau peredaran darah kecil. Dari
atrium kiri, darah mengalir ke ventrikel kiri melalui katup bikuspid. Ventrikel akan menutup
katup bikuspid dan membuka katup aortik pada lubang masuk ke aorta menuju ke arteri-arteri
koroner kanan dan kiri lalu menuju arteriol yang memberikan darah ke pembuluh kapiler yang
menembus seluruh bagian jantung. Kemudian diangkut oleh venul menuju ke vena koroner,
bermuara ke atrium kanan. Selain itu, aorta dari ventrikel kiri juga bercabang menjadi arteri yang
mengedarkan darah kaya oksigen ke seluruh tubuh (kecuali paru-paru), kemudian darah miskin
oksigen diangkut dari jaringan tubuh oleh pembuluh vena ke jantung (atrium kanan).  Peredaran
darah ini disebut peredaran darah besar

Pembuluh darah
merupakan saluran untuk mengarahkan dan menyebarkan darah dari jantung ke semua bagian
tubuh dan kemudian dikembalikan ke jantung. Fungsi pembuluh darah adalah mengalirkan darah
keluar jantung lalu kembali lagi ke jantung. Terdapat tiga pembuluh darah utama, yaitu artieri,
vena, dan kapiler.
Pembuluh arteri adalah pembuluh yang pangkalnya ada di bilik jantung. Pembuluh ini
berfungsi untuk membawa darah keluar jantung. Arteri dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu
sebagai berikut:
*Aorta adalah arteri yang ukurannya paling besar dan berpangkal di bilik kiri.
*Arteri pulmonalis arteri yang membawa darah jaya karbondioksida dari jantung ke paru-paru.
*Arteri koroner berfungsi untuk memberi makanan dan oksigen untuk sel-sel jantung. Arteri
bercabang menjadi pembuluh yang lebih kecil lagi yang disebut arteriola.
Pembuluh vena adalah pembuluh yang berfungsi untuk membawa darah kembali ke jantung.
Ujung pembuluh ini berada di serambi jantung. Macam-macam vena, yaitu sebagai berikut:
*Vena kava yang ujungnya di serambi kanan. Berfungsi untuk membawa darah
kaya karbondioksida kembali ke jantung. Dibagi menjadi dua, yaitu vena kava superior dan
inferior. *Vena pulmonalis membawa darah kaya oksigen dari paru-paru ke jantung.
*Vena porta hepatika membawa darah dari berbagai organ pencernaan dan masuk ke hati. Vena
akan bercabang menjadi pembuluh yang lebih kecil lagi atau biasa disebut venula.

.
 Pembuluh kapiler

Pembuluh kapiler ialah pembuluh darah kecil, jumlah kapiler yang timbul dari sebuah arteriol
cukup besar. Dinding kapiler terdiri atas satu lapis sel epitel yang permiabel daripada membran
plasma sel. Oksigen, glukosa, asam amino, berbagai ion dan zat lain yang diperlukan secara
mudah dapat berdifusi melalui dinding kapiler ke dalam cairan interstitium mengikuti gradien
konsentrasinya. Sebaliknya, karbondioksida, limbah nitrogen, dan hasil sampingan metabolisme
lain dapat dengan mudah berdifusi ke dalam darah.

Darah

adalah medium pengangkut tempat larutnya atau tersuspensinya bahan-bahan (misalnya, O2,
CO2, nutrien, zat sisa, elektrolit, dan hormon) yang akan diangkut jarak-jauh di dalam tubuh.
Darah terus-menerus mengaliri sistem sirkulasi ke dan dari jantung melalui dua lengkung
vaskular (pembuluh darah) terpisah, dengan keduanya berasal dari dan berakhir di jantung. Darah
terdiri atas beberapa komponen, yaitu:
 Plasma darah. Untuk mengangkut sel-sel darah untuk kemudian diedarkan ke seluruh tubuh
bersama nutrisi, hasil limbah tubuh, antibodi, protein pembekuan darah, dan bahan kimia,
seperti hormon dan protein yang bertugas untuk membantu menjaga keseimbangan cairan
tubuh. Sekitar 90% plasma darah tersusun oleh air dan 10% sisanya tersusun oleh protein
plasma.
 Sel darah merah (eritrosit). Adanya kandungan hemoglobin berfungsi mengangkut oksigen
dan karbondioksida melalui pembuluh darah. Sel darah merah ini memiliki masa hidup 120
hari. Bertugas membawa oksigen dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh tubuh. Sel darah
ini juga bertugas mengangkut kembali karbon dioksida dari seluruh tubuh ke paru-paru
untuk dikeluarkan.
 Sel darah putih (leukosit). Sel darah putih bertanggung jawab untuk melawan infeksi virus,
bakteri, dan jamur yang memicu perkembangan penyakit. Hal ini disebabkan karena sel
darah putih memproduksi antibodi yang akan membantu memerangi zat asing tersebut.
Leukosit memiliki masa hidup 12 hari. berdasarkan ada tidaknya granula plasma, leukosit
dibedakan menjadi dua, yaitu leukosit granulosit dan agranulosit.
 Keping darah (trombosit). Trombosit memiliki peran penting proses pembekuan darah
(koagulasi) saat tubuh terluka. Tepatnya, trombosit akan membentuk sumbatan bersama
benang fibrin guna menghentikan perdarahan sekaligus merangsang pertumbuhan jaringan
baru di area luka.

6. Jelaskan secara singkat hubungan antara aktivitas listrik dengan aktivitas mekanik
jantung

Sel-sel otoritmik jantung tidak memiliki potensial istirahat tetapi mereka memiliki
aktivitas pacemaker, yaitu depolarisasi yang terjadi secara perlahan pada membran sel – sel
tersebut hingga mencapai ambang dan kemudian menimbulkan potensial aksi. Penyebab
terjadinya depolarisasi ini diperkirakan sebagai akibat dari :
1. Arus keluar K+ yang berkurang diiringi dengan arus masuk Na+ yang konstan Permeabilitas
membrane terhadap K+ menurun antara potensial-potensial aksi, karena saluran K+ diinaktifkan
sehingga aliran keluar ion positif menurun. Sementara itu, influks pasif Na+ dalam jumlah kecil
tidak berubah, akibatnya bagian dalam membran menjadi lebih positif dan secara bertahap
mengalami depolarisasi hingga mencapai ambang.
2. Peningkatan arus masuk Ca2+ dan saluran Ca2+ terbuka, terjadi influks Ca2+ secara cepat
menimbulkan fase naik dari potensial aksi spontan. Sel – sel otoritmik berbeda kecepatannya
untuk menghasilkan potensial aksi karena terdapat perbedaan kecepatan depolarisasi.

Sel-sel jantung otoritmik ini membentuk area tersendiri di:

1. Nodus Sinoatrial (nodus SA), suatu daerah kecil khusus di dinding atrium kanan dekat pintu
masuk vena cava superior.
2. Nodus Atrioventrikuler (nodus AV), suatu berkas kecil sel-sel otot jantung khusus yang
terdapat pada dasar atrium kanan dekat septum, tepat diatas pertemuan atrium dan ventrikel.
3. Berkas His (berkas atrioventrikuler), suatu jaras sel-sel khusus yang berasal dari nodus AV
dan masuk ke septum antar ventrikel. Disini berkas tersebut terbagi menjadi cabang berkas kanan
dan kiri yang turun menyusuri septum, melengkung mengelilingi ujung rongga ventrikel dan
berjalan balik kearah atrium di sepanjang dinding luar.
4. Serat Purkinje, serat-serat halus terminal yang menjulur ke seluruh miokardium ventrikel.

Sel – sel jantung yang terletak di nodus SA memiliki kecepatan pembentukan potensial
aksi tertinggi. Sekali potensial aksi timbul di salah satu sel otot jantung, potensial aksi tersebut
akan menyebar ke seluruh miokardium melalui gap junction dan penghantar khusus. Berbagai sel
penghantar khusus memiliki kecepatan pembentukan impuls spontan yang berlainan. Nodus SA
memiliki kemampuan membentuk impuls spontan tercepat. Impuls ini disebarkan ke seluruh
jantung dan menjadi penentu irama dasar kerja jantung, sehingga pada keadaan normal, nodus
SA bertindak sebagai picu jantung (Sherwood, 2011).

Jaringan penghantar khusus lainnya tidak dapat mencetuskan potensial aksi intriksiknya
karena sel-sel ini sudah diaktifkan lebih dahulu oleh potensial aksi yang berasal dari simpul SA,
sebelum sel-sel ini mampu mencapai ambang rangsangnya sendiri. Urutan kemampuan
pembentukkan potensial aksi berbagai susunan penghantar khusus jantung yaitu nodus SA
sebagai pemacu normal sebanyak 60-80 kali per menit, nodus AV sebanyak 40-60 kali per menit,
berkas his dan serat purkinje sebanyak 20-40 kali per menit. Penyebaran eksitasi jantung
dikoordinasi untuk memastikan agar pemompaan efisien. Penyebaran ini dimulai dengan adanya
potensial aksi secara spontan pada simpul SA. Potensial aksi berjalan dengan cepat menyebar di
kedua atrium. Penyebaran impuls tersebut dipermudah oleh dua jalur penghantar, yaitu jalur
antaratrium dan antarnodus. Jalur antar atrium dengan cepat menghantarkan potensial aksi dari
nodus SA ke ujung jalur atrium kiri maka gelombang eksitasi dapat menyebar melintasi taut
celah di seluruh atrium kiri dan kanan. Hal ini menyebabkan kedua atrium terdepolarisasi untuk
berkontraksi bersamaan (Sherwood, 2011).

Dengan jalur antarnodus, impuls kemudian menyebar ke nodus AV, yaitu satu-satunya
titik tempat potensial aksi dapat menyebar dari atrium ke dalam ventrikel. Potensial aksi
dihantarkan secara lambat melalui nodus AV yang menuntungkan karena memberi waktu bagi
ventrikel untuk terisi penuh. Penundaan terjadi sekitar 100 mdet (penundaan nodus AV). Hal ini
memungkinkan atrium terdepolarisasi sempurna dan berkontraksi, mengosongkan isinya
kedalam ventrikel, sebelum ventrikel terdepolarisasi dan berkontraksi (Sherwood, 2011). Dari
nodus AV potensial aksi menyebar cepat ke seluruh ventrikel, diperlancar oleh sistem
penghantar ventrikel khusus yang terdiri dari berkas His dan serat-serat purkinje. Penghantaran
cepat potensial aksi menyusuri berkas his dan distribusinya yang segera ke seluruh berkas –
berkas purkinje menyebabkan pengaktifan sel – sel miokardium di kedua ventrikel dan dapat
memompa darah ke dalam sirkulasi sistemik dan paru pada saat yang sama (Sherwood, 2011).

Melalui siklus berulang tersebut, sel-sel otoritmik tersebut memicu potensial aksi, yang
kemudian menyebar ke seluruh jantung untuk memicu denyut berirama tanpa rangsangan saraf
apapun. Potensial pemacu disebabkan oleh adanya interaksi kompleks beberapa mekanisme ion
yang berbeda. Perubahan terpenting dalam perpindahan ion yang menimbulkan potensial pemacu
adalah (1)Peningkatan arus Na+ yang masuk, (2)penurunan arus K+ keluar, dan (3) peningkatan
arus Ca2+ masuk. Fase awal depolarisasi lambat ke ambang disebabkan oleh masuknya Na+ ke
dalam melalui kanal berpintu listrik yang hanya ditemukan pada sel pemacu jantung. Karena
sifatnya yang tidak biasa, saluran ini disebut kanal funny atau If. Ketika satu potensial aksi
berakhir dan kanal If terbuka, masuknya arus Na+ pendepolarisasi yang terjadi melalui kanal
yang terbuka ini menggerakan potensial membran sel pemacu dengan segera menuju ambangnya
sekali lagi.

7. Jelaskan secara singkat proses inspirasi dan ekspirasi


Inspirasi merupakan proses aktif. Kontraksi otot-otot inspirasi akan meningkatkan volume
intratoraks. Tekanan intrapleura di bagian basal paru akan turun dari nilai normal sekitar -2,5
mmHg (relatif terhadap tekanan atmosfer) pada awal inspirasi, menjadi -6 mmHg. Jaringan paru
tertarik ke posisi yang semakin mengembang. Tekanan di dalam kanal napas menjadi sedikit
negatif dan udara mengalir ke dalam paru. Pada saat proses inspirasi (ketika udara masuk ke
paru-paru), otot antar tulang rusuk berkontraksi dan terangkat sehingga volume rongga dada
bertambah besar, sedangkan tekanan rongga dada menjadi lebih kecil dari tekanan udara luar.
Sehingga udara mengalir dari luar ke dalam paru-paru.

Pada akhir inspirasi, daya reçoit paru mulai menarik dada kembali ke posisi ekspirasi,
sampai tercapai keseimbangan kembali antara daya reçoit jaringan paru dan dinding dada.
Tekanan di dalam kanal udara menjadi sedikit lebih positif, dan udara mengalir meninggalkan
paru. Selama pernapasan tenang, ekspirasi merupakan proses pasif karena tidak memerlukan
kontraksi otot untuk menurunkan volume intratoraks. Namun pada awal ekspirasi, terdapat
kontraksi ringan otot inspirasi. Kontraksi ini berfungsi sebagai peredam daya reçoit paru dan
memperlambat ekspirasi. Apabila ventilasi meningkat, derajat pengempisan jaringan paru juga
ditingkatkan melalui kontraksi aktif otot-otot ekspirasi yang menurunkan volume intratoraks.
Sedangkan pada saat proses ekspirasi (ketika udara keluar dari paru-paru), otot antar tulang rusuk
akan kembali ke posisi semula (relaksasi), sehingga volume rongga dada akan mengecil
sedangkan tekanannya membesar. Tekanan ini akan mendesak dinding paru-paru, sehingga
rongga paru-paru membesar. Keadaan inilah yang menyebabkan udara dalam rongga paru-paru
terdorong ke luar.

8. Jelaskan secara singkat proses pertukaran gas pada sistem respirasi


Pertukaran gas antara oksigen dan karbon dioksida terjadi di alveolus dan di sel jaringan
tubuh melalui proses difusi. Oksigen akan berdifusi masuk ke darah dalam kapiler yang
menyelubungi alveolus. Kemudian, oksigen akan diikat oleh hemoglobin. Difusi bergantung
pada perbedaan dalam kualitas yang disebut tekanan parsial. Proses difusi berlangsung
sederhana, yaitu hanya dengan gerakan molekul-molekul secara bebas melalui membran sel dari
tekanan tinggi ke tekanan rendah. Kemudian oksigen diangkut oleh plasma darah dan
hemoglobin (Hb). Oksigen yang diangkut hemoglobin dalam bentuk oksi hemoglobin. Makin
tinggi tekanan parsial oksigen di alveolus, maka semakin banyak oksigen yang terikat oleh
hemoglobin. Sementara hanya 2-3% oksigen yang larut ke dalam plasma darah.

Karbon dioksida berdifusi ke aliran darah karena perbedaan tekanan darah. Hemoglobin akan
mengangkut oksigen ke jaringan tubuh yang kemudian akan berdifusi masuk ke sel-sel tubuh
untuk digunakan dalam proses respirasi. Proses difusi ini terjadi karena tekanan parsial oksigen
pada kapiler tidak sama dengan tekanan parsial oksigen di sel-sel tubuh. Di dalam sel-sel tubuh,
oksigen digunakan untuk proses respirasi di dalam mitokondria. Hasil dari respirasi
menghasilkan karbon dioksida dan dibawa ke dalam kapiler vena melalui difusi.
Karbon dioksida diangkut oleh tiga cara, yaitu:
1. Karbon dioksida larut dalam plasma, dan membentuk asam karbonat dengan enzim anhidrase
(7% dari seluruh karbon dioksida).
2. Karbon dioksida terikat pada hemoglobin dalam bentuk karbomino
hemoglobin (23% dari seluruh karbon dioksida).
3. Karbon dioksida terikat dalam gugus ion
bikarbonat melalui proses berantai pertukaran klorida (70% dari seluruh karbon dioksida).

Pertukaran gas di paru melibatkan dua proses umum membawa darah ke jaringan kapiler
paru (perfusi) dan membawa udara ke permukaan alveolus (ventilasi). Difusi Gas Dalam Kapiler
Paru Perbedaan kedalaman O2 dan CO2 di jaringan mempengaruhi transpor gas-gas melewati
dinding alveolus, molekul O2 berdifusi lebih cepat dari pada molekul CO2 karena massanya
lebih kecil. Saat kita bernapas normal, pasokan udara segar tidak mencapai alveolus yang masih
terisi oleh udara pengap dari napas sebelumnya karena konsentrasinya yang lebih tinggi, O2
segar dengan cepat berdifusi melewati udara pengap untuk mencapai permukaan alveolus.
Oksigen larut di dinding alveolus yang lembab. PO2 dalam udara alveoli 104 mmHg sementara
PO2 dalam darah venosa 40 mmHg, sehingga ada perbedaan tekanan partial dengan demikian
terjadilah difusi oksigen dari udara alveoli ke darah kapiler paru begitu cepat, difusi oksigen dari
udara alveoli ke darah kapiler.

9. Jelaskan secara singkat 3 proses utama pembentukkan urine

Urine keluar dari setiap ginjal melalui suatu saluran yang disebut ureter dan mengalir
kedalam kandung kemih. Selama kencing urine dibuang dari kandung kemih melalui suatu
saluran yang disebut uretra (urethra). Keberfungsian ginjal sebagai penyaring darah yaitu agar
zat-zat sisa yang terdapat di dalam darah dapat dikeluarkan dalam bentuk urine. Komposisi urin
yang dikeluarkan lewat ureter adalah 96% air, 1,5% garam, 2,5% urea, dan sisa substansi lain,
misalnya pigmen empedu yang berfungsi memberi warna dan bau pada urin.

Proses Filtrasi
Pembentukan urine diawali dengan proses filtrasi darah di glomerulus pada kapsul
bowman. Filtrasi merupakan perpindahan cairan dari glomerulus menuju ke ruang kapsula
bowman dengan menembus membran filtrasi. Didalam glomerulus, sel-sel darah, trombosit, dan
sebagian besar protein plasma disaring dan diikat agar tidak ikut dikeluarkan, beberapa faktor
yang mempermudah proses penyaringan adalah tekanan hidrolik dan permeabilitias yang tinggi
pada glomerulus. Selain penyaringan, di glomerulus terjadi pula pengikatan kembali sel-sel
darah, keping darah, dan sebagian besar protein plasma. Bahan-bahan kecil terlarut dalam
plasma, seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat, garam lain, dan urea
melewati saringan dan menjadi bagian dari endapan. Hasil penyaringan tersebut berupa urine
primer yang komposisinya serupa dengan darah tetapi tidak mengandung protein, memiliki
kandungan elektrolit, kritaloid, ion cl ,ion hco3, garam-garam, glukosa, natrium, kalium, dan
asam amino. Kapiler yang berpori-pori dan sel-sel kapsula yang terspesialisasi bersifat
permeabel terhadap air dan zat-zat terlarut yang kecil, namun tidak terhadap sel darah atau
molekul besar seperti protein plasma, dengan demikian filtrat dalam kapsula bowmen
mengandung garam, glukosa, asam amino, vitamin, zat buangan bernitrogen, dan molekul-
molekul kecil lainnya. (Campbell, 2008).

Proses Reabsorpsi
Urine yang dihasilkan setelah proses reabsorpsi disebut urine sekunder (filtrat
tubulus). Reabsorpsi adalah proses penyerapan kembali filtrat glomerulus yang masih bisa
digunakan oleh tubuh. Bagian yang berperan dalam proses ini meliputi sel-sel epitalium pada
tubulus kontrotus proksimal, lengkung henle dan tubulus distal. Reabsorpsi terjadi di tubulus
kontortus proksimal dan tubulus kontortus distal, pada tubulus kontortus proksimal lebih
diutamakan reabsorpsi glukosa, asam amino dan air yang dilakukan dengan proses osmosis.
Sedangkan reabsorpsi yang terjadi di tubulus kontortus distal yaitu reabsorpsi ion natrium dan
air, air yang di reabsorpsi tergantung dari kebutuhan. Reabsorpsi zat-zat tertentu dapat terjadi
secara transfor aktif dan difusi. Zat-zat penting bagi tubuh yang secara aktif di reabsorpsi adalah
garam-garam tertentu, asam amino, glukosa, asam aseto asetat, hormon dan vitamin. Zat-zat
tersebut di reabsorpsi secara aktif di tubulus proksimal sehingga tidak ada lagi di lengkung henle
(Campbell, 2008).

Setelah terjadi reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urin sekunder pada urin
sekunder, zat-zat yang masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi zat-
zat sisa metabolisme yang bersifat racun bertambah, misalnya ureum dari 0, 03, dalam urin
primer dapat mencapai 2% dalam urin sekunder.

Proses Augmentasi
Proses terakhir yaitu Augmentasi (penambahan), berlangsung di tubulus distal. Pada
proses ini terjadi penyerapan air dan penambahan zat-zat seperti H+, K+, keratin dan urea dalam
urin sehingga urine hanya berisi zat-zat yang benar-benar sudah tidak berguna lagi. Dari tubulus
distal, urine dikumpulkan melalui pembuluh pengumpul dan selanjutnya masuk ke pelvis
(rongga ginjal), kemudian dialirkan ke kandung kemih atau vesica urinaria melalui saluran
ureter. Kandung kemih memiliki fungsi sebagai tempat penampungan urine sementra. Pada
proses ini zat-zat yang sudah tidak berguna bagi tubuh akan dibuang ke tubulus-tubulus nefron
ginjal. Zat-zat yang sudah tidak diperlukan tubuh atau konsentrasinya terlalu banyak di dalam
aliran darah, akan dikeluarkan bersama urine tersier atau urine sesungguhnya. Urine keluar dari
tubuh melalui lubang urine yang sebelumnya melewati uretra terlebih dahulu. Proses
pembentukan urine dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal yang menyangkut hormone
antidiuretik dan insulin, serta faktor eksternalyaitu menyangkut jumlah air yang diminum.
Melalui proses augmentasiinilah akan terbentuk urine sesungguhnya yang mengandung urea,
asam urat, sisa-sisa pembongkaran dan zat-zat yang berlebihan dalam darah seperti : vitamin C,
obat-obatan, hormon, dan garam-garam lainnya (Campbell, 2008).

DAFTAR PUSTAKA

1. Campbell, N. A., dan J. B. Reece. Biologi Edisi ke 8 Jilid 1. Jakarta: Erlangga; 2008. hal 486
2. Ganong, W. F. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 24. Jakarta: EGC; 2009.
3. Guyton, A. C., Hall, J. E., 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12. Jakarta : EGC;
2014. hal 1022
4. Kusumo, D.A. Struktur tulang [internet]. 2012. Available from:
http://eprints.undip.ac.id/45583/2/
5. Sherwood, Lauralee. Fisiologi manusia: Dari Sel ke Sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC; 2011.
6. Sitorus, E.R. Dasar Sistem Koordinasi dan Alat Indera Manusia Melalui metode
Pembelajaran Resitasi Pada Peserta Didik. Jakarta: Erlangga; 2014.
7. Silvia, A. Jaringan Otot [internet]. 2016. Available from:
https://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-content
8. Zuwannita, R. Struktur dan fungsi Neuron [internet]. 2017. Available from:
http://repository.unimus.ac.id/451/3

Anda mungkin juga menyukai