Anda di halaman 1dari 13

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum bertujuan mengatur berbagai kepentingan manusia dalam rangka


pergaulan hidup di masyarakat. Kepentingan manusia dalam masyarakat begitu luas,
mulai dari kepentingan pribadi hingga masyarakat dengan Negara. Untuk itu pergolongan
hukum privat mengatur kepentingan individu atau pribadi, seperti hukum dagang dan
hukum perdata. Hukum perikatan yang terdapat dalam buku III kitab undang-undang
hukum perdata merupakan hukum yang bersifat khusus dalam melakukan perjanjian dan
perbuatan hukum yang bersifat ekonomis atau perbuatan hukum yang dapat dinilai dari
harta kekayaan seseorang atau badan hukum.

Dalam kegiatan ekonomi terdapat upaya untuk mendapatkan keuntungan atau


laba. Namun harus berdasarkan peraturan dan norma yang terdapat dalam undang-undang
yang berlaku maupun hukum yang berlaku. Dengan adanya hubungan hukum maka
terjadi pertalian hubungan subjek hukum dengan objek hukum (hubungan hak
kebendaan). Dalam hukum perjanjian didalamnya terdapat dua azas yaitu azas
konsensualitas dan azas kebebasan berkontrak.

Dalam perkembangan perekonomian di Indonesia, tentunya memerlukan


perangkat hukum nasional yang sesuai dengan hukum perikatan atau kontrak yang
berkembang dinamis dalam masyarakat melengkapi perangkat perundang-undangan. Di
Indonesia berbagai peraturan undang-undang dibuat oleh pemerintah Indonesia telah
menggantikan sebagian kitab undang-undang hukum perdata dan kitab undang-undang
hukum dagang. Naumun untuk mengisi kekosongan hukum di Indonesia maka ke dua
kitab undang-undang itu masih digunakan sampai ada peraturan perundang-undangan
yang baru untuk menggantinya.

1|Hukum Bisnis
B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian kontrak?


2. Apa saja sumber hukum kontrak?
3. Apa saja macam-macam kontrak dan berakhirnya kontrak?
4. Bagaimana penyelesaian sengketa perjanjian kontrak?
5. Apakah pengertian dari perjanjian?
6. Apa saja unsur-unsur dalam perjanjian?
7. Apakah asas-asas dari perjanjian?
8. Apa saja syarat sah dalam perjanjian?
9. Kapan saat lahirnya perjanjian?
10. Apa saja jenis-jenis dari perjanjian?
11. Bagaimana pelaksanaan dan pembatalan perjanjian?

C. Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk :


1. Memahami pengertian perjanjian
2. Memahami sumber hukum kontrak
3. Memahami macam-macam kontrak dan berakhirnya kontrak
4. Memahami bagaimana penyelesaian sengketa perjanjian kontrak
5. Memahami pengertian perjanjian.
6. Memahami unsur-unsur perjanjian.
7. Memahami asas-asas perjanjian.
8. Memahami syarat sah perjanjian.
9. Memahami saat lahirnya perjanjian.
10. Memahami jenis-jenis perjanjian.
11. Memahami pelaksanaan & pembatalan perjanjian.

2|Hukum Bisnis
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kontrak

Kontrak atau contracts (dalam bahasa inggris) dan everencomst (dalam bahasa
belanda) dalam pengertian yang lebih luas sering dinamakan juga dengan istilah
perjanjian. Kontrak adalah peristiwa dimana dua orang atau lebih saling berjanji untuk
melakukan atau tidak melakukan suatu perbuatan tertentu, biasanya secara tertulis. Para
pihak yang bersepakat mengenai hal – hal yang diperjanjikan, berkewajiban untuk
menaati dan melaksanakannya, sehingga perjanjian tersebut menimbulkan hubungan
hukum yang disebut perikatan. Dengan demikian kontrak dapat menimbulkan hak dan
kewajiban bagi para pihak yang membuat kontrak tersebut, karena itu kontrak yang
mereka buat adalah sumber hukum formal, asal kontrak tersebut adalah kontrak yang sah.

B. Sumber Hukum Kontrak


Mengenai sumber hukum kontrak yang bersumber dari undang – undang dijelaskan :
1. Persetujuan para pihak
2. Undang – undang, selanjutnya yang lahir dari UU ini dapat dibagi:
1. Undang – undang saja
2. UU karena suatu pembuatan, selanjutnya yang lahir dari UU karena suatu
perbuatan dibagi :
1. Yang dibolehkan
2. Yang berlawanan dengan hukum.

C. Macam-macam (Perjanjian) Kontrak dan Berakhirnya Kontrak

1. Macam-macam Kontrak
Berikut ini beberapa contoh yang terjadi dalam praktek bisnis pada umumnya, antara
lain:
a. Perjanjian Kredit
Perjanjian kredit dibedakan menjadi dua:
 Perjanjian utang (contoh: perjanjian utang)
 Perjanjian kredit barang (contoh perjanjian sewa beli, perjanjian sewa usaha).

3|Hukum Bisnis
b. Perjanjian Leasing
Perjanjian leasing adalah perjanjian yang pembayarannya dilakukan secara
angsurannya lunas dibayar.
c. Perjanjian Keagenan Dan Distributor
Keagenan perjanjian adalah hubungan hukum antara pemegang merk (principal)
dan suatu perusahaan dalam petunjuk untuk melakukan perakitan/
pembuatan/manufaktur serta penjualan/ distribusi barang modal atau produk
industry tertentu.
d. Perjanjian franchising dan lisensi
Adalah pemilikan dari sebuah rahasia dagang, paten, atau sebuah produk yang
memberikan lisensi kepihak lain (biasanya disebut ‘franchisee’) untuk menjual
atau member pelayanan dari produk dari bawah nama franchisor.

2. Berakhirnya Kontrak
Secara umum tentang pembatalan perjanjian tidak mungkin dilaksanakan, sebab dasar
perjanjian adalah kesepakatan. Namun demikian pembatalan perjanjian dapat
dilakukan apabila:
1. Jangka waktu perjanjian telah berakhir
2. Salah satu pihak menyimpang dari apa yang diperjanjikan, dan
3. Jika bukti kelancaran dan bukti pengkhianatan (penipuan)

Adapun prosedur pembatalan perjanjian adalah dengan cara memberi tahu terlebih
dahulu kepada pihak yang bersangkutan dalam perjanjian tersebut bahwa perjanjian
atau kesepakatan yang telah diikat akan dihentikan (dibatalkan), dalam hal ini harus
diberitahukan alasan pembatalan. Hal ini  dilakukan agar pihak yang bersangkutan
dalam perjanjian mempunyai risiko pemtalan. Sedangkan dalam praktek bisnis
berakhirnya kontrak dapat disebabkan:
1. Pembayaran
2. Penawaran pembayaran tunai diikuti oleh penyimpangan produk yang hendak
dibayarkan disuatu tempat
3. Pembauran hutang
4. Kompensasi
5. Percampuran utang
6. Pembebasan utang
7. Hapusnya produk yang dimaksud dalam sebuah kontrak
8. Pembatalan kontrak

4|Hukum Bisnis
9. Akibat berlakunya suatu syarat pembatalan
10. Lewat waktu.

D. Penyelesaian Sengketa Perjanjian Kontrak


1. Jalur pengadilan
Proses pengadilan ini pada umumnya akan diselesaikan melalui usaha perdamaian
oleh hakim pengadilan perdata. Apabila jalan perdamaian tidak dapat diselesaikan
oleh para pihak, proses penyelesaian selanjutnya biasanya akan memakan waktu yang
panjang. Sebab tiga tingkatan proses pengadilan minimal akan dijalani untuk sampai
pada proses final yaitu mulai dari gugatan hingga kasasi ke MA.

2. Jalur arbitrase
Proses penyelesaian sengketa oleh seorang hakim atau para hakim yang berdasarkan
persetujuan bahwa mereka akan tunduk dan mentaati keputusan yang diberikan oleh
para hakim yang mereka pilih.

E. Pengertian Perjanjian

Perjanjian adalah sumber perikatan, disampingnya sumber-sumber lain. Suatu


perjanjian juga dinamakan persetujuan, karena dua pihak itu setuju untuk melakukan
sesuatu. Dapat dikatakan bahwa dua perkataan (perjanjian dan persetujuan) itu adalah
sama artinya.

Perjanjian merupakan sumber terpenting yang melahirkan perikatan. Perikatan


yang berasal dari perjanjian dikehendaki oleh dua orang atau dua pihak yang membuat
perjanjian, sedangkan perikatan yang lahir dari undang-undang dibuat atas dasar
kehendak yang berhubungan dengan perbuatan manusia yang terdiri dari dua pihak.

Sedangkan pengertian Perjanjian menurut para sarjana, sebagai berikut:

 Menurut M. Yahya Harahap perjanjian atau verbintennis mengandung pengertian,


sebagai berikut :
“perjanjian adalah suatu hubungan hukum di bidang kekayaan atau harta benda
antara dua orang atau lebih, yang memberi kekuatan hak pada satu pihak untuk
memperoleh prestasi dan sekaligus mewajibkan pada pihak lain untuk menunaikan
prestasinya

 Menurut R. Subekti yang dimaksud dengan perjanjian adalah sebagai berikut :

5|Hukum Bisnis
“Perjanjian adalah : Suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada orang lain
atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal.

 Menurut Wirjono Projodikoro, perjanjian adalah :


“Sebagai suatu hubungan hukum mengenai harta benda antara dua pihak, dalam
mana satu pihak berjanji atau dianggap berjanji untuk melakukan sesuatu hal atau
tidak melakukan sesuatu hal, sedangkan pihak lain berhak menuntut pelaksaan janji
itu.

 Menurut Tirtodiningrat menyatakan bahwa :


“Perjanjian adalah suatu perbuatan hukum berdasarkan kata sepakat diantara dua
orang atau lebih untuk menimbulkan akibat-akibat hukum yang diperkenankan oleh
undang-undang.

Perbedaan-perbedaan pendapat para sarjana mengenai definisi dari perjanjian


memang berbeda-beda. Hal ini merupakan sesuatu yang wajar sebab dalam
mengemukakan definisi dari perjanjian itu, para pakar hukum tersebut memiliki sudut
pandang yang saling berbeda satu sama lain. Namun dalam setiap definisi yang
dikemukakan oleh para sarjana tersebut tetap mencantumkan secara tegas bahwa dalam
perjanjian terdapat pihak-pihak yang menjadi subjek dan objek dari perjajian tersebut
yaitu adanya hubungan hukum yang terjadi diantara para pihak yang menyangkut
pemenuhan prestasi dalam bidang kekayaan. Adapun yang menjadi dasar hukum dari
perjanjian ini antara lain Buku III KUH Perdata tentang Perikatan.

Pasal 1313 KUH Perdata berbunyi: “suatu perjanjian adalah suatu perbuatan
dengan mana 1 (satu) orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap 1 (satu) orang lain
atau lebih. Para sarjana hukum perdata pada umunya berpendapat bahwa definisi
perjanjian yang terdapat di dalam ketentuan di atas adalah tidak lengkap dan pula terlalu
luas

Dikatakan tidak lengkap karena yang dirumuskan itu hanya mengenai perjanjian
sepihak saja. Definisi itu juga dikatakan terlalu luas karena dapat mencakup perbuatan di
lapangan hukum keluarga, seperti perjanjian perkawinan yang merupakan perjanjian
juga, tetapi sifatnya berbeda dengan perjanjian yang diatur di dalam Buku III KUH
Perdata tentang perikatan. Perjanjian yang diatur dalam KUH Perdata Buku III
kriterianya dapat dinilai secara materiil, dengan kata lain, dapat dinilai dengan uang.

6|Hukum Bisnis
Sedangkan untuk persetujuan dan perserikatan juga dibahas pada pasal-pasal di dalam
KUH perdata bab 2, sebagai berikut :

Pasal 1314
Suatu persetujuan diadakan dengan cuma-cuma atau dengan memberatkan. Suatu
persetujuan cuma-cuma adalah suatu persetujuan, bahwa pihak yang satu akan
memberikan suatu keuntungan kepada pihak yang lain tanpa menerima imbalan. Suatu
persetujuan memberatkan adalah suatu persetujuan yang mewajibkan tiap pihak untuk
memberikan sesuatu, melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu.

Pasal 1315
Pada umumnya seseorang tidak dapat mengadakan pengikatan atau perjanjian selain
untuk dirinya sendiri.

Pasal 1316
Seseorang boleh menanggung seorang pihak ketiga dan menjanjikan bahwa pihak ketiga
mi akan berbuat sesuatu, tetapi hal mi tidak mengurangi tuntutan ganti rugi terhadap
penanggung atau orang yang berjanji itu, jika pihak ketiga tersebut menolak untuk
memenuhi perjanjian itu.

Pasal 1317
Dapat pula diadakan perjanjian untuk kepentingan orang ketiga, bila suatu perjanjian
yang dibuat untuk diri sendiri, atau suatu pemberian kepada orang lain, mengandung
syarat semacam itu. Siapa pun yang telah menentukan suatu syarat, tidak boleh
menariknya kembali, jika pihak ketiga telah menyatakan akan mempergunakan syarat itu.

Pasal 1318
Orang dianggap memperoleh sesuatu dengan perjanjian untuk diri sendiri dan untuk ahli
warisnya dan orang yang memperoleh hak daripadanya, kecuali jika dengan tegas
ditetapkan atau telah nyata dan sifat persetujuan itu bahwa bukan itu maksudnya.

Pasal 1319
Semua persetujuan, baik yang mempunyai nama khusus maupun yang tidak dikenal
dengan suatu nama tertentu, tunduk pada peraturan umum yang termuat dalam bab ini
dan bab yang lain.

7|Hukum Bisnis
Pasal 1314
Suatu persetujuan diadakan dengan cuma-cuma atau dengan memberatkan. Suatu
persetujuan cuma-cuma adalah suatu persetujuan, bahwa pihak yang satu akan
memberikan suatu keuntungan kepada pihak yang lain tanpa menerima imbalan. Suatu
persetujuan memberatkan adalah suatu persetujuan yang mewajibkan tiap pihak untuk
memberikan sesuatu, melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu.

Pasal 1315
Pada umumnya seseorang tidak dapat mengadakan pengikatan atau perjanjian selain
untuk dirinya sendiri.

Pasal 1316
Seseorang boleh menanggung seorang pihak ketiga dan menjanjikan bahwa pihak ketiga
mi akan berbuat sesuatu, tetapi hal mi tidak mengurangi tuntutan ganti rugi terhadap
penanggung atau orang yang berjanji itu, jika pihak ketiga tersebut menolak untuk
memenuhi perjanjian itu.

Pasal 1317
Dapat pula diadakan perjanjian untuk kepentingan orang ketiga, bila suatu perjanjian
yang dibuat untuk diri sendiri, atau suatu pemberian kepada orang lain, mengandung
syarat semacam itu. Siapa pun yang telah menentukan suatu syarat, tidak boleh
menariknya kembali, jika pihak ketiga telah menyatakan akan mempergunakan syarat itu.

Pasal 1318
Orang dianggap memperoleh sesuatu dengan perjanjian untuk diri sendiri dan untuk ahli
warisnya dan orang yang memperoleh hak daripadanya, kecuali jika dengan tegas
ditetapkan atau telah nyata dan sifat persetujuan itu bahwa bukan itu maksudnya.

Pasal 1319
Semua persetujuan, baik yang mempunyai nama khusus maupun yang tidak dikenal
dengan suatu nama tertentu, tunduk pada peraturan umum yang termuat dalam bab ini
dan bab yang lain.

F. Unsur-unsur Perjanjian

Dari perumusan perjanjian tersebut, terdapat beberapa unsur perjanjian, antara lain :
1. Ada pihak-pihak (subjek), sedikitnya dua pihak.
2. Ada persetujuan antara pihak-pihak yang bersifat tetap.

8|Hukum Bisnis
3. Ada tujuan yang akan dicapai, yaitu untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak.
4. Ada prestasi yang akan dilaksanakan.
5. Ada bentuk tertentu, lisan atau tulisan.
6. Ada syarat-syarat tertentu sebagai isi perjanjian.

G. Asas-asas Perjanjian

1. Asas kepribadian, yaitu asas yang menyatakan seseorang hanya boleh melakukan
perjanjian untuk dirinya sendiri.
2. Asas konsensual/kesepakatan, yaitu suatu kontrak sudah sah dan mengikat ketika
tercapai kata sepakat, selama syarat-syarat lainnya terpenuhi. Asas kesepakatan ini
merupakan salah satu syarat untuk suatu perjanjian sebagaimana yang ditentukan
dalam pasal 1320 KUH Perdata.
3. Perjanjian batal demi hokum, yaitu asas yang menyatakan bahwa suatu perjanjian
akan batal jika tidak memenuhi syarat objektif.
4. Keadaan memaksa (overmacht), yaitu status kejadian yang tak terduga dan terjadi di
luar kemampuannya sehingga bebas dari keharusan membayar ganti rugi.
5. Asas canseling, yaitu suatu asas yang menyatakan bahwa perjanjian yang tidak
memenuhi syarat subjektif dapat dimintakan pembatalan.
6. Asas kebebasan berkontrak, artinya para pihak bebas membuat kontrak dan
menentukan sendiri isi kontrak tersebut sepanjang tidak bertentangan undang-undang,
ketertiban umum dan kebiasaan yang didasari iktikad baik.
7. Asas obligatoir, suatu kontrak maksudnya bahwa setelah sahnya suatu kontrak,
kontrak tersebut sudah mengikat, tetapi sebatas menimbulkan hak dan kewajiban di
antara para pihak.
8. Zakwaarneming (1345 KUH Perdata), dimana bagi seseorang yang melakukan
pengurusan terhadap benda orang lain tanpa diminta oleh orang yang bersangkutan, ia
harus mengurusnya sampai selesai.
9. Asas pacta sunt servanda artinya suatu kontrak atau perjanjian yang dibuat secara sah
berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak membuatnya.

H. Syarat Sah Perjanjian


Menurut pasal 1320 kitab UU Hukum Perdata, sahnya perjanjian harus memenuhi empat
syarat yaitu :

1. Sepakat untuk mengikat diri, sepakat maksudnya adalah bahwa para pihak yang
mengadakan perjanjian itu harus bersepakat, setuju untuk setiap kata mengenai segala
sesuatu yang diperjanjikan. Kata sepakat ini harus diberikan secara bebas, artinya
tidak ada pengaruh dipihak ketiga dan tidak ada gangguan.
2. Kecapakan untuk membuat suatu perjanjian, kecakapan untuk membuat suatu
perjanjian berarti mempunyai wewenang untuk membuat perjanjian atau mengadakan

9|Hukum Bisnis
hubungan hukum. Pada dasarnya setiap orang yang sudah dewasa dan sehat
pikirannya adalah cakap menurut hokum.
3. Suatu hal tertentu, ketentuan mengenai hal tertentu menyangkut objek hokum atau
mengenai bendanya.
4. Sebab yang halal, mengandung pengertian bahwa pada benda (objek hukum) yang
menjadi pokok perjanjian itu harus melekat hak yang pasti dan diperbolehkan
menurut hokum sehingga perjanjian itu kuat. Menurut pasal 1337 KUHPerdata, sebab
yang tidak halal ialah jika dilarang oleh undang undang, bertentangan dengan tata
sulila atau ketertiban. Menurut pasal 1335 KUH Perdata, perjanjian tanpa sebab yang
palsu atau dilarang tidak mempunyai kekuatan atau batal demi hukum.

I. Saat Lahirnya Perjanjian


Menetapkan kapan saat lahirnya perjanjian mempunyai arti penting bagi :
1. Kesempatan penarikan kembali penawaran.
2. Penentuan resiko.
3. Saat mulai dihitungnya jangka waktu kadaluwarsa.
4. Menentukan tempat terjadinya perjanjian.

Salah satu teori yang digunakan untuk menentukan saat lahirnya perjanjian yakni : Teori
Pernyataan (Uitings Theorie). Menurut teori ini perjanjian telah ada/lahir saat atas suatu
penawaran telah ditulis surat jawaban penerimaan. Dengan kata lain perjanjian itu ada
pada saat pihak lain menyatakan penerimaan/akspetasinya.

J. Jenis-jenis Perjanjian

Secara teoritis dikenal ada dua jenis perjanjian, yaitu perjanjian nominatif dan perjanjian
innominatif.

1. Perjanjian yang termasuk kedalam perjanjian nominatif ini adalah sebagai berikut :

a. Perjanjian jual beli, yaitu suatu persetujuan, dimana pihak yang satu mengikatkan
dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak yang lain untuk
membayar harga yang telah diperjanjikan. Perjanjian ini diatur mulai pasal 1457
sampai dengan pasal 1540 KUHPerdata.
b. Perjanjian tukar menukar, yaitu suatu persetujuan, dimana kedua belah pihak
mengikatkam dirinya untuk saling memberikan suatu barang secara timbal balik,
sebagai gantinya suatu barang lain. Perjanjian ini diatur mulai pasal 1541 sampai
dengan pasal 1546 KUHPerdata.
c. Perjanjian sewa menyewa, yaitu suatu persetujuan dimana pihak yang satu
mengikatkan dirinya untuk memberikan kepada pihak yang lainnya kenikmatan
dari sesuatu barang, selama suatu waktu tertentu, dan dengan pembayaran sesuatu
harga, yang oleh pihak tersebut belakangan disanggupi pembayarannya.
Perjanjian ini diatur mulai pasal 1548 sampai dengan pasal 1600 KUH Perdata.

10 | H u k u m B i s n i s
d. Perjanjian perburuhan, yaitu suatu persetujuan dimana pihak yang satu, si buruh,
mengikatkan dirinnya untuk dibawah perintahnya pihak yang lain, si majikan,
untuk suatu waktu tertentu melakukan perkerjaan dengan menerima upah.
Perjanjian ini diatur mulai pasal 1601 a sampai dengan pasal 1603 z KUH
Perdata. Karena telah diundangkannya UU no. 13 tahun 2003, pasal-pasal ini
dinyataan tidak berlaku, hanya tetap “diperhatikan” sebagai pedoman saja.
e. Persekutuan, yaitu suatu persetujuan dimana dua orang atau lebih mengikatkan
diri untuk memasukkan sesuatu dalam persekutuan dengan maksud untuk
membagi kentungan yang terjadi karenanya. Perjanjian ini diatur mulai pasal
1618 sampai dengan pasal 1665 KUH Perdata.
f. Hibah, yaitu suatu persetujuan dimana pengibah, di waktu hidupnya, denga
Cuma-Cuma, dengan tidak dapat ditarik kembali, menyerahkan sasuatu benda
guna keperluan si penerima hibah menerima pnyerahan itu. Perjanjian ini diatur
mulai pasal 1666 sampai dengan pasal 1693 KUH Perdata.
g. Perjanjian pinjam pakai, yaitu suatu persetujuan dimana pihak yang satu
memberikan suatu barang kepada pihak lainnya untuk dipakai dengan Cuma-
Cuma dengan syarat bahwa yang menerima barang ini, setelah memakainya atau
setelah lewatnya suatu waktu tertentu, akan mengembalikannya. Perjanjian ini
diatur mulai pasal 1740 sampai dengan pasal 1753 KUH Perdata.
h. Perjanjian pinjam meminjam, yaitu suatu persetujuan dimana pihak yang satu
memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang
habis karena pemakaian dengan syarat bahwa pihak yang belakangan ini akan
mengembalikan sejumlah yang sama dari macam dan keadaan yang sama pula.
Perjanjian ini diatur mulai pasal 1754 sampai dengan pasal 1773 KUH Perdata.
i. Persetujuan untung-untungan, yaitu suatu persetujuan yang hasilnya mengenai
untung ruginya, baik bagi semua pihak, maupun bagi sementara pihak,
bergantung kepada suatu kejadian yang belum tentu. Perjanjian ini diatur mulai
pasal 1774 sampai dengan pasal 1791 KUH Perdata.
j. Pemberian kuasa adalah suatu persetujuan dimana seseorang memberikan
kekuasaan kepada orang lain, yang menerimanya, untuk atas namanya
menyelenggarakan suatu urusan. Perjanjian ini diatur mulai pasal 1792 sampai
dengan pasal 1819 KUH Perdata.
k. Penanggungan utang, yaitu suatu persetujuan dimana pihak ketiga, guna
kepentingan si berpiutang, mengikatkan diri untuk memenuhi perikatannya si
berutang ketika orang ini sendiri tidak memenuhinya. Perjanjian ini diatur mulai
pasal 1820 sampai dengan pasal 1850 KUH Perdata.
l. Perdamaian, yaitu suatu persetujuan dimana kedua belah pihak dengan
menyerahkan, menjanjikan atau menahan suatu barang mangakhiri suatu perkara
yang sedang bergantung atapun mencegah timbulnya suatu perkara. Perjanjian ini
diatur mulai pasal 1851 sampai dengan pasal 1864 KUH Perdata.

11 | H u k u m B i s n i s
2. Perjanjian yang termasuk kedalam perjanjian innominatif ini adalah sebagai berikut :

1. Franchise/waralaba, usaha yang memberikan laba lebih/istimewa (privilege) dari


pemberi waralaba (franchisor) kepada penerima waralaba (franchise) dengan
sejumlah kewajiban atas pembayaran-pembayaran.
2. Perjanjian sewa guna (leasing) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk
penyediaan barang modal baik secara sewa-guna-usaha dengan opsi (finance
lease) maupun sewa-guna-usaha tanpa hak opsi(operating lease) untuk digunakan
oleh lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala.
3. Modal ventura (joint venture) merupakan kerjasama pemerintah dan swasta
dimana tanggung jawab dan kepemilikan ditanggung bersama dalam hal
penyediaan pelayanan infrastruktur.

K. Pelaksanaan dan Pembatalan Suatu Perjanjian

1. Pelaksanaan Perjanjian
Itikad baik dalam pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata merupakan ukuran objektif untuk
menilai pelaksanaan perjanjian, artinya pelaksanaan perjanjian harus mengindahkan
norma-norma kepatutan dan kesusilaan. Salah satunya untuk memperoleh hak milik
ialah jual beli.

Pelaksanaan perjanjian ialah pemenuhan hak dan kewajiban yang telah diperjanjikan
oleh pihak-pihak supaya perjanjian itu mencapai tujuannya. Jadi perjanjian itu
mempunyai kekuatan mengikat dan memaksa. Perjanjian yang telah dibuat secara sah
mengikat pihak-pihak, perjanjian tersebut tidak boleh diatur atau dibatalkan secara
sepihak saja.

2. Pembatalan Perjanjian

Pembatalan suatu perjanjian dapat dibatalkan oleh salah satu pihak yang membuat
perjanjian ataupun batal demi hukum. Perjanjian yang dibatalkan oleh salah satu
pihak biasanya terjadi karena :

1. Adanya suatu pelanggaran. Pelanggaran tersebut tidak diperbaiki dalam jangka


waktu yang ditentukan atau tidak dapat diperbaiki.
2. Pihak pertama melihat adanya kemungkinan pihak kedua mengalami
kebangkrutan atau secara financial tidak dapat memenuhi kewajibannya.
3. Terkait resolusi atau perintah pengadilan.
4. Terlibat hukum
5. Tidak lagi memiliki lisensi, kecakapan atau wewenang dalam melaksanakan
perjanjian.

12 | H u k u m B i s n i s
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ada banyak definisi atau pengertian yang dikemukakan oleh para ahli tetapi perbedaan
definisi tersebut merupakan sebuah hal yang wajar karena setiap pandangan dari para ahli
berbeda-beda. Untuk pengertian secara umum nya perjanjian adalah sumber perikatan,
disampingnya sumber-sumber lain. Suatu perjanjian juga dinamakan persetujuan, karena dua
pihak itu setuju untuk melakukan sesuatu. Dapat dikatakan bahwa dua perkataan (perjanjian dan
persetujuan) itu adalah sama artinya. Kemudian didalam suatu perjanjian terdapat banyak unsur-
unsur dan juga terdapat asas-asas yang memperkuat suatu perjanjian tersebut. Perjanjian juga
memiliki sebuah syarat yang sudah tercantum dalam hukum, yaitu terdapat dalam pasal 1320
kitab UU Hukum Perdata. Dan juga memiliki dua jenis nya yakni perjanjian nominative dan
perjanjian innominatif.

13 | H u k u m B i s n i s

Anda mungkin juga menyukai