Anda di halaman 1dari 13

Tugas Makalah

BIMBINGAN PENYULUH AGAMA

(Landasan Normatif: Q.S An ‘Nahl: 125)

Dosen Pengampuh : Usman Muhammad, SH., M. Pd. I

Oleh :

SOFYAN SALIM
NIM : 121057023318142

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALUKU UTARA

TERNATE

2021
KATA PENGANTAR

Puji serta rasa syukur kita panjatkan keharibaan Tuhan Yang Maha Kuasa

Allah ‫ ﷻ‬sang penguasa realitas tunggal yang telah menaburkan cahaya cinta-

Nya kepada kita sekalian sehingga penyusunan makalah ini dengan Judul

“Landasan Normatif: Q.S An ‘Nahl: 125” dapat berjalan sesuai dengan

harapan.

Tak lupa pula salawat serta salam penulis haturkan buat junjungan Nabi besar

Muhammad Rasullulah ‫ ﷺ‬sebagai sang revolusioner sejati, seluruh

para sahabat dan keluarganya sebagai pembawa nikmat spiritual terbanyak

pembentuk peradaban kemanusiaan dimuka bumi ini.

Pemakalah sangat berterima kasih kepada dosen Bimbingan Penyuluh Agama

yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan dalam mata kulia tersebut

Akhirnya pemakalah sadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat

kekurangan dan kesalahan baik dari segi penulisan, dan teori-teori yang dikutip,

untuk itu pemakalah meminta saran dan kritik yang bersifat konstruktif untuk

penyempurnaanya.

Ternate , 11 Juni 2021

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB 1 PENDAHULUAN n............................................................................ 1


A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 4
A. Pengertian Strategi Dakwah............................................................. 4
B. Landasan Normatif Q.S An’Nhal: 125……………………………. 5

BAB III PENUTUP……………………….………………………………… 8


A. Kesimpulan dan Saran...................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persoalan yang dihadapi sekarang oleh Juru Dakwah, Penyuluh Agama

adalah tantangan dakwah yang semakin berat, baik yang bersifat internal maupun

eksternal. Adanya revolusi-revolusi yang terjadi ditengah-tengah kehidupan

masyarakat, menunjukkan betapa cepatnya perkembangan ilmu pengetahuan yang

terjadi misalnya, pemakaian mesin-mesin industri dipabrik, mengubah cara kerja

manusia yang dahulunya memakai banyak tenaga kerja manusia, kini diperkecil

ruang lingkupnya yaitu menjadikan mesin sebagai pengganti semua pekerjaan.

Namun disisi lain di era modern sekarang ini, banyak budaya-budaya asing yang

muncul yang tidak sesuai dengan ajaran Islam ditambah dengan perkembangan

teknologi sekarang ini yang banyak menyalahgunakannya, kesemua itu

memunculkan banyak perilaku menyimpang dimasyarakat khususnya remaja.

Diantaranya meminum minuman keras, melakukan perjudian, perkelahian antara

remaja yang seharusnya remaja perlu meningkatkan pengetahuan tentang ajaran

Islam. Namun kenyataan sebaliknya malah melakukan tindakan yang tidak terpuji

dan seharusnya mereka tidak lakukan. Banyak yang kehilangan akal sehat,

menyimpang jauh dari nilai-nilai leluhur yang bersumber dari ajaran agama Islam,

seperti sikap materialisme dan hedonisme dikalangan masyarakat, munculnya

berbagai macan patologi sosial, adalah permasahan umat Islam sebagai dampak

ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin modern.

Begitu kompleksnya permasalahan yang dihadapi masyarakat saat ini, maka

dibutuhkan kompetensi yang mumpuni dari parah Juru Dakwa maupun Penyuluh

1
Agama baik berupa penguasaan teori dan metode atau strategi, begitupula

penguasaan media komunikasi yang semakin banyak digunakan oleh masyarakat,

sehingga metode atau strategi Juru Dakwa maupun Penyuluh Agama dalam

mengatasi perilaku penyimpangan remaja tidak hanya berfokus pada media

mimbar saja, akan tetapi strategi yang digunakan Penyuluh Agama Islam bisa

memberikan penyuluhan secara langsung dengan merujuk dari Q.S An ‘Nahl:

125, dalam ayat ini metode atau strategi dakwah ada tiga, yaitu: bi al-hikmah,

mua’zatul hasanah dan mujadalah billati hiya ahsan. Selain tiga metode atau

strategi dakwah tersebut dakwah di era milenial memiliki tantangan sekaligus

peluang, sesuai dengan karateristiknya, dakwah sebagai upaya menyampaikan

nilai-nilai kebenaran sesuai ajaran agama Islam akan senantiasa menghadapi

berbagai macam tantangan sesuai dengan perkembanga zaman, dakwah tatap

muka harus di dukung di dunia maya.

Strategi dakwah Juru Dakwa maupun Penyuluh Agama di era milenial atau

era 0.4, yaitu dengan membangun kesadaran beragama, menguasai peta dakwah,

dan yang paling terpenting adalah berdakwah bilmedsos atau dakwah dengan

media sosial.

2
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, dapat dirumuskan pokok permasalahan

yang akan menjadi landasan dalam pembahasan ini, yakni sebagai berikut :

1. Bagaimana metode atau strategi Juru Dakwah berdasarkan landasan normatif

Q.S An ‘Nahl: 125 ?

C. Tujuan Penelitian

2. Untuk mengetahui metode dengan landasan Normatif Q.S An ‘Nahl: 125 ?

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Strategi Dakwah

Dakwah berasal dari bahasa Arab, yakni dari kata da’wah yang bersumber

dari kata da’a, yad’u, da’watan, yang bermakna seruan panggilan, undangan atau

do‟a.1 Dakwah ialah seruan atau ajakan kepada keinsyafan atau usaha mengubah

situasi kepada situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi

maupun kelompok atau masyarakat.2

Strategi dakwah adalah kolaborasi yang tepat antara semua unsur dakwah

mulai dari da’i atau mubaligh serta organisasi atau lembaganya, pesan, metode

dan media yang sesuai dengan kondisi dan situasi khalayak. Metode atau strategi

dakwah adalah jalan atau cara yang dipakai juru dakwah untuk menyampaikan

ajaran materi dakwah Islam. dalam menyampaikan suatu pesan dakwah metode

atau strategi sangat penting perannya, karena suatu pesan walaupun baik, tetapi

disampaikan lewat metode yang tidak benar, maka pesan itu bisa saja ditolak oleh

si penerima pesan. Pengertian strategi dakwah Islam adalah proses menentukan

cara dan daya upaya untuk operasi dakwah Islam yang dibuat secara rasional

untuk mencapai tujuan-tujuan yang meliputi seluruh dimensi kemanusiaan.3

Berdasarkan pengertian di atas dapat pemakalah pahami bahwa strategi

dakwah adalah proses menentukan taktik seorang dai atau juru dakwah dalam

1
Tata Sukayat, Quantum Dakwah, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009, hlm. 1
2
Fathul Bahri An-Nabiry, Meneliti Jalan Dakwah Bekal Perjuangan Para Dai,jakarta: Amzah, 2008, hlm.
17
3
Acep aripudin dan Syukriadi sambas, Dakwah Damai: Pengantar Dakwah Damai:Pengantar Dakwah
Antar Budaya Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007, hlm.138

4
menyampaikan pesan atau nasihat-nasihat dalam kegiatan dakwahnya kepada

mad‟u. Strategi dakwah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah cara da‟i

dalam menyeru, mengajak dan memanggil remaja kelurahan Payahe untuk

menanamkan perilaku-perilku yang baik yang tidak melanggar norma-norma

kemasyrakatan.

B. Landasan Normatif

Ketika membahas tentang strategi dakwah, maka pada umumnya merujuk

pada Q.S An ‘Nahl: 125.

َ َّ‫ ۚ ُن إِ َّن َرب‬W ‫ٱلَّتِي ِه َي أَ ۡح َس‬WWِ‫ك بِ ۡٱل ِح ۡك َم ِة َو ۡٱل َم ۡو ِعظَ ِة ۡٱل َح َسنَ ۖ ِة َو ٰ َج ِد ۡلهُم ب‬
‫ك‬ ِ ِ‫ع إِلَ ٰى َسب‬
َ ِّ‫يل َرب‬ ُ ‫ۡٱد‬
١٢٥ َ‫ض َّل عَن َسبِيلِِۦه َوهُ َو أَ ۡعلَ ُم بِ ۡٱل ُم ۡهتَ ِدين‬ َ ‫هُ َو أَ ۡعلَ ُم بِ َمن‬
Terjemahannya:

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.4

Dalam ayat ini strategi dakwah ada tiga, yaitu: bi al-hikmah, mua’zatul

hasanah dan mujadalah billati hiya ahsan. Secara garis besar ada tiga pokok

strategi, yaitu. :

1) Bi al-Hikmah, yaitu berdakwah dengan memerhatikan situasi dan

kondisi sasaran dakwah dengan menitikberatkan pada kemampuan mereka,

sehingga menjalankan ajaran-ajaran islam selanjutnya, mereka tidak lagi merasa

terpaksa atau keberatan. al-Hikmah menurut bahasa (lughawi) berarti, adil, ilmu,

sabar, kenabian, Al-Quran dan Injil. al-Hikmah juga dapat diartikan sebagai

ungkapan untuk mengetahui sesuatu yang utama dengan ilmu yang utama pula.

4
Departemen Agama RI “ Al Qur’an dan terjemahanya”.Semarang : PT Karya Toha Putra, 2002, hlm. 383

5
al-Hikmah menurut istilah (syar’i), terjadi perbedaan penafsiran antara para

ulama, meletakkan sesuatu pada tempatnya, mengetahui yang benar dan

mengamalkannya, terdapat unsur-unsur ilmu dan amal di dalamnya kepada agama

atau Tuhan.5 al-Hikmah merupakan suatu aktivitas dakwah yang dilakukan

dengan bijaksana agar dapat diterima dengan baik oleh mad’u. Dakwah bil

hikmah dapat diartikan sebagai kemampuan seorang da‟i dalam berdakwah

dengan menyajikan berbagai pendekatan jitu, efektif dan efisien serta

menyelaraskan teknik dakwah dengan kondisi mad’u.

2) Mau’izhah hasanah dapat diartikan sebagai ungkapan yang

mengandung unsur bimbingan, pendidikan, pengajaran, kisah, peringatan, pesan

positif yang dijadikan sebagai pedoman hidup guna mendapatkan keselamatan

dunia dan akhirat. Mau’izhah hasanah ialah kalimat atau ucapan yang diucapkan
6

oleh seorang da‟i, dengan cara yang baik, berisi petunjuk-petunjuk kea rah

kebajikan, diterangkan dengan gaya bahasa yang sederhana, supaya yang

disampaikan dapat diterima dan tidak mencari atau menyebut kesalahan audiens

sehingga pihak objek dakwah rela hati serta dapat mengikuti ajaran yang

disampaikan oleh subjek dakwah. Pemaparan tersebut dapat diketahui bahwa

dakwah bil mau’izhatil hasanah merupakan dakwah dengan bahasa yang lembut,

berkenan di hati dan menyentuh sanubari, sehingga mad’u memperoleh kebaikan

dan menerima dengan rela hati serta dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-

hari.

5
M. Munir, Metode Dakwah, Jakarta: Kencana, 2003, hlm. 10
6
Ibid., hlm. 16

6
3) Mujadalah Billati Hiya Ahsan, yaitu berdakwah dengan cara

bertukar pikiran dan membantah dengan cara yang sebaik-baiknya dengan tidak

memberikan tekanan yang memberatkan pada komunitas yang menjadi sasaran

dakwah, Al-Quran juga telah memberikan perhatian khusus kepada ahli kitab,

yaitu melarang berdebat dengan mereka kecuali dengan cara terbaik, kaum

muslimin (terutama juru dakwah) dianjurkan agar berdebat dengan ahli kitab

dengan cara yang baik, sopan, santun dan lemah lembut, karena mujadhalah

merupakan strategi dakwah yang digunakan untuk tukar pendapat yang dilakukan

oleh dua pihak dan tidak menciptakan suatu permusuhan dengan tujuan agar

lawan menerima baik pendapat tersebut.7

Strategi pendekatan dakwah tersebut merupakan solusi terbaik untuk da‟i

dalam menyampaikan pesan-pesan baik supaya diterima masyarakat sesuai hasil

yang diharapkan. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, strategi dakwah oleh

tokoh agama dalam penelitian ini menggunakan pendekatan dakwah berupa

Mau’izhah Hasanah (nasihat- nasihatyang baik).

7
Muklis, “Strategi Dakwah Al Bayanuni,” Islamic Comunication Journal 03, no 01 (Juni 2018): hlm 76

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan terkait metode dakwah dalam alQur’an

QS.An-Nahl: 125, beberapa hal sebagai berikut:

Dakwah merupakan seruan atau ajakan kepada keinsafan, atau usaha

mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap

pribadi maupun masyarakat. Dalam ajaran agama Islam, dakwah merupakan suatu

kewajiban yang dibebankan oleh agama kepada pemeluknya untuk saling

mengingatkan dan mengajak sesamanya dalam rangka menegakkan kebenaran

dan kesabaran.

QS. An-Nahl: 125, bahwa ajaran Rasul SAW tentang cara melancarkan

dakwah atau seruan terhadap manusia agar mereka berjalan diatas jalan Allah.

Merujuk pada QS.An-Nahl:125, dalam melakukan dakwah, hendaklah memakai

tiga macam cara atau metode:

Pertama hikmah yaitu dengan secara bijaksana, akal budi yang mulia, dada

yang lapang dan hati yang bersih menarik perhatian orang kepada agama, atau

kepada kepercayaan terhadap Tuhan. Hikmah dapat menarik orang yang belum

maju kecerdasannya dan tidak dapat dibantah oleh orang yang lebih pintar.

Kedua,mau’izhah hasanah artinya pengajaran yang baik, atau pesan-pesan

yang baik, yang disampaikan sebagai nasihat. Termasuk kategori ini adalah

pendidikan ayah bunda dalam rumah tangga kepada anak-anaknya, sehingga

menjadi kehidupan mereka pula, pendidikan dan pengajaran dalam perguruan-

perguruan.

8
Dan ketiga, jadilhum billati hiya ahsan (bantahlah mereka dengan cara yang

lebih baik). Dalam berdebat harus dibedakan pokok soal yang tengah dibicarakan

dengan perasaan benci atau sayang kepada pribadi orang yang tengah diajak

berbantah. Tentu tujuannya agar objektif terhadap masalah yang diperdebatkan

dan yang di ajak berdebat bisa menerima kebenaran yang kita sampaikan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Aripudin Acep dkk, 2007. Dakwah Damai: Pengantar Dakwah Damai:Pengantar

Dakwah Antar Budaya, Bandung:Remaja Rosdakarya

Bahri Fathul, 2008. Meneliti Jalan Dakwah Bekal Perjuangan Para Dai,

Jakarta:Amzah

Departemen Agama RI, 2002. Al Qur’an dan terjemahan, Semarang : Karya

Toha Putra

Muklis, 2018. Strategi Dakwah Al Bayanuni, Islamic Comunication Journal 03

Munir M, 2003. Metode Dakwah, Jakarta: Kencana

Sukayat Tata, 2009. Quantum Dakwah, Jakarta: Rineka Cipta

10

Anda mungkin juga menyukai