Anda di halaman 1dari 8

Kompentensi Dasar : Mengevaluasi dinamika persatuan dan kesatuan bangsa sebagai

upaya menjaga dan mempertahankan Negara Kesatuan Republik


Indonesia.
Setelah mempelajari materi ini siswa diharapkan dapat :
1. Mengevaluasi dinamika persatuan dan kesatuan bangsa sebagai upaya menjaga Negara
Kesatuan Republik Indonesia
2. Mengevaluasi dinamika persatuan dan kesatuan bangsa sebagai upaya mempertahankan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.

APLIKASI DI DUNIA NYATA

DINAMIKA PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA DALAM KONTEKS NEGARA


KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

Rasa persatuan dan kesatuan dalam wujud atau bentuknya beraneka ragam yang
dimaksudkan untuk memperkuat rasa nasionalisme dan semangat patriotisme warga
negara Indonesia di tengah ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan bagi bangsa dan
Negara Kesatuan Republik Indononesia. Berbagai ancaman, gangguan, hambatan, dan
tantangan ini misalnya berupa kejahatan terorisme internasional dan nasional, aksi
kekerasan berbau SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan), pelanggaran wilayah
negara baik di darat, laut, udara, dan luar angkasa, gerakan separatisme, kejahatan dan
gangguan lintas negara, dan perusakan lingkungan.

Melalui semangat nasionalisme, patriotisme, cinta tanah air atau bela negara ini,
diharapkan dalam setiap diri warga negara akan tumbuh sikap dan perilaku warga negara
yang teratur, menyeluruh, terpadu dan berlanjut yang dilandasi oleh kecintaan pada tanah
air, kesadaran berbangsa dan bernegara serta keyakinan akan Pancasila sebagai ideologi
negara sebagai dasar bernegara dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Ketiga artikel berikut merupakan contoh perwujudan kontekstualisasi ”Dinamika


Persatuan dan Kesatuan Bangsa dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia” di
era sekarang. Bacalah ketiga artikel berikut ini dengan seksama dan penuh penghayatan.
Selamat membaca!
A. Artikel 1

Jaga Persatuan dan Kesatuan Dilandasi Semangat Bhinneka Tunggal Ika

Gambar 1 Diskusi Media dalam Forum Medan Merdeka 9 dengan tema Upaya Memperkuat
Persatuan Dan Kesatuan,

Sumber: https://www.tribunnews.com/nasional/2017/08/22/kasum-tni-jaga-persatuan-dan-kesatuan-dilandasi-
semangat-bhinneka-tunggal-ika, 2019

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Salah satu upaya menjaga persatuan dan kesatuan bangsa
yang dilandasi semangat Bhinneka Tinggal Ika perlu ditanamkan sejak dini, terutama di
lingkungan pendidikan untuk mengajarkan etika dan moral berbangsa dalam
kemajemukan dan menghormati sesama golongan serta memiliki jiwa patriotisme.
Hal tersebut dikatakan Kepala Staf Umum (Kasum) TNI Laksdya TNI Dr. Didit Herdiawan,
M.P.A., M.B.A. saat  menjadi Narasumber diskusi media dalam Forum Medan Merdeka
9 dengan tema “Upaya Memperkuat Persatuan Dan Kesatuan”, bertempat di Ruang
Serbaguna dr. H. Roeslan Abdulgani Kominfo, Jalan Medan Merdeka Barat No. 9 Jakarta
Pusat, Senin (21/8/2017).
Selanjutnya, Kasum TNI menyampaikan bahwa perlunya penguatan etika dan moral di
lembaga pendidikan karena saat ini bangsa Indonesia menghadapi tantangan dengan
munculnya isu SARA, separatisme, terorisme, radikalisme dan sebagainya, yang
merongrong keutuhan NKRI. “Tantangan tersebut bisa ditangkal jika bangsa Indonesia bisa
saling menghormati perbedaan-perbedaan yang ada,” tegasnya.
“Bangsa Indonesia mempunyai corak budaya yang sangat beragam, justru kekayaan
keberagaman ini harus merupakan bagian kekuatan kita untuk terus bersatu, jika zaman
dahulu bisa sekarang juga harus bisa, kuncinya ada di persatuan dan kesatuan,” kata
Laksdya TNI Dr. Didit Herdiawan.
Kasum TNI mengatakan bahwa, upaya untuk meningkatkan persatuan dan kesatuan di
bidang pertahanan dan keamanan adalah dengan melaksanakan pembangunan kekuatan
militer yang diselaraskan dengan kebijakan Presiden RI Ir. H. Joko Widodo yaitu melalui
kegiatan membangun dari wilayah pinggiran dan pulau terluar. “TNI bekerjasama dengan
Kementerian seperti pembangunan jalan di perbatasan, pos dan patok perbatasan,
pembangunan satuan-satuan TNI di daerah perbatasan yang semuanya dilakukan secara
serentak,” ungkapnya.
“Upaya-upaya lain meliputi melaksanakan program Bela Negara dan wawasan kebangsaan
di daerah dengan bekerjasama dengan Kementerian terkait, yang digelar dari Sabang
sampai Merauke dilakukan dengan memberdayakan Babinsa dan Babinkamtibmas.
Disamping itu, TNI melaksanakan program TMMD, yang melibatkan aparat daerah untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” imbuh Laksdya TNI Dr. Didit Herdiawan.
Lebih lanjut, Kasum TNI mengatakan bahwa berdirinya Indonesia tidak lepas dari sejarah
perjuangan yang dilakukan oleh kerajaan-kerajaan besar pada zaman dahulu. “Mulai dari
Kerajaan Samudra Pasai, Sriwijaya dan Majapahit telah menyatukan Nusantara secara
langsung maupun tidak langsung,” ujarnya.
Laksdya TNI Dr. Didit Herdiawan menjelaskan bahwa, pada tahun 1908 yang dimotori oleh
para pemuda maupun tokoh agama dengan mencetuskan kebangkitan nasional dan
bergerak mewujudkan Sumpah Pemuda tahun 1928, dengan energi sosial yang menyatu
maka hanya dalam 17 tahun kemudian kemerdekaan berhasil dikumandangkan oleh Bung
Karno dan Bung Hatta. “Semangat persatuan dan kesatuan dari sumpah pemudalah yang
menjiwai proklamator kita untuk bisa memproklamasikan kemerdekaan Negara Kesatuan
Republik Indonesia,” jelasnya.
Laksdya TNI Dr. Didit Herdiawan mengingatkan bahwa kita semua sebagai generasi
penikmat kemerdekaan saat ini harus menjaga dan mempertahankan serta mengisi
kemerdekaan dan terus berkarya di Negara Kesatuan Republik Indonesia.
“Ingat, kita sebagai generasi penerus bangsa hanya menikmatinya saja, yang berjuang
adalah para pahlawan kesuma bangsa, kalau kita  tidak bisa menjaga itu salah besar. Kita
harus bisa menjaga secara estafet untuk diteruskan kepada generasi berikutnya,” pungkas
Kasum TNI.

A. Artikel 2

Generasi Muda Harus Sadar Pentingnya Menjaga Persatuan Demi NKRI


Gambar 2 Bendera Merah Putih sebagai Pengikat Rasa Persatuan dan Kesatuan
Sumber: https://www.merdeka.com/peristiwa/generasi-muda-harus-sadar-pentingnya-menjaga-
persatuan-demi-nkri.html, 2019

Merdeka.com - Generasi muda Indonesia harus dapat selalu menjaga keutuhan bangsa
dan mengisi kemerdekaan dengan berbagai macam kegiatan yang positif. Hal ini agar
generasi muda sebagai harapan bangsa bisa terus bersatu demi Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) yang terus bersatu tak terpecah belah.
"anak-anak muda sekarang ini kan sudah menikmati kemerdekaan, karena mereka dulu
tidak terlibat langsung dalam masalah pembentukan negara ini. Anak-anak muda sekarang
harus lebih konsen kepada keahliannya. Sehingga sekarang inilah bagi generasi muda kita
harus mengisi kemerdekaan ini," kata Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia,
Hamdi Muluk, Jumat (3/11).
Dia mengatakan, hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 merupakan salah satu cara untuk
menciptakan kesadaran bahwa Indonesia itu ada. Menurutnya, karena dijajah oleh penjajah
yang sama dan punya kesamaan nasib, para pemuda kemudian berikrar menjadi satu
kesatuan meski memiliki perbedaan suku, ras, agama.
"Jadi bersumpahlah para pemuda-pemuda semua itu bagaimana mereka mempersatukan
demi tanah yang satu menjadi Tanah Air Indonesia, menjadi bahasa yang satu yakni Bahasa
Indonesia dan menjadi bangsa yang satu Bangsa Indonesia dan berikrarlah mereka itu
dulu. Itu menjadi dasar mereka untuk membuat Indonesia," katanya.
Koordinator Program Master dan Doktoral Fakultas Psikologi UI ini menjelaskan di era
1950-1960an para founding fathers bersama-sama bersatu untuk membangun bangsa.
Kemudian memasuki era 1980an pemuda sudah mulai menikmati pembangunan.
"Nah ketika sudah mulai masuk sekitar tahun 80-an anak-anak ini sudah mulai menikmati
pembangunan ini, apalagi tanahnya sudah jadi, Indonesianya sudah jadi. Itu yang harus
dimanfaatkan generasi muda kita dengan sebaik mungkin," katanya.
Dia menilai masalah kebangsaan yang dialami saat ini lebih bermuara kepada manajemen.
Menurutnya, masalah korupsi yang kini dihadapi bangsa ini juga masuk dalam kesalahan
manajemen negara ini.
"Seperti korupsi itu termasuk salah dalam manajemen di negara ini. Karena ada orang
rakus malah dibiarin yang akhirnya menjadi budaya dari dulu sampai sekarang dan diikuti
oleh yang muda-muda ini," katanya.
Dia juga mengatakan isu-isu SARA jika diungkit-ungkit akan membuat masyarakat dan
bangsa Indonesia menjadi terpecah belah. Menurutnya, hal itu biasanya dilakukan oleh
politisi atau orang-orang yang punya ideologi yang tidak suka dengan Indonesia.
"Termasuk lah kaum-kaum radikal yang ingin mendirikan negara khilafah dan segala
macam. Harusnya persoalan-persoalan bahwa kita ini plural, kita ini beda keagamaan, beda
budaya dan sebagainya harusnya sudah selesai," katanya.
Menurutnya, hal tersebut bisa terjadi karena penyakit anak muda saat ini sangat mudah
diiming-imingi oleh kelompok yang ingin mengganti ideologi negara. Meski demikian, ada
juga sebagian generasi muda yang menganggap masalah ideologi negara sudah final
sehingga mereka menolak isu yang sengaja diembuskan oleh kelompok-kelompok radikal.
"Kalau kita melihat hasil survei 80 persen khususnya anak muda kita ini sudah tidak
masalah terhadap NKRI dan Pancasila kita ini, mereka setuju dengan ideologi kita ini. Tapi
20 persen ini yang punya masalah karena mereka menganggap Pancasila ini sudah tidak
relevan lagi, ini yang perlu diwaspadai agar generasi muda yang 80 persen ini jangan
terbawa arus itu (radikal)," katanya.
Menurutnya harus ditumbuhkan kepada generasi muda bahwa dulu untuk membentuk
negara harus berdarah-darah dan memberi pengorbanan yang besar. Karenanya, kata dia,
jangan bangsa ini dirusak sehingga dapat terpecah belah.
"Mahal sekali ongkosnya kalau generasi muda ini berpikir mengganti negara dengan
khilafah selain ideologi selain Pancasila, mahal sekali itu. Pasti akan ada dis-integrasi. Ini
yang harus disadari anak muda kita," katanya. (dan]

B. Artikel 3

Pemantapan Karakter dan Wawasan Kebangsaan Perkokoh Persatuan


Gambar 3 Forum Pemantapan Karakter dan Wawasan Kebangsaan di Semarang
Sumber: https://nasional.sindonews.com/read/1375196/14/pemantapan-karakter-dan-
wawasan-kebangsaan-perkokoh-persatuan-1548945242, 2019

SEMARANG - Wawasan kebangsaan dimaknai sebagai cara pandang bangsa Indonesia


tentang diri dan lingkungannya yang mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa, serta
kesatuan wilayah. Hal ini harus dilandasi dengan Pancasila, Undang-Undang Dasar (UUD)
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) guna mewujudkan cita-cita dan tujuan berbangsa dan
bernegara. 
Frasa penting dalam wawasan kebangsaan yang dapat diidentifikasikan bersama adalah
mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah. Frasa ini menjadi
penting karena ini yang menjadi tujuan utama dari wawasan kebangsaan. Namun
demikian, realitas dan fenomena yan terjadi saat ini menunjukkan potensi memudarnya
persatuan dan kesatuan bangsa. 

Pada umumnya saat ini Indonesia mengalami masalah dalam menyosialisasikan wawasan
kebangsaan. Berbagai survei memperlihatkan bahwa kondisi wawasan kebangsaan di
berbagai kalangan cenderung menurun. 
Hal ini kemudian mendorong Direktorat Bina Ideologi Karakter dan Kebangsaan pada
Direktorat Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum Kemendagri menggelar Forum
Pemantapan Karakter dan Wawasan Kebangsaan di Provinsi Jawa Tengah dengan tema
"Upaya pemantapan karakter dan wawasan kebangsaan untuk memperkokoh persatuan
dan kesatuan bangsa" di Orange Ballroom Hotel Harris Sentraland Semarang, Kamis
(24/1/2019). 
Sebanyak 160 peserta pelajar dari 40 sekolah SMA dan sederajat di Jawa Tengah hadir
dalam forum tersebut. 

"Forum Pemantapan Karakter dan Wawasan Kebangsaan ini menyasar para siswa SLTA
baik yang berada di bawah Kemendikbud maupun Kemenag RI. Karena mereka juga perlu
memahami betapa mereka ini adalah warga negara dari suatu negara yang sangat besar
dengan prospek masa depan yang luar biasa," ungkap Direktur Bina Ideologi Karakter dan
Kebangsaan pada Direktorat Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum Kemendagri,
Prabawa Eka Soesanta.

Prabawa menggambarkan, Indonesia adalah sebuah negara yang makmur dalam istilah
jawa sering dikenal ijo royo-royo gemah ripah loh jinawi. Di atas negara yang makmur,
terdapat tanah yang subur sehingga semua mahluk yang hidup di atasnya menjadi
makmur. "Negeri semacam inilah yang dicita-citakan oleh pendiri bangsa. Dan inilah
Indonesia," tegas Prabawa.

Dia menambahkan, hakikat dari Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah merdeka
dahulu kemudian bersatu. "Esensinya, untuk bisa makmur harus adil. Untuk bisa adil harus
berdaulat. Untuk bisa berdaulat harus bersatu. Dan untuk bisa bersatu maka harus
merdeka terlebih dahulu," terangnya.

Sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945, bangsa Indonesia memiliki cita-
cita luhur. Pemerintah dibentuk untuk melindungi segenap bangsa Indonesia yang
memiliki 1.300 bahasa, 17.000 pulau dan 800 suku bangsa. 

"Melindungi segerap bangsa dan tumpah darah Indonesia tidak hanya mencegah serangan
dari luar, namun dari bencan alam juga. Kita harus tanggap akan bencana, dan menjadikan
perilaku kehidupan kita bersesuaian dengan kondisi alam kita. Kita berada di wilayah
cincin api yang akrab dengan kejadian banjir, rob, erupsi gunung api, tanah longsor, gempa
dan lainnya," paparnya.
Bangsa ini juga harus mampu mewujudkan cita-cita untuk memajukan kesejahteraan
umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa dengan benar-benar terimplementasi dalam
kehidupan yang nyata. 
"Saya mengimbau para peserta forum ini sekaligus seluruh masyarakat Indonesia untuk
tidak golput. Jadi sangat disayangkan kalau sampai golput. Pemilu harus bebas, jujur, adil,
bertanggungjawab," tambah Prabawa.

Pemilu juga merupakan salah satu alat proses dalam mencapai cita-cita bangsa,
membangun kesadaran pemilih pemula atau pelajar untuk menggunakan hak dan
kewajibannya dalam proses demokrasi yang akan datang. Jangan sampai generasi muda itu
apatis dalam proses demokrasi yang sedang dilaksanakan. 

Sementara itu, Kepala Badan Kesatuan Bangsa Politik (Kesbangpol) Provinsi Jawa Tengah
Akhmad Rofai menambahkan, pihaknya bersama instansi terkait telah melakukan berbagai
program di antaranya menggelar forum wawasan kebangsaan, forum nilai-nilai ideologi
maupun forum nilai-nilai kejuangan.

"Untuk forum pemantapan karakter dan wawasan kebangsaan sudah kami lakukan dengan
menyasar berbagai elemen, yakni pelajar, mahasiswa, masyarakat umum dan elemen
organisasi," terang Rofai. 

Karena ada sekitar lima kartu suara yang akan dicoblos pada pemilu nanti, Rofai
menegaskan perlunya sosialisasi bagi pemilih pemula dalam hal teknis pencoblosan.

"Sosialisasi teknis tentunya sudah dilakukan oleh KPU bersama pemerintah. Sementara
Kesbangpol Jateng sifanya memberikan pemahaman dan penyadaran kepada pemilih
bahwa sebagai warga negara yang baik, mereka harus ikut menggunakan haknya dalam
menetukan pemimpin bangsa ini ke depan," terangnya.

Para peserta yang telah mengikuti sosialisasi atau forum pemantapan karakter dan
wawasan kebangsaan, kata Rofai, biasanya mampu menjadi kader sosialisasi pentingnya
pemilu terhadap keluarga, teman-teman dan lingkungan sekitarnya. Ada semacam getok
tular pada lingkungan dan keluargnya, kemudian berkesinambungan tersosialisasi ke
masyarakat luas. 

"Sosialisasi ini sudah kita galakkan sejak 2017 dan akan kita lakukan lagi dengan cakupan
masyarakat yang lebih luas," pungkasnya. (akn)

Anda mungkin juga menyukai