Ainun Nur Fadhilah, Andri Chandra Wijaya, Arief Amirul Fitra, Azahra Fatmawati,
Dwina Syafadilla Putri, Finka Novitasari, Iin Agustina, Maseko, Nofita Sari
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Alma Ata, Yogyakarta, Indonesia
Abstrak: Dewasa ini koperasi berbasis syariah tumbuh dan berkembang di tengah
masyarakat, salah satunya yaitu Koperasi Jasa Keuangan Syariah Baitul Maal wa Tamwil.
Baitul Maal wa Tamwil (BMT) memiliki kegiatan usaha menghimpun dan menyalurkan
dana kepada masyarakat. Secara sekilas Baitul Maal wa Tamwil memiliki kegiatan usaha
yang mirip dengan Koperasi Simpan Pinjam. Akan tetapi, Koperasi Simpan Pinjam
adalah lembaga keuangan konvensional, sedangkan Koperasi Jasa Keuangan Syariah
Baitul Maal wa Tamwil adalah lembaga keuangan berbasis syariah. Dalam praktiknya,
BMT memiliki kemiripan dengan konsep kegiatan perbankan syariah. Dengan
menganalisis perbandingan antara Koperasi Simpan Pinjam dengan Koperasi Jasa
Keuangan Syariah Baitul Maal wa Tamwil, dapat diketahui persamaan dan perbedaan di
antara keduanya. Sebab pada konsepnya, Baitul Maal wa Tamwil merupakan jenis baru
dari koperasi-koperasi yang ada.
Kata Kunci: Koperasi Simpan Pinjam, Koperasi Jasa Keuangan Syariah, Baitul Maal wa
Tamwil.
1. PENDAHULUAN
Pembangunan ekonomi tidak bisa lepas dari peranan sektor lembaga
keuangan. Lembaga keuangan pada prinsipnya merupakan lembaga intermediasi,
yaitu lembaga yang menghimpun dana dari pihak surplus atau kelebihan dana
lalu menyalurkannya kembali kepada pihak defisit atau kekurangan dana.
Keberadaan lembaga keuangan sangat dibutuhkan untuk mendukung
permodalan dalam sektor riil. Lembaga keuangan di Indonesia sudah ada sejak
puluhan tahun lalu dengan konsep perbankan, baik yang berdasarkan kapitalis
maupun sosialis (konvensional), maupun yang berprinsip syariah.
2
1
Revrisond Baswir, Koperasi Indonesia, Edisi Pertama, Fakultas Ekonomi UGM, Yogyakarta,
2000, hal. 78.
2
Harun Santosa dan Ulul Azmi Mutofa, Analisis Pengaruh Pelayanan Terhadap Anggota Kepuasan
KJKS BMT Tumang, Kabupaten Boyolali, Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 3(03), 2017, hal. 167-172.
3
Ahmad Sumiyanto, BMT menuju Koperasi Modern, Yogyakarta: Ises Publishing, 2008, hal. 16.
Ekspansi: Jurnal Ekonomi, Keuangan, Perbankan dan Akuntansi 3
Jika BMT memilih menggunakan badan hukum dengan bentuk koperasi, maka
BMT memiliki persamaan dengan koperasi simpan pinjam mengenai status
badan hukumnya yang berbentuk koperasi. Di sisi lain BMT memiliki perbedaan
dengan koperasi simpan pinjam, dilihat dari prinsipnya sudah jelas berbeda
karena koperasi simpan pinjam berbasis konvensional sedangkan BMT berbasis
syariah.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Baitul Maal wa Tamwil (BMT) secara etimologis terdiri dari dua arti, yaitu
Baitul Tamwil dan Baitul Maal. Baitul Tamwil terdiri dari dua kata, yaitu Bait yang
berarti rumah dan at Tamwil yang berarti pengembangan harta. Kemudian Baitul
Maal juga terdiri dari dua kata, yaitu Bait yang berarti rumah dan Maal yang
berarti harta.4
Secara umum, terdapat tiga fungsi BMT yang banyak dijalankan. Fungsi
sebagai jasa keuangan, sebagai lembaga sosial atau pengelola Zakat, Infaq dan
Shodaqoh (ZIS) serta pemberdayaan sektor riil.5
Baitul Maal sudah ada sejak zaman Rasulullah yang kemudian berkembang
pesat di abad pertengahan. Baitul Maal berfungsi sebagai pengumpulan dana dan
men-tasyaruf-kan untuk kepentingan sosial, sedangkan Baitul Tamwil
merupakan lembaga bisnis yang bermotif keuntungan (laba). Dengan demikian
Baitul Maal wa Tamwil dapat dikatakan sebagai lembaga yang bergerak di bidang
sosial sekaligus juga bisnis untuk mencari keuntungan. 6
Ciri-ciri Baitul Maal Tamwil (BMT) di antaranya, berbadan hukum koperasi,
bertujuan menyediakan dana murah dan memajukan usaha bagi anggotanya, dan
skala produk dan pendanaan yang terbatas menjadi prinsip dan pembeda dengan
lembaga keuangan lainnya, sedangkan mekanisme dan transaksinya hampir sama
dengan perbankan syariah non riba. 7
Ada pun peran yang dimainkan BMT dalam membantu memberdayakan
ekonomi rakyat dan sosialisasi sistem syariah bersama. Sektor finansial, yaitu
dengan cara memberikan fasilitas pembiayaan kepada para pengusaha kecil
dengan konsep syariah, serta mengaktifkan nasabah yang surplus dana untuk
menabung. pemberian pembiayaan oleh BMT diartikan sebagai suntikan dana
sementara yang sifatnya tidak permanen, masyarakat diberdayakan untuk
mampu mengelola dana dalam rangka meningkatkan ekonominya. Dengan
pembiayaan yang ada, masyarakat mikro dapat menciptakan akumulasi modal,
meningkatkan surplus dan kesejahteraan bagi anggotanya dan masyarakat pada
umumnya. Kemudian kepada nasabah yang dianggap kurang mampu (kategori
4
Jamal Lulail Yunus, Manajemen Bank Syariah “mikro”, Malang: UIN Malang Press (anggota
IKAPI), 2009, hal. 5.
5
Hertanto Widodo, dkk, Panduan Praktis Operasional Baitul Maal wat Tamwil (BMT), (Bandung:
Mizan, 2000, hal. 81-84.
6
Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah Dalam Perspektif Kewenangan Peradilan Agama , Jakarta:
Prenadamedia Group, 2016, hal. 353.
7
Aries Mufti dan Muhammad Syakir Sual, Amanah bagi bangsa: Konsep system Ekonomi syariah,
( Jakarta: MES, tanpa tahun), hal. 199.
4
3. METODE PENELITIAN
Metode Penelitian yang digunakan adalah analisis yuridis-normatif.
Penelitian yuridis-normatif adalah suatu prosedur ilmiah untuk menemukan
kebenaran berdasarkan logika keilmuan dari sisi normatifnya yang objeknya
adalah hukum itu sendiri. 8 Pendekatan penelitian yang digunakan adalah
pendekatan perbandingan (comparative approach) dan pendekatan perundang-
undangan (statute approach).
Metode perolehan bahan hukum penelitian ini, dilakukan melalui studi
kepustakaan. Studi kepustakaan yaitu dengan cara membaca buku-buku,
peraturan perundang-undangan, situs-situs di internet dan hasil-hasil penelitian
yang berkaitan dengan topik penelitian ini. Dalam menganalisa bahan-bahan
hukum metode analisis yang digunakan adalah perbandingan material dengan
menggunakan ketentuan hukum yang berkaitan dengan status kelembagaan,
8
Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif , Malang: Bayumedia, 2011,
hal. 57.
Ekspansi: Jurnal Ekonomi, Keuangan, Perbankan dan Akuntansi 5
dasar pembentukan dan operasional koperasi simpan pinjam dan koperasi jasa
keuangan syariah Baitul Maal wa Tamwil.
10
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi
Jasa Keuangan Syariah, Bab I. Pasal 1.
11
Republik Indonesia, Undang-undang No. 17 Tahun 2012 Tentang Perkoperasian, Bab VI, Pasal
31.
Ekspansi: Jurnal Ekonomi, Keuangan, Perbankan dan Akuntansi 7
Jasa Keuangan Syariah Baitul Maal wa Tamwil penyetoran modal awal dalam
bentuk deposito kepada bank syariah yang disetorkan atas nama Menteri dalam
hal ini Ketua Koperasi yang bersangkutan yang dapat dicairkan sebagai modal
awal Koperasi Jasa Keuangan Syariah/Unit Jasa Keuangan Syariah atas dasar
persetujuan pencairan oleh Menteri atau Pejabat (Pasal 4 huruf (c) Keputusan
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor
91/Kep/M.KUKM/IX/2004 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Koperasi Jasa Keuangan Syariah). Kedua lembaga ini memiliki persamaan
struktur modal yaitu adanya Modal Sendiri dan Modal Pinjaman. Hanya saja
dalam Koperasi Jasa Keuangan Syariah Baitul Maal wa Tamwil modal yang
disetor pada awal pendirian Koperasi disebut modal disetor. Terdapat dalam
Pasal 16 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 dan Pasal 21
Keputusan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor
91/Kep/M.KUKM/IX/2004 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Koperasi Jasa Keuangan Syariah.
Pembahasan kedua mengenai perbandingan pengaturan pendirian antara
Koperasi Simpan Pinjam dan Koperasi Jasa Keuangan Syariah Baitul Maal wa
Tamwil dilihat dari penandatanganan akta pendirian koperasi, pendaftaran
status badan hukum dan pengumuman Berita Negara Republik Indonesia. Pada
tahap penandatanganan akta pendirian, kedua lembaga ini memiliki persamaan
yaitu akta pendirian koperasi harus dibuat secara otentik dan dihadiri oleh dinas
atau pejabat Koperasi setempat. Sebab, kedua lembaga ini berbentuk badan
hukum Koperasi maka harus tunduk pada peraturan perundang-undangan yang
berlaku bagi Koperasi.
Perbedaan antara kedua lembaga ini terdapat pada saat sebelum
penandatanganan akta pendirian Koperasi di depan Notaris. Koperasi Jasa
Keuangan Syariah Baitul Maal wa Tamwil berkoordinasi terlebih dahulu dengan
PINBUK (Pusat Inkubasi Usaha Kecil) sebagai lembaga pengembang BMT. 12
Sedangkan dalam Koperasi Simpan Pinjam tidak ada. Meskipun adanya
koordinasi PINBUK dalam pendirian BMT, BMT sebagai badan hukum koperasi
harus tetap mengacu kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk
perkoperasian. Sesuai Pasal 3 ayat (3) Keputusan Menteri Koperasi dan Usaha
Kecil dan Menengah Nomor 91/Kep/M.KUKM/IX/2004 Tentang Petunjuk
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah.
Selanjutnya adalah perbandingan pendaftaran status badan hukum antara
Koperasi Simpan Pinjam dengan Koperasi Jasa Keuangan Syariah Baitul Maal wa
Tamwil. Persamaannya adalah sama-sama dilakukan di Dinas Koperasi setempat.
12
PINBUK merupakan singkatan dari Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil atau Center for Micro
Enterprise Incubation. Didirikan pada tanggal 13 Maret 1995 di Jakarta oleh Prof. Dr. B.J. Habibie Ketua
Umum ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim se Indonesia), alm.K.H. Hasan Basri Ketua Umum MUI (Majelis
Ulama Indonesia) dan Zainul Bahar Noor, SE (Direktur Utama Bank Muamalat Indonesia). PINBUK
didirikan sejak tahun 1995 dengan mengembangkan model Lembaga Keuangan Mikro-Baitul Maal wa
Tamwil (LKM-BMT) sebagai strategi pemberdayaan masyarakat melalui penumbuhkembagan
keswadayaan dan kelembagaan sosial ekonomi yang dapat menjangkau dan melayani lebih banyak unit
usaha mereka yang tidak mungkin dijangkau langsung oleh perbankan umum.
8
Koperasi Simpan Pinjam dan Koperasi Jasa Keuangan Syariah Baitul Maal wa
Tamwil bertempat kedudukan sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar
Koperasi tersebut. Sedangkan perbedaannya terletak pada pendaftaran status
badan hukum yang terletak pada pengajuan permohonan pengesahan status
badan hukum koperasi. Koperasi Simpan Pinjam mengajukan permohonan
kepada Menteri Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah, dalam hal ini Kepala
Kantor Wilayah Departemen Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah Provinsi
dari Kabupaten/kodya tempat anggota atau Kantor Koperasi berdomisili.
Selanjutnya Kepala Kantor Wilayah mengeluarkan surat keputusan tentang
pengesahan akta pendirian Koperasi Simpan Pinjam. (Keputusan Menteri
Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah Nomor : 39/KEP/M/VII/1998 tentang
Penunjukan Pejabat yang berwenang untuk memberikan pengesahan Akta
Pendirian dan perubahan anggaran Dasar serta Pembubaran Koperasi).
Sedangkan Koperasi Jasa Keuangan Syariah Baitul Maal wa Tamwil pengajuan
permohonan pengesahan status badan hukum kepada Menteri dalam hal ini
Deputi Bidang Kelembagaan Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, atau
instansi yang membidangi koperasi tingkat provinsi setelah mendapat
rekomendasi Pejabat setingkat tempat domisili koperasi yang bersangkutan dan
selanjutnya Menteri mengeluarkan surat keputusan pengesahan akta
pendiriannya. (Pasal 5 Keputusan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah Nomor 91/Kep/M.KUKM/IX/2004 Tentang Petunjuk Pelaksanaan
Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah).
Perbandingan pengumuman Berita Negara Republik Indonesia antara
Koperasi Simpan Pinjam dengan Koperasi Jasa Keuangan Syariah Baitul Maal wa
Tamwil tidak terdapat perbedaan dalam hal ini. Ketika koperasi sudah
mendapatkan pengesahan badan hukum dari Menteri atau Pejabat yang
berwenang, maka saat itu lah koperasi resmi menjadi badan hukum. (Pasal 10
ayat (3) Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian Jo Pasal
24 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2012 Tentang Perkoperasian).
Pembahasan ketiga mengenai perbandingan konsep dasar operasional antara
Koperasi Simpan Pinjam dengan Koperasi Jasa Keuangan Syariah Baitul Maal wa
Tamwil yang dilihat dari konsep dasar operasional, penghimpunan dana,
penyaluran dana dan perjanjian jaminan. Dalam hal konsep dasar operasional
kedua lembaga ini memiliki persamaan yaitu perikatan yang timbul merupakan
lahir dari perjanjian, baik simpan pinjam pada Koperasi Simpan Pinjam maupun
pembiayaan pada Koperasi Jasa Keuangan Syariah Baitul Maal wa Tamwil .
Termaktub dalam Pasal 1313 dan 1765 Kitab Undang-undang Hukum Perdata
(KUHPerdata), Pasal 1 angka (2) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995
Tentang Pelaksanaan Kegiatan Simpan Pinjam Oleh Koperasi, Pasal 1 angka (8)
Keputusan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor
91/Kep/M.KUKM/IX/2004 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Koperasi Jasa Keuangan Syariah dan QS an-Nisa (4):12). Sedangkan perbedaan
terletak pada Perbedaan mengenai sistem pengambilan keuntungan, di mana
Koperasi Simpan Pinjam memakai sistem bunga pada kegiatan operasionalnya.
Ekspansi: Jurnal Ekonomi, Keuangan, Perbankan dan Akuntansi 9
5. PENUTUP
Perbedaan mengenai status kelembagaan antara Koperasi Simpan Pinjam
dengan Koperasi Jasa Keuangan Syariah terletak pada struktur organisasi dan
modal Koperasi. Dalam Koperasi Jasa Keuangan Syariah yang berkedudukan
sebagai Pengawas adalah Dewan Pengawas Syariah dan penyetoran modal awal
koperasi melalui bank syariah. Sedangkan dalam Koperasi Simpan Pinjam
penyetoran modal awal melalui Bank Pemerintah. Persamaannya terdapat pada
asas atau landasan kerja dan status kelembagaan yang berupa badan hukum
berbentuk Koperasi.
Perbedaan dalam hal pendirian antara Koperasi Simpan Pinjam dengan
Koperasi Jasa Keuangan Syariah Baitul Maal wa Tamwil terdapat pada saat
sebelum penandatanganan akta. Dalam Koperasi Jasa Keuangan Syariah Baitul
Maal wa Tamwil terdapat PINBUK sebagai lembaga pengembang BMT, sedangkan
dalam Koperasi Simpan Pinjam tidak ada.
Koperasi Jasa Keuangan Syariah Baitul Maal wa Tamwil mengajukan
permohonan pengesahan status badan hukum kepada Menteri Koperasi dalam
hal ini Deputi Bidang Kelembagaan Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah,
instansi yang membidangi Koperasi setempat. Sedangkan Koperasi Simpan
Pinjam mengajukan permohonan pengesahan status badan hukum kepada
Menteri Koperasi dalam hal ini Kepala Kantor Wilayah Departemen Koperasi,
Pengusaha Kecil dan Menengah Provinsi/DI dari Kabupaten/kota tempat anggota
atau Kantor Koperasi. Persamaan yang terdapat dalam kedua Koperasi ini adalah
pada saat penandatanganan akta Koperasi sama-sama harus dibuat secara
otentik. Pengesahan badan hukum diumumkan dalam Berita Negara Republik
Indonesia oleh Menteri.
Perbedaan konsep dasar operasional antara Koperasi Simpan Pinjam dengan
Koperasi Jasa Keuangan Syariah Baitul Maal wa Tamwil sangat terlihat jelas.
Koperasi Simpan Pinjam mengambil keuntungan dengan cara sistem bunga,
sedangkan Koperasi Jasa Keuangan Syariah Baitul Maal wa Tamwil dengan cara
sistem bagi hasil.
Dalam hal penyaluran dana, Koperasi Simpan Pinjam hanya memiliki satu
akad saja, yaitu utang piutang. Sedangkan Koperasi Jasa Keuangan Syariah Baitul
Maal wa Tamwil memiliki beberapa akad, di antaranya adalah akad kerja sama,
jual beli, sewa dan pinjaman. Persamaannya terdapat pada perikatan yang timbul
adalah perikatan yang lahir karena adanya kesepakatan (perjanjian). Keduanya
Ekspansi: Jurnal Ekonomi, Keuangan, Perbankan dan Akuntansi 11
1.1 Tabel Perbandingan antara Koperasi Simpan Pinjam dengan Koperasi Jasa
Keuangan Syariah Baitul Maal wa Tamwil
1. Qardh (Pinjaman)
2. Musyarakah
(Kerjasama)
3. Mudharabah
(Kerjasama)
Penyaluran Dana Utang Piutang
4. Murabahah
(Kerjasama)
5. Salam (Jual Beli)
6. Istishna (Jual Beli)
7. Ijarah (Sewa)
Berperan sebagai
penyalur dana Zakat,
Fungsi Sosial -
Infaq, dan Shadaqah
(ZIS) serta maal.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Manan, A. (2016). Hukum Ekonomi Syariah Dalam Perspektif Kewenangan
Peradilan Agama. Jakarta: Prenadamedia Group.
Yunus, Jamal L. (2009) Manajemen Bank Syariah “mikro”. Malang: UIN
Malang Press (anggota IKAPI).
Sumiyanto, Ahmad. (2008). BMT menuju Koperasi Modern. Yogyakarta:
Ises Publishing.
Mufti, Aries dan Sual, Syakir M. Amanah bagi bangsa: Konsep System
Ekonomi syariah. Jakarta: MES.
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 Tentang
Perkoperasian.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2012 Tentang
Perkoperasian.
Ekspansi: Jurnal Ekonomi, Keuangan, Perbankan dan Akuntansi 13
JURNAL
Santosa, Harun dan Mutofa, Ulul A. (2017). Analisis Pengaruh Pelayanan
Terhadap Anggota Kepuasan KJKS BMT Tumang, Kabupaten
Boyolali. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam. 3(03), 2017, 167-172.