138/KMA/SK/VIII/2014 Tentang Pembentukan UPG di Lingk. MA RI dan Badan Peradilan Dibawahnya
1) Kebijakan Mahkamah Agung terkait gratifikasi :
a) SK KMA No. 138A/KMA/SK/VIII/2014 tentang Pembentukan UPG Ligk. MA
RI dan Badan Peradilan di Bawahnya tanggal 25/08/2014;
b) Persekma No. 01B/2014 tentang Unit Pengendalian Gratifikasi di Lingk. MA
RI tanggal 24 /07/2014; dan
c) Persekma No. 03 Th. 2014 tentang Penanganan Gratifikasi di Lingk. MA RI
dan Badan Peradilan dibawahnya tanggal 29 November 2014.
2) Beberapa hal yang mendasari perlunya dilakukan revisi kebijakan tersebut
khususnya SK KMA 138A/KMA/SK/VIII/2014 tentang Pembentukan UPG Ligk. MA RI dan Badan Peradilan di Bawahnya antara lain :
a) Terdapat tumpang tindih pengaturan atas pembentukan unit pegendali
gratifikasi. Strukturalnya diatur secara berbeda pada masing-masing peraturan tersebut. - SK KMA No.138A/KMA/SK/VIII/2014 tentang Pembentukan UPG Ligk. MA RI dan Badan Peradilan di Bawahnya disebutkan bahwa Ketua Mahkamah Agung membentuk Unit Pengendali Gratifikasi (UPG) dengan menunjuk Ketua Kamar Pengawasan sebagai Penanggungjawab, dan masing-masing Sekretaris Mahkamah Agung RI sebagai Ketua, Panitera Mahkamah Agung sebagai Wakil Ketua, Kepala Badan Pengawasan sebagai Sekretaris/Anggota serta para Eselon I dan beberapa Eselon II (Direktur Jenderal Badan Peradilan Umum, Direktur Jenderal Badan Peradilan Agama, Direktur Jenderal Badan Peradilan TUN dan Militer, Kepala Badan Litbang Diklat Kumdil, Para Inspektur Wilayah Badan Pengawasan, Sekretaris Badan Pengawasan dan Kepala Biro Kepegawaian Badan Urusan Administrasi Mahkmamah Agung RI) sebagai Anggota ; - Peraturan Sekretaris Mahkamah Agung No. 01B/2014 disebutkan bahwa Sekretaris Mahkamah Agung RI sebagai penanggungjawab pengendalian gratifikasi di lembaga membentuk Unit Pengendalian Gratifikasi (UPG) pada Mahakamah Agung RI dan membentuk struktur organisasi UPG yang terdiri dari Pembina, Pengarah, Ketua, Sekretaris I dan Sekretaris II, dan Anggota. UPG berkedudukan di Badan Pengawasan diketuai oleh Kepala Badan Pengawasan Mahkamah Agung RI, Sekretaris I oleh Sekretaris Badan Pengawasan Mahkamah Agung RI.
b) Terdapat ketidakjelasan pengaturan dan/atau pengaturan yang berbeda
dengan ketentuan pada Perundangan dalam hal pelaporan gratifikasi - SK KMA No. 138A/KMA/SK/VIII/2014 mengatur batas pelaporan atas penerimaan gratifikasi ke KPK oleh UPG paling lambat 30 hari sejak tanggal pelaporan gratifikasi tersebut - Dalam ketentuan UU No. 31 tahun 1999 jo UU No. 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan Peraturan Komisi Pemberantasan Korupsi Nomor 02 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaporan dan Penetapan Status Gratifikasi, mengatur bahwa batas waktu pelaporan gratifikasi 30 hari yang dimaksudkan adalah sejak gratifikasi tersebut diterima oleh penerima bukan saat dilaporkan; - Mekanisme dan media pelaporan gratifikasi hanya melalui UPG Baik pada SK KMA 138A/KMA/SK/VIII/2014, Persekma No. 01B/2014 maupun pada Persekma No. 03 Th. 2014 hanya mengatur pelaporan melalui UPG dengan mengisi formulir dan mengirim pelaporan melalui UPG secara langsung atau elektronik website: http://bawas.mahkamahagung.go.id atau email: upg@badanpengawasan.net seharusnya pelaporan gratifikasi melalui UPG merupakan salah satu cara dalam pelaporan gratifikasi disamping pelaporan dapat langsung disampaikan melalui KPK atau melalui aplikasi GOL (gratifikasi online) yang juga mekanismenya belum diatur dalam kebijakan yang ada.
c) Dalam SK KMA No. 138A/KMA/SK/VIII/2014 tentang pembentukan UPG
belum mengatur pemberian kewenangan dalam pembentukan unit pelaksana UPG dan penepatan petunjuk teknis pelaksanaan pengendalian gratifikasi
Demikian beberapa catatan yang dianggap penting dan urgent.