Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

Asuhan keperawatan pada vertigo

Mata Kuliah keperawatan medical bedah 11

Dosen Pembimbing : Wardatul washillah,S.kep.,Ns.,M.kep

Disusun Oleh Kelompok 12

1. Malinda fadilah

2. Dina Firnanda

3. Dedi saputra

PROGRAM STUDY SARJANA KEPERAWATAN

STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN

PROBOLINGGO

2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas segala
limpah rahmat dan hidayahnya. Sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini, dan sholawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada proklamator sedunia,
pejuang tangguh yang tak gentar menghadapi segala rintangan demi umat manusia, yakni
Nabi Muhammad SAW.

Adapun maksud penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas di STIKES
Hafshawaty, kami susun dalam bentuk kajian ilmiah dengan judul” Asuhan keperawatan
pada vertigo ’’ dan dengan selesainya penyusunan makalah ini, kami juga tidak lupa
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah, SH.MM sebagai pengasuh pondok pesantren
Zainul Hasan Genggong.
2. Dr. H. Nur hamim, M.Kep.,S.Kep.Ns sebagai ketua STIKES Hafshawaty Zainul
Hasan Genggong.
3. Shinta wahyusari S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.Kep.Mat sebagai Ketua Prodi S1
Keperawatan.
4. Rizka Yunita,S.kep.,Ns.,M.kep Sebagai Wali Kelas Prodi S1 Keperawatan.
5. Wardatul washillah,S.kep.,Ns.,M.kep sebagai dosen mata kuliah Keperawatan medical
bedah 11

Pada akhirnya atas penulisan materi ini kami menyadari bahwa sepenuhnya belum
sempurna. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati mengharap kritik dan saran dari pihak
dosen dan para audien untuk perbaikan dan penyempurnaan pada materi makalah ini.

Genggong , 13 april 2020


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

  Di Indonesia angka kejadian vertigo sangat tinggi pada tahun 2010 dari usia 40
sampai 50 tahun sekitar 50% yang merupakan keluhan nomor tiga paling sering dikeluhkan
oleh penderita yang datang ke praktek umum setelah nyeri kepala dan stroke. Umumnnya
vertigo ditemukan sebesar 15% dari keseluruhan populasi dan hanya 4%-7% yang diperiksa
ke dokter. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Abraham (2014) di India, yaitu dari 54
penderita vertigo perifer didapatkan 20 orang dengan umur lebih dari 60 tahun.Hasil analisis
deskriptif dapat disimpulkan bahwa semakin bertambahnya usia seseorang maka semakin
berisiko terjadinya vertigo perifer.

  Vertigo juga bisa disebabkan oleh adanya gangguan keseimbangan pada telinga
bagian dalam atau bagian vestibular dan kemungkinan disebabkan oleh gangguan pada otak.
Vestibular merupakan suatu sistem dari telinga bagian dalam yang berfungsi sebagai alat
keseimbangan. sistem vestibular Tersebut bertanggung jawab untuk menghubungkan
rangsangan terhadap indera dengan pergerakan tubuh dan menjaga agar suatu objek tetap
berada dalam fokus ketika tubuh bergerak.Selain disebabkan oleh gangguan pada sistem
vestibular dan gangguan pada otak, vertigo juga bisa disebabkan oleh faktor idiopatik,
trauma, fisiologis, konsumsi obat dan penyakit atau sindrom lain

1.2 TUJUAN.

1. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi vertigo


2. Untuk mengetahui defenisi dari vertigo
3. Untuk mengetahu jenis-jenis vertigo dan patofiologi Vertigo.
4. Untuk mengetahui terapi diet yang cocok bagi klien dengan vertigo.
5. Agar dapat melaksanakan asuhan keperawatan dengan masalah vertigo.
6. Agar dapat mengetahui peran dan fungsi perawat terkait masalah vertigo.
1.3 Rumusan Masalah

1. Bagaimana anatomi dan fisiologi vertigo ?


2. Apa defenisi dari vertigo ?
3. Apa saja jenis-jenis vertigo dan patofiologi Vertigo ?
4. Bagaimana terapi diet yang cocok bagi klien dengan vertigo ?
5. Bagaimana asuhan keperawatan dengan masalah vertigo ?
6. Apa peran dan fungsi perawat terkait masalah vertigo ?
I. Anatomi

II. Fisiologi
1. Telinga bagian luar
Bagian ini merupakan bagian luar dari Telinga manusia yang terdiri dari daun telinga
dan saluran luar telinga.
a. Daun telinga : Fungsi Daun Telinga ini adalah mengumpulkan suara,
memperkuatnya dan mengarahkan suara atau bunyi tersebut ke saluran telinga.
b. Saluran telinga : Fungsi saluran atau liang telinga ini adalah untuk
menyalurkan suara atau bunyi ke telinga bagian tengah.
2. Telinga bagian tengah
Telinga Bagian Tengah terdiri dari beberapa bagian, diantaranya adalah Eardrum
(gendang telinga dan tulang-tulang pendengaran seperti Malleus (tulang martil), Incus
(tulang landasan), Stapes (tulang sanggurdi) dan Eustachian tube (saluran
Pendengaran).
a. Gendang telinga : Fungsi Gendang Telinga atau Membran Timpani adalah
merespon suara yang diterimanya dengan cara menggetarkannya.
b. Malleus : Fungsi Tulang Martil ini adalah menghantarkan getaran suara dari
gendang telinga (eardrum) ke tulang landasan (incus).
c. Incus (tulang landasan) : Fungsi tulang landasan atau incus ini adalah
membantu mentranmisikan getaran suara dari tulang martill (malleus) ke
tulang sanggurdi (stapes).
d. Stapes (tulang sanggurdi) : Fungsi tulang sanggurdi adalah menerima getaran
suara dari tulang landasan dan kemudian diantar ke membran di telinga dalam
melalui tingkap oval.
e. Eustachian Tube (tabung oendengaran) : Fungsi tabung pendengaran ini
adalah membantu mengalirkan lendir dari telinga tengah dan menyamarkan
tekanan di dalam dan di luar telinga.
3. Telinga bagian dalam
Telinga Bagian Dalam atau disebut juga Auris interna adalah bagian terdalam dari
struktur telinga. Fungsi Telinga Bagian Dalam ini adalah mendeteksi suara/bunyi dan
menjaga keseimbangan. Telinga Bagian Dalam pada dasarnya terdiri dari dua bagian
utama yaitu Bony Labirynth (tulang labirin yang menonjol) dan Membran Labyrinth.
a. Bony Labyrinth : Disebut juga Labirin Tulang adalah rongga berlubang di
dalam telinga bagian dalam yang terdiri dari tulang yang dilapisi dengan
Periosteum sedangkan Membran Labyrinth atau Labirin Membran
membentang di dalam Labirin Tulang. Di antara kedua lapisan tersebut
terdapat lapisan cairan Perilimfe. Bony Labirynth terdiri dari beberapa bagian
yaitu Vestibule, Koklea (Cochlea) dan kanal setengah lingkaran (Semicircular
canals).
b. Vestibule : Fungsi Vestibular adalah menjaga keseimbangan posisi kepala
terhadap gaya gravitasi dan merespon perubahan kedudukan tubuh. Vestibular
menggunakan sejenis cairan dan sel pendeteksi atau sel rambut yaitu Sakula
dan Utrikula untuk merespon perubahan kedudukan tubuh ini.
c. Koklea : Fungsi Koklea adalah mengubah getaran suara menjadi persepsi
pendengaran.
d. Semicircular canals (Kanal Setengah Lingkaran) : Fungsi Kanal Setengah
Lingkaran atau Semicircular ini adalah membantu menjaga keseimbangan
dengan mendeteksi gerakan kepala.
III. Definisi
Vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita bergerak atau berputar, atau
seolah-olah benda di sekitar penderita bergerak atau berputar, yang biasanya disertai
dengan mual dan kehilangan keseimbangan. Vertigo bisa berlangsung hanya beberapa
saat atau bisa berlanjut sampai beberapa jam bahkan hari. Penderita kadang merasa
lebih baik jika berbaring diam, tetapi vertigo bisa terus berlanjut meskipun penderita
tidak bergerak sama sekali (Israr, 2012).
Vertigo adalah sensasi atau perasaan yang mempengaruhi orientasi ruang dan
mungkin dapat didefinisikan sebagai suatu ilusi gerakan. Keluhan ini merupakan
gejala yang sifatnya subyektif dan karenanya sulit dinilai. Walupun pengobatan
sebaiknya langsung pada penyebab yang mendasari penyebab atau kelainannya, asal
atau penyebab vertigo sering tidak diketahui ataupun tidak mungkin diobati
(Doengoes, Marilynn E. 2009).

IV. Etiologi

Penyebab vertigo umumnya terjadi disebabkan oleh stress, mata lelah, dan makan
atau minum tertentu. Selain itu, Vertigo bisa bersifat fungsional dan tidak ada
hubungannya dengan perubahan- perubahan organ di dalam otak. Otak sendiri sebenarnya
tidak peka terhadap nyeri. Pada umumnya vertigo tidak disebabkan kerusakan didalam
otak. Namun, dapat menyebabkan ketegangan atau tekanan pada selaput otak atau
pembuluh darah besar, dan didalam kepala dapat menimbulkan rasa sakit yang hebat dan
ketika seorang yang mengidap vertigo tidak berada pada tempat yang aman ketika
gejalanya timbul maka dapat mengakibatkan terjadinya cedera (Junaidi, 2013 dalam
Priambodho, 2015).

Menurut Sudart dan Burnner(2009), Penyebab umum dari vertigo adalah sebagai berikut

1. Keadaan lingkungan
a. motion sickness &mabuk darat
b. Obat-obatan Obat-obatan
c. alkohol  
d. sentamisi
2. kelainan sirkulasi
a. transient ischemick attack (gangguan fungsi otak sementara karena
berkurangnya aliran darah kesalah satu bagian otak) pada arteri vertebral dan
arteri basiler
3. kelainan di telinga
a. endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis didalam telinga bagian
dalam ( menyebabkan benign paroxysmal positional vertigo)
b. infeksi telinga bagian dalam karena bakteri
c. herpes zoster
d. labirintitis (infeksi labirin didalam telinga
e. peradangan saraf vestibular
f. penyakit Meniere
4. kelainan neurologis
a. sclerosis multiple
b. patah tulang tengkorak yang disertai cedera labirin, persyarafannya atau
keduanya
c. tumor otak
d. tumor menekan saraf vestibularis
V. Manifestasi Klinis
Gejala penyakit vertigo paling umum adalah pusing, sensasi kepala berputar atau
kepala kliyengan, dan kehilangan keseimbangan. Pusing tujuh keliling atau pusing
dengan perasaan berputar adalah gejala utama dari vertigo seolah olah sekeliling
bergerak. (Kwong, 2005 dalam Chayati, 2017).
Selain pusing dan berputar gejala penyakit vertigo lainnya adalah
a. Mual dan muntah
b. Pergerakan bola mata yang tidak normal (nistagmus)
c. Berkeringat hingga pingsan
d. Tinnitus (telinga berdenging) dan hilangnya pendengaran
e. Sensasi merasa akan jatuh
f. Anggota tubuh merasa lemah
g. Kesulitan berbahaya apabila sudah parah
h. Respon melambat
i. Kesulitan berjalan
VI. Klasifikasi
Berdasarkan gejala klinisnya, vertigo dapat dibagi atas :
1. Vertigo Paroksismal
Yaitu vertigo yang serangannya datang mendadak, berlangsung beberapa
menit atau hari, kemudian menghilang sempurna tetapi suatu ketika serangan
tersebut dapat muncul lagi. Di antara serangan, penderita sama sekali bebas
keluhan.
Vertigo jenis ini dibedakan menjadi:
a Yang disertai keluhan telinga:
Termasuk kelompok ini adalah: Morbus Meniere, Arakhnoiditis
pontoserebelaris, Sindrom Lermoyes, Sindrom Cogan, tumor fossa cranii
posterior, kelainan gigi/ odontogen.
b Yang tanpa disertai keluhan telinga:
Termasuk di sini adalah: Serangan iskemi sepintas arteria
vertebrobasilaris, Epilepsi, Migren ekuivalen, Vertigo pada anak (Vertigo
de L'enfance), Labirin picu (trigger labyrinth).
c Yang timbulnya dipengaruhi oleh perubahan posisi:
Termasuk di sini adalah: Vertigo posisional paroksismal laten, Vertigo
posisional paroksismal benigna.
2. Vertigo Kronis
Yaitu vertigo yang menetap, keluhannya konstan tanpa serangan akut,
dibedakan menjadi:
a Yang disertai keluhan telinga: Otitis media kronika, meningitis Tb,
labirintitis kronis, Lues serebri, lesi labirin akibat bahan ototoksik, tumor
serebelopontin.
b Tanpa keluhan telinga: Kontusio serebri, ensefalitis pontis, sindrom pasca
komosio, pelagra, siringobulbi, hipoglikemi, sklerosis multipel, kelainan
okuler, intoksikasi obat, kelainan psikis, kelainan kardiovaskuler, kelainan
endokrin.
c Vertigo yang dipengaruhi posisi: Hipotensi ortostatik, Vertigo servikalis.
3. Vertigo yang serangannya mendadak atau akut, kemudian berangsur-angsur
mengurang, dibedakan menjadi:
a Disertai keluhan telinga: Trauma labirin, herpes zoster otikus, labirintitis
akuta, perdarahan labirin, neuritis n.VIII, cedera pada auditiva
interna/arteria vestibulokoklearis.
b Tanpa keluhan telinga: Neuronitis vestibularis, sindrom arteria vestibularis
anterior, ensefalitis vestibularis, vertigo epidemika, sklerosis multipleks,
hematobulbi, sumbatan arteria serebeli inferior posterior.
Ada pula yang membagi vertigo menjadi:
1. Vertigo Vestibuler: akibat kelainan sistem vestibuler.
2. Vertigo Non Vestibuler: akibat kelainan sistem somatosensorik dan visual.

VII. Patofisiologi
Dalam kondisi fisiologi/ normal, informasi yang tiba dipusat integrasi alat
keseimbangan tubuh yang berasal dari resptor vestibular, visual dan propioseptik
kanan dan kiri akan diperbandingkan, jika semuanya sinkron dan wajar akan diproses
lebih lanjut secara wajar untuk direspon. Respon yang muncul beberapa penyesuaian
dari otot-otot mata dan penggerak tubuh dalam keadaan bergerak. Di samping itu
orang menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap lingkungan sekitarnya. Tidak
ada tanda dan gejala kegawatan (alarm reaction) dalam bentuk vertigo dan gejala dari
jaringan otonomik.
Namun jika kondisi tidak normal/ tidak fisiologis dari fungsi alat
keseimbangan tubuh dibagian tepi atau sentral maupun rangsangan gerakan yang aneh
atau berlebihan, maka proses pengolahan informasi yang wajar tidak berlangsung dan
muncul tanda-tanda kegawatan dalam bentuk vertigo dan gejala dari jaringan
otonomik. Di samping itu respon penyesuaian otot-otot menjadi tidak adekuat
sehingga muncul gerakan abnormal dari mata disebut nistagnus.
VIII. Pathway
Menurut NANDA Internasional 2006

Trauma cerebellum Ukura lensa mata Aliran darah ke Infkesi pada


tidak sama otak saluran telinga
dalam
(vestibuer)

VERTIGO

Penurunan fungsi Tekanan intra Stress meningkat Tekanan pada otot


kognitif kranial meningkat leher

Cemas Nyeri Koping Gangguan


individu pola tidur
tidak efektif
IX. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Fisik:
a Pemeriksaan mata
b Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh
c Pemeriksaan neurologik
d Pemeriksaan otologik
e Pemeriksaan fisik umum.
2. Pemeriksaan Khusus:
a Audiometri dan BAEP
b ENG
c Psikiatrik
3. Pemeriksaan tambahan:
a Laboratorium
b Radiologik dan Imaging
c EEG, EMG, dan EKG.

X. Penatalaksanaan
1. Medis
Terapi farmokologi dapat berupa terapi spesifik misalnya pemberian
anti  biotika dan terapi simtomatik. Nistagmus perifer pada neurinitis
vestibuler lebih meningkat bila pandangan diarahkan menjauhi telinga yang
terkena dan nigtagmus akan berkurang jika dilakukan fiksasi visual pada suatu
tempat atau benda.
2. Keperawatan
a. Vertigo posisional Benigna (VPB)
Latihan : latihan posisional dapat membantu mempercepat remisi pada
sebagian besar penderita VPB. Latihan ini dilakukan pada pagi hari
dan merupakan kagiatan yang pertama pada hari itu. Penderita duduk
dipinggir tempat tidur, kemudian ia merebahkan dirinya pada posisinya
untuk membangkitkan vertigo posisionalnya. Setelah vertigo mereda ia
kembali ke posisi duduk semula. Gerakan ini diulang kembali sampai
vertigo melemah atau mereda. Biasanya sampai 2 atau 3 kali sehari,
tiap hari sampai tidak didapatkan lagi respon vertigo.

b. Obat-obatan
obat anti vertigo seperti miklisin, betahistin atau fenergen dapat
digunakan sebagai terapi simtomatis sewaktu melakukan latihan atau
jika muncul eksaserbasi atau serangan akut. Obat ini menekan rasa
enek (nausea) dan rasa pusing. Namun ada penderita yang merasa efek
samping obat lebih buruk dari vertigonya sendiri. Jika dokter
menyakinkan pasien bahwa kelainan ini tidak berbahaya dan dapat
mereda sendiri maka dengan membatasi perubahan posisi kepala dapat
mengurangi gangguan.
c. Rehabilitasi

Terapi yang penting dan bermanfaat untuk pasien BPPV adalah terapi
rehabilitasi vestibular, suatu latihan atau rehabilitasi pada pasien vertigo
yang bertujuan untuk mengeluarkan debris dari kanal semisirkularis yang
merupakan penyebab dari BPPV. Ada beberapa latihan yang bermanfaat
pada kasus BPPV yaitu : maneuver epley, maneuver semont, latihan brandt
daroff, dan latihan dog roll. Metode latihan brandt daroff adalah metode
rehabilitasi untuk kasus BPPV yang dapat dilakukan dirumah, berbeda
dengan latihan metode yang lain yang harus dikerjakan dengan
pengawasan dokter atau tenaga medis. Langkahnya sebagai berikut:

d. 1.pasien duduk tegak ditepi tempat tidur dengan kedua tungkai


tergantung
e. 2. dengan kedua mata tertutup baringkan tubuh dengan cepat kesalah
satu sisi, pertahankan selama 30 detik
f. 3. setelah itu duduk kembali selama 30 detik
g. 4. baringkan tubuh dengan cepat ke sisi yang lain, pertahankan selama
30 detik
h. 5.lalu duduk kembali
Latihan ini dilakukan 3set per hari ( pagi , siang dan malam) selama dua
minggu atau 2 set perhari( pagi dan malam) selama tiga minggu.

Terapi diet

Di jantung beberapa kondisi yang menyebabkan vertigo (labyrinthitis, neuroma akustikdan m
ultiple sclerosis) adalah pembengkakan.Untuk melawannya,harus mengandalkan makanan  
organik dan utuh  yang menyediakan semua vitamin dan mineral penting yang
dibutuhkan tubuh, bersama dengan lemak esensial dan antioksidan yang dapat membersihkan
racun tubuh

1. Selai kacang olahan mengandung vitamin B6 mengkomsumsi selai kacang satu sedok
makan setiap hari untuk penderita vertigo bisa memebantu meningkatkan
metabolisme dan menangkal radikal bebas agar tidak memperparah penyakit vertigo
2. Ikan air tawar . penderita vertigo dianjurkan untuk menghindari komsumsi daging dan
akan digantikan dengan ikan air tawar karna ikan air tawar bagus untuk mengurangi
timbulnnya vertigo selain itu ikan air tawar juga tidak banyak mengandung garam.
3. Bayam , ayam mengandung vitamin B6 yang bisa memberikan suplemen makanan
secukupnnya
4. Pisang ,pisang bagus untuk menambah energi dan dapat mengembalikan sistem
kekebalan tubuh bagi penderita vertigo
5. Alpokat , mengandung banyak vitamin B6 juga merupakan lemak tak jenuh yang
sangat cocok untuk dikomsumsi penderita vertigo.
6. Membatasi asupan garam diet tinggi garam dapat meningkatkan peluang terkena
vertigo terutama
7. Mengkudu , mengandung nutrisi yang baik untuk membantu meringankan penyakit
vertigo. Tidak perlu memakan buah langsung vertigo yang pahit namun meminum
dalam bentuk pil yang sudah banyak dijual ditoko obat. Buah mengkudu dipercaya
dapat membuat tubuh lebih segar dan tidak meudah letih.
8. Jahe , air rebusan jahe yang ditambahsedikit gula juga bagus
XI. Komplikasi
1. Stroke
2. Obstruksi peredaran darah dilabirin
3. Labirintitis (Viral, Bakterial)
4. Penyakit Meniere
5. Infeksi, Inflamasi
6. Tumor

XII. Askep Teori


1. Pengkajian
a. Aktivitas / Istirahat
a) Letih, lemah, malaise
b) Keterbatasan gerak
c) Ketegangan mata, kesulitan membaca
d) Insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala.
e) Sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas
(kerja) atau karena perubahan cuaca.
b. Sirkulasi
a) Riwayat hypertensi
b) Denyutan vaskuler, misal daerah temporal.
c) Pucat, wajah tampak kemerahan.

c. Integritas Ego
a) Faktor-faktor stress emosional atau lingkungan tertentu
b) Perubahan ketidakmampuan, keputusasaan, ketidakberdayaan
depresi
c) Kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit kepala
d) Mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik).

d. Nutrisi dan Cairan


a) Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat,
bawang, keju, alkohol, anggur, daging, tomat, makan berlemak,
jeruk, saus, hotdog, MSG (pada migrain).
b) Mual/muntah, anoreksia (selama nyeri)
c) Penurunan berat badan
e. Neurosensoris
a) Pening, disorientasi (selama sakit kepala)
b) Riwayat kejang, cedera kepala yang baru terjadi, trauma, stroke.
c) Aura; fasialis, olfaktorius, tinitus.
d) Perubahan visual, sensitif terhadap cahaya/suara yang keras,
epitaksis.
e) Parastesia, kelemahan progresif/paralysis satu sisi tempore
f) Perubahan pada pola bicara/pola pikir
g) Mudah terangsang, peka terhadap stimulus.
h) Penurunan refleks tendon dalam
i) Papiledema.
f. Nyeri/ Kenyamanan
a) Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal
migrain, ketegangan otot, cluster, tumor otak, pascatrauma,
sinusitis.
b) Nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah.
c) Fokus menyempit
d) Fokus pada diri sendiri
e) Respon emosional / perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah.
f) Otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas vokal.

g. Keamanan
a) Riwayat alergi atau reaksi alergi
b) Demam (sakit kepala)
c) Gangguan cara berjalan, parastesia, paralisis
d) Drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus).

h. Interaksi sosial
Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial yang berhubungan
dengan penyakit.
i. Penyuluhan / Pembelajaran
a) Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga
b) Penggunaan alkohol atau obat lain termasuk kafein.
c) Kontrasepsi oral/hormone, menopause.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan stress dan ketegangan, iritasi/
tekanan syaraf, vasospressor, peningkatan intrakranial.
Ditandai dengan menyatakan nyeri yang dipengaruhi oleh faktor misal,
perubahan posisi, perubahan pola tidur, gelisah.
b. Koping individual tak efektif berhubungan dengan ketidak-adekuatan
relaksasi, metode koping tidak adekuat, kelebihan beban kerja.
c. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan keterbatasan kognitif, tidak mengenal informasi dan
kurang mengingat.
Ditandai oleh memintanya informasi, ketidak-adekuatannya mengikuti
instruksi.

3. Intervensi
a. Nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan stress dan ketegangan, iritasi/
tekanan syaraf, vasospasme, peningkatan intrakranial ditandai dengan
menyatakan nyeri yang dipengaruhi oleh faktor misal, perubahan posisi,
perubahan pola tidur, gelisah.
Tujuan: Nyeri hilang atau berkurang
Kriteria Hasil:
1. Klien mengungkapkan rasa nyeri berkurang
2. Tanda-tanda vital normal
3. pasien tampak tenang dan rileks.

Intervensi:
a) Pantau tanda-tanda vital, intensitas/skala nyeri.
Rasional: Mengenal dan memudahkan dalam melakukan tindakan
keperawatan.
b) Anjurkan klien istirahat ditempat tidur.
Rasional: istirahat untuk mengurangi intesitas nyeri.
c) Atur posisi pasien senyaman mungkin
Rasional: posisi yang tepat mengurangi penekanan dan mencegah
ketegangan otot serta mengurangi nyeri.
d) Ajarkan teknik relaksasi dan napas dalam
Rasional: relaksasi mengurangi ketegangan dan membuat perasaan
lebih nyaman.
e) Kolaborasi untuk pemberian analgetik.
Rasional: analgetik berguna untuk mengurangi nyeri sehingga
pasien menjadi lebih nyaman.

b. Koping individual tak efektif berhubungan dengan ketidak-adekuatan


relaksasi, metode koping tidak adekuat, kelebihan beban kerja.
Tujuan: koping individu menjadi lebih adekuat
Kriteria Hasil:
1. Mengidentifikasi prilaku yang tidak efektif
2. Mengungkapkan kesadaran tentang kemampuan koping yang di miliki.
3. Mengkaji situasi saat ini yang akurat
4. Menunjukkan perubahan gaya hidup yang diperlukan atau situasi yang
tepat.
Intervensi:
a) Kaji kapasitas fisiologis yang bersifat umum.
Rasional: Mengenal sejauh dan mengidentifikasi penyimpangan
fungsi fisiologis tubuh dan memudahkan dalam melakukan
tindakan keperawatan.
b) Sarankan klien untuk mengekspresikan perasaannya.
Rasional: klien akan merasakan kelegaan setelah
mengungkapkan segala perasaannya dan menjadi lebih tenang.
c) Berikan informasi mengenai penyebab sakit kepala, penenangan
dan hasil yang diharapkan.
Rasional: agar klien mengetahui kondisi dan pengobatan yang
diterimanya, dan memberikan klien harapan dan semangat
untuk pulih.
d) Dekati pasien dengan ramah dan penuh perhatian, ambil
keuntungan dari kegiatan yang dapat diajarkan.
Rasional: membuat klien merasa lebih berarti dan dihargai.

c. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan kebutuhan


pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, tidak mengenal
informasi dan kurang mengingat ditandai oleh memintanya informasi,
ketidak-adekuatannya mengikuti instruksi.
Tujuan: pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur
dan proses pengobatan.
Kriteria Hasil:
1. Melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari
suatu tindakan.
2. Memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam
regimen perawatan.
Intervensi:
a) Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang
penyakitnya.
Rasional: megetahui seberapa jauh pengalaman dan
pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.
b) Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan
kondisinya sekarang.
Rasional : mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang.
c) Diskusikan penyebab individual dari sakit kepala bila diketahui.
Rasional: untuk mengurangi kecemasan klien serta menambah
pengetahuan klien tetang penyakitnya.
d) Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi
yang telah diberikan.
Rasional: mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan
keluarga serta menilai keberhasilan dari tindakan yang
dilakukan.
e) Diskusikan mengenai pentingnya posisi atau letak tubuh yang
normal
Rasional: agar klien mampu melakukan dan merubah posisi
atau letak tubuh yang kurang baik.
f) Anjurkan pasien untuk selalu memperhatikan sakit kepala yang
dialaminya dan faktor-faktor yang berhubungan.
Rasional: memperhatikan faktor yang berhubungan klien dapat
mengurangi sakit kepala sendiri dengan tindakan sederhana,
seperti berbaring, beristirahat pada saat serangan.
4. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan
lainnya. (Carpenito, 1999:28)
Tujuan Pemulangan pada vertigo adalah:
a) Nyeri dapat dihilangkan atau diatasi.
b) Perubahan gaya hidup atau perilaku untuk mengontrol atau mencegah
kekambuhan.
c) Memahami kebutuhan atau kondisi proses penyakit dan kebutuhan
terapeutik.
XIII. PERAN DAN FUNGSI PERAWAT TERKAIT KASUS VERTIGO

Penyuluhan kepada masyarakat untuk Pola hidup sehat, rajin berolahraga agar berkurangnya
masyarakat yang mengalami penyakit Struk.

1. Advokat
Sebagai narasumber dan fasilitator dalam tahap pengambilan keputusan terhadap
upaya / tindakan kesehatan yang harus dijlani oleh klien
2. Sebagai Pendidik
Perawat membantu klien meningkatkan kesehatanny melalui pemberian pengetahuan
yang terkait dengan keperawatan dan tindakan medic yang diterima
3. Sebagai Pembaharu
Perawat mengadakan inovasi dalam cara berpikir , bersikap , bertingkah laku dan
meningkatkan keterampilan klien : sehat .
XIV. Aspek legal etik keperawatan

Etika berkenaan dengan pengkajian kehidupan moral secara sistematis dan dirancang untuk
melihat apa yang harus dikerjakan, apa yang harus dipertimbangkan sebelum tindakan tsb
dilakukan, dan ini menjadi acuan untuk melihat suatu tindakan benar atau salah secara moral.
Terdapat beberapa prinsip etik dalam pelayanan kesehatan dan keperawatan yaitu :

a. Autonomy (penentu pilihan)


Perawat yang mengikuti prinsip autonomi menghargai hak klien untuk mengambil
keputusan sendiri. Dengan menghargai hak autonomi berarti perawat menyadari
keunikan induvidu secara holistik. Pada kasus ini klien direncanakan akan dilakukan
vakum ekstraksi,perawat harus menghargai hak klien, apakah mau dilakukan atau
tidak tindakan tersebut.
b. Non Maleficence (do no harm)
Non Maleficence berarti tugas yang dilakukan perawat tidak menyebabkan bahaya
bagi kliennya. Prinsip ini adalah prinsip dasar sebagaian besar kode etik keperawatan.
Bahaya dapat berarti dengan sengaja membahayakan, resiko membahayakan, dan
bahaya yang tidak disengaja. Pada Kasus ini seharusnya, perawat lebih hati-hati
dalam menganjurkan suatu tindakan kepada klien, agar tidak membahayakan klien
terutama masalah infeksi karena klien mengalami ketuban pecah dini.
c. Beneficence (do good) Beneficence berarti melakukan yang baik. Perawat memiliki
kewajiban untuk melakukan dengan baik, yaitu, mengimplemtasikan tindakan yang
mengutungkan klien dan keluarga. Beneficence meningkatkan kesehatan dan
kesejahteraan klien dengan cara menentukan cara terbaik untuk membantu pasien.
Dalam hal ini, perawat harus melakukan tugasnya dengan baik, termasuk dalam hal
memberikan asuhan keperawatan yang baik kepada klien, guna membantu
mempercepat proses penyembuhan klien , seperti memberi obat sesuai dosis dan tepat
waktu.
d. Informed Consent Informed Consent atau Persetujuan Tindakan Medis (PTM)
merupakan persetujuan seseorang untuk memperbolehkan sesuatu yang terjadi (mis.
Operasi, transfusi darah, atau prosedur invasif). Ini berdasarkan pemberitahuan
tentang resiko penting yang potensial, keuntungan, dan alternatif yang ada pada klien.
Persetujuan tindakan memungkinkan klien membuat keputusan berdasarkan informasi
penuh tentang fakta. Seseorang yang dapat memberikan persetujuan jika mereka legal
berdasarkan umur, berkompeten, dan jika mereka telah diidentifikasi secara legal
sebagai pembuat keputusan. Setiap pasien mempunyai hak untuk diberi informasi
yang jelas tentang semua resiko dan manfaat dari perlakuan apapun, termasuk semua
resiko dan manfaat jika tidak menerima perlakuan yang di anjurkan atau jika tidak ada
perlakuan sama sekali. Semua orang dewasa mempunyai otonomi , hak membuat
keputusan-keputusan bagi dirinya sendiri selama keputusan –keputusan itu tidak
membahayakan atau merugikan orang lain. Saat mengambil keputusan tentang suatu
terapi pembedahan atau terapi medik, setiap pasien punya hak untuk menolak terapi
yang demikian, atau untuk memilih terapi alternatif. Pada kasus ini klien akan
dilakukan tindakan vakum ekstrasi, klien dapat mengambil keputusan untuk dilkukan
tindakan tersebut atau tidak. Klien juga mendapatkan hak untuk mengetahui resiko
dan manfaat dari tindakan vakum ekstraksi tersebut.
e. Justice (perlakuan adil) Perawat mengambil keputusan dengan rasa keadilan sesuai
dengan kebutuhan tiap klien. Pada kasus ini, klien mengalami kanker kandung kemih
sehingga perawat harus lebih sering untuk mengontrol penyakit yang diderita klien
agar tidak semakin parah.
f. Kejujuran, Kerahasiaan, dan Kesetiaan. Prinsip mengatakan yang sebenarnya
(kejujuran) mengarahkan praktisi untuk menghindari melakukan kebohongan atau
menipu klien. Kejujuran tidak hanya berimplikasi bahwa perawat harus berkata jujur,
namun juga membutuhkan adanya sikap positif dalam memberikan informasi yang
berhubungan dengan situasi klien. Dalam hal ini, apabila klien bertanya apapun
tentang kondisinya, perawat harus menjawab semua pertanyaan klien dengan jujur.
Prinsip kejujuran mengarahkan perawat dalam mendorong klien untuk berbagi
informasi mengenai penyakit mereka. Pada Kasus ini perawat harus memberitahu
pada klien bahwa klien mengalami ketuban pecah dini yang harus mendapatkan
penanganan dengan segera.
Kerahasiaan adalah prinsip etika dasar yang menjamin kemandirian klien.
Perawat menghindari pembicaraan mengenai kondisi klien dengan siapa pun yang
tidak secara langsung terlibat dalam perawatan klien. Konflik kewajiban mungkin
akan muncul ketika seorang klien memilih untuk merahasiakan informasi tertentu
yang dapat membahayakan klien atau orang lain. Prinsip kesetiaan menyatakan bahwa
perawat harus memegang janji yang dibuatnya pada klien. Ketika seseorang jujur dan
memegang janji yang dibuatnya, rasa percaya yang sangat penting dalam hubungan
perawat-klien akan terbentuk. Dengan berkata jujur dan dapat menepati janji,
diharapkan perawat dapat mendapat kepercayaan dari klien sehingga memudahkan
perawat dalam melakukan intervensi. Selain dengan klien, perawat juga harus
membina hubungan saling percaya dengan anggota keluarga klien sehingga akan
memudahkan perawat juga dalam pendekatan keluarga klien.
BAB 3

PENUTUP

XV. KESIMPULAN

  Vertigo didefinisikan sebagai ilusi gerakan, yang paling sering adalah perasaan atau
sensasi tubuh yang berputar terhadap lingkungan atau sebaliknya, lingkungan sekitar kita
rasakan berputar. Vertigo juga dirasakan sebagai suatu perpindahan linear ataupun miring,
tetapi gejala seperti ini relatif jarang dirasakan. Secara etiologi, vertigo disebabkan oleh
adanya abnormalitas organ-organ vestibuler.
  Vertigo juga bisa disebabkan oleh adanya gangguan keseimbangan pada telinga
bagian dalam atau bagian vestibular dan kemungkinan disebabkan oleh gangguan pada otak.
Vestibular merupakan suatu sistem dari telinga bagian dalam yang berfungsi sebagai alat
keseimbangan.
XVI. SARAN
Mengenai makalah yang kami buat, bila ada kesalahan maupun ketidaklengkapan materi
mengenai keperawatan medical bedah dalam asuhan keperawatan pada pasien vertigo, dan
kami sadar makalah yang kami susun penuh kekurangan dan kami mengharap kritik dan
saran serta bimbingannya yang dapat membangun.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenitto, Lynda Juall. (2015). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Alih bahasa : Monica
Ester, Edisi 8. EGC : Jakarta.

Doengoes, Marilynn E. (2009). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk


perencanaan Keperawatan dan masalah kolaboratif. Alih Bahasa : I Made Kanosa,
Edisi III. EGC Jakarta.

Hinchliff, Sue. (2018). Kamus Keperawatan. Edisi; 17. EGC : Jakarta

Sudart dan Burnner, (2009. Keperawatan Medikal-Bedah. Edisi 8. Vol 3. EGC : Jakarta.

Lumban Tobing. S.M, 2003, Vertigo Tujuh Keliling, Jakarta : FK UI

Perhimpunan Dokter Spesialis Syaraf Indonesia, 2009, Vertigo Patofisiologi, Diagnosis dan
Terapi, Malang : Perdossi

NANDA Internasional.2017.Nursing Diagnosa Definition and Clasification

Herlina Andika & dkk. EFEKTIFITAS LATIHAN BRAND DAROFT TERHADAP  


KEJADIANVERTIGO PADA SUBJEK PENDERITA VERTIGO. Jurnal medika  
saintika vol 8(2). 
Yulianto Rustam (2016). Jurnal of physical education, health and sport. PERKEMBANGAN  
TERAPI MASSAGE TERHADAP PENYEMBUHAN PENYAKIT VERTIGO.
Nanda International.2015-2017.DIAGNOSIS KEPERAWATAN. Edisi-10.jakarta.EGC. buku  
kedokteran
Bulechek Gloria & all.(2013). NURSING INTERVENTIONS CLASSIFICATION/NOC.ISBN  
Singapure : 978981470398 /ISBN Indonesia
Moorhead Sue & all . (2013). NURSING OUTCOMES CLASSIFICATION/ NIC. ISBN  
Singapure :978914570381/ ISBN Indonesia
Liu, T.Y. David. 2008. Manual Persalinan. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai