Kel 12 Asuha Kperawatan Vertigo
Kel 12 Asuha Kperawatan Vertigo
1. Malinda fadilah
2. Dina Firnanda
3. Dedi saputra
PROBOLINGGO
2020
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas segala
limpah rahmat dan hidayahnya. Sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini, dan sholawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada proklamator sedunia,
pejuang tangguh yang tak gentar menghadapi segala rintangan demi umat manusia, yakni
Nabi Muhammad SAW.
Adapun maksud penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas di STIKES
Hafshawaty, kami susun dalam bentuk kajian ilmiah dengan judul” Asuhan keperawatan
pada vertigo ’’ dan dengan selesainya penyusunan makalah ini, kami juga tidak lupa
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah, SH.MM sebagai pengasuh pondok pesantren
Zainul Hasan Genggong.
2. Dr. H. Nur hamim, M.Kep.,S.Kep.Ns sebagai ketua STIKES Hafshawaty Zainul
Hasan Genggong.
3. Shinta wahyusari S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.Kep.Mat sebagai Ketua Prodi S1
Keperawatan.
4. Rizka Yunita,S.kep.,Ns.,M.kep Sebagai Wali Kelas Prodi S1 Keperawatan.
5. Wardatul washillah,S.kep.,Ns.,M.kep sebagai dosen mata kuliah Keperawatan medical
bedah 11
Pada akhirnya atas penulisan materi ini kami menyadari bahwa sepenuhnya belum
sempurna. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati mengharap kritik dan saran dari pihak
dosen dan para audien untuk perbaikan dan penyempurnaan pada materi makalah ini.
PENDAHULUAN
Di Indonesia angka kejadian vertigo sangat tinggi pada tahun 2010 dari usia 40
sampai 50 tahun sekitar 50% yang merupakan keluhan nomor tiga paling sering dikeluhkan
oleh penderita yang datang ke praktek umum setelah nyeri kepala dan stroke. Umumnnya
vertigo ditemukan sebesar 15% dari keseluruhan populasi dan hanya 4%-7% yang diperiksa
ke dokter. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Abraham (2014) di India, yaitu dari 54
penderita vertigo perifer didapatkan 20 orang dengan umur lebih dari 60 tahun.Hasil analisis
deskriptif dapat disimpulkan bahwa semakin bertambahnya usia seseorang maka semakin
berisiko terjadinya vertigo perifer.
Vertigo juga bisa disebabkan oleh adanya gangguan keseimbangan pada telinga
bagian dalam atau bagian vestibular dan kemungkinan disebabkan oleh gangguan pada otak.
Vestibular merupakan suatu sistem dari telinga bagian dalam yang berfungsi sebagai alat
keseimbangan. sistem vestibular Tersebut bertanggung jawab untuk menghubungkan
rangsangan terhadap indera dengan pergerakan tubuh dan menjaga agar suatu objek tetap
berada dalam fokus ketika tubuh bergerak.Selain disebabkan oleh gangguan pada sistem
vestibular dan gangguan pada otak, vertigo juga bisa disebabkan oleh faktor idiopatik,
trauma, fisiologis, konsumsi obat dan penyakit atau sindrom lain
1.2 TUJUAN.
II. Fisiologi
1. Telinga bagian luar
Bagian ini merupakan bagian luar dari Telinga manusia yang terdiri dari daun telinga
dan saluran luar telinga.
a. Daun telinga : Fungsi Daun Telinga ini adalah mengumpulkan suara,
memperkuatnya dan mengarahkan suara atau bunyi tersebut ke saluran telinga.
b. Saluran telinga : Fungsi saluran atau liang telinga ini adalah untuk
menyalurkan suara atau bunyi ke telinga bagian tengah.
2. Telinga bagian tengah
Telinga Bagian Tengah terdiri dari beberapa bagian, diantaranya adalah Eardrum
(gendang telinga dan tulang-tulang pendengaran seperti Malleus (tulang martil), Incus
(tulang landasan), Stapes (tulang sanggurdi) dan Eustachian tube (saluran
Pendengaran).
a. Gendang telinga : Fungsi Gendang Telinga atau Membran Timpani adalah
merespon suara yang diterimanya dengan cara menggetarkannya.
b. Malleus : Fungsi Tulang Martil ini adalah menghantarkan getaran suara dari
gendang telinga (eardrum) ke tulang landasan (incus).
c. Incus (tulang landasan) : Fungsi tulang landasan atau incus ini adalah
membantu mentranmisikan getaran suara dari tulang martill (malleus) ke
tulang sanggurdi (stapes).
d. Stapes (tulang sanggurdi) : Fungsi tulang sanggurdi adalah menerima getaran
suara dari tulang landasan dan kemudian diantar ke membran di telinga dalam
melalui tingkap oval.
e. Eustachian Tube (tabung oendengaran) : Fungsi tabung pendengaran ini
adalah membantu mengalirkan lendir dari telinga tengah dan menyamarkan
tekanan di dalam dan di luar telinga.
3. Telinga bagian dalam
Telinga Bagian Dalam atau disebut juga Auris interna adalah bagian terdalam dari
struktur telinga. Fungsi Telinga Bagian Dalam ini adalah mendeteksi suara/bunyi dan
menjaga keseimbangan. Telinga Bagian Dalam pada dasarnya terdiri dari dua bagian
utama yaitu Bony Labirynth (tulang labirin yang menonjol) dan Membran Labyrinth.
a. Bony Labyrinth : Disebut juga Labirin Tulang adalah rongga berlubang di
dalam telinga bagian dalam yang terdiri dari tulang yang dilapisi dengan
Periosteum sedangkan Membran Labyrinth atau Labirin Membran
membentang di dalam Labirin Tulang. Di antara kedua lapisan tersebut
terdapat lapisan cairan Perilimfe. Bony Labirynth terdiri dari beberapa bagian
yaitu Vestibule, Koklea (Cochlea) dan kanal setengah lingkaran (Semicircular
canals).
b. Vestibule : Fungsi Vestibular adalah menjaga keseimbangan posisi kepala
terhadap gaya gravitasi dan merespon perubahan kedudukan tubuh. Vestibular
menggunakan sejenis cairan dan sel pendeteksi atau sel rambut yaitu Sakula
dan Utrikula untuk merespon perubahan kedudukan tubuh ini.
c. Koklea : Fungsi Koklea adalah mengubah getaran suara menjadi persepsi
pendengaran.
d. Semicircular canals (Kanal Setengah Lingkaran) : Fungsi Kanal Setengah
Lingkaran atau Semicircular ini adalah membantu menjaga keseimbangan
dengan mendeteksi gerakan kepala.
III. Definisi
Vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita bergerak atau berputar, atau
seolah-olah benda di sekitar penderita bergerak atau berputar, yang biasanya disertai
dengan mual dan kehilangan keseimbangan. Vertigo bisa berlangsung hanya beberapa
saat atau bisa berlanjut sampai beberapa jam bahkan hari. Penderita kadang merasa
lebih baik jika berbaring diam, tetapi vertigo bisa terus berlanjut meskipun penderita
tidak bergerak sama sekali (Israr, 2012).
Vertigo adalah sensasi atau perasaan yang mempengaruhi orientasi ruang dan
mungkin dapat didefinisikan sebagai suatu ilusi gerakan. Keluhan ini merupakan
gejala yang sifatnya subyektif dan karenanya sulit dinilai. Walupun pengobatan
sebaiknya langsung pada penyebab yang mendasari penyebab atau kelainannya, asal
atau penyebab vertigo sering tidak diketahui ataupun tidak mungkin diobati
(Doengoes, Marilynn E. 2009).
IV. Etiologi
Penyebab vertigo umumnya terjadi disebabkan oleh stress, mata lelah, dan makan
atau minum tertentu. Selain itu, Vertigo bisa bersifat fungsional dan tidak ada
hubungannya dengan perubahan- perubahan organ di dalam otak. Otak sendiri sebenarnya
tidak peka terhadap nyeri. Pada umumnya vertigo tidak disebabkan kerusakan didalam
otak. Namun, dapat menyebabkan ketegangan atau tekanan pada selaput otak atau
pembuluh darah besar, dan didalam kepala dapat menimbulkan rasa sakit yang hebat dan
ketika seorang yang mengidap vertigo tidak berada pada tempat yang aman ketika
gejalanya timbul maka dapat mengakibatkan terjadinya cedera (Junaidi, 2013 dalam
Priambodho, 2015).
Menurut Sudart dan Burnner(2009), Penyebab umum dari vertigo adalah sebagai berikut
1. Keadaan lingkungan
a. motion sickness &mabuk darat
b. Obat-obatan Obat-obatan
c. alkohol
d. sentamisi
2. kelainan sirkulasi
a. transient ischemick attack (gangguan fungsi otak sementara karena
berkurangnya aliran darah kesalah satu bagian otak) pada arteri vertebral dan
arteri basiler
3. kelainan di telinga
a. endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis didalam telinga bagian
dalam ( menyebabkan benign paroxysmal positional vertigo)
b. infeksi telinga bagian dalam karena bakteri
c. herpes zoster
d. labirintitis (infeksi labirin didalam telinga
e. peradangan saraf vestibular
f. penyakit Meniere
4. kelainan neurologis
a. sclerosis multiple
b. patah tulang tengkorak yang disertai cedera labirin, persyarafannya atau
keduanya
c. tumor otak
d. tumor menekan saraf vestibularis
V. Manifestasi Klinis
Gejala penyakit vertigo paling umum adalah pusing, sensasi kepala berputar atau
kepala kliyengan, dan kehilangan keseimbangan. Pusing tujuh keliling atau pusing
dengan perasaan berputar adalah gejala utama dari vertigo seolah olah sekeliling
bergerak. (Kwong, 2005 dalam Chayati, 2017).
Selain pusing dan berputar gejala penyakit vertigo lainnya adalah
a. Mual dan muntah
b. Pergerakan bola mata yang tidak normal (nistagmus)
c. Berkeringat hingga pingsan
d. Tinnitus (telinga berdenging) dan hilangnya pendengaran
e. Sensasi merasa akan jatuh
f. Anggota tubuh merasa lemah
g. Kesulitan berbahaya apabila sudah parah
h. Respon melambat
i. Kesulitan berjalan
VI. Klasifikasi
Berdasarkan gejala klinisnya, vertigo dapat dibagi atas :
1. Vertigo Paroksismal
Yaitu vertigo yang serangannya datang mendadak, berlangsung beberapa
menit atau hari, kemudian menghilang sempurna tetapi suatu ketika serangan
tersebut dapat muncul lagi. Di antara serangan, penderita sama sekali bebas
keluhan.
Vertigo jenis ini dibedakan menjadi:
a Yang disertai keluhan telinga:
Termasuk kelompok ini adalah: Morbus Meniere, Arakhnoiditis
pontoserebelaris, Sindrom Lermoyes, Sindrom Cogan, tumor fossa cranii
posterior, kelainan gigi/ odontogen.
b Yang tanpa disertai keluhan telinga:
Termasuk di sini adalah: Serangan iskemi sepintas arteria
vertebrobasilaris, Epilepsi, Migren ekuivalen, Vertigo pada anak (Vertigo
de L'enfance), Labirin picu (trigger labyrinth).
c Yang timbulnya dipengaruhi oleh perubahan posisi:
Termasuk di sini adalah: Vertigo posisional paroksismal laten, Vertigo
posisional paroksismal benigna.
2. Vertigo Kronis
Yaitu vertigo yang menetap, keluhannya konstan tanpa serangan akut,
dibedakan menjadi:
a Yang disertai keluhan telinga: Otitis media kronika, meningitis Tb,
labirintitis kronis, Lues serebri, lesi labirin akibat bahan ototoksik, tumor
serebelopontin.
b Tanpa keluhan telinga: Kontusio serebri, ensefalitis pontis, sindrom pasca
komosio, pelagra, siringobulbi, hipoglikemi, sklerosis multipel, kelainan
okuler, intoksikasi obat, kelainan psikis, kelainan kardiovaskuler, kelainan
endokrin.
c Vertigo yang dipengaruhi posisi: Hipotensi ortostatik, Vertigo servikalis.
3. Vertigo yang serangannya mendadak atau akut, kemudian berangsur-angsur
mengurang, dibedakan menjadi:
a Disertai keluhan telinga: Trauma labirin, herpes zoster otikus, labirintitis
akuta, perdarahan labirin, neuritis n.VIII, cedera pada auditiva
interna/arteria vestibulokoklearis.
b Tanpa keluhan telinga: Neuronitis vestibularis, sindrom arteria vestibularis
anterior, ensefalitis vestibularis, vertigo epidemika, sklerosis multipleks,
hematobulbi, sumbatan arteria serebeli inferior posterior.
Ada pula yang membagi vertigo menjadi:
1. Vertigo Vestibuler: akibat kelainan sistem vestibuler.
2. Vertigo Non Vestibuler: akibat kelainan sistem somatosensorik dan visual.
VII. Patofisiologi
Dalam kondisi fisiologi/ normal, informasi yang tiba dipusat integrasi alat
keseimbangan tubuh yang berasal dari resptor vestibular, visual dan propioseptik
kanan dan kiri akan diperbandingkan, jika semuanya sinkron dan wajar akan diproses
lebih lanjut secara wajar untuk direspon. Respon yang muncul beberapa penyesuaian
dari otot-otot mata dan penggerak tubuh dalam keadaan bergerak. Di samping itu
orang menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap lingkungan sekitarnya. Tidak
ada tanda dan gejala kegawatan (alarm reaction) dalam bentuk vertigo dan gejala dari
jaringan otonomik.
Namun jika kondisi tidak normal/ tidak fisiologis dari fungsi alat
keseimbangan tubuh dibagian tepi atau sentral maupun rangsangan gerakan yang aneh
atau berlebihan, maka proses pengolahan informasi yang wajar tidak berlangsung dan
muncul tanda-tanda kegawatan dalam bentuk vertigo dan gejala dari jaringan
otonomik. Di samping itu respon penyesuaian otot-otot menjadi tidak adekuat
sehingga muncul gerakan abnormal dari mata disebut nistagnus.
VIII. Pathway
Menurut NANDA Internasional 2006
VERTIGO
X. Penatalaksanaan
1. Medis
Terapi farmokologi dapat berupa terapi spesifik misalnya pemberian
anti biotika dan terapi simtomatik. Nistagmus perifer pada neurinitis
vestibuler lebih meningkat bila pandangan diarahkan menjauhi telinga yang
terkena dan nigtagmus akan berkurang jika dilakukan fiksasi visual pada suatu
tempat atau benda.
2. Keperawatan
a. Vertigo posisional Benigna (VPB)
Latihan : latihan posisional dapat membantu mempercepat remisi pada
sebagian besar penderita VPB. Latihan ini dilakukan pada pagi hari
dan merupakan kagiatan yang pertama pada hari itu. Penderita duduk
dipinggir tempat tidur, kemudian ia merebahkan dirinya pada posisinya
untuk membangkitkan vertigo posisionalnya. Setelah vertigo mereda ia
kembali ke posisi duduk semula. Gerakan ini diulang kembali sampai
vertigo melemah atau mereda. Biasanya sampai 2 atau 3 kali sehari,
tiap hari sampai tidak didapatkan lagi respon vertigo.
b. Obat-obatan
obat anti vertigo seperti miklisin, betahistin atau fenergen dapat
digunakan sebagai terapi simtomatis sewaktu melakukan latihan atau
jika muncul eksaserbasi atau serangan akut. Obat ini menekan rasa
enek (nausea) dan rasa pusing. Namun ada penderita yang merasa efek
samping obat lebih buruk dari vertigonya sendiri. Jika dokter
menyakinkan pasien bahwa kelainan ini tidak berbahaya dan dapat
mereda sendiri maka dengan membatasi perubahan posisi kepala dapat
mengurangi gangguan.
c. Rehabilitasi
Terapi yang penting dan bermanfaat untuk pasien BPPV adalah terapi
rehabilitasi vestibular, suatu latihan atau rehabilitasi pada pasien vertigo
yang bertujuan untuk mengeluarkan debris dari kanal semisirkularis yang
merupakan penyebab dari BPPV. Ada beberapa latihan yang bermanfaat
pada kasus BPPV yaitu : maneuver epley, maneuver semont, latihan brandt
daroff, dan latihan dog roll. Metode latihan brandt daroff adalah metode
rehabilitasi untuk kasus BPPV yang dapat dilakukan dirumah, berbeda
dengan latihan metode yang lain yang harus dikerjakan dengan
pengawasan dokter atau tenaga medis. Langkahnya sebagai berikut:
Terapi diet
Di jantung beberapa kondisi yang menyebabkan vertigo (labyrinthitis, neuroma akustikdan m
ultiple sclerosis) adalah pembengkakan.Untuk melawannya,harus mengandalkan makanan
organik dan utuh yang menyediakan semua vitamin dan mineral penting yang
dibutuhkan tubuh, bersama dengan lemak esensial dan antioksidan yang dapat membersihkan
racun tubuh
1. Selai kacang olahan mengandung vitamin B6 mengkomsumsi selai kacang satu sedok
makan setiap hari untuk penderita vertigo bisa memebantu meningkatkan
metabolisme dan menangkal radikal bebas agar tidak memperparah penyakit vertigo
2. Ikan air tawar . penderita vertigo dianjurkan untuk menghindari komsumsi daging dan
akan digantikan dengan ikan air tawar karna ikan air tawar bagus untuk mengurangi
timbulnnya vertigo selain itu ikan air tawar juga tidak banyak mengandung garam.
3. Bayam , ayam mengandung vitamin B6 yang bisa memberikan suplemen makanan
secukupnnya
4. Pisang ,pisang bagus untuk menambah energi dan dapat mengembalikan sistem
kekebalan tubuh bagi penderita vertigo
5. Alpokat , mengandung banyak vitamin B6 juga merupakan lemak tak jenuh yang
sangat cocok untuk dikomsumsi penderita vertigo.
6. Membatasi asupan garam diet tinggi garam dapat meningkatkan peluang terkena
vertigo terutama
7. Mengkudu , mengandung nutrisi yang baik untuk membantu meringankan penyakit
vertigo. Tidak perlu memakan buah langsung vertigo yang pahit namun meminum
dalam bentuk pil yang sudah banyak dijual ditoko obat. Buah mengkudu dipercaya
dapat membuat tubuh lebih segar dan tidak meudah letih.
8. Jahe , air rebusan jahe yang ditambahsedikit gula juga bagus
XI. Komplikasi
1. Stroke
2. Obstruksi peredaran darah dilabirin
3. Labirintitis (Viral, Bakterial)
4. Penyakit Meniere
5. Infeksi, Inflamasi
6. Tumor
c. Integritas Ego
a) Faktor-faktor stress emosional atau lingkungan tertentu
b) Perubahan ketidakmampuan, keputusasaan, ketidakberdayaan
depresi
c) Kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit kepala
d) Mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik).
g. Keamanan
a) Riwayat alergi atau reaksi alergi
b) Demam (sakit kepala)
c) Gangguan cara berjalan, parastesia, paralisis
d) Drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus).
h. Interaksi sosial
Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial yang berhubungan
dengan penyakit.
i. Penyuluhan / Pembelajaran
a) Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga
b) Penggunaan alkohol atau obat lain termasuk kafein.
c) Kontrasepsi oral/hormone, menopause.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan stress dan ketegangan, iritasi/
tekanan syaraf, vasospressor, peningkatan intrakranial.
Ditandai dengan menyatakan nyeri yang dipengaruhi oleh faktor misal,
perubahan posisi, perubahan pola tidur, gelisah.
b. Koping individual tak efektif berhubungan dengan ketidak-adekuatan
relaksasi, metode koping tidak adekuat, kelebihan beban kerja.
c. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan keterbatasan kognitif, tidak mengenal informasi dan
kurang mengingat.
Ditandai oleh memintanya informasi, ketidak-adekuatannya mengikuti
instruksi.
3. Intervensi
a. Nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan stress dan ketegangan, iritasi/
tekanan syaraf, vasospasme, peningkatan intrakranial ditandai dengan
menyatakan nyeri yang dipengaruhi oleh faktor misal, perubahan posisi,
perubahan pola tidur, gelisah.
Tujuan: Nyeri hilang atau berkurang
Kriteria Hasil:
1. Klien mengungkapkan rasa nyeri berkurang
2. Tanda-tanda vital normal
3. pasien tampak tenang dan rileks.
Intervensi:
a) Pantau tanda-tanda vital, intensitas/skala nyeri.
Rasional: Mengenal dan memudahkan dalam melakukan tindakan
keperawatan.
b) Anjurkan klien istirahat ditempat tidur.
Rasional: istirahat untuk mengurangi intesitas nyeri.
c) Atur posisi pasien senyaman mungkin
Rasional: posisi yang tepat mengurangi penekanan dan mencegah
ketegangan otot serta mengurangi nyeri.
d) Ajarkan teknik relaksasi dan napas dalam
Rasional: relaksasi mengurangi ketegangan dan membuat perasaan
lebih nyaman.
e) Kolaborasi untuk pemberian analgetik.
Rasional: analgetik berguna untuk mengurangi nyeri sehingga
pasien menjadi lebih nyaman.
Penyuluhan kepada masyarakat untuk Pola hidup sehat, rajin berolahraga agar berkurangnya
masyarakat yang mengalami penyakit Struk.
1. Advokat
Sebagai narasumber dan fasilitator dalam tahap pengambilan keputusan terhadap
upaya / tindakan kesehatan yang harus dijlani oleh klien
2. Sebagai Pendidik
Perawat membantu klien meningkatkan kesehatanny melalui pemberian pengetahuan
yang terkait dengan keperawatan dan tindakan medic yang diterima
3. Sebagai Pembaharu
Perawat mengadakan inovasi dalam cara berpikir , bersikap , bertingkah laku dan
meningkatkan keterampilan klien : sehat .
XIV. Aspek legal etik keperawatan
Etika berkenaan dengan pengkajian kehidupan moral secara sistematis dan dirancang untuk
melihat apa yang harus dikerjakan, apa yang harus dipertimbangkan sebelum tindakan tsb
dilakukan, dan ini menjadi acuan untuk melihat suatu tindakan benar atau salah secara moral.
Terdapat beberapa prinsip etik dalam pelayanan kesehatan dan keperawatan yaitu :
PENUTUP
XV. KESIMPULAN
Vertigo didefinisikan sebagai ilusi gerakan, yang paling sering adalah perasaan atau
sensasi tubuh yang berputar terhadap lingkungan atau sebaliknya, lingkungan sekitar kita
rasakan berputar. Vertigo juga dirasakan sebagai suatu perpindahan linear ataupun miring,
tetapi gejala seperti ini relatif jarang dirasakan. Secara etiologi, vertigo disebabkan oleh
adanya abnormalitas organ-organ vestibuler.
Vertigo juga bisa disebabkan oleh adanya gangguan keseimbangan pada telinga
bagian dalam atau bagian vestibular dan kemungkinan disebabkan oleh gangguan pada otak.
Vestibular merupakan suatu sistem dari telinga bagian dalam yang berfungsi sebagai alat
keseimbangan.
XVI. SARAN
Mengenai makalah yang kami buat, bila ada kesalahan maupun ketidaklengkapan materi
mengenai keperawatan medical bedah dalam asuhan keperawatan pada pasien vertigo, dan
kami sadar makalah yang kami susun penuh kekurangan dan kami mengharap kritik dan
saran serta bimbingannya yang dapat membangun.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenitto, Lynda Juall. (2015). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Alih bahasa : Monica
Ester, Edisi 8. EGC : Jakarta.
Sudart dan Burnner, (2009. Keperawatan Medikal-Bedah. Edisi 8. Vol 3. EGC : Jakarta.
Perhimpunan Dokter Spesialis Syaraf Indonesia, 2009, Vertigo Patofisiologi, Diagnosis dan
Terapi, Malang : Perdossi