Berbagai macam bahan makanan baik hewani maupun nabati, sering kali secara
alamiah mengandung senyawa-senyawa beracun yang dapat menimbulkan keracunan akut,
dimana makanan tersebut pada umumnya sudah dikenal oleh masyarakat.
cendawan (muskarin),
ikan buntal,
Sejumlah jenis bahan makanan sudah mengandung bahan beracun secara alamiah
sejak asalnya. Racun ini berupa ikatan organik yang disintesa (hasil metabolisme) bahan
makanan, baik makanan nabati maupun bahan makanan hewani, seperti jenis ikan tertentu,
kerang-kerangan dan sebagainya.
a) Kentang
Biasanya racun yang dikandung oleh kentang berkadar rendah dan tidak
menimbulkan efek yang merugikan bagi manusia. Tetapi kentang yang berwarna hijau,
bertunas dan secara fisik telah rusak atau membusuk dapat menyebabkan glikoalkaloid
dalam kadar yang tinggi, karena racun tersebut terutama terdapat pada daerah yang
berwarna hijau, kulit atau daerah dibawah kulit kentang.
Kadar glikoalkoid yang tinggi dapat menimbulkan rasa seperti terbakar di mulut,
sakit perut, mual dan muntah.
b) Bayam
Sayuran yang satu ini banyak dikonsumsi ibu rumah tangga karena kandungan gizi
yang melimpah. Namun, bayam bisa meracuni akibat asam oksalat yang banyak
terkandung dalam bayam.
Asam oksalat adalah senyawa kimia yang memiliki rumus H2C2O4 dengan nama
sistematis asam etanadioat. Asam dikarboksilat paling sederhana ini biasa digambarkan
dengan rumus HOOC-COOH. Merupakan asam organik yang relatif kuat, 10.000 kali lebih
kuat daripada asam asetat. Di-anionnya, dikenal sebagai oksalat, juga agen pereduktor.
Asam oksalat yang terlalu besar dapat mengakibatkan:
Bahan makanan ini mengandung suatu ikatan organic yang dapat menghasilkan
racun biru (HCN) yang sangat toksik.Singkong sebagai bahan pokok ini banyak digunakan
sebagai pengganti beras dan jagung, karena tanah yang tadinya subur telah kehilangan
kesuburannya dan menjadi gersang kekurangan air. Juga beberapa jenis kacang koro
(Macuna spp) dikonsumsi di daerah-daerah tertentu pada masa paceklik, padahal jenis
kacang tersebut juga mengandung bahan beracun yang menghasilkan HCN. Tergantung
jumlahnya hidrogen sianida dapat menyebabkan sakit sampai kematian (dosis yang
mematikan 0,5-3,5 mg HCN/kg berat badan).
Singkong dibedakan atas dua tipe, yaitu pahit dan manis. Singkong tipe pahit
mengandung kadar racun yang lebih tinggi daripada tipe manis. Jika singkong mentah atau
yang dimasak kurang sempurna dikonsumsi maka racun tersebut akan berubah menjadi
senyawa kimia yang dapat mengganggu kesehatan.
Gejala keracunan sianida, antara lain :
Didalam biji jengkol terkandung asam jengkolat (Jen-colid acid). Asam jengkolat
dapat menyebabkan keracunan yang ditandai dengan mual dan susah buang air kecil,
karena tersumbatnya saluran kencing.
Racun jengkol dapat dikurangi dengan cara perebusan, perendaman dengan air,
atau membuang mata lembaganya karena kandungan racun terbesar ada pada bagian ini.
Lain halnya dengan petai cina (Leucaena glauca). Bahan pangan ini mengandung mimosin,
yaitu sejenis racun yang dapat menjadikan rambut rontok karena retrogresisi di dalam sel-
sel partikel rambut.Mimosina (mimosine, asam β-3-hidroksi-4 piridon amino) adalah
alkaloid yang merupakan asam β-amino. Senyawa ini bersifat toksik dan pertama kali
diisolasi dari putri malu (Mimosa pudica). Walaupun mengandung mimosina, putri malu
masih digemari beberapa masyarakat Pontianak -terutama orang lansia- sebagai sayuran.
Dan putri malu pun juga dikenal sebagai obat-obatan. Strukturnya mirip dengan asam
amino struktural tirosina. Dalam pencernaan hewan ruminansia, mimosina dirombak
menjadi 3,4- dan 2,3-dihidroksi piridon (3,4- dan 2,3-DHP). Racun ini ditemukan pula
pada semua anggota Mimosa dan Leucaena, termasuk lamtoro (petai cina).
Cara menghilangkan atau menurunkan senyawa beracun mimosin pada petai cina
dilakukan dengan merendam petai cina dengan air pada suhu 70oC (24 jam) atau pada
100oC selam 4 menit. Dengan cara tersebut kandungan mimosin dapat diturunkan dari
4,5% menjadi 0,2% atau penurunan sebanyak 95% (Costillo, 1962 dalam Winarno, 2002).
Demikian juga dengan proses pembuatan tempe kadar mimosin dapat banyak
dikurangi, kandungan mimosin dalam biji lamtoro gung 63 mg/kg dan dalam tempe
lamtoro tinggal 0,001 mg/kg (Dewi Slamet, 1982 dalam Winarno, 2002). Bila bereaksi
dengan logam, misalnya besi, mimosin akan membentuk senyawa kompleks yang
berwarna merah.
Kandungan racun dalam bahan makanan biasanya rendah sehingga bila dikonsumsi
dalam jumlah normal oleh orang yang kesehatannya normal tidak banyak membahayakan
tubuh. Penganekaragamanan makanan dalam menu sangat penting ditinjau dari
kemungkinan zat racun tersebut mencapai jumlah ynag membahayakan.
Sebelum membahas senyawa racun dari mikroba, perlu terlebih dahulu dipahami
dua istilah yang mirip pengertiannya, yaitu infeksi dan keracunan. Infeksi adalah suatu
istilah yang digunakan bila seseorang setelah mengkonsumsi makanan atau minuman yang
mengandung bakteri patogen mendapat gejala-gejala penyakit. Keracunan yang disebut
juga intoksikasi disebabkan mengkonsumsi makanan yang telah mengandung senyawa
beracun yang diproduksi oleh mikroba, baik bakteri maupun kapang.
Beberapa senyawa racun yang dapat menyebabkan intoksifikasi adalah bakteri
clostridium botulinum, Staphylococcus aureus, dan Pseudomonas cocovenenans sedang
dari kapang, biasanya disebut mikotoksin yaitu Aspergillus flavus, Penicillium sp, dan lain
sebagainya.
Pencemaran makanan dapat pula terjadi dengan mikroba atau jasad renik yang kemudian
menghasilkan racun dan ikut tertelan bersama makanan tersebut; dapat menyebabkan
keracunan makanan (Food intoxication). .
Jenis coccus sering mencemari makanan kue basah, yang tidak disimpan cukup
hygenik dan telah lama disimpan di udara terbuka sebelum dikonsumsi.
Jenis coccus yang pathogen dapat tumbuh subur dan menghasilkan exotoxin maupun
endotoxin; bahan toksik ini kemudian ikut termakan. Exotoxin ialah racun yang dihasilkan
kemudian dikeluarkan dari sel mikroba, sedangkan endotoxin tetap di dalam sel mikroba,
tetapi setelah mikroba mati dan dihancurkan di dalam saluran pencernaan, endotoxin
tersebut keluar sari sel dan menyebabkan keracunan. Di sini yang menyebabkan penyakit
bukan mikrobanya secara infeksi, tetapi bahan beracunnya yang telah dihasilkan oleh
mikroba tersebut, tidak peduli mikrobanya masih hidup atau tidak.
Terdapat banyak bakteri patogen yang membahayakan kesehatan manusia, antara lain:
a. Escherichia coli
Beberapa galur Escherichia coli yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia adalah :
enteropatogenik
enteroinuasiue
enteroagregatif
b. Staphylococcus aureus
produk bakeri, pastry, pai, sandwich, serta susu dan produk susu.
Keracunan oleh S. aureus diakibatkan oleh enterotoksin yang tahan panas yang
dihasilkan oleh bakteri tersebut.
c. Salmonella
Salmonella bersifat patogen pada manusia dan hewan lainnya, dan dapat
menyebabkan demam enterik dan gastroentritis. Diketahui terdapat 200 jenis dari 2.300
serotip Salmonella yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia
d. Shigella
Shigella merupakan bakteri patogen di usus manusia dan primata penyebab shigella
(disentri basher).
Makanan yang sering terkontaminasi Shigella adalah salad, sayuran segar (mentah),
susu dan produk susu, serta air yang terkontaminasi. Sayuran segar yang tumbuh pada
tanah terpolusi dapat menjadi faktor penyebab penyakit, seperti disentri basher atau
shigellosis yang disebabkan oleh Shigella.
e. Vibrio Cholerae
Sebagian besar genus Vibrio ditemukan di perairan air tawar atau air laut, serta
merupakan bakteri patogen dalam budi daya ikan dan udang. Spesies Vibrio yang termasuk
patogen adalah V. cholerae, V. parahaemolyticus, dan V. vulvinicus. Spesies V. chloreae
dan V. parahaemolyticus merupakan sumber kontaminasi silang antara buah dan sayuran
mentah.
f. Clostridium botulinum
Botulinin dapat diproduksi oleh beberapa jenis clostridium botulinum yaitu tipe
A,B C, D, E, F, dan G. Tipe yang paling berhaya adalah tipe A dan B, sedangkan tipe E
dan F dalam derajat yang lebih lemah juga tetap berbahaya bagi manusia. Garam dengan
konsentrasi 8% atau lebih serta pH 4,5 atau kurang dapat menghambat pertumbuhan C,
botulinum sehingga produksi botulinin dapat dicegah.
Biasanya bakteri ini tumbuh pada makanan kaleng yang tidak sempurna
pengolahannya atau pada kaleng yang bocor, sehingga makanan di dalamnya
terkontaminasi udara dari luar.
g. Pseudomonas cocovenenans.
Pada umumnya tempe bongkrek yang jadi atau berhasil dengan baik (kompak dan
berwarna putih) hanya ditumbuhi kapang tempe rhizopus oligosporus, tetapi tempe yang
gagal dan rapuh disamping R. Oligosporus biasanya juga tumbuh sejenis bakteri yang
diebut Pseudomonas cocovenenans, bakteri yang sebenarnya tidak dikehendaki ada dalam
tempe bongkrek. Bakteri inilah yang menyebabkan terbentuknya toksin dalam tempe
bongkrek.
Toksoflavin (C7H7N5O2) merupakan pigmen berwarna kuning, bersifat
flouresens, dan stabil terhadap oksidator. LD50 toksoflavin adalah 1,7 mg per kg berat
badan.
Asam bongkrek (C28H38O7) merupakan asam trikarboksilat tidak jenuh. Dosis
fatal untuk monyet 1,5 mg per kg berat badan, sedangkan untuk tikus 1,41 kg per berat
badan. Asam bongkrek bersifat sangat fatal dan biasanya merupakan penyebab kematian.
Hal ini disebabkan toksin tersebut dapat mengganggu metabolisme glikogen dengan
memobilisasi glikogen dari hati sehingga terjadi hiperglikimia yang kemudian berubah
menjadi hipoglikimia.
Penderita hipoglikimia biasanya meninggal empat hari setelah mengkonsumsi
tempe bongkrek yang beracun. Tempe bongkrek banyak dikonsumsi di daerah Banyumas
dan Tegal di Jawa Tengah.
DAFTAR PUSTAKA :