Anda di halaman 1dari 8

BAHAN AJAR

KONSEP PELAYANAN KEPERAWATAN DALAM SISTEM PELAYANAN


KESEHATAN

Sistem Pelayanan Kesehatan

Menurut Hidayat (2008) sistem pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dalam
meningkatkan derajat kesehatan. Melalui sistem ini tujuan pembangunan kesehatan dapat
tercapai dengan efektif, efisien dan tepat sasaran.

Menurut Hidayat(2008) keberhasilan sistem pelayanan kesehatan tergantung dari berbagai


komponen yang masuk dalam pelayanan kesehatan. Sistem terbentuk dari subsistem yang saling
berhubungan dan saling mempengaruhi. Sistem terdiri dari: input, proses, output, dampak,
umpan balik dan lingkungan.

1. Input

Merupakan sistem yang akan memberikan segala masukan untuk berfungsinya sebuah sistem.
Input pelayanan kesehatan meliputi: potensi masyarakat, tenaga dan sarana kesehatan, dan
sebagainya.

2. Proses

Merupakan kegiatan merubah sebuah masukan menjadi sebuah hasil yang diharapkan dari sistem
tersebut. Proses dalam pelayanan kesehatan meliputi berbagai kegiatan dalam pelayanan
kesehatan.

3. Output
Merupakan hasil yang diperoleh dari sebuah proses. Output pelayanan kesehatan dapat berupa
pelayanan yang berkualitas dan terjangkau sehingga masyarakat sembuh dan sehat.

4. Dampak

Merupakan akibat dari output atau hasil suatu sistem, terjadi dalam waktu yang relatif lama.
Dampak sistem pelayanan kesehatan adalah masyarakat sehat, angka kesakitan dan kematian
menurun.

5. Umpan balik

Merupakan suatu hasil yang sekaligus menjadi masukan. Terjadi dari sebuah sistem yang saling
berhubungan dan saling mempengaruhi. Umpan balik dalam pelayanan kesehatan dapat berupa
kualitas tenaga kesehatan.

6. Lingkungan

Adalah semua keadaan diluar sistem tetapi dapat mempengaruhi pelayanan kesehatan.

Sistem Klien

1. Pengertian Klien dan Jenis-jenis Klien

Klien adalah penerima asuhan keperawatan dan dapat didefinisikan sebagai


individu, keluarga, komunitas, atau kelompok yang lebih besar. Ahli teori mungkin
mendefinisikan klien sebagai seseorang yang memiliki kebutuhan, status kesehatannya
terganggu, kurang perawatan diri, adaptif yang mampu berubah, atau seseorang yang
mengalami ketidakselarasan. Beberapa ahli teori mengidentifikasi individu yang
memiliki masalah kesehatan raja yang disebut sebagai klien, sedangkan ahli teori lainnya
memandang individu atau keluarga sebagai penerima asuhan dalam cakupan
keperawatan. (Paula, J.C., dan Jannet, W.K. (2009). Proses Keperwatan: Aplikasi Model
Konseptual. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC). Di samping itu, pada tempat
perawatan utama, seperti juga pada tempat pelayanan kesehatan lainnya, yang dimaksud
dengan klien adalah orang yang mencari pelayanan kesehatan. (Potter, P. A., Perry, A.G.
(2005). Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik,4th ed. Penerbit Buku
Kedokteran EGC). Pengertian lainnya, Klien adalah penerima jasa pelayanan kesehatan
di rumah sakit baik dalam keadaan sakit maupun sehat (Wijono, 1999:1237).
Berdasarkan cara masuk klien ke dalam sistem pelayanan kesehatan, klien terbagi
menjadi tiga jenis:

1. Klien yang dirujuk

Pada jenis ini, klien masuk ke dala sistem dengan rujukan dari seorang anggota tim
kesehatan karena mengalami masalah akut dan berpotensi mengancam kehidupan (klien
yang mengalami nyeri dada berat) atau mengalami masalah yang kurang mengancam
kehidupan (kemerahan pad kulit karena sebab yang belum diketahui). Dalam kondisi
darurat klien biasanya memanggil dokter yang akan merujuk klien ke tempat parawatan
kedaruratan. Namun, pada situasi kurang akut, perawat merupakan profesi yang biasanya
memberi rujukan pada klienuntuk mendapatkan pelayanan dalam sistem. Rujukan dapat
juga diberikan untuk tetangga yang mnecari anjuran, untuk anak dan keluarga di mana
ada perawat, tenaga sukarela yang bekerja di sekolahnya, dan untuk keluarga dengan
klien yang telah diberikan perawatan sebelumnya oleh perawat (Potter & Perry, 2005).

2. Klien sukarela

Klien masuk ke sistem pelayanan kesehatan karena keinginan sendiri untuk mendapatkan
pelayanan tertentu.

3. Klien yang masuk ke sistem pelayanan kesehatan karena pengaruh situasi keuangan

Seseorang yang bekerja dan mempunyai asuransi mungkin akan segera masuk ke rumah
sakit untuk menjalankan operasi atau prosedur diagnostik padahal penyakitnya ringan.
Hal itu karena mereka mempunyai sumber keuangan untuk mencari dan membayar
pelayanan kesehatan yang diberikan. Berbeda halnya dengan pengangguran. Orang yang
menganggur dan tidak berpenghasilan, dengan keuangan terbatas mungkin hanya akan
mencari perawatan jika sakit yang dideritanya sudah akut dan harus dirawat di ruang
perawatan kedaruratan di rumah sakit (Potter & Perry, 2005).

2. Individu dan Keluarga sebagai Klien


a. Individu sebagai Klien. Individu adalah anggota keluarga yang unik, sebagai kesatuan
yang utuh dari aspek bio-psiko-sosial-spiritual. Dalam hal ini, perawat berperan
memenuhi kebutuhan dasar individu karena:
1) Kelemahan fisik dan mental,
2) keterbatasan pengetahuan,
3) dan kurang kemauan menuju kemandirian

(Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran


EGC).
b. Keluarga sebagai Klien. Keluarga merupakan kelompok individu yang memiliki
hubungan yang erat secara kontinu sehingga terjadi interaksi satu sama lain, baik
dalam lingkungan sendiri maupun masyarakat secara umum. Adapun alasan keluarga
sebagai fokus pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut:
1) Keluarga adalah unit utama dalam masyarakat dan merupakan lembaga yang
menyangkut kehidupan masyarakat.
2) Keluarga sebagai satu kelompok dapat menimbulkan, mencegah,
memperbaiki/mengabaikan masalah kesehatan di dalam kelompoknya.
3) Masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan. Penyakit salah satu
anggota keluarga akan berpengaruh terhadap seluruh keluarga.
4) Keluarga tetap berperan sebagai pengambil keputusan dalam perawatnnya.
5) Keluarga merupakan perantara yang efektif untuk berbagai usaha kesehatan
masyarakat.

Tingkat Pelayanan Kesehatan

Menurut Leavel & Clark(2005) tingkat pelayanan kesehatan merupakan bagian dari sistem
pelayanan kesehatan yang diberikan pada masyarakat. Dalam memberikan pelayanan kesehatan
harus memandang pada tingkat pelayanan kesehatan yang akan diberikan, yaitu:
a. Health Promotion (Promosi Kesehatan), merupakan tingkat pertama dalam memberikan
pelayanan melalui peningkatan kesehatan. Bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan
masyarakat. Contoh: kebersihan perorangan, perbaikan sanitasi lingkungan, dan sebagainya.
b. Specific Protection (Perlindungan Khusus), adalah masyarakat terlindung dari bahaya atau
penyakit-penyakit tertentu. Contoh: Imunisasi, perlindungan keselamatan kerja.
c. Early Diagnosis And Prompt Treatment (Diagnosis Dini & Pengobatan Segera), sudah mulai
timbulnya gejala penyakit. Dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit. Contoh: survey
penyaringan kasus.

Lingkup Sistem Pelayanan Kesehatan


Menurut Perry (2009), dalam sistem pelayanan kesehatan dapat mencakup pelayanan dokter,
pelayanan keperawtan, dan pelayanan kesehatan masyarakat. Dokter merupakan subsistem dari
pelayanan kesehatan. Subsistem pelayanan kesehatan tersebut memiliki tujuan masing-masing
dengan tidak meninggalkan tujuan umum dari pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang
ada sekarang ini dapat diselenggarakan oleh pihak pemerintah maupun swasta. Dalam pelayanan
kesehatan terdapat 3 bentuk, yaitu:
a. Primary Health Care (Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama)
Pelayanan kesehatan ini dibutuhkan atau dilaksanakan pada masyarakat yang memiliki
masalah kesehatan yang ringan atau masyarakat sehat tetapi ingin mendapatkan
peningkatan kesehatan agar menjadi optimal dan sejahtera sehingga sifat pelayanan
kesehatan adalah pelayanan kesehatan dasar. Pelayanan kesehatan ini dapat dilaksanakan
oleh puskesmas atau balai kesehatan masyarakat dan lain-lain.
b. Secondary Helath Care (Pelayanan Kesehatan Tingkat Kedua)
Untuk pelayanan kesehatan ini diperlukan bagi masyarakat atau klien yang membutuhkan
perawatan dirumah sakit atau rawat inap dan tidak dilaksanakan di pelayanan kesehatan
utama. Pelayanan kesehatan ini dilaksanakan di rumah sakit yang tersedia tenaga
spesialis atau sejenisnya.
c. Tertiary Health Services (Pelayanan Kesehatan Tingkat Ketiga)
Pelayanan kesehatan ini merupakan tingkat pelayanan yang tertinggi dimana tingkat
pelayanan ini apabila tidak lagi dibutuhkan pelayanan pada tingkat pertama dan kedua.
Biasanya pelayanan ini membutuhkan tenaga-tenaga yang ahli atau spesialis dan sebagai
rujukan utama seperti rumah sakit yang tipe A atau B.

Lembaga Pelayanan Kesehatan


Menurut Hidayat(2008) lembaga pelayanan kesehatan merupakan tempat pemberian pelayanan
kesehatan pada masyarakat untuk meningkatkan status kesehatan. Bervariasi berdasarkan tujuan
pemberian pelayanan kesehatan.
1. Rawat Jalan
Pusat pelayanan rawat jalan, sama dengan klinik, memberi pelayanan kesehatan dengan cara
rawat jalan. Pusat tersebut mungkin bergabung dengan rumah sakit atau berfungsi secara mandiri
dibawah suatu yayasan atau dibawah pengawasan seorang dokter atau sekelompok dokter. Pusat
pelayanan rawat jalan mungkin dapat berlokasi dalam suatu fasilitas rawat inap; tetapi sebagian
besar berdiri sendiri dan berlokasi jauh dari institusi rawat inap yang besar. “Pusat-Bedah”
merupakan salah satu contoh dari pusat pelayanan rawat jalan dimana klien datang untuk
melakukan prosedur oprasi minor seperti pengangkatan katarak, bedah plastik, dan prosedur
endoskopi. “Pusat perawatan darurat” yang memberikan pelayanan 24 jam bagi klien dengan
cedera minor atau penyakit seperti laserasi dan influenza. Pusat perawatan darurat menawarkan
alternatif pelayanan seperti yang diberikan pada ruang kedaruratan rumah sakit.
2. Institusi
Lembaga institusional terdiri dari rumah sakit, fasilitas perawatan yang diperluas, fasilitas
psikiatri, dan pusat rehabilitasi. Semuanya menawarkan bentuk pelayanan kesehatan rawat inap
(klien diterima masuk dan tingga;l di suatu institusi untuk penentuan diagnosa, menerima
pelayanan pengobatan dan rehabilitasi). Sebagian besar institusi juga menawarkan pelayanan
rawat jalan (klien berkunjung ke suatu institusi untuk menerima suatu episode diagnosa atau
pengobatan yang akan selesai dalam beberapa jam).
3. Hospice
Adalah suatu sistem perawatan yang berpusat pada keluarga yang bertujuan agar klien dapat
tinggal dirumahnya dengan aman, mandiri, dan penuh harga diri, sambil meringankan
penderitaan yang disebabkan oleh penyakit terminal yang dideritanya. Fokus perawatan hospice
adalah perawatan paliatif, bukan pengobatan kuratif. Hospice dapat bermanfaat untuk klien yang
berada pada tahap terminal dengan penyakit apapun, seperti kardiomiopati, sklerosis multiple,
AIDS, kanker, emfisema, atau penyakit ginjal.
4. Community Based Agency
Merupakan bagian dari lembaga pelayanan kesehatan yang dilakukan pada klien pada
keluarganya, sebagaimana pelaksanaan perawatan keluarga seperti praktek perawat keluarga dan
lain-lain.

Syarat pokok pelayanan kesehatan


Secara konsep suatu pelayanan kesehatan dikatakan baik apabila, memenuhi syaratsyarat
berikut :
a. Tersedia (available) dan berkesinambungan (continuous), artinya semua jenis pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan masyarakat tidak sulit ditemukan, serta keberadaannya dalam
masyarakat adalah pada setiap saat yang dibutuhkan.
b. Dapat diterima (acceptable) dan bersifat wajar (appropriate), artinya pelayanan kesehatan
tersebut tidak bertentangan dengan keyakinan dan kepercayaan masyarakat. Pelayanan kesehatan
yang bertentangan dengan adat istiadat, kebudayaan, keyakinan dan kepercayaan mesyarakat,
serta bersifat tidak wajar, bukanlah suatu pelayanan kesehatan yang baik.
c. Mudah dicapai (accessible), artinya untuk dapat mewujudkan pelayanan kesehatan yang baik,
maka pengaturan distribusi sarana kesehatan menjadi sangat penting. Pelayanan kesehatan yang
terlalu terkonsentrasi di daerah perkotaan saja, dan sementara itu tidak ditemukan didaerah
pedesaan, bukanlah pelayanan kesehatan yang baik.
d. Mudah dijangkau (affordable), artinya untuk dapat mewujudkan keadaan yang seperti itu
harus dapat diupayakan biaya pelayanan kesehatan tersebut sesuai dengan kemampuan ekonomi
masyarakat. Pelayanan kesehatan yang mahal hanya mungkin dinikmati oleh sebagian kecil
masyarakat saja bukanlah kesehatan yang baik.
e. Bermutu (quality) adalah yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan
yang diselenggarakan, yang disatu pihak tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik
serta standard yang telah ditetapkan.

Prinsip pelayanan prima di bidang kesehatan


Secara prinsip suatu pelayanan kesehatan dikatakan telah memberikan pelayanan secara prima
apabila telah memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Mengutamakan pelanggan artinya suatu prosedur pelayanan disusun demi kemudahan dan
kenyamanan pelanggan, bukan untuk memeperlancar pekerjaan kita sendiri. Jika pelayanan kita
memiliki pelanggan eksternal dan internal, maka harus ada prosedur yang berbeda, dan terpisah
untuk keduanya. Jika pelayanan kita juga memiliki pelanggan tak langsung maka harus
dipersiapkan jenis-jenis layanan yang sesuai untuk keduanya dan utamakan pelanggan tak
langsung.
b. Sistem yang efektif artinya proses pelayanan perlu dilihat sebagai sebuah sistem yang nyata
(hard system), yaitu tatanan yang memadukan hasil-hasil kerja dari berbagai unit dalam
organisasi. Perpaduan tersebut harus terlihat sebagai sebuah proses pelayanan yang berlangsung
dengan tertib dan lancar dimata para pelanggan.
c. Melayani dengan hati nurani (soft system), artinya ketika petugas kesehatan bertatap muka
dengan pelanggan, yang diutamakan keaslian sikap dan perilaku sesuai dengan hati nurani,
perilaku yang dibuat-buat sangat mudah dikenali pelanggan dan memperburuk citra pribadi
pelayan. Keaslian perilaku hanya dapat muncul pada pribadi yang sudah matang.
d. Perbaikan yang berkelanjutan, artinya semakin baik mutu pelayanan akan menghasilkan
pelanggan yang semakin sulit untuk dipuaskan, karena tuntutannya juga semakin tinggi,
kebutuhannya juga semakin meluas dan beragam, maka sebagai pemberi jasa harus mengadakan
perbaikan terus menerus.
e. Memberdayakan pelanggan artinya petugas hendaknya menawarkan berbagai jenis layanan
kesehatan yang dapat digunakan sebagai sumberdaya atau perangkat tambahan oleh pelanggan
untuk menyelesaikan persoalan hidupnya sehari-hari.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sistem Pelayanan Kesehatan


1. Pergeseran masyarakat dan konsumen
Hal ini sebagai akibat dari peningkatan pengetahuan dan kesadaran konsumen terhadap
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dan upaya pengobatan. Sebagai masyarakat yang
memiliki pengetahuan tentang masalah kesehatan yang meningkat, maka mereka mempunyai
kesadaran lebih besar yang berdampak pada gaya hidup terhadap kesehatan. Akibatnya
kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan meningkat.
2. Ilmu pengetahuan dan teknologi baru
Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi disisi lain dapat meningkatkan pelayanan
kesehatan karena adanya peralatan kedokteran yang lebih canggih dan memadai, namun disisi
lain kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi juga berdampak pada beberapa hal, diantaranya
adalah:
a. Dibutuhkan tenaga kesehatan profesional akibat pengetahuan dan peralatan yang lebih canggih
dan modern.
b. Melambungnya biaya kesehatan.
c. Meningkatnya biaya pelayanan kesehatan.

3. Isu legal dan etik


Sebagai masyarakat yang sadar terhadap haknya untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dan
pengobatan, isu etik dan hukum semakin meningkat ketika mereka menerima pelayanan
kesehatan. Disatu pihak, petugas kesehatan yang memberikan pelayanan kurang seksama akibat
meningkatnya jumlah konsumen, di sisi lain konsumen memiliki pengertian yang lebih baik
mengenai masalah kesehatannya. Pemberian pelayanan kesehatan yang kurang memuaskan dan
kurang manusiawi atau tidak sesuai harapan, maka persoalan atau dilema hukum dan etik akan
semakin meningkat.
4. Ekonomi
Pelayanan kesehatan yang sesuai dengan harapan barangkali hanya dapat dirasakan oleh orang-
orang tertentu yang mempunyai kemampuan untuk memperoleh fasilitas pelayanan kesehatan
yang dibutuhkan, namun bagi klien dengan status ekonomi yang rendah tidak akan mampu
mendapatkan pelayanan kesehatan yang paripurna, karena tidak mampu menjangkau biaya
pelayanan kesehatan. Akibatnya masyarakat enggan untuk mencari diagnosis dan pengobatan.
Penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan menurun akibat biaya pelayanan yang tinggi dan tidak
adanya jaminan bagi masyarakat yang tidak mempunyai pekerjaan.
5. Politik
Kebijakan pemerintah dalam sistem pelayanan kesehatan akan berpengaruh pada kebijakan
tentang bagaimana pelayanan kesehatan yang diberikan dan siapa yang menanggung biaya
pelayanan kesehatan. Tentunya saat ini menjadi kabar baik bagi masyarakat yang kurang mampu
dengan adanya kebijakan di tiap-tiap kabupaten tentang pengobatan gratis di pusat pelayanan
kesehatan masyarakat. Namun demikian, jangan sampai kebijakan pengobatan gratis tersebut
akan mengurangi mutu dari pelayanan kesehatan yang ujung-ujungnya karena tidak mendapat
keuntungan dari program tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Paula, J.C., dan Jannet, W.K. (2009). Proses Keperwatan: Aplikasi Model Konseptual. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC

Potter, P. A., Perry, A.G. (2005). Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik,4th ed.
Penerbit Buku Kedokteran EGC

Wijono, D. (1999). Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan Vol.1. Surabaya : Air Langga
University Press.

Anda mungkin juga menyukai