Anda di halaman 1dari 3

ANDI AHDINAR A.

PANANRANG

210402501031

Faktor yang mempengaruhi pembelajaran pnf

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya dan masyarakat (UU No. 20 tahun 2003 Pasal 1 ayat 1). Untuk memajukan pendidikan
selain guru atau pendidik, masyarakat serta orangtua memiliki peran dan tanggung jawab yang penting
terhadap pendidikan. Konsep pendidikan terpilah menjadi tiga jalur pendidikan yaitu, jalur informal,
jalur formal, dan jalur nonformal. Undang-undang No. 20 tahun 2003 Pasal 1 ayat 10 dalam hal yang
sama menerangkan bahwa satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang
menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis
pendidikan.

Antara pendidikan formal dan nonformal, menurut Simkins (1976) dalam Kamil (2011: 18), menganalisis
perbedaan pendidikan nonformal dan formal secara kontras berdasar pada beberapa terminology,
diantaranya: tujuan program, waktu, sistem pembelajaran yang digunakan, dan kontrol (sistem
monitoring dan evaluasi). Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak
usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan,
pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang
ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.

A. Para Praktisi di Masyarakat

a. Pendidikan luar sekolah sebagai pelengkap pendidikan sekolah (complementary education).

Pendidikan luar sekolah dapat menyajikan barbagai mata pelajaran atau kegiatan belajar yang belum
termuat dalam kurikulum pendidikan sekolah sedangkan materi pelajaran atau kegiatan belajar tersebut
sangat dibutuhkan oleh anak didik dan masyarakat yang menjadi lanyanan sekolah tersebut. Pendidikan
sekolah berfungsi untuk melengkapi kemampuan peserta didik dengan jalan memberikan pengalaman
belajar yang tidak diperoleh dalam kurikulum pendidikan sekolah. Peserta didik ialah murid-murid yang
masih mengikuti jenjang pendidikan sekolah.

b. Pendidikan luar sekolah sebagai penambah pendidikan sekolah (supplementary education).

Pendidikan luar sekolah dapat member kesempatan tambahan pengalaman belajar dalam mata
pelajaran yang sama ditempuh di sekolah kepada mereka yang masih bersekolah atau mereka yang
telah menamatkan jenjang pendidikan sekolah. Tambahan pengalaman belajar ini dilakukan di tempat
yang sama atau di tempat lain dengan waktu yang berbeda.

c. Pendidikan luar sekolah sebagai pengganti pendidikan formal (substitute education).

pendidikan luar sekolah dapat meggantikan fungsi sekolah di daerah-daerah yang, karena bebagai
alasan, penduduknya belum terjangkau oleh pendidikan sekolah. Pendidikan ini menyediakn
kesempatan belajar bagi anak-anak atau orang dewasa yang, karena bebagai alasan, tidak memperoleh
kesempatan untukmemasuki sekolah dasar. Para peserta didik tidak dibedakan atas dasar usia sehingga
dalam belajar akan dapat terdapat anak-anak, orang dewasa, dan orang tua. Pendidika antara lain ialah
para guru,petugas lembaga atau badan sosial, serta tenaga sukarela yang datang dari luar daerah.
Program pendidikan pada umumnya diselenggarakan di daerah-daerah terpencil atau daerah yang di
sebut “kantong terasing” yang belum memiliki sekolah dasar.

B. Berkembangnya Kritik terhadap Pendidikan Sekolah


Faktor kedua yang mendorong perkembangan pendidikan luar sekolah adalah munculnya bebagai kritik
terhadap kelemahan pendidikan sekolah serta akibat lain yang ditimbulkan oleh jalur pendidikan ini.
Kritik terhadap pendidikan sekolah ini mulai berkembang dalam dunia pendidikan pada tahun enam 60-
an. Pada umumnya sejumlah praktisi dan pakar pendidikan melontarkan kritik terhadap pendidikan
sekolah setelah menganalisisnya dari barbagai segi. Perkembangan ini telah terjadi di seluruh dunia
sejak tahun 50-an.

2.2 Program pembelajaran pnf

Dalam mengatasi masalah pada pembelajaran pnf, pemerintah membuat beberapa lembaga atau
program yang sekiranya dapat membantu yaitu sebagai berikut:

1. Lembaga Kursus dan Pelatihan

Lembaga kursus dan pelatihan adalah pendidikan non formal yang diselenggarakan oleh sekelompok
masyarakat untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap mental tertentu kepada peserta
didik.

Contoh;

• Lembaga kursus komputer,

• Lembaga kursus bahasa asing,

• Lembaga kursus seni musik,

• Lembaga kursus kerajinan tangan dan lain-lain.

2. Kelompok Belajar

Kelompok belajar adalah pendidikan non formal yang terdiri dari sekelompok masyarakat yang saling
berbagi pengalaman dan kemampuan satu sama lain.Tujuan dari kelompok belajar ini adalah untuk
meningkatkan mutu dan taraf hidup setiap anggota kelompok belajar.

3. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat

Menurut Sutaryat, Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat adalah pendidikan non formal yang berfungsi
sebagai tempat untuk belajar dari/ oleh/ dan untuk masyarakat. Tujuannya adalah untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, sikap, hobi, dan bakat anggota masyarakat sehingga bermanfaat bagi
masyarakat dan lingkungannya.

4. Majlis Ta’lim

Majlis Ta’lim adalah pendidikan non formal yang diselenggarakan oleh masyarakat untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap hidup, yang berhubungan dengan agama Islam.

Contoh;

• Kelompok Yasinan,

• Kelompok pengajian,

• Pengajian kitab kuning,

• Salafiah dan lain-lain.

5. Satuan Pendidikan Sejenis

Ini adalah pendidikan non formal yang dilakukan oleh masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap, dimana cakupannya luas dan memerlukan landasan hukum.

Contoh;

• Pra sekolah (kelompok bermain, penitipan anak),


• Balai latihan dan penyuluhan,

• Kepramukaan,

• Sanggar kesenian dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai