Anda di halaman 1dari 15

TUGAS RESUME

PERATURAN-PERATURAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN


KERJA

Disusun Oleh :
Wahyu Apriyani
NIM. 2011028

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN PARAREL SEKOLAH TINGGI


ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
TA 2021/2022
PERATURAN-PERATURAN KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA

A. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945


Alenia ke IV Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa Pemerintah Negara Republik
Indonesia melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, kedamaian
abadi dan keadilan sosial, Sebagai Implementasi dari amanat tersebut
dilaksanakan pembangunan nasional yang bertujuan untuk mewujudkan
masyarakat adil dan sejahtera yang senantiasa memperhatikan hak atas
penghidupan dan perlindungan bagi setiap warga negaranya dalam kerangka
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
UUD 1954 telah mengatur hak dan kewajiban seluruh rakyat Indonesia,
termasuk mengenai pekerjaan. Ada beberapa pasal yang mengatur hal tersebut,
salah satunya yaitu pasal 27 ayat 2 pada BAB X yang mengatur Warga Negara
dan Penduduk. Dasar hukum mengenai pekerjaan ini perlu diketahui dan
dipahami oleh segenap rakyat Indonesia. Pasalnya, pekerjaan merupakan
sumber penghasilan utama untuk memenuhi kebutuhan hidup. Adapun bunyi
pasal 27 ayat 2 UUD 1945 yaitu “tiap-tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.” Artinya, setiap
warga negara Indonesia berhak untuk menyejahterakan hidupnya dengan
memiliki pekerjaan yang layak. Pasal 27 ayat 2 menegaskan bahwa secara
konstitusional pemerintah berkewajiban untuk menyediakan lapangan
pekerjaan dalam jumlah yang cukup.
Selain itu, pada BAB XA yang mengatur tentang Hak Asasi Manusia pada
pasal 28H ayat
1 menyatakan bahwa “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin
bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan
sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”. Dari pasal tersebut
mengandung arti bahwa setiap orang berhak dan wajib mendapat kesehatan
dalam derajat yang optimal, itu sebabnya peningkatan derajat kesehatan harus
terus menerus diupayakan untuk memenuhi hidup sehat. Sakit atau tidaknya
setiap manusia memang memerlukan pelayanan kesehatan, mereka pada
dasarnya ingin tetap sehat jasmani dan rohani,malah sebagian orang
menginginkan derajat kesehatan yang lebih tinggi.
1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
Dasar hukum Undang-Undang Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja adalah Pasal-pasal 5, 20, dan 27 Undang-Undang Dasar 1945, Pasal-pasal
9 dan 10 Undang-UndangNo. 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
mengenai Tenaga Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1969 No.
55, Tambahan Lembaran Negara No. 2912).

Undang-undang Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja adalah


Undang-Undang yang mengatur tentang keselamatan kerja dalam segala tempat
kerja, baik di darat, di dalam tanah,di permukaan air, di dalam air maupun di
udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.
Dalam Undang-Undang Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja diatur tentang : Keselamatan Kerja yang di dalamnya antara lain memuat
tentang istilah-istilah, ruang lingkup, syarat-syarat keselamatan kerja,
pengawasan, pembinaan, Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja;
kecelakaan; kewajiban dan hak tenaga kerja; kewajiban bila memasuki tempat
kerja; dan kewajiban pengurus. Dalam Undang-Undang ini diadakan perubahan
prinsipil untuk diarahkan menjadi pada sifat preventif.
Setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannya
dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan
produksi serta produktivitas Nasional. Setiap orang lainnya yang berada di
tempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya. Setiap sumber produksi perlu
dipakai dan dipergunakan secara aman dan efisien. Berhubung dengan itu perlu
diadakan segala daya-upaya untuk membina norma-norma perlindungan kerja.
Pembinaan norma-norma itu perlu diwujudkan dalam Undang-Undang yang
memuat ketentuan-ketentuan umum tentang keselamatan kerja yang sesuai
dengan perkembangan masyarakat, industrialisasi, teknik dan teknologi.
Pertimbangan dalam Undang-undang Nomor 1 tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja adalah :
a. Bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas
keselamatannyadalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup
dan meningkatkan produksi serta produktivitas Nasional;
b. Bahwa setiap orang lainnya yang berada di tempat kerja perlu
terjamin pula keselamatannya;
c. Bahwa setiap sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan
secara aman dan effisien;
d. Bahwa berhubung dengan itu perlu diadakan segala daya-upaya
untuk membina norma-norma perlindungan kerja;

e. Bahwa pembinaan norma-norma itu perlu diwujudkan dalam


Undang-undang yang memuat ketentuan-ketentuan umum tentang
keselamatan kerja yang sesuai dengan perkembangan masyarakat,
industrialisasi, teknik dan teknologi.
Dengan majunya industrialisasi, mekanisasi, elektrifikasi dan
modernisasi, maka dalam kebanyakan hal berlangsung pulalah peningkatan
intensitet kerja operasional dan tempo kerja para pekerja. Hal-hal ini
memerlukan pengerahan tenaga secara intensif pula dari para pekerja.
Kelelahan, kurang perhatian akan hal-hal lain, kehilangan keseimbangan dan
lain-lain merupakan akibat dari padanya dan menjadi sebab terjadinya
kecelakaan.
Bahan-bahan yang mengandung racun, mesin-mesin, alat-alat, pesawat-
pesawat dan sebagainya yang serba pelik serta cara-cara kerja yang buruk,
kekurangan ketrampilan dan latihan kerja, tidak adanya pengetahuan tentang
sumber bahaya yang baru, senantiasa merupakan sumber-sumber bahaya dan
penyakit-penyakit akibat kerja. Maka dapatlah difahami perlu adanya
pengetahuan keselamatan kerja dan kesehatan kerja yang maju dan tepat.
2. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
Ketenagakerjaan berasal dari kata tenaga kerja, yang dalam undang
undang ketenagakerjaan Pasal 1 angka 2 UU No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan disebutkan bahwa “Tenaga kerja adalah setiap orang yang
mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik
untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.”
Sedangkan pengertian dari ketenagakerjaan sesuai dengan Pasal 1 angka
1 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan adalah “Ketenagakerjaan
adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum,
selama, dan sesudah masa kerja.”
Demi meningkatkan taraf hidup maka perlu dilakukan pembangunan
diberbagai aspek. Tidak terkecuali dengan pembangunan ketenagakerjaan yang
dilakukan atas asas keterpaduan melalui koordinasi fungsional lintas sektoral
pusat dan daerah. Dalam hal ini maksudnya adalah asas pembangunan
ketenagakerjaan berlandaskan asas pembangunan nasional terkhusus asas
demokrasi pancasila, asas adil, dan merata. Ruang lingkup dari ketenagakerjaan
itu sendiri adalah pra kerja, masa dalam hubungan kerja, masa purna kerja (post-
employment).
Berbicara mengenai hubungan kerja di undang undang ketenagakerjaan
Pasal 1 angka 15 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan disebutkan
bahwa ”Hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerja
atau buruh berdasarkan perjanjian kerja yang mempunyai unsur-unsur
pekerjaan, upah dan perintah” dan “Hubungan kerja adalah suatu hubungan
pengusaha dan pekerja yang timbul dari perjanjian kerja yang diadakan untuk
waktu tertentu namun waktu yang tidak tertentu.”
Jika diidentifikasi tujuan dari UU No. 13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan maka dalam regulasi itu sendiri terdapat 3 (tiga) tujuan yang
disebutkan pada Pasal 4 bahwa pembangunan ketenagakerjaan bertujuan :
1. Memberdayakan dan Mendayagunakan Tenaga Kerja Secara
Optimal dan Manusiawi.
Penjelasan Pasal 4 huruf a UU No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan adalah “Pemberdayaan dan pendayagunaan tenaga kerja
merupakan suatu kegiatan yang terpadu untuk dapat memberikan
kesempatan kerja seluas-luasnya bagi tenaga kerja Indonesia.
Melalui pemberdayaan dan pendayagunaan ini diharapkan tenaga kerja
Indonesia dapat berpartisipasi secara optimal dalam Pembangunan
Nasional, namun dengan tetap menjunjung nilai-nilai kemanusiaannya.”
2. Mewujudkan Pemerataan Kesempatan Kerja dan Penyediaan
Tenaga Kerja yang Sesuai dengan Kebutuhan Pembangunan Nasional dan
Daerah.
Penjelasan Pasal 4 huruf a UU No. 13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan adalah : “Pemerataan kesempatan kerja harus
diupayakan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
sebagai satu kesatuan pasar kerja dengan memberikan kesempatan yang
sama untuk memperoleh pekerjaan bagi seluruh tenaga kerja Indonesia
sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya. Demikian pula
pemerataan penempatan tenaga kerja perlu diupayakan agar dapat
mengisi kebutuhan di seluruh sektor dan daerah.”
3. Memberikan Perlindungan Kepada Tenaga Kerja Dalam
Mewujudkan Kesejahteraan dan Meningkatkan Kesejahteraan Tenaga
Kerja dan Keluarganya.
Karena bidang ketenagakerjaan dianggap penting dan
menyangkut kepentinganumum, maka Pemerintah mengalihkannya dari
hukum privat menjadi hukum publik. Alasan lain adalah banyaknya
masalah ketenagakerjaan yang terjadi baik dalam maupun luar negeri.
Salah satu contoh adalah banyak kasus yang masuk ke Pengadilan
Hubungan Industrial (PHI) menyangkut penggunaan tenaga kerja asing.
Setiap putusan badan peradilan
PHI akan menjadi evaluasi untuk kepentingan di bidang ketenagakerjaan.
Ketentuan Perjanjian Kerja dalam Undang Undang Ketenagakerjaan UU
No 13 Tahun 2003 banyak mendapat sorotan adalah hubungan kerja antara
pekerja/buruh dengan pengusaha. Sesuai dengan Pasal 1313 KUH Perdata yang
berbunyi “Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih lainnya.” Dalam Pasal 1320
KUH Perdata terdapat syarat-syarat terjadinya suatu perjanjian yang sah adalah :
1. Kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan
3. Suatu pokok persoalan tertentu
4. Suatu sebab yang tidak dilarang
5. Hubungan kerja
Dari ketentuan pasal tersebut terlihat jelas bahwa perjanjian kerja yang
dilakukan antara pekerja/buruh dengan pengusaha semuanya tergantung
kesepakatan kedua belah pihak. Namun dengan batasan-batasan yang disebutkan
dalam UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, perjanjian kerja yang
dilakukan harus menunjukkan adanya kejelasan atas pekerjaan antara
pekerja/buruh dengan pengusaha.
Sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam perjanjian yang telah
disepakati dan
ketentuan yang tercantum dalam UU No.13 Tahun 2003 maka terdapat unsur
dari hubungan kerjayaitu :
1. Adanya unsur service (pelayanan)
2. Adanya unsur time (waktu)
3. Adanya unsur pay (upah)
Masyarakat pada umumnya tahu bahwa tidak boleh adanya pemberlakuan
tidak adil (diskriminasi) antara sesama pekerja atau antara pekerja dengan
pengusaha. Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 5 UU No. 13 tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan yaitu “Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang
sama tanpa diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan.” dan Pasal6 UU No. 13
tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yaitu “Setiap pekerja/buruh berhak
memperoleh perlakuan yang sama tanpa diskriminasi dari pengusaha.”
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan
bahwa kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun
sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomis. Setiap orang berhak atas kesehatan.
Latar belakang yang menjadi pertimbangan disahkannya Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan adalah :
a. Bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu
unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita
bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Bahwa setiap kegiatan dalam upaya untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
dilaksanakan berdasarkan prinsip nondiskriminatif, partisipatif, dan
berkelanjutan dalam rangka pembentukan sumber daya manusia
Indonesia, serta peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa bagi
pembangunan nasional.
c. Bahwa setiap hal yang menyebabkan terjadinya gangguan
kesehatan pada masyarakat Indonesia akan menimbulkan kerugian
ekonomi yang besar bagi negara, dan setiap upaya peningkatan derajat
kesehatan masyarakat juga berarti investasi bagipembangunan Negara.
d. Bahwa setiap upaya pembangunan harus dilandasi dengan
wawasan kesehatan dalam arti pembangunan nasional harus
memperhatikan kesehatan masyarakat dan merupakan tanggung jawab
semua pihak baik Pemerintah maupun masyarakat.
e. Bahwa Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan, tuntutan, dan
kebutuhan hukum dalam masyarakat sehingga perlu dicabut dan diganti
dengan Undang- Undang tentang Kesehatan yang baru
Pada undang-undang ini juga mengatur tentang kesehatan kerja yang
terdapat pada Bab XII.Upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi
pekerja agar hidup sehat dan terbebas darigangguan kesehatan serta pengaruh
buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Upaya kesehatan kerja meliputi pekerja
di sektor formal dan informal. Upaya kesehatan kerja berlaku bagi :
a. Setiap orang selain pekerja yang berada di lingkungan tempat
kerja
b. Kesehatan pada lingkungan Tentara Nasional Indonesia baik
darat, laut, maupunudara serta kepolisian Republik Indonesia.
Pemerintah menetapkan standar kesehatan kerja. Pengelola tempat kerja
wajib :
a. Menaati standar kesehatan kerja dan menjamin lingkungan
kerja yang sehat sertabertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan
kerja
b. Bertanggung jawab atas kecelakaan kerja yang terjadi di
lingkungan kerja sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-
undangan (pasal 164).
c. Melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui upaya
pencegahan, peningkatan,pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja
(pasal 165).
Pekerja wajib menciptakan dan menjaga kesehatan tempat kerja yang
sehat dan menaati peraturan yang berlaku di tempat kerja. Dalam penyeleksian
pemilihan calon pegawai pada perusahaan/instansi, hasil pemeriksaan kesehatan
secara fisik dan mental digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan. Ketentuan di atas dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan (pasal 165). Majikan atau pengusaha wajib (pasal
166) :
a. menjamin kesehatan pekerja melalui upaya pencegahan,
peningkatan, pengobatan dan pemulihan serta wajib menanggung seluruh
biaya pemeliharaan kesehatan pekerja
b. menanggung biaya atas gangguan kesehatan akibat kerja yang
diderita oleh pekerja sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
5. Keputusan Menteri Pertambangan Dan Energi Nomor
555.K/26/M.PE/1995 Tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Pertambangan Umum
Kepala Teknik Tambang wajib menjamin pekerja agar terlindung
terhadap resiko kesehatan yang diakibatkan pencemaran udara, zat padat, zat
kimia dan bahaya akibat kebisingan, penerangan dan getaran.
Kepala Teknik Tambang harus menetapkan sistem pengambilan
percontoh, pengukuran udara dan zat padat yang berbahaya serta pemantauan
terhadap kebisingan, penerangan dan getaran dilingkungan tempat kerja
pertambangan dan semua tempat di dalam atau disekitar pertambangan.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 Tentang Sistem
Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan SMK3 (
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja) adalah kebijakan
nasional sebagai pedoman perusahaan untuk penerapan K3 yaitu Keselamatan
dan Kesehatan Kerja yang merupakan kegiatan untuk menjamin dan melindungi
keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja.
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya
disingkat SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara
keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan
kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.
Penerapan Sistem Manajemen dan Keselamatan Kerja - SMK3 diatur
dalam PP 50 tahun 2012. PP 50 tahun 2012 berisi tentang Kebijakan nasional
tentang SMK3 yang tertuang dalam Lampiran I, Lampiran II, dan Lampiran III
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun
2012. Dalam menerapkan SMK3, setiap perusahaan wajib melaksanakan :
a. Penetapan kebijakan K3
1) Penyusunan kebijakan K3 dilakukan melalui :
a) Tinjauan awal kondisi K3
b) Proses konsultasi antara pengurus dan wakil
pekerja/buruh
2) Penetapan kebijakan K3 harus :
a) Disahkan oleh pucuk pimpinan perusahaan
b) Tertulis, tertanggal dan ditanda tangani
c) Secara jelas menyatakan tujuan dan sasaran K3
d. Dijelaskan dan disebarluaskan kepada seluruh
pekerja/buruh, tamu,kontraktor, pemasok, dan pelanggan
e. Terdokumentasi dan terpelihara dengan baik
f. Bersifat dinamik
g. Ditinjau ulang secara berkala untuk menjamin
bahwa kebijakan tersebut masih sesuai dengan perubahan
yang terjadi dalam perusahaan dan peraturan
perundangundangan
3) Untuk melaksanakan ketentuan pengusaha dan/atau
pengurus harus :
a. Menempatkan organisasi K3 pada posisi yang
dapat menentukankeputusan perusahaan;
b. Menyediakan anggaran, tenaga kerja yang
berkualitas dan sarana-sarana lain yang diperlukan di
bidang K3;
c. Menetapkan personil yang mempunyai
tanggung jawab, wewenangdan kewajiban yang jelas
dalam penanganan K3;
d. Membuat perencanaan K3 yang terkoordinasi;

e. Melakukan penilaian kinerja dan tindak lanjut


pelaksanaan K3.
b. Perencanaan K3
Pengusaha menyusun rencana K3 berdasarkan : Hasil penelaahan
awal; Identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko,
Identifikasi potensi bahaya, penilaian dan penilaian risiko harus
dipertimbangkan pada saat merumuskan rencana; Peraturan perundang-
undangan dan persyaratan lainnya.
Rencana K3 yang disusun oleh perusahaan paling sedikit memuat
: Tujuan dan Sasaran; skala prioritas; upaya pengendalian bahaya;
penetapan sumber daya; jangka waktu pelaksanaan; indikator pencapaian;
system pertanggung jawaban.
c. Pelaksanaan rencana K3
Pelaksanaan rencana K3 harus dilaksanakan oleh pengusaha
dan/atau pengurus perusahaan atau tempat kerja dengan :
1) Menyediakan sumber daya manusia yang mempunyai
kualifikasi
2) Menyediakan prasarana dan sarana yang memadai.
d. Pemantauan dan evaluasi kinerja K3
Pemantauan dan evaluasi kinerja K3 dilaksanakan di perusahaan
meliputi : Pemeriksaan, Pengujian, dan Pengukuran; Audit Internal
SMK3.
e Peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3
Untuk menjamin kesesuaian dan keefektifan yang
berkesinambungan guna pencapaian tujuan SMK3, pengusaha dan/atau
pengurus perusahaan atau tempat kerja harus :
1) Melakukan tinjauan ulang terhadap penerapan SMK3
secara berkala
2) Tinjauan ulang SMK3 harus dapat mengatasi implikasi
K3 terhadap seluruhkegiatan, produk barang dan jasa termasuk
dampaknya terhadap kinerja perusahaan. Tinjauan ulang
penerapan SMK3, paling sedikit meliputi :
1) Evaluasi terhadap kebijakan K3
2) Tujuan, sasaran dan kinerja K3
3) Hasil temuan audit SMK3
4) Evaluasi efektifitas penerapan SMK3, dan kebutuhan
untuk pengembanganSMK3.

Anda mungkin juga menyukai