Anda di halaman 1dari 11

Penyebaran Hewan Di Lingkungan

Maulidya Nurliana

0310193086

Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, Jln. William Iskandar Ps. V, Medan Estate Kec. Percut
Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara 20371, Indonesia.

Maulidyanurliana03@gmail.com

Umumnya hewan terbesar secara terbatas pada daerah tertentu karena adanya berbagai
penghalang atau karena sejarah pada zaman dahulu. Umumnya yang menjadi pengalang dan
permisahan persebaran hewan adalah faktor-faktor fisik yang berhbungan dengan ke adaan bumi.
Faktor-faktor tersebut antara lain laut, gunung, sungai, padang pasir, dan iklim. Seperti halnya
tumbuhan, dunia binatang yang menghuni planet bumi pun sangat beragam, mulai dari binatang
bersel satu (amoeba) sampai binatang besar yang hidup di lingkungan darat maupun wilayah
perairan. Secara umum aneka macam binatang di muka bumi diklasifikasikan menjadi 2
kelompok besar, yaitu vertebrata (binatang bertulang belakang) dan invertebrata (binatang tidak
bertulang belakang). Pola persebaran fauna agak berbeda dengan flora. Pola persebaran flora
bersifat pasif artinya sangat terikat oleh habitat atau lingkungan hidupnya. Sedangkan persebaran
fauna bersifat aktif, artinya bila habitat yang didiaminya dirasakan kurang cocok atau kurang
menguntungkan bagi kelangsungan hidupnya, maka sering kali binatang mengadakan migrasi ke
wilayah lain. Karena itu, pola persebaran binatang tidak setegas lingkungan hidup tumbuhan.

Wilayah pesebaran hewan pertama kali diperkenalkan oleh sclater ( 1858 ), selanjutnya
dikembangkan oleh Huxley ( 1868 ) dan oleh Wallace ( 1876 ). Menurut Alfret Russel Wallace,
persebaran fauna di dunia di kelompokan menjadi enam wilayah, yaitu Neartik, Australis,
Oriental, Paleartik, dan Etiopian.

a. Wilayah Neartik

Wilayah Neartik meliputi seluruh wilayah Amerika Utara dan selurh daerah Greenland.
Amerika Utara bagian timur terdiri atas hutan gugur, Amerika Utara bagian tengah terdiri atas
padang rumput, dan Amerika Utara bagian Utara terdiri atas Hutan Konifer yang luas.

1
Lingkungan Greenland sangat menarik, terutama lingkungan fisiknya yang tertutup salju dengan
ketebalan yang sulit ditentukan. Hewan yang terdapat di wilayah Neartik antara lain antelop
bertanduk cabang tiga, sejenis tupai dari Amerika Utara ( prairie dog ), kalkun, burung biru,
salamander, bison dan karibao ( karibu ).

b. Wilayah Neotropik

Wailayah ini meliputi Meksiko bagian selatan sampai Amerika bagian selatan dan
tengah. Diwilayah ini sebagian beriklim tropis dan di zonz selatan beriklim sedang. Hewan yang
terdapat di wilayah ini ntara lain : kukang, armadillo, alpaka, kelelawar pengisap darah, orang
hutan, siamang, trenggiling, menjangan, sejenis babi, kuda, tapir ( yang berbeda dengan tapir
Asia ) dan kera.

c. Wilayah Australis

Yang meliputi Australis, Selandia Baru, Irian, dan Malukuserta pulau-pulau disekitarnya.
Hewan yang hidup di wilayah ini antara lain kangguru, trenggiling, koala, kasuari, cenderawasih,
kiwi, kura- kura, buaya, kakatua,burung penghisap madu dan burung emu.

d. Wilayah Oriental

Wilayah Oriental meliputi Benua Asia beserta pulau-pulau nya yang dekat, diantaranya
Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulewesi, Srilangka, dan Filipina. Sebagian besar wilayah ini
beriklim tropis. Hewan spesifik di wilayah ini antara lain hariamu, gajah, gibon, orang utan, dan
badak bercula satu.

e. Wilayah Paleartik

Wilayah Pleartik meliputi hampir seluruh daratn eurasia dan beberapa daerah tertentu,
anatar lain Himalaya, Afganistan, Afrika Ingris dan Jepang. Hewan yang hidup antara lain bison,
landak, kucing kutub, dan menjangan kutub

f.Wilayah Etiopian

Wilayah Etiopian meliputi seluruh daratan Benua Afrika, Madagaskar, dan daratan Arab
bagian selatan. Dibagian utara terdapat Gurun Sahara yang merupakan padang pasir terluas di

2
dunia. Hewan-hewan yang terdapat diwilayah ini antara lain Gorila, simpanse, antelop, burung
unta, kuda nil, zebra, dan jerapah. Menurut Alfred Russel Wallace, secara umum wilayah
persebaran fauna di muka bumi dapat dikelompokkan ke dalam 6 region, yaitu Palaearctic,
Nearctic, Neotropical, Ethiopian, Oriental, Australian.

Pola persebaran fauna di Indonesia sama dengan pola persebaran tumbuhan, yaitu di
bagian Barat, faunanya mempunyai kemiripan dengan fauna Asia, di bagian Timur faunanya
mirip dengan fauna di Australia, dan diantara kedua daerah tadi, faunanya merupakan fauna
daerah peralihan. Hal tersebut dimungkinkan karena pada zaman es Indonesia pernah menyatu
dengan Asia dan Australia. Pada masa itu Indonesia menjadi jembatan persebaran hewan dari
Asia dan Australia. Pola penyebaran hewan di Indonesia diwarnai oleh pola kelompok kawasan
Oriental di sebelah barat dan kelompok kawasan Australia di sebelah Timur. Kedua kawasan ini
sangat berbeda. Namun demikian karena Indonesia terdiri dari deretan pulau yang sangat
berdekatan, maka migrasi fauna antar pulau memberi peluang bercampurnya unsur dari 2
kelompok kawasan tersebut. Percampuran ini mengaburkan batas antara kawasan oriental dan
kawasan Australia.

Memperhatikan sifat hewan di Indonesia Wallace membagi kawasan penyebaran fauna


menjadi 2 kelompok besar yaitu fauna bagian barat Indonesi (Sumatera, Jawa, Bali, Madura,
Kalimantan) dan Fauna bagian timur yaitu Sulawesi dan pulau di sebelah timumya. Dua
kelompok fauna ini mempunyai ciri yang berbeda dan dipiahkan ole garis Wallace (garis antara
Kalimantan dan Sulawesi, berlanjut antara Bali dan Lombok). Hamparan kepulauan di sebelah
timur garis Wallace dari semula memang tidak termasuk kawasan Australia, karena garis batas
barat kawasan Australia adalah Garis Lydekker yang mengikuti batas paparan Sahul. Dengan
demikian ada daerah transisi yang dibatasi Garis Wallace di sebelah Barat dan garis Lydekker di
sebelah timur. Di antara kedua garis ini terdapat garis keseimbangan fauna yang dinamakan garis
Weber. Karena peluang pencampuran unsur fauna di daerah ini sangat besar, akibatnya di daerah
transisi ini terdapat unsur - unsur campuran antara barat dan timur. Daerah transisi ini dinamakan
Wallace. Dengan kondisi geografis seperti ini mengakibatkan sumber daya hayati di Indonesia
sangat kaya baik dalam jenis maupun jumlahnya.

Dispersal merupakan komponen dinamika populasi yang menjamin kelangsungan jangka


panjang populasi dan jenis hewan. Dispersal adalah perpindahan hewan dari tempat kelahirannya

3
ke daerah baru untuk hidup dan bereproduksi. Perpindahan dalam dispersal bersifat satu arah
tanpa perjalanan pulang ke tempat asalnya. Perpindahan hewan yang kembali ke tempat asalnya
disebut migrasi.

Kata dispersal sebenarnya berasal dari istilah ekologi untuk menggambarkan penyebaran
organisme dari tempat asalnya. Kebiasaan melakukan dispersal atau penyebaran dilakukan doleh
sebagian besar organisme baik tumbuhan, hewan maupun manusia. Dampak dari terjadinya
dispersal atau penyebaran organisme adalah dapat terjadinya ketidakseimbangan populasi dalam
suatu area atau wilayah tertentu. Penyebaran yang dilakukan oleh serangga dapat mengakibatkan
terjadinya kelimpahan serangga pada suatu areal tetapi pada areal yang lain terjadi penurunan
populasi serangga. Serangga maupun organisme lain yang melakukan dispersal dalam siklus
hidupnya tentu penuh dengan berbagai resiko bahkan bisa menyebabkan kematian namun
demikian tetap saja ada organisme yang melakukan dispersal atau penyebaran dengan tujuan
mencari kehidupan yang lebih baik bahkan kesuksesan. Kelimpahan serangga berhubungan erat
dengan perbandingan antara kelahiran dan kematian pada suatu waktu tertentu. Kelahiran
dipengaruhi antara lain oleh cuaca, makanan dan taraf kepadatannya. Kematian terutama
dipengaruhi oleh cuaca dan musuh alami.

Kepadatan dapat mengakibatkan emigrasi, yang berarti berkurangnya populasi disuatu


tempat dan dapat dianggap sebagai kematian. Cuaca berpengaruh terhadap tingkat kelahiran dan
kematian, secara tidak langsung mempengaruhi serangga melalui pengaruhnya terhadap
kelimpahan organisme lain termasuk musuh alaminya. Serangga dapat mengatasi keadaan
ekstrim dengan cara melakukan adaptasi yang berhubungan dengan faktor genetis atau
penyesuaian yang sifatnya fisiologis. Serangga mempunyai kemampuan menyesuaikan diri
dengan lingkungan, juga dapat berpindah tempat untuk menghindari keadaan ekstrim guna
mencari tempat yang lebih sesuai, hal pergerakan udara/angin, cahaya, suhu, dan kelembapan,
berpengaruh terhadap serangga seperti fisiologi, perilaku, dan ciri-ciri biologisnya, baik langsung
maupun tidak langsung.

Secara garis besar penyebaran serangga hama dalam ruang dibedakan menjadi tiga
bentuk penyebaran yaitu :

1. Penyebaran Acak

4
Pada bentuk ini kedudukan suatu individu serangga hama pada suatu titik di dalam ruang
tidak dipengaruhi ataupun mempengaruhi kedudukan individu serangga hama lain yang ada pada
titik yang lain. Dengan perkataan lain kedudukan individu serangga hama dalam satu titik di
dalam ruang, bebas tidak terpengaruh oleh individu serangga hama yang lain. Contoh hama yang
melakukan penyebaran secara acak adalah wereng batang coklat.

2. Penyebaran Teratur

Pada bentuk penyebaran teratur ini kepadatan populasi serangga hama hampir merata.
Oleh sebab itu hasil pengamatan kepadatan populasi pada setiap unit sampel relatif akan sama.
Bentuk penyebaran populasi demikian jarang dijumpai terjadi pada serangga yang mempunyai
sifat kanibal, sehingga satu individu yang lain kedudukannya akan terpisah antara satu dengan
yang lain. Bentuk penyebaran teratur secara matematik akan dicirikan dengan besarnya nilai
keragaman akan lebih kecil daripada rata-ratanya. Hal ini disebabkan kepadatan populasi yang
relatif homogen tersebut.

3. Penyebaran Mengelompok

Bentuk penyebaran ini seakan-akan merupakan kebalikan dari bentuk penyebaran acak,
dimana kedudukan suatu individu serangga hama pada suatu titik di dalam ruang akan
dipengaruhi oleh atau pun mempengaruhi kedudukan individu serangga hama lain yang ada pada
titik yang lain. Dengan perkataan lain kedudukan individu serangga hama yang lain akan saling
mempengaruhi. Contoh serangga yang menyebar secara mengelompok adalah semut.

Dispersal merupakan factor pembatasdalampenyebaranserangga, factor penghambat


antara lain dorongan mencari makan, menghindari predator, factor iklim, atau terbawa oleh
angin.

1. Dorongan mencari makan

Makanan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan perubahan dari morfologi
serangga seperti pada Aphids yang mempunyai sayap yang akhirnya meninggalkan koloni awal
yang telah kelebihan kapasitas. Sebagai contoh penyebaran Aphid diakibatkan karena kurangnya
makanan, kelebihan populasi, dan ingin kawin

5
2. Menghindar dari predator

Salah satu penyebab serangga hama meninggalkan habitat aslinya karena munculnya
predator yang dapat mengendalikan serangga tersebut. Sehingga, serangga tersebut
meninggalkan habitat asli dan terjadi dispersal yang dilakukan oleh seranggahama.

3. Terbawa angina atau air

Serangga dapat terbawa oleh angin atau air ke daerah lain, sehingga serangga tersebut
terbawa dan menetap pada daerah lain.

4. Perilaku kawin dan faktor fisik lainnya

Serangga dapat tersebar akibat dari keinginan kawin kepada lawan jenis, sehingga
serangga tersebut akan berpindah misalnya Aphids akan menumbuhkan sayap agar dapat
mencari lawan jenis apabila terjadi persaingan dalam perkawinan. Tersebarnya serangga bisa
juga disebab faktor sex ratio, dimana ketidakseimbangan perbandingan antara serangga jantan
dan betina bisa menyebabkan salah satu serangga melakukan penyebaran untuk mencari
pasangan untuk melakukan kopulasi.

5. KemampuanTerbang

Kemampuan serangga dalam menyebar ditentukan dengan kemampuan terbang dari


serangga apakah dapat mampu terbang dengan jarak yang jauh atau dekat, sebagai contoh
belalang memiliki sayap namun jarak terbangnya lebih pendek bila dibandingkan dengan
ngengat dan kupu-kupu yang juga memiliki sayap namun memiliki jarak tempuh yang jauh.

Migrasi Hewan adalah sebuah gerakan periodik hewan dari tempat di mana ia telah
tinggal ke daerah yang baru dan kemudian melakukan perjalanan kembali ke habitat asli. faktor
hewan bermigrasi merupakan biasanya untuk mencari makanan yang berlimpah dan tempat yang
baik untuk berkembang biak. migrasi hewan musiman merupakan penomena yang paling
menakjubkan dari elemen alam. Migrasi hewan umumnya menggunakan rute yang sama dari
tahun ke tahun - dari generasi ke generasi. Tanah lintas hewan bisa berupa gunung, sungai, dan
padang tanahyang luas.Ikan salmon, Burung, kelelawar, dan serangga terbang dalam jangkauan
jarak yang panjang, kadang-kadang melampaui seluruh benua atau lautan. hewan yang berenang

6
sering kali bermigrasi hampir meliputi jarak setengah dari seluruh dunia. Gerakan berpindah
hewan biasanya terkait dengan perubahan musim.

Banyak hewan bermigrasi ke daerah utara selama bulan-bulan dalam musim panas.
karena pada hari musim panas yang panjang di bagian paling utara dunia dapat menjamin
pemberian pasokan makanan yang baik. Seperti pada pendekatan ramalan cuaca musim gugur
dan dingin, banyak hewan bermigrasi ke selatan untuk mencari cuaca yang hangat pada musim
dingin dan tersedianya makanan. Beberapa hewan bermigrasi setiap tahun dengan perjalanan
pulang dan pergi dibuat dalam satu tahun. ada pula beberapa hewan mempunyai 'pola migrasi
yang dapat dihubungkan pada pola cuaca' pergerakan mereka adalah bergantung pada curah
hujan dan ketersediaan tumbuhan hijau. terdapat migrasi hewan yang dapat berlangsung selama
beberapa tahun hanya untuk penyelesaian siklus berpindah dalam migrasinya. Banyak ilmuwan
melihat migrasi hewan sebagai sebuah adaptasi. Hewan yang telah belajar untuk beralih ke
lingkungan yang optimal adalah hewan yang selamat untuk melanjutkan spesies.

Migrasi juga diartikan sebagai perpindahan, yang pada binatang dapat diperluas artinya
menjadi, perpindahan dari satu habitat ke habitat yang lain yang lebih baik (cocok). Fenomena
perpindahan ini umum terjadi pada binatang, termasuk serangga. Perilaku ini terutama dipicu
oleh kondisi lingkungan abiotik yang tidak mendukung, misalnya karena terjadi perubahan suhu
dan kelembaban yang drastis akibat perubahan musim. Perubahan-perubahan tersebut berdampak
pula terhadap ketersediaan pakan bagi si serangga, sehingga alasan lain perpindahan secara
massal ini juga dalam rangka untuk mendapatkan lokasi yang menyediakan pakan, dan biasanya
sekaligus sebagai tempat berbiak yang lebih memadai.

Migrasi dilakukan oleh banyak spesies serangga, meskipun hanya beberapa serangga
yang tercatat melakukan migrasi yang dikategorikan fenomenal, contohnya migrasi musiman
Kupu-kupu Raja (Monarch Butterfly), Danaus plexippus (Lepidoptera: Danaidae). Pada musim
dingin mereka berpindah dari daerah asal di Amerika Utara (termasuk Kanada) ke bagian selatan
yang lebih hangat, misalnya di wilayah selatan-tengah Meksiko (Garland & Davis, 2002), atau
Kuba (Dockx et al., 2004)dalam Putra (2009). Setelah musim semi tiba, mereka akan bergerak
pulang ke daerah asalnya di bagian utara Amerika. Jarak yang mampu mereka tempuh tercatat
sampai 4000 km.

7
Sparks et al. (2007)dalam Putra (2009) tentang peningkatan migrasi serangga, misalnya
kupu-kupu dan ngengat di Eropa, memunculkan kekuatiran bahwa perubahan frekuensi dan pola
migrasi serangga juga menunjukkan terjadinya perubahan lingkungan yang berujung pada
ketidakstabilan lingkungan, seperti yang juga dikuatirkan oleh Brower dan Malcolm
(1991)dalam Putra (2009), yaitu bahwa perubahan pola migrasi pada dasarnya dapat dimaknai
sebagai perubahan lingkungan hidup yang kemungkinan berakibat pada kepunahan spesies-
spesies binatang, termasuk serangga.

Jurnal terkait materi

Disini saya menggunakan jurnal yang berjudul tentang “Kelimpahan dan Keragaman
Macrofauna di Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim” sebagai jurnal yang terkait terhadap
materi dalam artikel ini. Gambaran isi pada jurnal ini membahas tentang kelimpahan dan
keanekaragaman macrofauna di Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim Kota Pekanbaru.
Macrofauna memiliki ukuran tubuh lebih dari 1 inci, meliputi kategori lumbricidae, Mollusca,
insecta, arachnida yang berukuran besar dan vertebrata kecil penghuni tanah. Penelitian ini
dilakukan pada bulan November 2019. Metode yang digunakan adalah dengan plot sampel
survei. Analisis data dengan menggunakan formula yang banyak macrofauna indeks margalef
dan data dengan menggunakan formula keragaman macrofauna indeks menhinick. Prosedur
dalam penelitian ini yaitu mengidentifikasi yang dilakukan pada kegiatan 1 adalah dengan
mengenali jenis pohon yang digunakan, jenis efifit yang ditemukan, kondisi permukaan pohon,
diameter batang, suhu udara, dan kelembaban udara melalui pengamatan langsung dan
membandingkannnya dengan literature.

Berdasarkan hasil pengamatan pada penelitian mendapatkan data dari pohon meranti
sebagai berikut: Tabel 2 diperoleh 14 jenis makrofauna. Jenis makrofauna tanah yang ditemukan
di stasiun yang berbeda dapat disebabkan karena mesofauna tanah tersebut bersifat mobil
(bergerak), sehingga bila kondisi lingkungan tidak baik maka makrofauna tanah tersebut akan
berpindah tempat. Faktor lingkungan abiotik yang mempengaruhi adalah faktor fisika antara lain
tekstur tanah, struktur tanah, dan faktor kimia antara lain pH, salinitas, kadar bahan organik dan
unsur mineral tanah. Sedangkan faktor biotik yang mempengaruhi antara lain mikroflora dan
tanaman. Tanaman dapat meningkatkan kelembaban tanah dan sebagai penghasil seresah yang
disukai fauna tanah.

8
Spesies yang ditemukan disini merupakan yang paling banyak dibandingkan dengan
lahan alami dan budidaya kentang, namun jumlah individu dan indeks keanekaragamannya
rendah dibandingkan dengan yang lainnya. Menurut Yulipriyanto (2010) Jumlah dan macam
organisme dalam tanah tergantung dari keadaan alami tanah, reaksi tanah, jumlah bahan organik,
suhu, dan kelembaban. Kelembaban tanah juga memiliki peranan penting di dalam menentukan
tingkat keanekaragaman jenis dalam suatu komunitas. Sukarsono (2009) menjelaskan temperatur
dan kelembaban memiliki peran penting dalam lingkungan daratan dan sebagai bagian paling
penting dari iklim. Temperatur memberikan efek membatasi pertumbuhan organisme apabila
keadaan kelembaban ekstrim tinggi atau rendah, akan tetapi kelembaban memberikan efek lebih
kritis terhadap organisme pada suhu yang ekstrim tinggi atau ekstrim rendah, selain itu
kelembaban tanah juga sangat mempengaruhi nitrifikasi, kelembaban tinggi lebih baik bagi
hewan tanah dari pada kelembaban rendah. Berkurangnya suatu jenis fauna tanah akan
mengakibatkan adanya suatu jenis yang mendominasi di suatu daerah tersebut.

Kesimpulan penelitian pada jurnal ini yaitu, Pada tiga daerah yang diamati, yakni bagian
bawah, tengah, dan atas menunjukkan bahwa semut berada pada ketiga daerah tersebut. Hal itu
menunjukkan bahwa semut merupakan organisme yang paling mendominan. Salah satu
kemungkinan dari hal tersebut adalah adanya kompetisi semut terhadap organisme lain yang
tinggal baik diatas, bawah, dan tengah pohon tersebut. Pada kegiatan 1 dan 2 menunjukkan
bahwa semut dengan berbagai jenis merupakan hewan yang paling mendominasi di pohon
tersebut. Keanekaragaman makrofauna tanah selain dipengaruhi oleh sifat fisika dan kimia tanah,
juga dipengaruhi oleh jenis lahan, jenis tanaman, jenis pupuk serta jenis hewan yang terkait
dengan makanannya.

Integrasi Ayat AL-Qur’an

Q.S Fussilat Ayat 39

ْ ‫ًْ ٱ ْل َم ْىج ًََٰ ۚ ِإوَّهۥُ َعلَ ًَٰ ُك ِّل ش‬


‫ًَءٍ قَدِيس‬ ِ ‫ث ۚ ِإ َّن ٱلَّرِي أَحْ َياهَا لَ ُمح‬ ْ ‫ض َٰ َخ ِش َعةً فَإِذَا أَوزَ ْلىَا َعلَ ْي َها ٱ ْل َما َء ٱ ْهح ََّز‬
ْ ‫ت َو َز َب‬ َ ‫َو ِم ْه َءا َٰ َيحِ ِهۦ أَوَّ َك ج ََسي ٱ ْْل َ ْز‬

Artinya : Dan di antara tanda-tanda-Nya (Ialah) bahwa kau lihat bumi kering dan gersang, maka
apabila Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur. Sesungguhnya Tuhan Yang
menghidupkannya, Pastilah dapat menghidupkan yang mati. Sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas
segala sesuatu.

9
Bumi yang kering dan tandus menunjukkan jauh dari tanda-tanda kehidupan. Lalu Allah
menurunkan air hujan untuk menghidupkan kembali tanah yang telah mati. Dengan air, tanah
akan mudah bergerak hingga terserap oleh akar dan berubah menjadi sel-sel dan jaringan baru,
sehingga tanah yang awalnya sudah mati nampak bergerak dan hidup subur kembali. Ia
menambahkan, hasil pertambangan, tumbuhan, hewan dan semacamnya itu tidak bisa
berkembang dan tumbuh kecuali ditempatkan pada wadah yang tertentu. Yaitu bumi yang
dipenuhi unsur-unsur mikroba Pada ayat ini, Tantawi Jawhari mengurai panjang lebar macam-
macam makhluk hidup dengan berbagai tipologi perkembangbiakannya. Menurutnya fase
kehidupan hewan dan tumbuhan hampir sama, dan yang membedakan hanya cara kerja dan
prosesnya. Tanda-tanda kehidupan diketahui dengan adanya gerakan atau perubahan bentuk.
Pada hewan, tanda kehidupan ditandai dengan gerakan nyata perpindahan materi dari satu tempat
ke tempat lain.

10
Daftar Pustaka

Sembiring, Al Khudri. Kelimpahan dan Keragaman Macrofauna di Taman Hutan Raya Sultan
Syarif Hasyim. Jurnal Ilmiah Pertanian.16 ( 2). 100-107

Yusuf, Ismail. Lingkungan Hidup Menurut AL-Qur’an. Jurnal al-Asas. 4(1). 1-11

Maknun, Johar. (2017). Ekologi: Populasi, Komunitas, Ekosistem. Cirebon : Nurjati Press

Saroyo, Roni. (2016). Ekologi Hewan. Bandung : CV. Patra Media Grafindo

11

Anda mungkin juga menyukai