Anda di halaman 1dari 7

Emira Aulia Aqsha

21901101096

TUGAS PRE TUTORIAL II


BLOK PATOLOGI OBGYN

1. Persalinan dan Asuhan Persalinan Normal


Persalinan normal adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang kepala dengan ibu sendiri,
tanpa bantuan alat – alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang
dari 24 jam (mochtar, rustam.1998)
Pembagian Tahap Persalinan
a. Persalinan kala I Menurut azwar (2004), persalinan kala I adalah pembukaan yang
berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Dengan ditandai dengan
:
1. Penipisan dan pembukaan serviks.
2. Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada serviks (frekuensi minimal 2
kali dalam 10 menit).
3. Keluarnya lendir bercampur darah.
Menurut wiknjosasto, kala pembukaan di bagi atas 2 fase yaitu :
1) Fase laten Pembukaan serviks berlangsung lambat, di mulai dari pembukaan 0 sampai
pembukaan 3 cm, berlangsung kira – kira 8 jam.
2) Fase aktif Dari pembukaan 3 cm sampai pembukaan 10 cm, belangsung kira – kira 7 cm.
Di bagi atas :
1. Fase akselerasi : dalam waktu 2 jam, pembukaan 3 cm menjadi 4.
2. Fase dilatasi maksimal : dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat, dari
pembukaan 4 cm menjadi 9 cm
3. Fase deselarasi : berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan jadi 10 cm.
Kontraksi menjadi lebih kuat dan sering pada fase aktif. Keadaan tersebut dapat dijumpai
pada primigravida maupun multigravida, tetapi pada multigravida fase laten, fase aktif das fase
deselerasi terjadi lebih pendek.
i. Primigravida Osteum uteri internum akan membuka terlebih dahulu sehingga serviks akan
mendatar dan menipis. Keadaan osteum uteri eksternal membuka, berlangsung kira – kira 13 –
14 jam.
ii. Multigravida Osteu uteri internum sudah membuka sedikit sehingga osteum uteri
internum dan eksternum serta penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam waktu yang
bersama.
b. Kala II (pengluaran)
Menurut winkjosastro (2002), di mulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi
lahir. Pada primigravida berlangsung 2 jam dan pada multigravida berlangsung 1 jam.
Pada kala pengluaran, his terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama, kira – kira 2 -3 menit
sekali. Kepala janin telah turun masuk ruang panggul sehingga terjadi tekanan pada otot – otot
dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Karena tekanan pada
rectum, ibu merasa seperti mau buang air bersih, dengan tanda anus terbuka.
Pada waktu his, kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum meregang.
Dengan his mengedan maksimal kepala janin di lahirkan dengan suboksiput di bawah simpisis
dan dahi, muka, dagu melewati perineum. Setelah his istriadat sebentar, maka his akan mulai lagi
untuk meneluarkan anggota badan bayi.

c. Kala III (pelepasan uri)


Kala III adalah waktu untuk pelepasan dan pengluaran uri (mochtar, 1998). Di mulai
segera setelah bayi baru lahir samapi lahirnya plasenta ysng berlangsung tidak lebih dari 30
menit (saifudin, 2001)
1) Tanda dan gejala kala III Menurut depkes RI (2004) tanda dan gejala kala III adalah :
perubahan bentuk dan tinggi fundus uteri, tali pusat memanjang, semburan darah tiba – tiba.
2) Fase – fase dalam pengluaran uri (kala III)
Menurut Mochtar (1998) fase – fase dalam pengluaran uri meliputa :
a) Fase pelepasan uri Cara lepasnya luri ada beberapa macam, yaitu :
(1) Schultze : lepasnya seperti kita menutup payung , cara ini paling sering terjadi (80%).
Yang lepas duluan adalah bagian tengah, kemudian seluruhnya.
(2) Duncan : lepasnya uri mulai dari pinggir, uri lahir akan mengalir keluar antara
selaput ketuban pinggir plasenta.
b) Fase pengeluaran uri Persat – perasat untuk mengetahui lepasnya uri, antara lain :
(1) Kustner, dengan meletakkan tangan disertai tekanan pada atas simfisis, tali pusat di
tegangkan maka bila tali pusat masuk (belum lepas), jika diam atau maju ( sudah
lepas).
(2) Klein, saat ada his, rahim kita dorong sedikit, bila tali pusat kembali ( belum lepas), diam
atau turun ( sudah lepas).
(3) Strassman, tegangkan tali pusat dan ketok fundus bila tali pusat bergetar (belum lepas),
tidak bergetar (sudah lepas), rahim menonjol di atas simfisis, tali pusat bertambah
panjang, rahim bundar dank eras, keluar darah secara tiba – tiba.
d. Kala IV ( obsevasi ) Menurut saifudin (2002), kala IV dimulai dari saat lahirnya plasena
sampai 2 jam pertama post partum. Observasi yang di lkukan pada kala IV adalah :
1) Tingkatk kesadaran
2) Pemeriksaan tanda – tanda vital, tekanan darah, nadi dan pernafasan
3) Kontraksi uterus
4) Perdarahan : dikatakan normal jika tidak melebihi 500 cc.
Mekanisme Persalinan Normal Menurut Manuaba (1999) gerakan – gerakan janin dalam
persalinan adalah sebagi berikut :
a. Engagement ( masuknya kepala ) : kepala janin berfiksir pada pintu atas panggul.
b. Descent ( penurunan ) Penurunan di laksanakan oleh satu / lebih.
1) Tekanan cairan amnion
2) Tekanan langsung fundus pada bokong kontraksi otot abdomen.
3) Ekstensi dan penelusuran badan janin.
4) Kekuatan mengejan.
c. Fleksion (fleksi) Fleksi di sebabkan karena anak di dorong maju dan ada tekanan pada PAP,
serviks, dinding panggul atau dasar panggul. Pada fleksi ukuran kepala yang melalui jalan
lahir kecil, karena diameter fronto occopito di gantikan diameter sub occipito.
d. Internal rotation ( rotasi dalam) Pada waktu terjadi pemutaran dari bagian depan
sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari janin memutar ke depan ke bawah simfisis
( UUK berputar ke depan sehingga dari dasar panggul UUK di bawah simfisis)
e. Extensition ( ekstensi ) Ubun – ubun kecil (UUK) di bawah simfisis maka sub occiput
sebagai hipomoklion, kepala mengadakan gerakan defleksi ( ekstensi ).
f. External rotation (rotasi luar) Gerakan sesudah defleksi untuk menyesuaikan kedudukan kapala
denga punggung anak.
g. Expulsion ( ekspusi ) : terjadi kelahiran bayi seluruhnya.

2. Perubahan Pasca persalinan


 Perubahan Fisiologis Pada Ibu Post Partum
Pada masa post partum ibu mengalami adanya perubahan-perubahan pada
tubuh terutama pada ibu yang meliputi di antara : sistem reproduksi yaitu adanya
pengerutan pada dinding rahim (involusi), lokea, perubahan serviks, vulva, vagina
dan perinium., dan pada sistem pencernaan, terdapat adanya pembatasan pada
asupan nutrisi dan cairan yang dapat menyebabkan gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit serta akan menimbulkan keterlambatan pemulihan fungsi
tubuh.
Sedangkan setelah masa post partum akan adanya perubahan pada otot – otot
uterus mulai dari berkontraksi, pembuluh – pembuluh darah yang ada antara
otototot uretus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan terjadinya pendarahan
setelah plasenta lahir. Perubahan – perubahan yang terdapat pada serviks sesudah
post partum yaitu padaorgan serviks seperti menganga berbentuk corong, bentuk
ini disebabkan oleh korpus uteri terbentuk semacam cincin. Peruabahan –
perubahan yang terdapat pada endometrium yaitu timbulnya berupa trombosis,
degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta pada hari pertama
endometrium yang kira – kira setebal 2 – 5 mm itu mempunyai permukaan yang
kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin regenerasi endometrium terjadi
dari sisa – sisa sel desidua basalis yang memakai waktu 2 sampai 3 minggu.
Ligamen – ligamen dan diafragma palvis serta fasia yang merenggang pada
sewaktu kehamilan dan pertu setelah janin lahir berangsur – angsur kembali
seperti sedia kala
 Adaptasi Psikologi Ibu Post Partum
Menurut Hamilton (1995) dalam Sulistyawati (2009), ketika menjalani adaptasi
setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase sebagai berikut :
1. Fase taking in yaitu periode ketergantungan. Periode ini berlangsung
dari hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada fase ini,
ibu sedang berfokus terutama pada dirinya sendiri. Ibu akan berulang
kali menceritakan proses persalinan yang dialaminya dari awal sampai
akhir.
2. Fase taking hold merupakan suatu periode yang berlangsung antara 3-10
hari setelah melahirkan. Pada fase ini ibu timbul rasa khawatir akan
ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Ibu
mempunyai perasaan sangat sensitif sehingga mudah tersinggung dan
gampang marah. Kita perlu berhati-hati menjaga komunikasi dengan ibu.
Dukungan moril sangat diperlukan untuk menumbuhkan kepercayaan
diri ibu. Bagi petugas kesehatan pada fase ini merupakan kesempatan
yang baik untuk memberikan berbagai penyuluhan dan pendidikan
kesehatan yang diperlukan ibu nifas.
3. Fase letting go merupakan periode menerima tanggung jawab akan peran
barunya. Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah
mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Ibu memahami
bahwa bayi butuh disusui sehingga siap terjaga untuk memenuhi
kebutuhan bayinya Keinginan untuk merawat diri dan bayinya sudah
meningkat pada fase ini. Ibu akan percaya diri dalam menjalani peran
barunya.

 Klasifikasi Masa Ibu Post Partum


Menurut Hadijono (2008) Masa ibu post partum dibagi menjadi 3 bagian yaitu :
a. Puerperium dini adalah kondisi kepulihan dimana seorang ibu sudah
diperbolehkan berdiri dan berjalan
b. Puerperium Intermedial adalah kondisi kepulihan organ genital
secara menyeluruh dengan lama  6-8 minggu
c. Remote Puerperium waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila saat hamil atau waktu persalinan mengalami
komplikasi. Waktu yang diperlukan untuk sehat sempurna bisa
berminggu-minggu, bulanan ataupun tahunan

 Manifestasi Perubahan Diri Ibu Pada Masa Post Partum:


Menurut Bahiyatun (2009), perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi pada ibu
setelah masa nifas/post partum adalah:
a.Perubahan sitem reproduksi
1. Involusi uterus Involusi uterus adalah kembalinya uterus ke keadaan
sebelum hamil, baik dalam bentuk maupun posisi. Proses involusi
uterus disertai dengan penurunan tinggi fundus uteri (TFU). Pada hari
pertama TFU diatas simfisis pubis/ sekitar 12 cm. Proses ini terus
berlangsung dengan penurunan TFU 1 cm tiap harinya, sehingga pada
hari ke-7 TFU sekitar 5 cm dan pada hari ke10 TFU tidak teraba di
simfisis pubis.
2. Lokia
Lokia keluar dari uterus setelah bayi lahir sampai dengan 3 atau 4 minggu
setelah post partum, perubahan lokia terjadi dalam 3 tahap: lokia rubra,
serosa dan alba.
3. Ovarium dan tuba falopi
Setelah kelahiran plasenta produksi ekstrogen dan progestern menurun
sehingga menimbulkan mekanisme timbal balik dari sirkulasi menstruasi.
Pada saat inilah dimulai kembali proses ovulasi sehingga wanita dapat
hamil kembali.

b.Perubahan sistem pencernaan


Setelah kelahiran plasenta produksi ekstrogen dan progestern menurun
sehingga menyebabkan nyeri ulu hati (Beartburn) dan konstipasi, terutama
dalam beberapa hari pertama. Hal ini terjadi karena inaktivitas motilitas usus
akibat kurangnya keseimbangan cairan selama persalinan dan adanya reflex
hambatan defekasi karena adanya nyeri pada perineum akibat luka
episiotomy.
c.Perubahan sistem perkemihan
Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2-8 minggu, tergantung pada :
1. Keadaan/status sebelum persalinan
2. Lamanya partus kala II dilalui
3. Besarnya tekanan kepala yang menekan pada saat persalinan
Disamping itu, dari hasil pemeriksaan sistokopik segera setelah
persalinan tidak menunjukkan adanya edema dan hyperemia dinding
kandung kemih, akan tetapi sering terjadi exstravasasi.
extravasation, artinya keluarnya darah dari pembuluh-pembuluh
darah di dalam badan) ke mukosa.

d.Perubahan sistem endoktrin


Saat plasenta terlepas dari dinding uterus kadar HCG (hormone chrorionic
gonadhotropin) dan HPL (hormone plasenta lactogenic) secara berangsur
turun dan normal kembali setelah 7 hari postpartum. HCG tidak terdapat
dalam urine ibu hamil setelah 2 hari post partum. HPL tidak lagi terdapat
dalam plasenta.

e.Perubahan sistem kardiovaskuler


Curah jantung meningkat selama persalinan dan berlangsung sampai kala 3
ketika volume darah uterus dikeluarkan. Penurunan terjadi pada beberapa hari
pertama post partum dan akan kembali normal pada akhir minggu ke-3 post
partum

f. Perubahan sistem kematologi


Leukosistosis terjadi selama persalinan, sel darah merah berkisar 15.000
selama persalinan.Peningkatan sel darah putih berkisar 25.000-30.000 yang
merupakan manifestasi adanya infeksi pada persalinan lama. Hal ini dapat
meningkat pada awal nifas yang terjadi bersamaan dengan peningkatan
tekanan darah serta volume plasma dan volume sel darah merah. Pada 2-3 hari
post partum konsentrasi hematokrit menurun sekitar 2% atau lebih. Total
kehilangan darah selama persalinan dan nifas kira-kira 700-1500 ml (200 ml
hilang saat persalinan, 500-800 ml hilang pada minggu pertama post partum,
dan 500 ml hilang pada saat masa nifas)

g.Perubahan tanda-tanda vital


Selama 24 jam pertama, suhu mungkin meningkat menjadi 38ºC, sebagai
akibat meningkatnya kerja otot, dehidrasi dan perubahan hormonal jika terjadi
peningkatan suhu 38ºC yang menetap 2 hari setelah 24 jam melahirkan, maka
perlu dipikirkan adanya infeksi seperti sepsis puerperalis (infeksi selama post
partum), infeksi saluran kemih, endometritis (peradangan endometrium),
pembengkakan payudara, dan lain-lain

Anda mungkin juga menyukai