Anda di halaman 1dari 16

KESIMPULAN

1. Diagnosis penyakit gingiva pada kasus tersebut adalah gingivitis dental


biofilm-induced yang diinduksi plak gigi. Keadaan ini ditandai oleh gingiva
regio belakang oedem/pembengkakan dan kemerahan. Gingivitis ini terjadi akibat
infeksi ringan yang disebabkan oleh adanya plak yang tidak tersikat. Skor debris
anak tersebut adalah 2,3 yaitu buruk (pada kasus mulai disikat giginya usia 3
tahun namun tidak dilakukan setiap hari karena kadang anak menolak untuk
disikat, dan gigi baru teratur dilakukan pada usia 5 tahun, namun dilakukan
setelah makan pagi dan pada sore hari). Hal ini menyebabkan plak pada rongga
mulut anak tidak dibersihkan secara optimal. Sehingga terjadi perubahan flora
gram positif aerob ke gram negatif anaerob.
eruption gingivitis
dituliskan bahwa gigi 16 erupsi sebagian (blm erupsi sempurna), gingiva regio belakang
sudah bengkak, ada hubungan erupsi gigi belakang dgn erupsi gingivitis anak tersebut.

Hasil pemeriksaan klinis diperoleh gingiva oedem, inflamasi dan kemerahan diseluruh
regio belakang. Berdasarkan pemeriksaan klinis pada kasus, diagnosis penyakit gingiva
berdasarkan AAP 1999 adalah Gingivitis Associated with Dental Plaque Only without local
contributing factors: plaque induced gingival enlargement (Gingivitis Terkait dengan Plak Gigi
saja tanpa faktor lokal yang berkontribusi: pembesaran gingiva yang diinduksi plak). Penyakit
gingiva yang terinduksi plak adalah hasil interaksi antara mikroorganisme pada dental plak,
biofilm dan jaringan dan sel-sel inflamatori pada host. Interaksi tersebut dapat diubah
karena efek dari factor local, factor sistemik, medikasi dan malnutrisi. Factor local
dapat memberikan retensi plak yang berujung pada pembentukan kalkulus. Factor-faktor tersebut
dapat mempertahankan mikroorganisme pada plak dan menghambat pelepasan mereka. Bakteri
yang terkandung dalam plak di daerah sulkus gingiva mempermudah kerusakan jaringan.
Klasifikasi gingivitis berdasarkan distribusinya adalah localized gingivitis yaitu gingivitis yang
terbatas satu gigi atau kelompok gigi.
Pembesaran gingiva adalah suatu peradangan pada gingiva yang disebabkan oleh banyak
faktor baik faktor lokal maupun sistemik yang paling utama adalah faktor lokal yaitu plak bakteri.
Tanda klinis yang muncul yaitu gingiva membesar, halus,mengkilat, konsistensi lunak,warna
merah dan pinggirannya tampak membulat. Pada kasus, gejala pembesaran gingiva disebut
Chronic Inflammatory gingival overgrowth lokal di regio posterior.
Pada skenario dikatakan bahwa anak laki-laki usia 6,5 tahun didapati
gingiva regio belakang oedem dan kemerahan; gigi 16 masih erupsi sebagian
(bagian distal masih sedikit tertutup gingiva), namun memiliki pit dan fissure
dalam. Skor oral debris pasien juga tegolong buruk yaitu 2,3 (Skor debris index-
simplified : skor 0-0,6 baik ; skor 0,7-1,8 sedang ; skor 1,9-3,0 buruk), riwayat
karies pasien juga cukup banyak sehingga risiko inflmasi pada gingiva juga lebih
tinggi.
Dari alasan tersebut, maka diagnosa penyakit gingiva pada kasus ini adalah
eruption gingivitis atau gingivitis yang diasosiasikan dengan erupsi gigi. Gigi yang
erupsi tidak menyebabkan gingivitis. Ini dapat disebabkan oleh adanya akumulasi
plak pada area erupsi gigi permanen, di mana upaya menjaga oral hygiene jadi sulit
dan tidak nyaman untuk dilakukan. Inflamasi biasanya terlihat pada tonjolan dari
margin gingiva dan membuat kesan seperti pembesaran gingiva.

2.
Clinical Experience (Pengalaman Klinis) menunjukkan bahwa pembentukkan kalkulus
merupakan hal yang jarang terjadi pada gigi sulung. Hal ini dapat dikaitkan dengan proses
pembentukkan kalkulus yang dipengaruhi oleh komposisi dan struktur serta kandungan
saliva. Saliva adalah cairan oral kompleks rongga mulut, yang diproduksi secara terus
menerus dan akan membentuk sebuah aliran tetap yang biasa disebut laju saliva, aliran
tersebut berfungsi untuk membersihkan sisa sisa makanan dan juga organisme sehingga
dapat mencegah terjadinya proses karies. Laju saliva tiap individu berbeda beda ditentukan
oleh banyak faktor, salah satunya adalah usia, dimana pada anak anak laju saliva cenderung
lebih tinggi dibandingkan pada orang dewasa. Oleh sebab itu, laju alir saliva pada anak
yang cenderung lebih tinggi ini berperan dalam mencegah terjadinya pembentukkan
kalkulus pada gigi anak.
Pada kasus, anak mulai menyikat gigi 2 kali sehari dan teratur pada usia 5
tahun. American Academy of Pediatric Dentistry menganjurkan untuk terbiasa menyikat
gigi 2 kali sehari pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur. Tetapi pada kasus sang
anak menyikat gigi di sore hari dimana sisa makanan dari makan malam tidak dibersihkan
dan memicu terjadinya penumpukan sisa makanan. Sisa makanan akan segera mengalami
pencairan enzim bakteri dan bersih 5-30 menit setelah makan, tetapi ada kemungkinan
sebagian besar masih tertinggal pada permukaan gigi dan membran mukosa.
Sisa makanan lebih mudah dibersihkan dibanding plak. Pada anak tidak ditemukan plak
yang juga jika terkalsifikasi dapat menjadi kalkulus. Kalkulus jarang ditemukan pada gigi
susu. Dapat dilihat juga skor debris sang anak tergolong buruk (2,3) karena sisa makanan
dari makan malam tidak dibersihkan.Penelitian oleh Triswari dan Pertiwi tahun 2017
melihat pengaruh kebiasaan menyikat gigi sebelum tidur malam terhadap skor indeks plak
pada anak SD. Rata-rata skor indeks plak pada kelompok yang melakukan kebiasaan
menyikat gigi sebelum tidur malam lebih rendah dibanding dengan skor indeks plak
kelompok yang tidak melakukan kebiasaan menyikat gigi sebelum tidur malam.

Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan


terbentuknya kalkulus pada gigi. Di antaranya adalah tingkat kekentalan air liur.
Semakin kental air liur, maka kemungkinan untuk terjadi kalkulus gigi juga semakin
besar. Biasanya anak kecil masih memiliki air liur yang banyak dan encer sehingga mampu
mencegah adanya kalkulus. Anak juga sering makan diluar jam makan, ketika anak
makan di luar jam makan, maka pembentukan kalkulus tidak dapat terjadi karena
pada proses/Gerakan mengunyah memiliki sifat self-cleansing sehingga plak tidak
sempat melakukan proses kalsifikasi sehingga tidak terbentuknya kalkulus. Kalkulus
juga merupakan pengendapan dari garam kalsium fosfat, kalsium karbonat, dan
magnesium fosfat dari gigi. Mineral-mineral ini terdapat paling banyak pada enamel
dan sedikit di dentin.
Namun, pada gigi sulung, enamel dan dentin lebih tipis dibandingkan dengan gigi
permanen. Oleh karena itu, plak bakteri yang terbentuk pada gigi sulung hanya sedikit
termineralisasi atau tidak termineralisasi sama sekali. Hal ini menyebabkan tidak
terbentuknya kalkulus pada gigi anak. Pasien menyikat gigi sejak usia 3 tahun, dan
rutin 2x sehari pada usia 5 tahun walaupun waktu penyikatan belum tepat, alasan ini
juga yang membuat kalkulus tidak ada pada kasus diatas.
Pada kasus diketahui bahwa di rongga mulut tidak ditemukan kalkulus,
namun pasien memiliki banyak karies pada gigi-gigi geliginya. Alasan mengapa pasien
tersebut tidak memiliki kalkulus karena proses pembentukan kalkulus dan karies itu
berlawanan.
 Karies dental merupakan penyakit multifaktorial yang disebabkan proses
demineralisasi yang terjadi akibat aktivitas bakteri di dental biofilm/plak gigi.
Enamel gigi mengandung 96% mineral anoranik yaitu salah satunya kalsium
fosfat. Pada proses karies terjadi proses demineralisasi dimana terjadi
penguraian mineral pada enamel gigi akibat asam yang dihasilkan oleh bakteri
pada plak. Hal ini berbanding terbalik dengan pembentukan kalkulus. Kalkulus
terbentuk karena adanya proses mineralisasi, yaitu proses kalsifikasi deposit
pada gigi. Kalkulus mengandung 40-80% mineral anorganik, yaitu yang paling
banyak adalah kalsium fosfat. Setelah terjadi pembentukan plak, 4 hingga 8 jam
kemudian, ion kalsium dan fosfat berikatan dengan komponen organik, mulai
mengalami presipitasi dan mulai mengkristal atau terkalsifikasi.
 Akibat hubungan berlawanan antara karies dan kalkulus, keberadaan kalkulus
dapat menjadi salah satu untuk mendeteksi kejadian karies. Pada penelitian
ditemukan prevalensi terjadinya karies pada subjek yang memiliki kalkulus
lebih rendah dibandingkan dengan subjek yang bebas kalkulus.
pH saliva yg tinggi dpt meningkatkan pembentukan kalkulus, kapasitas buffer saliva jg meningkatkan
pembentukan saliva. pH Saliva pada anak termasuk rendah maka pembentukan kalkulus tidak terjadi

3.
Penyampaian pendidikan kesehatan gigi dan mulut pada anak-anak harus
dibuat semenarik mungkin, antara lain melalui penyuluhan yang atraktif
tanpa mengurangi isi pendidikan, demonstrasi secara langsung, program audio visual,
atau melalui sikat gigi massal yang terkontrol (Darwita et al., 2011)
 Pencegahan dapat dilakukan dengan cara membiasakan anak menggosok gigi
minimal 2 kali sehari selama kurang lebih 2 (dua) menit sesudah makan dan
sebelum tidur serta gunakan kain kassa basah untuk membersihkan gigi, gusi
dan lidah.
 Mengurangi membatasi anak makan-makanan yang mengandung gula atau yang
mudah menempel pada permukaan gigi seperti permen, coklat dan lain-lain.
Perkenalkan anak anak untuk makan-makanan atau buah-buahan yang berserat
dan berair seperti pepaya, jeruk, semangka, jambu air dan lain-lain yang dapat
membantu membersihkan gigi.
 Perkenalkan dan ajarkan kepada anak minum dengan cup (gelas)
 Konsultasilah dengan tenaga kesehatan gigi untuk konsultasi nutrisi untuk
pembuatan diet history dan kebutuhan fluor pada gigi anak dan melakukan
pemeriksaan secara rutin ke klinik gigi (Priyanto, 2011).
 Peran orang tua dalam mengurangi frekuensi makanan dan minuman bagi anak-
anak.

Pada kasus diketahui anak berusia 6,5 tahun. Pada usia ini kita dapat
melakukan pendidikan kesehatan gigi dan mulut secara sederhana, juga yang paling
penting untuk melakukan DHE pada orangtua anak. DHE yang dapat disampaikan
sesuai kasus adalah sebagai berikut.
1. Pengenalan pada gigi dan karies secara sederhana
Mengenalkan jumlah dan fungsi gigi. Lalu dapat dilanjutkan dengan
mengenalkan karies atau gigi berlubang. Hal ini dilakukan agar anak dan
orangtua memahami gigi dan penyakit apa yang bisa terjadi pada gigi.
2. Menjelaskan tentang proses terjadinya gigi berlubang.
Anak dan orangtua dapat diedukasi tentang bagaimana proses terjadinya karies
secara sederhana. Hal ini juga dapat dikaitkan dengan faktor-faktor penyebab
karies yang terdapat pada anak. Misalnya, konsumsi susu botol 4-5 kali sebelum
tidur yang dilakukan anak setiap hari memberikan dampak pada proses
terjadinya karies.
3. Menjelaskan pola diet dan cara makan anak yang baik.
Pada kasus, diketahui pola diet anak tersebut kurang baik yaitu konsumsi susu
botal 4-5 kali sebelum tidur, durasi makan anak yang lama, dan frekuensi makan
anak yang tidak teratur. Dokter gigi dapat menjelaskan apa saja makanan yang
baik dan buruk untuk kesehatan gigi anak, serta bagaimana durasi dan frekuensi
makan yang seharusnya diterapkan pada anak, misalnya:
a. Mengintruksikan orangtua untuk tidak membiasakan anak minum susu
dari botol karena kebiasaan tersebut merupakan salah satu penyebab
terjadinya karies yang parah pada gigi anak
b. Menghindari konsumsi makanan mengandung glukosa sebelum tidur,
atau jika hal tersebut tidak dapat dilakukan, harus diimbangi dengan
melakukan pembersihan gigi dan mulut yang baik
c. Menerapkan jam makan anak yang teratur dan memperkecil frekuensi
makan di luar jam makan tersebut.
d. Melakukan analisis diet
e. Mengurangi/membatasi anak makan-makanan yang mengandung gula
atau yang mudah menempel pada permukaan gigi seperti permen, coklat
dan lain-lain. Perkenalkan anak-anak untuk makan-makanan atau buah-
buahan yang berserat dan berair seperti pepaya, jeruk, semangka, jambu
air dan lain-lain yang dapat membantu membersihkan gigi
4. Menjelaskan cara menjaga kesehatan gigi anak.
Hal ini dapat dilakukan dengan mengedukasi orangtua tentang hal apa saja yang
dapat menjaga kesehatan gigi anak, misalnya:
a. Melakukan sikat gigi dengan benar di waktu yang tepat yaitu setelah
sarapan dan sebelum tidur malam. Pada kasus waktu sikat gigi anak
masih kurang tepat, jadi perlu diintruksikan untuk mengubah hal
tersebut.
b. Untuk menjaga kesehatan gigi anak juga dapat dilakukan upaya
pencegahan karies seperti kumur-kumur fluor atau penggunaan fluor
pada pasta gigi.
5. Menjelaskan dan mendemonstrasikan cara menyikat gigi yang benar.
Dokter gigi juga dapat mengajarkan anak dan orangtua tentang cara menyikat
gigi yang benar, lalu didemonstrasikan dan diintruksikan kepada anak untuk
mengulang demonstrasi yang dilakukan dokter gigi sebelumnya, kemudian
dokter gigi melihat apakah cara menyikat gigi anak sudah tepat.
6. Aplikasi fluor secara topical.
Tindakan pengolesan fluor bertujuan untuk melindungi gigi dari karies, fluor
bekerja dengan cara menghambat metabolisme bakteri plak yang dapat
memfermentasi karbohidrat melalui perubahan hidroksil apatit pada enamel
menjadi fluor apatit yang lebih stabil dan lebih tahan terhadap pelarutan asam.
Pada tahun-tahun prasekolah, dan pada gigi bercampur awal, permukaan interproksimal
molar sulung menjadi lebih berisiko terhadap karies. Orang tua dapat diperlihatkan
bagaimana menggunakan benang gigi pada area ini ketika gigi berkontak dan terutama
jika ada tanda-tanda demineralisasi.
Kebiasaan anak dalam mengonsumsi susu botol, berumur 6,5 tahun tp msaih minum susu dr botol
mengedukasi ortu agar ngestop penggunaan atau mengurangi.
Konsumsi makanan manis, ganti permen jadi xylitol (bahan alami pengganti gula yg memiliki kalori
ringan). menstimulasi daya alir saliva, menurunkan kolonisasi bakteri
Mengedukasi perihal mengemut makanan, mengunyah makanan membuat self-cleansing berjalan baik
Durasi makan 15-20 menit (ideal), Setelah minum susu / makan manis, edukasii agar kumur2 dengan air
putih atau sikat gigi sebelum tidur.
Mengedukasi ortu perihal karies dan cara menatalaksana dan mencegah terjadinya karies. Apa yang harus
diperhatikan dan lain-lain.
Sikat gigi, bulu sikat soft, ukuran kepala sikat gigi yang kecil dan muat. ADA :(HARUS)
1. memiliki tutup
2. diletakkan tegak
3. ganti tiap 3-4 bulan atau bulu sudah mengembang

4.
Jenis karies yang diderita pasien yaitu “Rampan Karies”.
Dijelaskan dalam skenario bahwa kondisi gigi geligi anak banyak berlubang dan
sering menimbulkan sakit sewaktu makan. Lalu didukung dengan hasil anamnesis
pasien yang mencakup riwayat diet dan riwayat perilaku kebersihan mulut anak.
Maka dapat di diagnosa anak menderita karies rampan. Karies rampan merupakan
penyakit multifaktorial karena mencakup beberapa faktor yang memengaruhi
terjadinya karies. Karies rampan ini terjadi karena ketidakseimbangan mineralisasi
dalam waktu lama di dalam rongga mulut yang diakibatkan peningkatan konsumsi
karbohidrat yaitu sering mengonsumsi makanan dan minuman kariogenik yang
tinggi kandungan sukrosanya. Karies rampan ini sering ditemukan pada anak-
anak. Pada usia tersebut gigi anak masih rentan terhadap asam dan anak belum
begitu tahu bagaimana cara membersihkan gigi geliginya sendiri dengan benar
dan teratur.
Karies rampan adalah lesi karies yang terjadi cepat, menyebar secara luas dan
menyeluruh sehingga cepat mengenai pulpa. Karies ini mengenai beberapa gigi,
termasuk gigi yang biasanya bebas karies yaitu gigi anterior bawah, dan banyak
dijumpai pada gigi sulung anak karena mengonsumsi makanan dan minuman
kariogenik atau pada anak balita yang sering mengudap makanan kariogenik di
antara makanan utamanya. Karies rampan juga merupakan lesi akut yang meliputi
sebagian atau semua gigi yang telah erupsi, menghancurkan jaringan mahkota gigi
dengan cepat termasuk permukaan yang biasanya imun terhadap karies, serta
mengakibatkan terkenanya pulpa.
Jenis Karies : Karies Rampan
Karies rampan adalah lesi karies yang terjadi cepat, menyebar secara luas dan menyeluruh
sehingga cepat mengenai pulpa. Karies ini mengenai beberapa gigi, termasuk gigi yang biasanya
bebas karies yaitu gigi anterior bawah, dan banyak dijumpai pada gigi sulung anak karena
mengonsumsi makanan dan minuman kariogenik atau pada anak yang sering mengudap makanan
kariogenik di antara makanan utamanya. Karies rampan juga merupakan lesi akut yang meliputi
sebagian atau semua gigi yang telah erupsi, menghancurkan jaringan mahkota gigi dengan cepat
termasuk permukaan yang biasanya imun terhadap karies, serta mengakibatkan terkenanya pulpa.
Pemberian susu botol yang sangat sering - alasan utama terjadi karies rampan.

Jenis Karies : Early childhood caries (ECC)


Menurut American Academic Pediatric dentistry (AAPD), ECC ditandai dengan satu atau
lebih kerusakan gigi, baik lesi dengan kavitas atau tanpa kavitas, kehilangan gigi akibat karies, atau
penambalan permukaan gigi sulung pada usia prasekolah antara usia lahir hingga 71 bulan. ECC
biasanya pertamakali melibatkan permukaan labial dan palatal gigi insisif sulung rahang atas. Pada
kondisi kerusakan berlanjut, maka karies akan melibatkan gigi molar sulung rahang atas bahkan
seluruh gigi sulung. Hal ini diawali oleh kebiasaan membiarkan anak menggunakan botolnya saat
tidur terpapar cairan gula yang menyebabkan genangan berjam-jam di sekeling gigi.
ECC tipe II (sedang sampai berat)
Di tandai lesi karies pada permukaan Labiolingual gigi seri rahang atas, dengan atau tanpa
karies molar tergantung pada usia anak dan tahap penyakit, dan gigi seri mandibula tidak terkena.
Penyebabnya penggunaan botol susu yang tidak tepat dan kebersihan mulut yang buruk seperti pada
kasus, anak memiliki kebiasaan meminum susu dot hingga tertidur dan waktu pembersihan mulutnya
yang masih kurang tepat.
Pemberian susu botol pada anak merupakan
penyebab kerusakan pada gigi anak balita karena susu yang diberikan melalui
botol pada saat anak menjelang tidur dapat terjadi pengolahan asam susu yang
menempel pada bawah lidah dan mulut sehingga dapat menurunkan derajat
keasaman mulut yang dapat menyebabkan terjadinya rampan karies pada anak.
Karies susu botol ini sering terjadi pada anakanak karena sering
mengkonsumsi minuman yang mengandung gula, seperti susu, sari buah, dan
minuman ringan yang diberikan kepada anak menjelang tidur. Kontak yang
berkepanjangan antara permukaan gigi dengan cairan yang mengandung gula akan
menimbulkan pola yang khas dari gigi berlubang. Ciri-ciri khas karies rampan
yaitu terjadinya sangat cepat bila dibandingkan karies gigi umumnya,
penyebarannya mengenai beberapa gigi sekaligus pada gigi yang biasanya tahan
terhadap karies, kavitas karies berwarna putih sampai kekuningan, jaringan karies
lunak, serta sering menimbulkan rasa nyeri atau dapat terjadi pembengkakan.
Tanda-tanda yang sering dijumpai pada anak yang terkena karies rampan
yaitu adanya kesulitan makan karena bila mengunyah terasa nyeri atau linu, sering
mengemut makanannya untuk menghindari terjadinya nyeri bila mengunyah, dan
sering menangis karena adanya rasa nyeri yang mengenai seluruh gigi.
5.
Manajemen karies pada masing-masing kasus karies anak di atas adalah sebagai berikut:
- Gigi 51, 52, 61, 62 : Dibiarkan saja karena gigi permanen akan erupsi pada umur 7-8
tahun, jadi gigi-gigi desidui tersebut dibiakan untuk menjaga ruang untuk
pertumbuhan gigi-gigi insisivus permanen.
- Gigi 74, 75, 84 : Dilakukan direct pulp capping karena pulpa masih vital. Langkah
awal, isolasi daerah kerja, bersihkan kavitas lalu aplikasikan dentin conditioner.
Preparasi oklusal gigi mata bur gigi sedalam 1 mm, lalu irigasi dengan aquadest dan
NaCl 0,9%. Kemudian diberikan zinc oxide eugenol dan tutup kavitas menggunakan
GIC.
- Gigi geraham sisa lainnya: Restorasi kompomer. Preparasi dilakukan dengan
menggunakan bur bundar untuk membuka akses karies dan dilanjutkan dengan
menggunakan bur fissure hingga seluruh jaringan karies hilang. Kavitas dibersihkan
dengan menggunakan chlorhexidine (CHx) 0,2%. Isolasi dilakukan dengan
menggunakan cotton roll. Setelah itu etsa diaplikasikan 15- 20 detik kemudian dibilas
dengan air mengalir dan kavitas dikeringkan. Bonding daplikasikan selama 10 detik
diberikan angin ringan dan disinari dengan menggunakan LED 10 detik. Setelah itu
kompomer diaplikasikan dan bentuk sesuai dengan anatomi gigi; dan disinari selama
20 detik. Pemolesan dilakukan dengan menggunakan bur poles. Pasien diminta untuk
datang kembali untuk kontrol 1 minggu.
- Gigi 82, 72, 73 : Restorasi klas 3 resin komposit. Setelah dibuat akses pada karies,
kemudian seluruh jaringan karies dihilangkan. Kavitas dibersihkan dengan CHx 0,2%.
Setelah dentin conditioner diaplikasikan pada kavitas dan GIC diaplikasikan
kemudian yang dibentuk sesuai anatomi gigi. Setelah setting dilakukan
pengaplikasian cocoa butter pada restorasi.
- Gigi 46 : Aplikasi pit & fissure sealant. Pit & fissure sealant merupakan perawatan
preventif dengan cara me letakan bahan GIC atau kompomer flowable pada pit &
fissure gigi yang bertujuan untuk mencegah proses karies. Indikasi dari aplikasi pit &
fissure sealant menurut Council on Scientific Affairs adalah pasien dengan risiko
karies gigi tinggi sedang atau tinggi, karies baru di area pit & fissure sealant, anatomi
pit & fissure yang dalam.
Karies Rampan pada tahap ini dibutuhkan penanganan serius,sebab hal ini akan
berakibat trauma baik pada anak maupun orangtua. Perawatan paling umum karies
rampan dan penyakit gigi lainnya telah dimasukkan pada setiap perawatan penyakit.
Usaha untuk mendidik keluarga tentang kebersihan gigi dan praktek diet, tingginya
tingkat kekambuhan penyakit mulai dari bukti kerusakan gigi sampai kegagalan
rencana perawatan mengakibatkan perlunya perhatian khusus terhadap penyakit ini.
Anak yang menderita karies dini memerlukan penanganan secepatnya sehingga
mencegah

kondisi yang lebih parah. Perawatan yang dilakukan akan meredakan keluhan atau rasa
nyeri, serta menjaga mental dan tumbuh kembang stomatognatiknya.Perawatan gigi
sangat penting untuk mencegah terjadinya kerusakan gigi anak. Perawatan yang
dilakukan harus disesuaikan dengan kondisi dan keluhan pasien anak. Perawatan yang
dibutuhkan pertama-tama adalah menghilangkan rasa nyeri. Adanya rasa nyeri perlu
segera ditanggulangi, karena dapat mengganggu aktivitas anak.
Penanggulangannya dapat secara lokal pada gigi maupun secara oral. Secara lokal
dengan menumpat secara langsung dengan obat obatan eugenol melalui kapas dan
selanjutnya ditumpat sementara atau langsung dengan zinc oxide eugenol tanpa kapas.
Pemberian obat sedatif dan analgesik dapat diberikan secara oral terutama pada rasa
nyeri yang telah lanjut. Kedua dengan mengurangi aktivitas bekteri untuk menghentikan
karies dan mencegah penjalaran yang cepat ke arah pulpa dengan profilaksis oral, yaitu
menyikat gigi secara benar, atau skeling. Ketiga dengan melakukan impreginasi karies
yangdiberikan pada karies yang baru terbentuk atau karies email dan karies dentin,
misalnya dengan pengulasan stannum flouride, silver nitrate, atau silver diamine
fluoride. Selanjutnya dapat dilakukan penumpatan kavitas dengan tumpatan tetap
merupakan tujuan utama agar kesehatan gigi dan mulut serta fungsi dan estetiknya
dapat kembali, perawatan saraf gigi bila telah mencapai pulpa, sesuai dengan
indikasinya, mencabut gigi yang sudah tidak dapat dirawat lagi, dan pengontrolan
karies secara klinis dapat dilakukan dengan memantau kebiasaan makannya dengan
cara analisis diet serta penggunaan botol untuk minum susu pada malam hari. Solusi
pencegahan karies ini adalah perhatian dan pengetahuan orang tua dalam hal kebersihan
dan kesehatan gigi sehingga dapat membersihkan dan membiasakan anak menjaga
kesehatan mulut dan giginya dan apabila karies sudah terlanjur parah, dokter gigi harus
dapat menanganinya dengan perawatan yang maksimal dan tetap memberikan
perawatan pencegahan.
Semua gigi depan insisivus atas anak tinggal akar gigi dilakukan pencabutan untuk
menghindari kemungkinan terjadinya fokal infeksi. Kehilangan dini gigi sulung pada anak
dapat menyebabkan hilangnya keseimbangan struktur, fungsi, dan estetik, munculnya
kebiasaan buruk serta menimbulkan trauma psikologis ketika gigi anterior rahang atas terlibat.
Untuk merehabilitasi fungsi dan estetik pasien ini dibuatkan gigi tiruan sebagian lepasan
dengan desain sederhana sehingga dapat ditolerir oleh anak. Pemakaian gigi tiruan akrilik
pada anak dalam masa tumbuh kembang perlu diperhatikan serta proses erupsi gigi permanen
sehingga tidak mengganggu proses erupsi. Gigi tiruan sebagian lepasan dapat berfungsi
sebagai space maintainer fungsional dan juga memenuhi kriteria estetis
 Gigi 46, 36, 16, 31, 41 : Untuk melakukan pencegahan karies selanjutnya, dapat dilakukan
flouridasi baik secara topical maupun sistemik per oral. Flouridasi secara topical dapat
diberika dengan larutan natrium fluoride. Stannium fluoride, atau larutan flour lainnya. Selain
penegahan dengan pemberian flour, pada gigi yang mempunyai pit dan fissure yang dalam
dapat dilakukan pemberian pit and fissure sealant.
 Gigi 74, 75 dan 84 karies hamper keseluruhan gigi mencapai pulpa vital, namun masih dapat
direstorasi. Karies pulpa: dilakukan perawatan endodontik lanjutan serta penumpatan gigi
yang mengalami karies. Pulpotomi adalah pengambilan jaringan pulpa yang mengalami
inflamasi (radang) dari kamar pulpa dan membiarkan jaringan pulpa di saluran akar dengan
memberikan obat di atas saluran akar untuk merangsang pulpa tetap vital.
 Gigi 82, 72, dan 73 karies dentin di permukaan proksimal dilakukan restorasi dengan
kompomer
Indikasi bebas karies : tidak bisa enameloplasti
74,75,84 pulpotomi
46 : PRR Tipe A
Insisivus di ekstraksi, karena menjadi sumber infeksi
16 berli perlindungan,
gigi 46 ada karies jd ga enameloplasty

6.
Preventif primer (mencegah dengan mendiagnosa dini)
diet dan memilih makanan dengan cermat
pada gigi 16, mengedukasi pasien, enameloplasty pada gigi 36 dengan menggunakan resin
dan juga mengambil bagian gigi sehat agar sealant dpt masuk
pencegahan sekunder, pulpotomi gigi 74,85,84
penambalan 82,72,73
penambalan gigi/ prr tipe a pada gigi 46

preventif tersier : SSC pada gigi ....

7.
Aplikasi fluorida
Cara kerja utama dari semua modalitas fluoridasi (pasta gigi, bilasan, gel dan
fluoridasi air komunitas) adalah efek topikal pada permukaan email. Bahkan
konsentrasi fluorida yang rendah dalam lingkungan mikro di sekitar gigi menghambat
demineralisasi dan mendorong remineralisasi permukaan gigi. Penggabungan fluor
(sebagai fluoroapatit) ke dalam email akan menurunkan kelarutannya (dan
meningkatkan ketahanannya terhadap karies). Namun, sekarang diakui bahwa
penggabungan fluoride yang diberikan secara sistemik ke dalam enamel yang sedang
berkembang (tidak erupsi) memiliki peran yang lebih kecil dalam meningkatkan
resistensi enamel.
- Fissure sealant
Dalam komunitas berfluoride di seluruh Australasia, di mana rata-rata DMFT (gigi
permanen yang membusuk, hilang dan ditambal) kurang dari 1,0, sebagian besar
karies terjadi di pit dan fisura gigi molar permanen pertama. Cara sederhana dan
ekonomis untuk mencegah karies pit dan fissure adalah dengan menggunakan fissure
sealant.
Berikut adalah bahan sealant :
- Meskipun beberapa penelitian menunjukkan perbedaan, tampaknya tidak ada bukti
kuat yang mendukung light-cured dibandingkan sealant yang diawetkan secara kimia
atau sealant fisura buram, bening atau berwarna saat ini.
- Sealant harus tidak tembus pandang sehingga dapat dideteksi oleh dokter lain.
Penggunaan sealant bening menunjukkan noda pada fisura, yang kemungkinan besar
merupakan karies yang tidak aktif. Namun, dokter lain, saat melihat noda ini, dapat
memilih untuk memotong rongga menjadi gigi yang sehat, mengalahkan seluruh
tujuan sealant.
Fissure Sealant yang baik adalah rmgic & resin based sealant.
Secara umum, keuntungan utama dari sealant berbahan dasar glass ionomer adalah
melepaskan fluoride secara kontinyu. Bahan ini juga lebih mudah ditempatkan serta tidak
rentan terhadap kelembaban. Bahan ini bisa digunakan sebagai alternatif jika bahan
berbasis resin tidak dapat digunakan karena kesulitan mengontrol kelembaban misalnya
gigi permanen yang erupsi sebagian, terutama saat operkulum menutupi bagian distal dari
permukaan oklusal Sealant GI juga bisa digunakan pada kasus gigi yang sulit diisolasi
karena perilaku anak yang tidak kooperatif Material komposit berbasis resin yang dimodifikasi dengan
polyacid atau bisa juga
disebut sebagai kompomer telah digunakan sebagai fissure sealant. Ini menggabungkan
sifat menguntungkan dari visibilitas cahaya yang dapat mempolimerisasi sealant berbahan
dasar resin dengan bahan yang dapat melepas fluorida dari sealant GI. Polyacid-modified
sealant berbahan dasar resin memiliki sifat adhesi yang lebih baik terhadap enamel dan
dentin dan juga lebih sedikit larut dalam air, dibandingkan dengan bahan sealant GI
(Naaman, et al., 2017).
Dan pada bahan sealant resin-based atau resin komposit (RK) memiliki retensi yang besar dan memiliki
daya efektifitas preventif karies yang besar pula.

8.
Tahapan kerja gigi 36 dan 46 adalah sebagai berikut:
- Siapkan alat bahan yaitu: GI-sealant, syringe, eksplorer, ekscavator tip, kasa, cotton
rolls, cotton pellet, forceps, articulating paper, curing light, handpiece, dan pumice.
- Preparasi daerah kerja menggunakan pumice atau air-polishing instruments
- Isolasi daerah kerja dengan rubberdam
- Oleskan dentin conditioner pada daerah kerja

- Irigasi daerah kerja


- Keringkan dengan cotton roll dan cotton pellet
- Aplikasin GI-sealants pada daerah kerja
- Pada gigi mandibula, aplikasikan sealant dari distal ke mesial menggunakan sikat halus
- Tunggu hingga set kemudian evaluasi secara taktil dan visual
- Cek dan koreksi oklusi menggunakan articulating paper
- Follow up setiap 6 bulan sekali.

9.
Kategori risiko karies menurut Caries Management by Risk Assessment:
- Risiko tinggi : Jika terdapat satu atau lebih indikator penyakit. Apabila tidak terdapat indikator
penyakit,tetapi faktor risiko lebih besar daripada faktor protektif
- Risiko Ekstrim : Jika terdapat 1 atau lebih indikator penyakit disertai hiposalivasi
- Risiko Sedang : Jika pasien tidak dapat ditentukan termasuk berisiko tinggi atau ekstrim dan ragu pada
risiko rendah.
- Risiko rendah : Jika indikator penyakit sangat sedikit / tidak ada. Faktor protektif lebih tinggi
dibandingkan faktor risiko.

Pasien, moderate risk.


Kategori Risiko Karies menurut CAMBRA:
1. Low risk
Seseorang masuk dalam kategori low risk caries apabila protective factors lebih tinggi daripada risk
factors.
2. Moderate risk
Seseorang masuk dalam kategori moderate risk caries apabila risk factors lebih tinggi daripada protective
factors.
3. High risk
Seseorang masuk dalam kategori high risk caries apabila terdapat 1 atau lebih indikator penyakit.
4. Extreme risk
Seseorang masuk dalam kategori extreme risk caries apabila terdapat atau lebih indikator penyakit (high
risk caries) ditambah adanya hiposaliva.
Sesuai dengan kasus maka pasien termasuk moderate risk kairena risk factors lebih tinggi
daripada protective factors pada pasien. Dimana terlihat dari frekuensi snacking pada
pasien lebih dari 3 kali sehari diantara waktu makan, dan terdapat pit dan fissure yang
dalam pada gigi 36 dan 46.

10.
Pengolesan fluor pada permukaan gigi bertu- juan untuk memperkuat enamel
dan mengurangi daya larutnya terhadap asam. Selain itu fluor dapat meng- hambat
metabolisme bakteri yang ada pada plak dan memfermentasi karbohidrat menjadi asam
yang akan melarutkan enamel sehingga terjadi karies. Pemberi- an fluor akan merubah
hidroksi apatit pada enamel menjadi fluor apatit yang lebih tahan terhadap asam. -
Salah satu sediaan fluor yang diaplikasikan secara profesional adalah gel
1,23% APF dan NaF 2%. Waktu yang disarankan untuk profesional aplikasi tray fluor
adalah 4 menit, disarankan untuk tidak membilas, makan, atau minum selama 20-
30 menit setelah aplikasi fluor untuk memaksimalkan keefektifannya.
Tahapan aplikasi flour
a.Alat
Alat standar
Saliva ejector
Air and water syringe
Timer
b.Bahan
• Gel fluoride
• sendok cetak

Teknik
- Pasien duduk di dental dengan posisi tegak, lihat riwayat kesehatannya
dankonfirmasi kepada pasien, apakah pasien memiliki riwayat alergi terhadap
fluoride.
- Jelaskan pada pasien tahapan yang akan dilakukan dan instruksikan pada pasien
untuk tidak menelan gel fluoride
- Cuci tangan, gunakan masker dan handscoon
- Pilih sendok cetak dan cobakan pada pasien untuk memastikan sendok cetak
mengenai semua daerah gigi
- Isolasi gigi, gunakan saliva ejector atau cotton roll untuk isolasi gigi yang kan
dirawat
- Tuangkan gel fluoride pada sendok cetak hingga 1/3 penuh
- Gunakan air syringe untuk mengeringkan gigi. Untuk menjaga gigi agar
tetap keringletakkan jari dalam mulut pasien dan instruksikan pada pasien untuk
tetap membuka mulutnya.
- Letakkan sendok centak pada gigi yang sudah dikeringkan. Dapat dilakukan
secara bersamaan atau terpisah pada rahang atas dan rahang bawah
- Sendok cetak digerakkan ke atas dan ke bawah untuk menyalurkan gel fluoride
kesemua gigi
- Tempatkan saliva ejector dan instruksikan pasien untuk menutup mulut secara
perlahan
- Atur waktu menggunakan stopwatch selama 4 menit
- Setelah 4 menit, keluarkan saliva ejector dan sendok cetak dari mulut pasien -
Bersihkan sisa gel fluoride dari permukaan gigi yang dapat dijangkau,
instruksikan pada pasien untuk meludahkan fluoride tetapi jangan berkumur.
- Instruksikan pasien untuk tidak berkumur dan tidak makan serta minum selama
± 30menit
- Pasien diinstruksikan untuk datang kontrol 1 minggu kemudian.

Berdasarkan hasil penelitian Mercer dan Muhler (1972), aplikasi topical fluor
dengan menggunakan 2% natrium fluoride (NaF) atau 2% sodium fluoride 3 kali
dalamsetahun menghasilkan penurunan karies sebesar 33%. Natrium fluoride dipilih
sebagaibahan aplikasi topical karena larutan ini merupakan garam yang mudah larut
dan digunakan dalam fluoridasi buatan sumber air minum.
Tehnik aplikasi topical fluor dengan larutan NaF yang dianjurkan adalah sebagai
berikut:
1. Mahkota gigi dibersihkan dan dipoles dengan pasta propilaksis.
2. Permukaan gigi yang telah dibersihkan, diisolasi dan dikeringkan dengan gulungan
kapas.
3. Oleskan larutan NaF 2% pada permukaan gigi.
4. Biarkan gigi basah 3-4 menit.
5. Pemberian diulangi pada kwadran yang lain.
6. Diberikan dengan interval waktu 1 minggu.

7. Pada akhir pengulasan fluor, pasien diperbolehkan berkumurkumur 1 kali.


8. Perawatan dianjurkan pada usia 3,7, 11 dan 13 tahun, bersamaan dengan erupsi gigi
baru.
Sediaan fluor dibuat dalam berbagai bentuk yaitu NaF, SnF, APF yang
memakainya diulaskan pada permukaan gigi dan pemberian varnish fluor. NaF
digunakan pertama kali sebagai bahan pencegah karies. NaF merupakan salah satu yang
sering digunakankarena dapat disimpan untuk waktu yang agak lama, memiliki rasa
yang cukup baik, tidak mewarnai gigi serta tidak mengiritasi gingiva. Senyawa ini
dianjurkan penggunaannnya dengan konsentrasi 2%, dilarutkan dalam bentuk bubuk
0,2gram dengan air destilasi 10 ml.

Anda mungkin juga menyukai