Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

ULUMUL HADIST
SEJARAH PENGHIMPUNAN DAN PEMBINAAN HADIST
PADA ZAMAN NABI,SAHABAT DAN TABI’IN

DOSEN PEMBINGBING

PAK IRSYADUL IBAD IBNU ROHYAH M.pd

NAMA KELOMPOK

1.ERDIN GUNAWAN

2.HANA KHULWATUZZAHROH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ASSHIDIQIYAH


KARAWANG
2021
DAFTAR I|SI

BAB I.........................................................................................................................................3

PENDAHULUAN......................................................................................................................3

A. Latar belakang.................................................................................................................3

B. Rumusan masalah............................................................................................................3

C. Tujuan.............................................................................................................................3

BAB II........................................................................................................................................4

PEMBAHASAN........................................................................................................................4

A. Sejarah Penghimpunan Dan Pembinaan Hadist pada Periode Rasulullah saw...............4

B. Sejarah Penghimpunan dan Pembinaan Hadist pada Periode Sahabat...........................5

C. Sejarah Penghimpunan dan Pembinaan Hadist pada Periode Tabi’in............................6

BAB III.......................................................................................................................................9

PENUTUP..................................................................................................................................9

A. Kesimpulan.....................................................................................................................9
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Hadits memiliki peran penting terhadap pengembangan disiplin keilmuan
islam lainnya seperti tafsir, fikih dan akhlak. Al-quran juga mengisyaratkan perintah
merujuk kepada Nabi Muhammad SAW. Ketika umat islam memiliki berbagai
persoalan. Hadits disepakati sebagai sumber ajaran islam kedua setelah Al-Qur’an
yang harus di pegang oleh kaum muslimin. Akan tetapi secara historis, perjalanan
hadits tidak sama dengan perjalanan Al-Qur’an. Jika Al-Qur’an sejak awalnya sudah
dilestarikan (melalui hafalan dan pencatatan) secara resmi atas petunjuk Nabi
Muhammad SAW. Otentisitas Al-Qur’an dijamin oleh Allah (Qat’I alWurud) Berbeda
dengan hadits, dalam sejarah awal islam, pernah muncul pelarangan penulisan hadits,
karena adanya kekhawatiran pencampuradukan antara al-Qur’an dengan hadits.
Bahkan pernah juga terjadi munculnya hadits-hadits palsu. Sehingga timbulah usaha-
usaha verifikasi dan kritik dalam bentuk yang sederhana oleh para sahabat, serta
usaha-usaha untuk menyeleksi hadits-hadits tersebut, menuliskannya dan kemudian
mengkodifikasinya pada masa-masa berikutnya.

B. Rumusan masalah
a.Bagaimana sejarah hadits pada masa Rasulullah ?

b.Bagaimana sejarah hadits pada masa Sahabat

c.Bagaimana sejarah hadits pada masa Tabi’in ?

C. Tujuan
Agar mengetahui sejarah hadits pada masa Rasulullah , pada masa Sahabat dan pada
masa Tabi’in.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Penghimpunan Dan Pembinaan Hadist pada Periode Rasulullah saw


Sejarah Perkembangan Hadits Pada Zaman Nabi Muhammad SAW Sebagai
Nabi dan Rasul, Muhammad SAW mengajarkan nilai-nilai pada islam sebagai
pembangunan peradaban islam. Selain itu, Rasulullah SAW adalah sosok sentral,
panutan bagi umat islam. Bahkan dalam suatu hadist disebutkan bahwa akhlak nabi
Muhammad SAW, diidentikan dengan AlQur’an. Di samping itu, Allah telah
mengajarkan kepada beliau segala sesuatu yang belum diketahuinya. Pada masa ini,
pembentukan hukum serta dasardasarnya dimulai. Berawal dari diangkatnya Nabi
menjadi Rasulullah SAW, hingga wafatnya beliau. Perkembangan hadits pada masa
Nabi ini ditandai dengan ciri-ciri berikut.
1. Sahabat yang pertama masuk islam, seperti Khalifah empat dan Abdullah bin
Mas’ud1
2. Sahabat yang selalu berada di samping nabi dan bersungguh-bersungguh menghafal
hadis, seperti Abu Hurairah, atau yang mencatat hadis, Abdullah bin Amr bin Ash.
Sahabat yang erat hubungannya dengan nabi, yaitu Siti Aisyah dan Ummu Salamah
.3 Keistimewaan pada masa ini, yang membedakannya adalah umat islam dapat
secara langsung memperoleh hadis dari Rasulullah SAW sebagai sumber hadis. Pada
masa ini tidak ada jarak atau sekat yang dapat mempersulit pertemuan mereka dengan
Rasulullah SAW. Tempat mereka bertemu dengan Rasulullah SAW, sangat terbuka
dalam berbagai kesempatan, seperti masjid, pasar, rumah Rasulullah SAW. Melalui
tempat-tempat tersebut, Rasulullah SAW menyampaikan hadits, melalui sabdanya
yang didengar langsung oleh sahabat, maupun melalui perbuatan yang disaksikan oleh
mereka. Metode Rasulullah SAW dalam menyampaikan ajaran-ajaran islam
terkadang melalui perkataan (aqwal), perbuatan (af’al), maupun ketetapan (taqrir).
Oleh karenanya para sahabat selalu mengikuti Nabi, karena bagi mereka nabi
merupakan landasan analiah sehari-hari mereka.
B. Sejarah Penghimpunan dan Pembinaan Hadist pada Periode Sahabat
Metode Penyampaian Rasulullah SAW menyampaikan hadisnya dengan
berbagai cara sehingga para sahabat ingin mengikuti pengajiannya dan tidak merasa
jenuh. Dala menyampaikan hadis kepada para sahabat, yaitu sebagai berikut.
1. melalui melalui para jamah yang mengikuti pengajian atau majelis. Para sahabat
selalu menyediakan waktu mereka untuk mengikuti pengajian atau majelis yang di
situ disampaikan berbagai pesan keagamaan, atau para sahabat ingin menanyakan
langsung persoalan yang sedang dialami oleh mereka, tentang bagaimana
hukumnya terhadap persoalan tersebut. Jika ada sahabat yang tidak bisa hadir
maka disampaikan oleh sahabat-sahabat yang hadir.
2. Menceritakan peristiwa yang dialami oleh Rasulullah SAW sendiri. Dalam hal ini
Rasul menceritakan peristiwa yang pernah dialaminya sendiri. Sehingga sahabat
bisa menceritakan kepada sahabat yang lain.
3. Cara lain yang dilakukan Rasulullah SAW adalah dengan ceramah atau pidato di
tempat terbuka. Keempat. Terkadang para sahabat melihat secara langsung Nabi
Muhammad SAW melakukan suatu perbuatan, hal ini berkaitan dengan ibadah
seperti shalat, zakat, puasa, dan ibadah haji serta ibadah-ibadah lainnya.
Perbedaan Para Sahabat Dalam Menguasai Hadis Para sahabat tidak memiliki
penguasaan hadis yang sama antara satu sama lain. Hal ini bergantung pada hal ini
a. Perbedaan kesempatan bersama Rasulullah SAW.
b. Perbedaan kekuatan hafalan dan kesungguhan bertanya kepada sahabat lain c.
Perbedaan waktu masuk islam dan jarak tempat tinggal mereka dengan Majelis
Rasulullah SAW.

Ada beberapa sahabat yang banyak menerima hadis dari Rasulullah SAW.
Dengan beberapa penyebabnya, antara lain.
a. Para sahabat yang baru masuk islam, seperti Abu Bakar, Umar bin Khattab,
Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, dan Ibnu Mas’ud. Mereka banyak
menerima hadis dari Rasul karena mereka masuk islam lebih awal daripada para
sahabat-sahabat yang lain.7
b. Istri-istri Rasulullah SAW, seperti Siti Aisyah dan Ummu Salamah. Mereka lebih
dekat daripada sahabat yang lain. Hadis yang diterimanya banyak berkaitan soal
keluarga dan pergaulan suami istri.
c. Para sahabat yang selalu dekat dengan Rasul dan menuliskan hadis-hadis yang
diterimanya, seperti Abdullah bin Amr bin Al-As.8 d. Sahabat yang secara
sungguh-sungguh mengikuti majelis Rasulullah SAW, dan banyak bertanya
kepada sahabat yang lain dan dari sudut usia, mereka hidup lebih lama dari
wafatnya Rasulullah SAW., seperti Abdullah bin Umar, Anas bin Malik, dan
Abdullah bin Abbas.

C. Sejarah Penghimpunan dan Pembinaan Hadist pada Periode Tabi’in


Pengertian Tabi’in adalah orang islam yang bertemu dengan sahabat, berguru
dan belajar kepada sahabat, tetapi tidak bertemu dengan Rasulullah dan tidak pula
semasa dengan beliau.  Setelah Nabi wafat (11 H/632 M), kendali kepemimpinan
umat Islam berada di tangan sahabat Nabi. Sahabat Nabi yang pertama menerima
kepemimpinan itu adalah Abu Bakar ash-Shiddiq (wafat 13 H/634 M), kemudian
disusul oleh Umar bin Khaththab (wafat 23 H/644 M), Usman bin Affan (wafat 35
H/656 M), dan Ali bin Abi Thalib (wafat 40 H/611 M). keempat khalifah ini dalam
sejarah dikenal dengan sebutan al-Khulafau al-Rasyidin dan periodenya disebut
dengan zaman sahabat besar (Fazlur Rahman menyebut sahabat senior) (Mudasir.
1999.93).
Sesudah Ali bin Abi Thalib wafat, maka berakhirlah era sahabat besar dan
menyusul era sahabat kecil. Dalam masa itu muncullah tabi’in besar yang bekerja
sama dalam perkembangan pengetahuan dengan para sahabat Nabi yang masih hidup
pada masa itu. Di antara sahabat Nabi yang masih hidup setelah periode al-Khulafa al-
Rasyidin dan yang cukup besar peranannya dalam periwayatan hadis diantaranya
‘Aisyah (wafat 57 H/677 M), Abu Hurairah (wafat 58 H/678 M), Abdullah bin Abbas
(wafat 68 H/687 M), Abdullah bin Umar bin Khaththab (wafat 73 H/692 M), dan
Jabir bin Abdullah (wafat 78 H/697 M) (Mudasir. 1999.94).
Sesudah masa Khulafaur rasyidin, timbulah usaha yang lebih sungguh-
sungguh untuk mencari dan meriwayatkan hadits. Bahkan tata cara periwayatan hadits
pun sudah dibakukan. Pembakuan tatacara periwayatan hadits ini berkaitan erat
dengan upaya ulama untuk meyelamatkan hadits dari usaha-usaha pemalsuan hadits.
Kegiatan periwayatan hadits pada masa itu lebih luas dan banyak dibandingkan
dengan periwayatan pada periode khulafaur rasyidin. Kalangan Tabi’in telah semakin
banyak yang aktif meriwayatkan hadits. Meskipun masih banyak periwayat hadits
yang berhati-hati dalam meriwayatkan hadits, kehati-hatian pada masa itu sudah
bukan lagi menjadi ciri khas yang paling menonjol, karena meskipun pembakuan
tatacara periwayatan telah ditetapkan. Luasnya wilayah Islam dan kepentingan
golongan memacu munculnya hadits-hadits palsu. Sejak timbul fitnah pada akhir
masa Utsman, umat Islam terpecah-pecah dan masing-masing lebih mengunggulkan
golongannya. Pemalsuan hadits mencapai puncaknya pada periode ketiga, yakni pada
masa kekhalifahan Daulah Umayyah.
a. Diantara para sahabat yang membina hadis di kufah ialah Ali bin Abi Thalib, Saad
bin Abi Waqas, dan Abdullah bin Mas’ud. Diantara para tabi’in yang muncul
disini ialah Ar-Rabi’ bin Qasim, Kamal bin Zaid An-Nakhai’, Said bin Zubair Al-
Asadi, Amir bin Sarahil Asy-Sya’ibi, Ibrahim Ankha’I, dan Abu Ishak As-Sa’bi
(Mudasir. 1999.95)
b. Diantara para sahabat yang membina hadis di Basrah ialah Anas bin Malik,
Abdullah bin Abbas, Imran bin Husain, Ma’qal bin Yasar, Abdurrahman bin
Samrah, dan Abu said Al-Anshari. Diantara para tabi’in yang muncul disini
adalah Hasan Al-Basri, Muhammad bin Sirrin, Ayub As-sakhyatani, Yunus bin
Ubaid, Abdullah bin Aun, Khatadah bin Du’amah As-sudusi, dan Hisyam bin
Hasan (Mudasir. 1999.95).
c. Diantara para sahabat yang membina hadis di Syam ialah Abu Ubaidah Al-Jarah,
Bilal bin Rabah, Ubadah Bin shamit, Mu’adz bin Jabal, Sa’ad bin Ubadah, Abu
darda Surahbil bin Hasanah, Khalid bin Walid, dan Iyad bin Ghanan. Para tabi’in
yang muncul disini ialah salim bin abdillah al-muharibi, Abu Idris Al-khaulani,
Umar bin Hanna’I (Mudasir. 1999.95).
d. Diantara para sahabat yang membina hadis di mesir ialah Amr bin Al-as, Uqubah
bin Amr, Kharijah bin Huzafah, dan Abdullah bin Al-Haris. Para tabi’in yang
muncul disini ialah Amr bin Al-Haris, nKhair bin Nu’aimi Al-Hadrami, Yazid bin
Abi Habib, Abdullah bin Jafar dan Abdullah bin Sulaiman Ath-Thawil (Mudasir.
1999.95)
e. Diantara para sahabat yang membina hadis di magrib dan andalus ialah Mas’ud
bin Al-Aswad Al-Balwi, Bilal bin haris bin asim Al-muzaid. Para tabi’in yang
munc ul disini adalah Ziyad bin An-Am Al-Mu’afil, Abdurrahman bin Ziyad,
Yazid bin Abi Mansur, Al-Mugirah bin Abi Burdah, Rifa’ah bin Ra’fi dan Muslim
bin Yasar (Mudasir. 1999.95).
f. Diantara para sahabat yang membina hadis di Yaman adalah Muadz bin jabal dan
Abu Musa Al-Asy’an. Para tabi’in yang muncul disini diantaranya adalah
Hammam bin Munabah dan Wahab bin Munabah, Tawus dan Mamar bin Rasid
(Mudasir. 1999.95).
g. Diantara para sahabat yang membina hadis di kharasan adalah Abdullah bin
Qasim Al-Aslami, dan Qasm biun sabit Al-Anshari, Ali bin Sabit Al-Anshari,
Yahyab bin Sabih Al-Mugari (Mudasir. 1999.95).

Pergolakan politik yang terjadi pada masa sahabat yaitu setelah terjadinya
perang jamal dan perang suffin berakibat cukup panjang dan berlarut-larut dengan
terpecahnya umat islam menjadi beberapa kelompok. Secara langsung ataupun
tidak pergolakan politik tersebut memberikan pengaruh terhadap perkembangan
hadis berikutnya, baik pengaruh yang bersifat negatif maupun yang bersifat
positif. Pengaruh yang bersifat negatif adalah munculnya hadis-hadis palsu untuk
mendukung kepentingan politik masing-masing kelompok dan untuk menjatuhkan
posisi lawannya. Pengaruh yang bersifat positif adalah terciptanya rencana dan
usaha yang mendorong diadakannya kodifikasi atau tadwin hadis sebagai upaya
penyelamatan dari pemusnahan dan pemalsuan sebagai akibat dari pergolakan
politik tersebut (Mudasir. 1999.96).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sejarah perkembangan hadits merupakan masa atau periode yang telah
dilalui oleh hadits dari masa lahirnya dan tumbuh dalam pengenalan, penghayatan,
dan pengamalan umat dari generasi ke generasi. Ada beberapa periode dalam
sejarah perkembangan hadits diantaranya periode Rasulullah saw,sahabat dan
tabi’in.

Anda mungkin juga menyukai