DOSEN PENGAMPU :
DISUSUN OLEH :
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat menbangun selalu kami harapkan demi
Akhir kata, kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa ridhai
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I 4
PENDAHULUAN 4
A. LATAR BELAKANG 4
B. RUMUSAN MASALAH4
C. TUJUAN 4
D. MANFAAT 4
BAB II5
TINJAUAN TEORI 5
BAB III 8
PENUTUP 8
KESIMPULAN 8
SARAN 8
3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
keselamatan pasien menjadi acuan bagi seluruh Rumah Sakit dalam melaksanakan
program keselamatan pasien. Standar tersebut dibuat untuk membangun kesadaran
akan nilai keselamatan pasien,memimpin dan mendukung staff pelayanan
kesehatan. Dengan adanya Undang-undang dapat meningkatkan sistem
pelaporan, melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien, belajar serta berbagi
pengalaman dan mencegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan
pasien.
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan keselamatan pasien ?
2. Apa yang dimaksud Undang – Undang Yang Mengatur Tentang
Kesalamatan Pasien ?
C. Tujuan
Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui dan memberi informasi tentang
Undang – undang yang mengatur tentang kesalamatan pasien dalam rumah sakit.
D. Manfaat
Kesalamatan pasien (Patient safety) bukan merupakan hal baru untuk
didengar. Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem di
rumah sakit yang digunakan untuk membuat asuhan pasien lebih aman. Upaya yang
digunakan di rumah sakit untuk meningkatkan keselamatan pasien antara lain melalui
program tujuh langkah menuju keselamatan pasien dirumah sakit dan penerapan
standar keselamatan pasien di rumah sakit. Langkah awal dalam mencapai
keselamatan pasien tersebut adalah melalui budaya keselamatan pasien yang disertai
dengan kepemimpinan yang baik. Hal ini tertuang dalam tahap pertama program tuju
langkah menuju keselamatan rumah sakit yaitu bangun kesadaran akan nilai
4
keselamatan pasien, ciptakan kepemimpinan dan budaya terbuka serta adil. Penerapan
kebijakan keselamatan pasien sangat erat kaitannya dengan lingkup kepemimpinan
BAB II
TINJAUAN TEORI
a. bahwa pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang harus diwujudkan dengan upaya
b. bahwa Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan
kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu
meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud
c. bahwa dalam rangka peningkatan mutu dan jangkauan pelayanan Rumah Sakit serta
pengaturan hak dan kewajiban masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan, perlu
d. bahwa pengaturan mengenai rumah sakit belum cukup memadai untuk dijadikan landasan
hukum dalam penyelenggaraan rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi
masyarakat;
dan huruf d serta untuk memberikan kepastian hukum bagi masyarakat dan Rumah Sakit,
5
2. Pasal 43 ayat (1) mewajibkan Rumah Sakit menerapkan standar keselamatan pasien.
Yang dimaksud dengan keselamatan pasien (patien safety) adalah proses dalam suatu
Rumah Sakit yang memberikan pelayanan pasien yang lebih aman.
3. Tanggung Jawab Hukum Rumah Sakit terhadap Penanganan Pasien Gawat Darurat
Adapun kewajiban rumah sakit dalam Pasal 29 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit yaitu:
a) Memberikan informasi yang benar tentang pelayanan Rumah Sakit kepada masyarakat.
b) Memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi, dan efektif dengan
mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan Rumah Sakit;
c) Memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan kemampuan
pelayanannya;
d) Berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan pada bencana, sesuaidengan
kemampuan pelayanannya
4. Pasien rumah sakit adalah konsumen, sehingga secara umum pasien dilindungi dengan
Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UU No. 8/1999).
Menurut pasal 4 UU No. 8/1999, hak-hak konsumen adalah:
a) Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang
dan/atau jasa;
b) hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa
tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;
c) hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang
dan/atau jasa;
d) hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang
digunakan;
6
e) hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa
perlindungan konsumen secara patut;
f) hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;
g) hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;
h) hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang
dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana
mestinya;
5. Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran juga merupakan Undang-
Undang yang bertujuan untuk memberikan perlindungan bagi pasien. Hak-hak pasien diatur
dalam pasal 52 UU No. 29/2004 adalah:
a) mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis sebagaimana
dimaksud dalam pasal 45 ayat (3);
b) meminta pendapat dokter atau dokter lain;
c) mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis;
d) menolak tindakan medis;
e) mendapatkan isi rekam medis.
6. Perlindungan hak pasien juga tercantum dalam pasal 32 Undang-Undang No. 44 Tahun
2009 tentang Rumah Sakit, yaitu:
a) memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di Rumah
Sakit;
b) memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien;
c) memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi;
d) memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan
standar prosedur operasional;
e) memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian
fisik dan materi;
f) mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan;
g) memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan yang
berlaku di Rumah Sakit;
h) meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang
mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit;
i) mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data
medisnya;
j) mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan
tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan
prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan;
k) memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh
tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya;
l) didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;
m) menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama hal itu
tidak mengganggu pasien lainnya;
n) memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di Rumah
Sakit;
o) mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap dirinya;
p) menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan
kepercayaan yang dianutnya;
7
q) menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga
memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata ataupun
pidana; dan
r) mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar pelayanan
melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keselamatan pasien telah menjadi sorotan bagi petugas medis, dimana upaya ini bertujuan
untuk meminimalkan kesalahan-kesalahan tindakan yang akan diberikan serta menjadi payung
hukum dalam bidang kesehatan
B. Saran
menghindari adanya cidera pada saat penanganan. Sehingga menetapkan suatu sistem yang
disebut “Undang-Undang yang mengatur tentang keselamatan pasien” dengan tujuan untuk
mengurangi risiko cedera dan kesalahan yang akan dilakukan oleh tim medis terhadap pasien.
Sistem ini juga menjadi acuan bagi tim medis dalam melakukan tugas yang tepat dan akurat.