Anda di halaman 1dari 8

BAB V

NORMA ADAT DALAM MASYARAKAT

1. Pendahuluan

a. Gambaran Umum

Manusia, sejak lahir telah dilengkapi dengan naluri untuk hidup bersama
dengan orang lain, karena itu akan timbul suatu hasrat untuk hidup teratur, yang
mana teratur menurut seseorang belum tentu terarur buat orang lain, sehingga
akan menimbulkan suatu konflik. Dari kebutuhan akan pedoman tersebut lahirlah
norma atau kaedah yang hakekatnya muncul dari suatu pandangan nilai dari
perilaku manusia yang merupakan patokan (fondamen) mengenai tingkah laku.
Sebagaimana hukum gaya berat terungkap, maka metode inipun akan
mengungkapkan hukum-hukum yang mendasari masyarakat.

Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan pola perilaku


masyarakat, maka denngan adanya proses pengkhususan atau spesialisasi. Pola
tingkah laku pada masyarkat selalu berkaitan pada norma-norma. Bahkan pola-
pola tersebut sudah menjadi kebiasaan dan mengikat masyarakat itu sendiri
dengan norma-norma adat. Secara literal yang dimaksud kebiasaan itu mengacu
pada tradisi pada kepercayaan masyarakat, institusi, ataupun juga artefak yang
diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya.

Oleh karenanya Soerjono Soekanto, mengatakan bahwa sosiologi yang


berkaitan dengan hukum merupakan kajian ilmu sosial terhafap hukum yang
berlaku di masyarakat dan perilaku serta gejala sosial yang menjadi penyebab
lahirnya hukum di masyarakat. Perilaku yang sudah mendarah daging pada
kehidupan masyarakat seiring disebut tatanan adat, norma adat, peraturan adat
sebagai hukum yang tidak tertulis atau hukum adat. Aturan-aturan tingkah laku
manusia yang dalam masyarakat sebagaimana dimaksudkan tadi, adalah aturan-
aturan adat.
2. Penyajian

a. Materi

Kebiasaan, Nilai dam Norma serta Hukum

Kebiasaan adalah suatu cara yang lazim diterima oleh suatu kelompok
masyarakat dan dilakukan berulang-ulang atau secara rutiitas. Kebiasaan (habitus)
tersebut menjadi asuran bagi anak-anak tersebut ubtuk dilakukan terus-menerus.
Bahkkan kbiasaan itu mampu menjadi aturan adat bagi masyarkat setempat. Oleh
karena itu, tata kelakuan dalah keyakinan tentang salah benar dalam berprilaku.
Inilah yang kemudian dalam istilah masyarakat dikatakan nilai. Deliar Noor
mengatakan bahwa nilai dan norma suatu kata yang sulit untuk dipisahkan, atau
berartikana hamper menyerupai. Nilai-nilai yang merupakan prinsip dasar antara
lain berupa nilai agama yang bersifat dasar, yang bersifat suruhan atau perintah
atau larangan yang tak dapat ditawar-tawar.

Norma adalah ukuran, kaedah, pedemoan, atau ukuran untuk menentukan


sesuatu. Sedangkan nilai merupakan suatu perbuatan yang bersifat perbuatan baik
maupun perbuatan yang tidak baik.

Norma-norma dapat dibedakan menjadi 4 :


1. Norma agama
2. Norma kesusilaan
3. Norma kesopanan
4. Norma hukum

Norma Sebagai Hukum di Masyarakat

Koentjaraningkrat, mengatakan bahwa dimaksud masyarakt adalah


keseatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem asat-istiadat
tertentu yang bersifat kontinyu, dan yang terikat oleh sutau rasa identitas bersama.

Timbulnya dan terpeliharanya hukum adat terjadi karena: (a). keputusan


para pejabt hukum dan ; (b). keputusan warga-warga masyarakat.
BAB VI

PELAKSANAAN SYARIAT ISLAM

1. Pendahuluan

Syariat islam merupakan norma hukum bagi masyarakat muslim. Syariat


islamberisi pedoman hukum-hukum yang terkadung dalam sebuah kumpulan
aturan yang harus dilakukan bagi setiap muslim.

Kota Langsa merupakandaerah pemekaran Kabupaten Aceh Timur, kota


tersebut berada kurang lebih 400 km dari kota Banda Aceh, Ibolota ProvinsiAceh.

a. Gambaran Umum

Secara umum, gambaran masyarakat Kota Langsa adalah masyarakat yang


universal, pluralis, dan heterogen. Secara universal masyarkat Kota Langsa
terbagi beberapa lapisan sosial yakni (1) birokrat (penguasa); (2) Ulama; (3)
Pedangang; (4) Masyrakat.

Menurut Yinger dalam Haralambos (2000), kelompok etnis adalah suatu


segmen masyarakat yang lebih luas dilihat ole yang lain berbeda dalam beberapa
karateristik Bahasa, agama, race, dan nenek moyang dengan budayanya.

Secara antropologis, Barth (1969) bahwa kelompok etnis sebagai suatu


komunitas yang: (1) secara biologis mampu berkembang biak; (2) mempunyai
nilai budaya yang sama dan sadar akan rasa kebersamaan dalam suatu bentuk
budaya; (3) membentuk jaringan komunikasi dan interaksi sendiri;
(4) menentukan ciri kelompoknya sendiri yang diterima oleh kelompok lain dan
dapat dibedakan dari kelompok populasi lain.
2. Penyajian

a. Materi

Reaktualisasi Norma Isalam Dan Sanksi Pelanggaran Syariatnya

Hukum syariat Islam adalah hukum yang diberlakukan pada wilayah Aceh
yang merupakan penjilmaan dar hukum adat, yang terlahir dari norma sosial
masyarakat. Agama merupakan semesta simbolik yang memberi makna pada
kehidupan manusia dan memberikan penjelasan yang paling sempurna dan
komprehensif tentang seluruh realitas.

Koentjaraningkrat, membagi wujud kebudayaan menjadi tigas, yaitu: (1)


Wujud kebudayaan sebagai sutau kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai,
norma-norma, peraturan dan sebagainya; (2) Wujud kebudayaan sebagai suatu
yang komplek aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat; (3)
Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasilkarya manusia. Adat adalah sesuatu
kebiasaaan yang dijalankan oleh masyarakat dan dipelihara serta transfer dari
generasi ke generasi berikutnya. Hukum adat diistilahkan gods dienstige wetten,
atau “undang-undang agama, lembaga rakyat, kebiasaan, lembaga aslil”. Hukum
(adat0 adallah hasil penerimaan bulat-bulat dari (hukum) agama yang dianut oleh
golongan masyarakat itu, jadi hukum islam adalah masyarakat golongan islam.

Sistem nilai budaya sering juga berupa pandangan hidup atau world view
bagi manusia yang menganutnya. Pandangan hidup itu biasanya mengandung
sebagian dari nilai-nilai oleh suatu masyarkat, yang dipilih secara selektif oleh
para individu dan golongan dalam masyarakat.

Provinsi Aceh, pada khususnya Kota Langsa. Jadi, dengan demikian maka
norma-norma masyarakat Aceh yang sudah terpilih yang bernilai agama (Islam)
sangatlahpatau untuk dijadikan bahan rujukan dalam membuat peraturan adat.
Dengan demikian masyarakat Kota Langsa secara adat merupakan wilayah hukum
adat Aceh dengan menggunakan tatanan Islam. Seluruh lapisan masyarakat Kota
Langsa, secara adat harus berpengang pada adat Aceh yang dirangkum dalam
hukum adat atau Qanun, yang telah diatur dalam undang-undang. Hukum adat
Aceh adalah hukum adat yang berlandaskan agama islam, yang sudah menjadikan
kesadaran bagi pemuluknya.

Hasil Survey Lapangan

Pada keistimewaan yang dimiliki Aceh, ditegaskan dalam pasal 3 ayat (2),
salah satuya “Penyelenggaraan kehidupan beragama”. Oleh pasal 4 ayat (1),
dijelaskan bahwa “Penyelenggara kehidupan beragama di daerah diwujudkan
dalam bentuk pelaksanaan syari`at Islam bagi pemeluk dan masyarakat.” Dengan
demikian, jelas bahwa dari ketentuan ini pelaksanaan syariat Islam berlaku bagi
umat Islam yang berada dalam fakta yuridis Provinsi Aceh. Namun, dalam
kenyataan, justru pelaksanaan syariat Islam di Aceh (Kota Langsa), it hanya
sebagai symbol saja, kerena budaya hukum sebagai sikap manusia terhadap
hukum tidak menyatu dalam hati nurani, atau sebuah pemaksaan dari seseorang
penguasa.
BAB VII

KEPEMIMPINAN

1. Pendahuluan

Bentuk kepemimpinan (leadership) ada di semua kelmpok. Pemimpin


adalah orang yang paling mempengaruhi perilaku dan keyakinan kelompok. Dia
adalah orang yang memulai aksi, memberi perintah, mengambil keputusan.

1.1 Gambaran Umum

Ketika orang sering berinteraksi, seperti dalam kelompok pertemanan atau


teman sekelas, beberapa orang biasa muncul sebagai pemimpin informal. Para
pemimpin ini tidak punyya title resmi, tetapi sebaggian besar anggota mengakui
kepemimpinannya. Mullen (1991) mengatakan banyak studi yang menemukan
bahwa orang yang banyak bicara cenderung dianggap sebagai pemimpin oleh
anggota yang lain oleh pengamat luar.

2. Penyajian

2.1 Materi

a. Pengertian

Menurut Winardi (1990:21) bahwa pemimpin terdiri dari pemimpin formal


(formal leader) dan pemimpin informal (Iinformal leader). Sedangkan
kepemimpinan dalah merupakan suatu kemampuan yang melekat pada diri
seseorang yang memimpin terganntung dari macam-macam factor, baik factor
intern maupun factor ekstern.

b. Teori Kepemimpinan

Pemimpin merupakan factor penentu falam kesuksesan dan kegagalan suatu


organisasi. Baik di organisasi formal maupun non formal. Pemimpin yang sukses
adalah pemimpin yang mampu megelola manajemen organisasi, dapat
mempengaruhi secara konstruktif oranglain dan meneunjukkan jalan serta
perilaku benar yang harus dikerjakan bersama-sama melalui kerja sama.
Henry Pratt Faiechild dalam konsepnya pemimpin adalah seseorang yang
dengan jalan memprakarsai atau mengontrol usaha/upaya orang lain atau melalui
prestise, kekuasaan dan posisi. Pemipin ialah seseoarang yang embimbing,
memimpin dengan bantuan kualitas persuasifnya dan akseptansi/penerimaan
secara sukarela oleh para pengikutnya.

Menurut Suradinata (1995) pemimpin adalah orang yang memimpin


kelompok dua orang atau lebih, baik organisasi maupun keluarga. Kepemimpinan
adalah kemampuan seorang pemimpin untuk mengendalikan, memimpin,
mempengaruhu fikiran, perasaan atau tingkah laku orang lain.

Pemimpin formal adalah seorang (pria atau wanita) yang oleh organisasi
tertentu ditunjuk (berdasarkan surat keputusan pengangkatan dari organisasi ayng
bersangkutan). Sedagkan kepemimpinan asalah mmerupakan suatu kemampuan
yang melekat pada diri seorang. Pemimpin adalah seseorang yang memimpin,
atau yang mengatur khalifah (bhs Arab).

c. Konsep Kepemimpinan

Definisi pemimpin menurut para ahli:

1. Ahmad Rusli (1999) menyatakan pemimpin adalah individi manusia yang


diamanahkan memimpin subordinat (pengikutnya) ke arah mencapai matlamat
yang ditetapkan.

2. Miftha Thoha (1983: 255) pemimpin adalah seorang yang memiliki


kemampuan untuk mempengaruhi orang lain atau kelompok.

3 Kartini Kartono (1994: 33) Pemimpin adalah seoranng pribadi yang memiliki
kecakapan dan kelebihan khususnya kecakapan dan kelebihan disatu bidang.

4. Sam Walton, Pemimpin besar akan berusaha menanamkan rasa percaya diri
pada para pendukung. Jika orang memiliki paercaya diri tinggi, maka kita akan
terkejut pada hasil luar biasa yang akan mereka raih.
d. Pemimpin Yang Ideal

Pemimpin yang amanah adalah pemimpin yang ideal. Artinya pemimpin


yang sesuai dicita-citakan, sempurna, sesuai dega cita-cita. Seperti yang kita lihat
seperti Yesus Isa Al masih putra Maryam, sidaharta Gautama dari Kapilawastu
Inda, atau Muhammad bin Abdullah dalam Islam.

e. Realitas di Lapangan (Studi kasus)

Dalam kenyataan sulit ditemui dalam sunia Islam, terlebih di daerah Aceh
sendiri yang konon Islam sanagt dimulyakan. Justru kebanyakan pemimpin disini
sangat jauh dari angan masyarakat, agama hanya sebatas sebagai doa dan ucapan,
akan tetapi ibadah bukan cerminan dalam perilaku kehidupannya di masyarakat.

Dari kesemuanya adalah para pejabat yang notabenya adalah Islam, namun
Silam hamuya sebagai diskurs. Korupsi, pembohongan publik, pengingkaran janji,
cinta masyarakat yang lemah, diskriminatif, memperkaya diri sendiri dan
kelompoknya, sangat merajalela hampir di setiap institusi baik kampus dan
institusi pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai