1. Pendahuluan
a. Gambaran Umum
Manusia, sejak lahir telah dilengkapi dengan naluri untuk hidup bersama
dengan orang lain, karena itu akan timbul suatu hasrat untuk hidup teratur, yang
mana teratur menurut seseorang belum tentu terarur buat orang lain, sehingga
akan menimbulkan suatu konflik. Dari kebutuhan akan pedoman tersebut lahirlah
norma atau kaedah yang hakekatnya muncul dari suatu pandangan nilai dari
perilaku manusia yang merupakan patokan (fondamen) mengenai tingkah laku.
Sebagaimana hukum gaya berat terungkap, maka metode inipun akan
mengungkapkan hukum-hukum yang mendasari masyarakat.
a. Materi
Kebiasaan adalah suatu cara yang lazim diterima oleh suatu kelompok
masyarakat dan dilakukan berulang-ulang atau secara rutiitas. Kebiasaan (habitus)
tersebut menjadi asuran bagi anak-anak tersebut ubtuk dilakukan terus-menerus.
Bahkkan kbiasaan itu mampu menjadi aturan adat bagi masyarkat setempat. Oleh
karena itu, tata kelakuan dalah keyakinan tentang salah benar dalam berprilaku.
Inilah yang kemudian dalam istilah masyarakat dikatakan nilai. Deliar Noor
mengatakan bahwa nilai dan norma suatu kata yang sulit untuk dipisahkan, atau
berartikana hamper menyerupai. Nilai-nilai yang merupakan prinsip dasar antara
lain berupa nilai agama yang bersifat dasar, yang bersifat suruhan atau perintah
atau larangan yang tak dapat ditawar-tawar.
1. Pendahuluan
a. Gambaran Umum
a. Materi
Hukum syariat Islam adalah hukum yang diberlakukan pada wilayah Aceh
yang merupakan penjilmaan dar hukum adat, yang terlahir dari norma sosial
masyarakat. Agama merupakan semesta simbolik yang memberi makna pada
kehidupan manusia dan memberikan penjelasan yang paling sempurna dan
komprehensif tentang seluruh realitas.
Sistem nilai budaya sering juga berupa pandangan hidup atau world view
bagi manusia yang menganutnya. Pandangan hidup itu biasanya mengandung
sebagian dari nilai-nilai oleh suatu masyarkat, yang dipilih secara selektif oleh
para individu dan golongan dalam masyarakat.
Provinsi Aceh, pada khususnya Kota Langsa. Jadi, dengan demikian maka
norma-norma masyarakat Aceh yang sudah terpilih yang bernilai agama (Islam)
sangatlahpatau untuk dijadikan bahan rujukan dalam membuat peraturan adat.
Dengan demikian masyarakat Kota Langsa secara adat merupakan wilayah hukum
adat Aceh dengan menggunakan tatanan Islam. Seluruh lapisan masyarakat Kota
Langsa, secara adat harus berpengang pada adat Aceh yang dirangkum dalam
hukum adat atau Qanun, yang telah diatur dalam undang-undang. Hukum adat
Aceh adalah hukum adat yang berlandaskan agama islam, yang sudah menjadikan
kesadaran bagi pemuluknya.
Pada keistimewaan yang dimiliki Aceh, ditegaskan dalam pasal 3 ayat (2),
salah satuya “Penyelenggaraan kehidupan beragama”. Oleh pasal 4 ayat (1),
dijelaskan bahwa “Penyelenggara kehidupan beragama di daerah diwujudkan
dalam bentuk pelaksanaan syari`at Islam bagi pemeluk dan masyarakat.” Dengan
demikian, jelas bahwa dari ketentuan ini pelaksanaan syariat Islam berlaku bagi
umat Islam yang berada dalam fakta yuridis Provinsi Aceh. Namun, dalam
kenyataan, justru pelaksanaan syariat Islam di Aceh (Kota Langsa), it hanya
sebagai symbol saja, kerena budaya hukum sebagai sikap manusia terhadap
hukum tidak menyatu dalam hati nurani, atau sebuah pemaksaan dari seseorang
penguasa.
BAB VII
KEPEMIMPINAN
1. Pendahuluan
2. Penyajian
2.1 Materi
a. Pengertian
b. Teori Kepemimpinan
Pemimpin formal adalah seorang (pria atau wanita) yang oleh organisasi
tertentu ditunjuk (berdasarkan surat keputusan pengangkatan dari organisasi ayng
bersangkutan). Sedagkan kepemimpinan asalah mmerupakan suatu kemampuan
yang melekat pada diri seorang. Pemimpin adalah seseorang yang memimpin,
atau yang mengatur khalifah (bhs Arab).
c. Konsep Kepemimpinan
3 Kartini Kartono (1994: 33) Pemimpin adalah seoranng pribadi yang memiliki
kecakapan dan kelebihan khususnya kecakapan dan kelebihan disatu bidang.
4. Sam Walton, Pemimpin besar akan berusaha menanamkan rasa percaya diri
pada para pendukung. Jika orang memiliki paercaya diri tinggi, maka kita akan
terkejut pada hasil luar biasa yang akan mereka raih.
d. Pemimpin Yang Ideal
Dalam kenyataan sulit ditemui dalam sunia Islam, terlebih di daerah Aceh
sendiri yang konon Islam sanagt dimulyakan. Justru kebanyakan pemimpin disini
sangat jauh dari angan masyarakat, agama hanya sebatas sebagai doa dan ucapan,
akan tetapi ibadah bukan cerminan dalam perilaku kehidupannya di masyarakat.
Dari kesemuanya adalah para pejabat yang notabenya adalah Islam, namun
Silam hamuya sebagai diskurs. Korupsi, pembohongan publik, pengingkaran janji,
cinta masyarakat yang lemah, diskriminatif, memperkaya diri sendiri dan
kelompoknya, sangat merajalela hampir di setiap institusi baik kampus dan
institusi pemerintah.