1. DEFINISI
a. Asesmen Pasien adalah evaluasi pemeriksa terhadap penyakit
atau kondisi yang didasarkan pada laporan subyektif pasien dari
gejala dan penyebab sakitnya dan penemuan obyektif pemeriksa
termasuk data yang didapatkan melalui pemeriksaan
laboratorium dan radiologi, pemeriksaan fisik, riwayat penyakit,
laporan informasi dari anggota keluarga dan anggota tim
perawatan kesehatan yang lain.
b. Asesmen pasien terdiri dari tiga proses utama:
1. Pengumpulan informasi dan data mengenai status fisik,
psikologis dan sosial serta riwayat kesehatan pasien.
2. Analisis data dan informasi, termasuk hasil tes laboratorium
dan pencitraan diagnostik untuk mengidentifikasi kebutuhan
perawatan kesehatan pasien.
3. Pengembangan rencana perawatan untuk memenuhi
kebutuhan pasien yang telah diidentifikasi.
c. Asesmen Awal Pasien Rawat Inap adalah tahap awal dari proses
dimana dokter, perawat, dietisien mengevaluasi data pasien
dalam 24 jam pertama sejak pasien masuk rawat inap atau bisa
lebih cepat tergantung kondisi pasien dan dicatat dalam rekam
medis.
d. Asesmen Awal Pasien Rawat Jalan adalah tahap awal dari
proses dimana dokter mengevaluasi data pasien baru rawat jalan.
e. Asesmen Ulang Pasien adalah tahap lanjut dari proses dimana
dokter, perawat, dietisien mengevaluasi ulang data pasien setiap
terjadi perubahan yang signifikan atas kondisi klinisnya.
f. Rekam Medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen
tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan
pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
g. DPJP adalah seorang dokter/dokter gigi yang bertanggung jawab
atas pengelolaan asuhan medis seorang pasien. DPJP juga
bertanggung jawab terhadap kelengkapan, kejelasan dan
kebenaran serta ketepatan waktu pengembalian dari rekam medis
pasien tersebut.
h. Case Manager adalah perawat yang bertanggung jawab terhadap
asuhan keperawatan atas setiap pasien. Tujuannya untuk
menjamin mutu asuhan keperawatan dari pasien tersebut.
i. Keperawatan adalah seluruh rangkaian proses asuhan
keperawatan & kebidanan yang diberikan kepada pasien yang
1
berkesinambungan yang di mulai dari pengkajian sampai dengan
evaluasi dalam usaha memperbaiki ataupun memelihara derajat
kesehatan yang optimal.
j. Dietisien adalah seorang profesional medis yang mengkhususkan
diri dalam dietetika, studi tentang gizi dan penggunaan diet
khusus untuk mencegah dan mengobati penyakit.
2. RUANG LINGKUP
a. Pedoman ini diterapkan kepada semua petugas kesehatan di
rumah sakit yang memberikan pelayanan kepada pasien gawat
darurat (UGD), pasien rawat inap dan pasien rawat jalan.
b. Pelaksana Pedoman ini adalah tenaga kesehatan medis, perawat,
ahli gizi dan bidan yang bekerja di rumah sakit.
2
ASESMEN
MENGEMBANGKAN
RENCANA ASUHAN
MELAKUKAN EVALUASI
3
Alur Masuk Rawat Inap
Mulai
Pasien
Tandatangani persetujuan perawatan
DPJP
Menulis Resep/alkes dalam lembar RPO Asesmen Kebutuhan Rohani
Meminta diagnosa penunjang Asesmen Risiko Jatuh
Ya Asesmen Nyeri (bila ada)
Keperawatan
Apoteker
Dietisien Asuhan Keperawatan. :
Menyiapkan obat/alkes
Kolaborasi Data khusus/fokus
Pemberian nutrisi Masalah/dx keperawatan
DPJP Tgl / jam intervensi
Melakukan terapi sesuai PPK dan CP Tgl/jam evaluasi (SOAP)
DPJP/Keperawatan/Dietisien
Mengasesmen ulang medis/keperawatan/gizi
Observasi tanda vital,nyeri & keluaran cairan harian
Perkembangan terintegrasi
Monitor harian
DPJP&Keperawatan
Merencanakan pemulangan pasien
DPJP/Keperawatan/Apoteker/Dietisienis
Memberikan edukasi kepada pasien / keluarga
DPJP
Perlu HCU / ICU? Ya
Meminta persetujuan
masuk HCU / ICU
Tidak
DPJP
Melakukan penanganan lanjutan Prosedur
Mengisi Form Discharge Planning HCU / ICU
Ya
DPJP
Selesai Mengisi Form resume medis Prosedur
Membuat surat rujuk balik/kontrol poli kamar jenazah
4
ALUR PELAYANAN RAWAT JALAN
Mulai
Pasien
Masuk Poliklinik
Keperawatan
Memeriksa kelengkapan administrasi
Mengentri data px ke divisi yang dituju
Prosedur
DPJP
Penunjang
Asesmen medis :Anamnesis &
1. Pemeriksaan fisik
Prosedur
Tindakan/
DPJP
One Day2.Care Perlu Penunjang? ya
Menulis surat dan
entri work order
tidak
Perlu Tindakan?
ya
3.
tidak
Perlu MRS?
tidak
ya
DPJP Kasus Bedah? DPJP
Menulis resep / Menulis surat permintaan
surat kontrol / ya
rujuk balik DPJP Bedah Prosedur
Menulis permintaan MRS Pendaftaran
Mengentri acara op ke Sekt KSM (on line) di Sentral
Selesai
5
3.1. ASESMEN MEDIS
A. Identitas pasien
B. Anamnesa meliputi keluhan utama, riwayat penyakit
sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat sosial dan
riwayat obat-obatan (alergi).
C. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
pasien
1. Survey Primer
Pemeriksaan untuk mengidentifikasi dan menangani
kondisi yang mengancam nyawa, berfokus pada tingkat
kesadaran pasien, stabilisasi leher dan tulang belakang,
menjaga patensi jalan napas, pernapasan dan sirkulasi.
a. Airway dan C Spine Immobilization
Periksa jalan napas, identifikasi adanya tanda
sumbatan jalan napas (muntah, perdarahan, gigi
patah/hilang, trauma wajah), gunakan
oropharyngeal airway/nasopharyngeal airway jika
perlu.
b. Breathing
- Periksa pernapasan, pola napas, pergerakan
dinding dada, adanya penggunaan otot bantu
napas
- Hitung respiratory rate. Berikan intervensi jika
ventilasi dan atau oksigenasi tidak adekuat
(pernapasan <12x/menit) berupa: oksigen
tambahan, kantung pernapasan (bag-valve mask),
intubasi setelah ventilasi inisial (jika perlu).
Identifikasi dan atasi masalah pernapasan lainnya
yang mengancam nyawa.
c. Circulation
- Nilai perfusinya, identifikasi tanda
hipoperfusi/hipoksia
- Periksa tekanan darah, nadi dan suhu
- Apakah ada perdarahan, atasi perdarahan yang
mengancam nyawa
- Apakah ada edema atau tidak
d. Disability
6
- Nilai kesadaran
(Composmentis/apatis/somnolent/sopor/koma)
- Periksa reflex cahaya dan pupil
- Periksa apakah ada kejang atau apakah ada
parese/plegia
- Adakah nyeri, bila ada tentukan derajat nyerinya
e. Exposure: identifikasi adanya fraktur atau luka
f. Resusitasi: lakukan resusitasi jantung paru bila
diperlukan
2. Survey Sekunder
Permeriksaan dilakukan secara menyeluruh dan sistematis
untuk mengidentifikasi masalah pada pasien, mulai dari
kepala sampai kaki.
a. Kepala dan wajah
- Inspeksi: deformitas, asimetrisitas, perdarahan
- Palpasi: deformitas, nyeri, krepitasi
- Nilai ulang potensi sumbatan jalan napas: gigi palsu,
perdarahan, gigi patah, muntah, tidak adanya refleks
batuk
- Mata: isokoritas dan refleks cahaya pupil, benda
asing, lensa kontak
- Hidung: deformitas, perdarahan, secret
- Telinga: perdarahan, sekret, hematoma di belakang
telinga (Battle’s sign)
b. Leher
- Nilai ulang deformitas dan nyeri, jika pasien tidak
dimobilisasi
- Inspeksi adanya luka, distensi vena jugularis,
penggunaan otot bantu napas, perubahan suara
- Palpasi adanya krepitasi, pergeseran posisi trakea
c. Dada
- Inspeksi adanya luka, pergerakan dinding dada,
penggunaan otot bantu napas
- Palpasi adanya nyeri, luka, fraktur, krepitasi,
ekspansi paru
- Perintahkan pasien untuk menarik napas dalam,
inspeksi adanya nyeri, kesimetrisan, keluarnya udara
dari luka
- Auskultasi: rhonki, wheezing
d. Abdomen
7
- Inspeksi: luka, hematoma, distensi
- Palpasi semua kuadran: nyeri, defans muscular
e. Pelvis dan genitourinarius
- Palpasi dan tekan kedua spina iliaka anterior superior
(SIAS) secara bersamaan untuk menilai adanya nyeri,
instabilitas atau krepitasi
- Inspeksi dan palpasi: inkontinensia, priapismus,
darah di meatus uretra
- Palpasi denyut arteri femoralis
f. Ekstremitas/musculoskeletal
- Inspeksi: angulasi, penonjolan tulang abnormal
(protrusion), simetrisitas
- Palpasi: nyeri, krepitasi
- Nilai nadi distal: intensitas (kuat/lemah), teratur atau
tidak, kecepatan (lambat, normal, cepat)
- Nilai sensasi (saraf motorik)
- Nilai adanya kelemahan/parese (jika tidak ada
kecurigaan fraktur), perintahkan pasien untuk
meremas tangan pemeriksa
- Nilai pergerakan anggota gerak (jika tidak ada
kecurigaan fraktur)
g. Punggung
- Imobilisasi jika ada kecurigaan cedera tulang belakang
- Palpasi: luka, fraktur, nyeri
- Nilai ulang fungsi motorik dan sensorik pasien
h. Neurologis
- Tanda vital: nilai apakah ventilasi sudah adekuat
(kedalaman, kecepatan, keteraturan, usaha napas)
- Mata: ukuran dan refleks cahaya pupil
- Pergerakan: apakah keempat ekstremitas bergerak
simetris
- Sensasi: nilai adanya sensasi abnormal (curiga cedera
spinal)
- Status kesadaran menggunakan Glasgow Coma Scale
(GCS): secara akurat menggambarkan fungsi cerebri
8
Tidak merespons 1
Verbal Orientasi baik 5
Disorientasi / bingung 4
Jawaban tidak sesuai 3
Suara yang tidak dapat dimengerti 2
(erangan,teriakan)
Tidak merespons 1
Pergeraka Mengikuti perintah 6
n Melokalisasi nyeri 5
Menarik diri (withdraw) dan rangsang nyeri 4
Fleksi abnormal anggota gerak terhadap rangsang 3
nyeri
Ekstensi abnormal anggota gerak terhadap 2
rangsang nyeri
Tidak merespons 1
9
3.2 ASESMEN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
a) Identitas pasien.
b) Riwayat Kesehatan:
- Keluhan Utama
- Riwayat minum obat/alergi.
- Riwayat kesehatan yang lalu/keluarga.
c) Pemeriksaan Fisik
1. Sistem Pernafasan:
Airway:
Bebas atau ada sumbatan (gurgling/snoring/crowing).
Mulut: terkatup trismus/bismus
Pernafasan: normal atau sesak
Pergerakan dada: simetris/asimetris
Pola nafas: takipneu/dyspneu/Ortopneu/Hiperpneu.
Suara nafas: wheezing/Stridor/Ronchi/Cracles
penggunaan otot bantu nafas: PCH/Retraksi/Suprasternal
Suara perkusi paru: Redup/Sonor
Hitung Respiratory Rate
2. Sistem kardiovaskuler:
Perfusi: Hangat/kering/Merah/Dingin/Pucat/Basah
Nadi:Reguler/irregular/kuat/lemah/tidak teraba
CRT: >3 detik/ <3 detik
Turgor: cepat/lambat kembali
Edema
Jumlah Perdarahan
Tanda Vital: Tensi/Nadi/ Suhu
3. Sistem Persyarafan:
Kesadaran: composmentis/apatis/somnolent/sopor/koma,
reflek cahaya
Gelisah/Restrain/Gelang tali/body jaket
Pupil: isokor/anisokor
GCS
Kejang
10
Parese/plegia
Nyeri
4. Sistem Perkemihan:
Alvi:
Normal
Perubahan pola BAB
Distensi abdomen/perkusi abdomen dullness
Nyeri saat defekasi
Suara usus hipo/hiperaktif
Uri :
Normal
Tidak dapat BAK/nyeri saat akan BAK atau blader penuh
Keluar urine tanpa disadari/nokturia/tidak mampu
menahan BAK
Frekuensi BAK apakah lebih sering (tiap 2 jam)
5. Sistem Muskuloskeletal
Luka (kotor/bersih)
Fraktur (terbuka/tertutup/deformitas)
Perdarahan
Turgor
Edema
Kekuatan Otot
6. Periksa Risiko Jatuh, sesuai kriteria MORSE pada pasien dewasa
dan kriteria HUMPTY DUMPTY pada pasien anak.
7. Status Nutrisi (Tidak beresiko malnutrisi/beresiko malnutrisi)
8. Periksa aktivitas Harian Dasar(ADL).
Total Skor
11
9. Periksa Resiko Kulit (Norton Scale)
Tabel 3.2.2 Periksa Resiko Kulit (Norton Scale)
Buruk 2
Cukup 3
Baik 4
Kondisi Stupor 1
Mental
Delirium 2
Apatis 3
Komposmenti 4
s
Kursi Roda 2
Dipapah 3
Mandiri 4
Mobilisasi Sulit/Tidak 1
bergerak
12
Sangat 2
Terbatas
Agak Terbatas 3
Penuh/Full 4
Inkontenen Ngompol, 1
kencing dan
Feces
Biasanya 2
Ngompol
Kencing
Kadang- 3
kadang
Tidak 4
Ngompol
TOTAL
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN:
13
1. Ketidakefektifan jalan nafas bisa dari obstruksi (cairan/lidah jatuh ke
belakang/lainnya).
2. Gangguan pola nafas bisa dari nyeri/hipoksia/hipercarbia/asidosis,
gangguan central.
3. Gangguan pertukaran gas bisa dari retensi cairan, kerusakan alveoli.
4. Penurunan curah jantung bisa dari aritmia, kontraktilitas menurun.
5. Gangguan perfusi jaringan perifer/cerebral bisa dari syok, iskemia,
perdarahan otak.
6. Gangguan keseimbangan cairan kurang/lebih bisa dari output
berlebihan, intake yang kurang.
7. Nyeri bisa dari iskemia/infark akut miokardium, terputusnya jaringan.
8. Gangguan termoregulasi hipotermi/hipertermi bisa dari proses infeksi,
dehidrasi, hipermetabolisme.
9. Jatuh/cidera bisa dari kondisi pasien yang gelisah, riwayat sering
jatuh.
10. Infeksi bisa dari adanya tindakan invasive.
11. Gangguan integritas kulit/dekubitus bisa dari penetrasi kulit,
kelembapan kulit yang tinggi.
12. Lain-lain sesuai respon pasien terhadap penyakitnya.
C. INTERVENSI
1. Observasi vital sign dan keluhan pasien
2. Health Education
3. Mengatur posisi
4. Pasang pengaman tempat tidur/stretcher.
5. Membebaskan jalan nafas dengan OPA/NPA/ETTY/infuse.
6. Dengan tim medis, memberikan oksigen /injeksi /infuse.
7. Lain-lain sesuai kasus pasien masing-masing berdasarkan
penyakitnya.
14
3.3 ASESMEN GIZI
15
a. Skrining gizi dilakukan oleh perawat IGD/perawat Rawat
Jalan dengan menggunakan lembar skrining pasien yang
ada pada blanko asesmen keperawatan IGD/ Rawat Jalan.
b. Cara melakukan asesmen awal dengan menggunakan MST
adalah dengan melakukan wawancara pada pasien atau
keluarga terdekat pasien mengenai:
- Penurunan Berat Badan yang tidak direncanakan atau tidak
diinginkan dalam 6 bulan terakhir.
- Penurunan nafsu makan atau kesulitan menerima makanan,
untuk lebih jelasnya ditampilkan dalam bentuk tabel sebagai
berikut:
Tabel 3.3.1 Form Asesmen Awal Gizi Dengan MST
Parameter Skor
1. Apakah pasien mengalami penurunan Berat
Badan yang tidak direncanakan/tidak
diinginkan dalam 6 bulan terakhir?
- Tidak 0
- Ya 1
2. Apakah asupan makan pasien berkurang
karena penurunan nafsu makan/kesulitan
menerima makanan? 0
- Tidak 1
- Ya
Total Skor
Hasil jumlah skor
- Bila skor 0-1, maka pasien tidak beresiko malnutrisi.
- bila skor ≥ 2, maka pasien beresiko malnutrisi.
b) Skrining Awal Rawat Inap
Skrining awal rawat inap dilakukan oleh perawat rawat inap
dengan menggunakan blanko skrining gizi yang ada pada asesmen
keperawatan rawat inap.
a) Skrining dilakukan pada pasien baru 1x 24 jam setelah pasien
masuk ke rawat inap.
b) Metode skrining yang dilakukan adalah dengan menggunakan
MST adalah dengan wawancara kepada pasien atau keluarga
terdekat pasien seperti yang dilakukan pada skrining awal
IGD/Rawat Jalan.
c) Bila skor 0-1, maka pasien tidak beresiko malnutrisi. Maka
dilakukan skrining ulang setelah 1 minggu oleh ahli gizi dengan
menggunakan metode Malnutrition Universal Screening Tools
(MUST).
16
d) Bila skor ≥ 2, maka pasien beresiko malnutrisi. Maka dilakukan
skrining ulang oleh ahli gizi dengan menggunakan metode
Malnutrition Universal Screening Tools (MUST) dan dilakukan
dengan asesmen gizi.
e) Ahli gizi melakukan pengecekan ulang, dengan cara mencentang
dan menulis jam pada saat ahli gizi melakukan pengecekan di
kolom di bawah tabel dan kondisi khusus.
f) Jika pasien dalam kondisi khusus maka secara otomatis pasien
langsung dilakukan skrining lanjut oleh ahli gizi.
Berikut blanko skrining gizi awal pasien rawat inap.
Tabel 3.3.2 Form Asesmen Awal Gizi Pasien Rawat Inap
Parameter Skor
1. Apakah pasien mengalami penurunan Berat
Badan yang tidak direncanakan/tidak
diinginkan dalam 6 bulan terakhir?
- Tidak 0
- Ya 1
2. Apakah asupan makan pasien berkurang
karena penurunan nafsu makan/kesulitan
menerima makanan? 0
- Tidak 1
- Ya
Total Skor
Hasil jumlah skor
- Bila skor 0-1, maka pasien tidak beresiko malnutrisi.
- Bila skor ≥ 2, maka pasien beresiko malnutrisi.
Parameter Skor
1. Apakah pasien mengalami penurunan Berat
Badan yang tidak direncanakan/tidak
diinginkan dalam 6 bulan terakhir?
- Tidak 0
- Ya 1
2. Apakah asupan makan pasien berkurang
karena penurunan nafsu makan/kesulitan
menerima makanan? 0
- Tidak 1
- Ya
17
Total Skor
c) Skrining Ulang
a. Adalah pengkajian data terkait gizi yang dilakukan oleh ahli gizi
pada pasien dengan hasil skrining awal “beresiko”.
Skrining ulang ini digunakan untuk mendapatkan,
memverifikasi dan menterjemahkan data yang diperlukan
dalam penentuan diagnosa gizi.
b. Skring ulang pasien dewasa dilakukan pengkajian status gizi
dengan menggunakan skor IMT (Indeks Massa Tubuh) yang
bertujuan untuk mempelajari keadaan gizi pasien sehingga
dapat diketahui apakah kebutuhan gizi pasien telah dipenuhi.
c. Skrining ulang untuk pasien dewasa menggunakan metoda
Malnutrition Universal Screening Tools (MUST), yang terdiri
dari 3 parameter, seperti pada tabel berikut ini:
NO PARAMETER SKOR
1. Skor IMT
IMT > 20 (Obesitas > 30) 0
IMT 18,5-20 1
IMT < 18,5 2
2. Kehilangan BB yang tidak direncanakan 3-6
bulan terakhir
BB hilang < 5% 0
BB hilang 5-10 % 1
BB hilang > 10 % 2
3. Efek penyakit akut
Ada asupan nutrisi > 5 hari 0
18
Tidak ada asupan nutrisi > 5 hari 2
JUMLAH
Hasil jumlah Skor :
jika hasil 0 : Beresiko Ringan
Jika hasil 1 : Beresiko Sedang
Jika hasil ≥ 2 : beresiko berat
d) Skrining ulang untuk pasien anak menggunakan metode strong kids,
dengan blanko sebagai berikut :
Tabel 3.3.5 Form Skrining Ulang Pasien Anak Menggunakan
Metode Strong Kids
NO PARAMETER SKOR
1. Apakah pasien tampak kurus
a. Tidak 0
b. Ya 1
2 Apakah terdapat penurunan BB selama 1 bulan
terakhir?
a. Tidak 0
b. Ya 1
3 Apakah terdapat salah satu dari kondisi berikut:
- Diare ≥ 5 kali/hari dan muntah > 3
kali/hari dalam 1 minggu terakhir
- Asupan makan berkurang selama 1
minggu terakhir
a. Tidak 1
b. Ya 0
4 Apakah terdapat penyakit atau keadaan yang -
mengakibatkan pasien beresiko mengalami
malnutrisi ?
a. Tidak 0
b. Ya 2
- Diare kronik ( lebih - Kelainan anatomi
dari 2 minggu) mulut yang
- Penyakit jantung menyebabkan
bawaan kesulitan makan (
- HIV mis: bibir
- kanker sumbing )
- Penyakit hati kronik - Kelainan metabolic
- TB Paru bawaan
19
operasi mayor
JUMLAH
Hasil Jumlah Skor
1 = Resiko Rendah
20
3.4 ASESMEN NYERI
1) Asesemen awal mengenai nyeri dilakukan terhadap semua pasien
yang datang ke bagian IGD, poliklinik ataupun rawat inap.
2) Pada anak >9 tahun dan dewasa, asesmen nyeri menggunakan:
a) Numeric Rating Scale
21
ii. 1-3 = nyeri ringan (sedikit mengganggu aktivitas sehari-
hari)
iii. 4-6 = nyeri sedang (gangguan nyata terhadap aktivitas
sehari-hari)
iv. 7-10 = nyeri berat (tidak dapat melakukan aktivitas
sehari-hari)
b) Wong Baker FACES Pain Scale
Digunakan pada pasien yang tidak dapat menggambarkan
aktivitas nyerinya dengan angka, maka digunakan wajah
tersenyum-cemberut dan menangis (Wong Baker FACES Pain
Scale)sebagai berikut:
Gambar 3.4.2 Wong Baker FACES Pain Scale
22
normal,
bergerak
dengan
mudah
Cry Tidak ada Mengerang/mer Menangis
(tangis) teriakan intih, sesekali terus,
(terjaga/terti mengeluh menjerit/isak,
dur) mengeluh
Consolab Puas/senang Sesekali Sulit dihibur
ility , santai diyakinkan atau sulit
(bersuara dengar: merasa
) sentuhan/diaja nyaman
k
bicara/dialihka
n
TOTAL SKOR
23
3.5 ASESMEN PASIEN DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS
A. ASESEMEN ANAK
24
Pupil: ukuran, kesimetrisan, refleks cahaya.
Hidrasi: air mata, kelembaban mukosa mulut.
d) Leher: kaku kuduk
e) Dada
Stridor, retraksi sela iga, peningkatan usaha napas.
Auskultasi: suara napas meningkat/menurun, simetris kiri
dan kanan, ronki, mengi (wheezing); bunyi jantung: regular,
kecepatan, murmur.
f) Abdomen: distensi, kaku, nyeri, hematoma.
g) Anggota gerak
Nadi brachialis.
Tanda trauma
Tonus otot, pergerakan simetris.
Suhu dan warna kulit, capillary refill.
Nyeri, gerakan terbatas akibat nyeri.
h) Pemeriksaan neurologis
Pada anak kecil, GCS sulit dilakukan. Anak yang kesadarannya
baik dapat memfokuskan pandangan mata dan mengikuti gerakan
tangan pemeriksa, merespon terhadap stimulus yang diberikan,
memiliki tonus otot normal dan tangisan.
25
Fleksi abnormal rangsangan nyeri 2
Ektensi abnormal Fleksi abnormal 1
Tidak merespon Ektensi abnormal
Tidak merespon
26
- Panggul.
6) Tentukan diagnosa dan identifikasi penyulit ibu (obstetri/non
obstetri)
7) Kala II: tentukan jenis dan indikasi persalinan
8) Kala III: melahirkan plasenta
9) Kala IV, periksa kembali:
10) Identifikasi bayi baru lahir: berat, panjang, AS, jenis kelamin,
kelainan kogenital, anus, ukur kepala
(RT/Bp/FO/Mo/CD/Caput/Cephal Hematoma).
11) Identifikasi plasenta: lengkap/tidak, berat, ukuran, kelainan,
panjang tali pusat.
12) Periksa perineum: episiotomi ya/tidak, robekan jalan lahir,
tentukan tingkat robekan.
13) Identifikasi penyulit persalinan.
27
b) Nadi cepat dan melemah
c) Pernafasan tidak teratur, dangkal atau ngorok
d) Kulit pucat
e) Ekstremitas dingin
f) Defekasi dan atau berkemih tidak sengaja
g) Mata tidak respon cahaya
h) Penurunan tonus otot
9) Kebutuhan spiritual pasien/keluarga, seperti putus asa, penderitaan,
rasa bersalah atau pengampunan.
28
Orientasikan pasien/penunggu tentang lingkungan/ruangan
Letakkan tanda “Kewaspadaan Jatuh“ pada panel informasi
pasien
Pastikan pasien memiliki stiker warna kuning penanda risiko
tinggi jatuh pada gelang identifikasi
Lakukan pemasangan fiksasi fisik apabila diperlukan dengan
persetujuan keluarga.
b. Asesmen risiko jatuh pada pasien dewasa menggunakan tabel Morse
Fall Scale (Skala jatuh morse) sebagai berikut:
Tabel 3.6.1 Morse Fall Scale
29
Pastikan pasien memiliki stiker penanda risiko tinggi jatuh pada
gelang identifikasi dan tanda kewaspadaan dan panel informasi
pasien.
b) Asesmen risiko jatuh pada pasien anak menggunakan Humpty
Dumpty sebagai berikut:
Tabel 3.6.2 Humpty Dumpty
Skor
Faktor Risiko Skala Poin
Pasien
Kurang dari 3 tahun 4
3 tahun – 7 tahun 3
7 tahun – 13 tahun 2
Umur Lebih 13 tahun 1
Laki-laki 2
Jenis Kelamin Wanita 1
Neurologi 4
Respiratori, dehidrasi, anemia,
3
anorexia, syncope
Diagnosa
Perilaku 2
Lain-lain 1
Keterbatasan daya piker 3
Pelupa, berkurangnya orientasi
Gangguan 2
sekitar
Kognitif
Dapat menggunakan daya pikir
1
tanpa hambatan
Riwayat jatuh atau bayi/balita
4
yang ditempatkan di tempat tidur
Pasien yang menggunakan alat
Faktor 3
bantu/bayi balita dalam ayunan
Lingkungan
Pasien di tempat tidur standar 2
Area pasien rawat jalan 1
Dalam 24 jam 3
Dalam 48 jam 2
Respon
terhadap
Lebih dari 48 jam/tidak ada
pembedahan, 1
respon
sedasi, dan
anestesi
Penggunaan Penggunaan bersamaan sedative,
obat-obatan barbiturate, anti depresan, 3
diuretik, narkotik
Salah satu dari obat di atas 2
Obatan –obatan lainnya/tanpa
1
obat
TOTAL
Kategori:
Skor: 7-11 Risiko Rendah (RR)
30
≥ 12 Risiko Tinggi (RT)
a. Tatalaksana risiko jatuh:
- Pasien dengan risiko rendah, lakukan perawatan yang baik.
- Pasien dengan risiko sedang, perawatan sesuai standar fall dan
intervensi pencegahan.
- Pasien dengan risiko tinggi, perawatan sesuai dengan risiko tinggi
jatuh dan intervensi pencegahan.
31
D. ASESMEN ULANG
Asesmen ulang didokumentasikan pada lembar SOAP (Subjektif,
Objektif , Asesmen, Planning). Bagian subyektif (S) : berisi
informasi tentang pasien yang meliputi informasi yang diberikan
oleh pasien, anggota keluarga, orang lain yang penting, atau yang
merawat. Jenis informasi dalam bagian ini meliputi:
a. Keluhan/gejala-gejala atau alasan utama pasien datang ke
rumah sakit, menggunakan kata-katanya sendiri (keluhan
utama).
b. Riwayat penyakit saat ini yang berkenaan dengan gejala-
gejala (riwayat penyakit saat ini).
c. Riwayat penyakit dahulu (pada masa lampau).
d. Riwayat pengobatan, termasuk kepatuhan dan efek samping
(dari pasien, bukan dari profil obat yang terkomputerisasi).
e. Alergi.
f. Riwayat sosial dan/atau keluarga.
g. Tinjauan/ulasan sistem organ.
a. Bagian objektif (O) berisi informasi tentang pemeriksaan fisik,
tes-tes diagnostik dan laboratorium dan terapi obat
b. Bagian asesmen (A) menilai kondisi pasien untuk diterapi.
c. Bagian plan (P) berisi rencana pemeriksaan tambahan yang
dibutuhkan, rencana terapi yang akan diberikan dan rencana
pemantauan khusus yang akan dilakukan untuk menilai
perkembangan kondisi pasien.
Dengan format dokumentasi yang sistematik, konsisten dan
seragam tersebut maka lembar SOAP akan menjadikan rencana
berbagai asuhan pasien menjadi lebih efisien. Catatan SOAP
32
adalah format yang akan digunakan pada keseluruhan tindakan
medik, keperawatan dan gizi dalam rencana terapi/terapeutik serta
asuhan pasien.
E. DOKUMENTASI
Mendokumentasikan pemeriksaan pasien dalam rekam medis
merupakan langkah kritikal dan penting dalam proses asuhan
pasien.Hal ini umumnya dipahami pelaksana praktek kedokteran
bahwa “jika anda tidak mendokumentasikannya, anda tidak
melakukannya”.Dokumentasi adalah alat komunikasi berharga untuk
pertemuan di masa mendatang dengan pasien tersebut dan dengan
tenaga ahli asuhan kesehatan lainnya. Dokumentasi yang baik
adalah lebih dari sekedar mengisi formulir; akan tetapi harus
memfasilitasi asuhan pasien yang baik. Ciri-ciri yang harus dimiliki
suatu dokumentasi agar bermanfaat untuk pasien meliputi: informasi
yang tersusun rapi, terorganisir dan dapat ditemukan dengan cepat.
33