Anda di halaman 1dari 19

• HARI LAHIR ERGONOMI:

• 12 JULI 1949

(THE HUMAN RESEARCH GROUP, INTERDISCIPLINARY)

• System kerja yang tidak ergonomi dalam suatu perusahaan seringkali kurang mendapat
perhatian atau dianggap sepele oleh para pihak manajemen atau pengelola sumber daya
manusia di perusahaan tersebut.

• Sebagai contoh antara lain adalah pada cara, sikap dan posisi kerja yang tidak benar,
fasilitas kerja yang tidak sesuai, dan faktor lingkungan kerja yang kurang mendukung.

• Hal ini secara sadar ataupun tidak akan berpengaruh terhadap produktivitas, efisiensi dan
efektivitas pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya.

PENGERTIAN & RUANG LINGKUP

• Kata ergonomi berasal dari bahasa yunani, yaitu :

“Ergon” yang artinya Kerja

“Nomos” yang berarti Peraturan / hukum.

• Jadi secara harafiah ERGONOMI diartikan sebagai “Ilmu aturan tentang Kerja” pada
mulanya di beberapa negara digunakan istilah yang berbeda, seperti :

“Arbeitswissenschaft” (ilmu pengetahuan tentang kerja) di Jerman

“ Biotechnology” dari Negara-negara skandinavia

“Human (Factor) Engineering“ atau “Personal Research“ dari Amerika Utara

• Di Amerika Utara Hasil Lokakarya tentang “Penyusunan norma-norma Ergonomi di


tempat kerja” (1978) merumuskan pengertian ergonomi sebagai berikut :

“ Ilmu serta penerapannya yang berusaha menyerasikan pekerjaan dan lingkungan


terhadap orang atau sebaliknya dengan tujuan tercapainya produktivitas dan efisiensi yang
setinggi-tingginya melalui pemanfaatan manusia seoptimal mungkin.”
• Di dalam ergonomi terkandung makna penyerasian jenis pekerjaan dan lingkungan kerja
terhadap tenaga kerja atau sebaliknya.

• Hal yang terkait dengan penggunaan teknologi yang tepat, sesuai dan serasi dengan jenis
pekerjaan serta didukung oleh lingkungan kerja yang aman, nyaman dan sehat.

• Dalam kondisi ini diperlukan pemahaman tentang bagaimana caranya memanfaatkan


manusia sebagai tenaga kerja seoptimal mungkin sehingga diharapkan tercapai efisiensi,
efektivitas dan produktivitas yang optimal.

• Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ergonomi merupakan suatu ilmu terapan yang
mempelajari dan mencari pemecahan persoalan yang menyangkut faktor manusia dalam
proses produksi.

• Secara praktis ergonomi adalah sebagai teknologi untuk mendesain /mengatur kerja,
sedang ruang lingkup ilmu ergonomi meliputi sejumlah aplikasi beberapa ilmu lain yang
saling mendukung, seperti ilmu anatomi.

• Ilmu faal, ilmu psikologi, ilmu teknik dan sejumlah ilmu lainnya yang secara bersama-
sama menempatkan faktor manusia sebagai fokus utama dalam rangkaian kerja yang
terdapat dalam system kerja.

Konsep dasar ergonomic

• What is ergonomic ?

- Berasal dari bahasa Yunani,”ergon = kerja,”nomos = aturan

-Biotechnology >>>> Scandinavia

-Personal research >>>> Amerika Utara

-Human engineering >>>> Inggris & USA

. Why is ergonomic ?

-Pekerjaan yg tidak ergonomis menyebabkan ketidak nyamanan, biaya tinggi,penurunan


performa,efisiensi,daya kerja dan kecelakaan
• Where is ergonomi applied ?

- Diterapkan dimana saja: di rumah, di tempat kerja, di perjalanan dll.

. When is ergonomic ?

- Diterapkan kapan saja selama 24 jam

. Who must apply ergonomics ?

- Setiap individu maupun kelompok dari usia bayi sampai dewasa

. How is ergonomics applied ?

- Semua disiplin ilmu

Ergonomi sebagai applied sciences

• Enginering & Physical sciences (mekanika, matematika,fisika dan kimia)

• Biological sciences ( anatomi dan fisiologi)

• Social & behavioral sciences (sosiologi, psikologi, antropologi

ERGONOMI

 BIOLOGICAL SCIENCES : ANATOMI, FAAL


 ENGINEERING & PHYSICAL SCIENCES : MEKANIK, MATHEMATIK, FISIKA
 SOCIAL & BEHAVIOUR SCIENCES : SOSIOLOGI, PSIKOLOGI

ERGONOMI

 FISIOLOGI
 PSIKOLOGI
 Manajemen
 PERANCANGAN
 ENGINEERING
 ANATOMI
Tujuan Ergonomi

• Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cidera dan
penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi
dan kepuasan kerja

• Meningkatkan kesejahtaran sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial, mengelola


dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan meningkatkan jaminan sosial baik selama
kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak produktif

• Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek : teknis, ekonomis,


antropologis, dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan, sehingga tercipta
kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi

Konsep Keseimbangan Ergonomi

1. Work capacity : personal capacity, fisiological capacity, psicological capacity,


biomechanical capacity

2. Task demand : material characteristics, task/work place characteristics, organizational


characteristics, Environmental characteristics

3. Performance ditentukan oleh kapasitas kerja/kemampuan kerja dan tuntutan tugas

4. Jika tuntutan tugas > kemampuan kerja => over stress, discomfort, lelah, cidera,celaka,
sakit, produktivitas

5. Jika tuntutan tugas < kemampuan kerja => under stress, bosan, lesu, tidak produktif

6. Harapannya adalah antara tuntutan tugas = kemampuan tugas => performa optimal

JENIS2 MASALAH2 ERGONOMI:

ANTHROPOMETRI
KOGNISI
MUSKULOSKELETAL
CARDIOVASCULER
PSIKOMOTOR

MENGAPA STANDARD DIBUTUHKAN:

1. HEMAT DALAM USAHA MANUSIA


2. MENINGKATKAN KUALITAS KEHIDUPAN
MANUSIA
3. KESELAMATAN KERJA
4. KESEHATAN PEKERJA
5. KENYAMANAN BEKERJA
6. PROTEKSI LINGKUNGAN
7. MENGATASI HAMBATAN BUDAYA
8. KEUNTUNGAN EKONOMIS

ASPEK-ASPEK DALAM ERGONOMI

• Ergonomi sebagai ilmu yang terus berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, menjadi sangat penting dan dibutuhkan dalam meningkatkan produktivitas
kerja di Perusahaan.

• Ada beberapa aspek dalam penerapan ergonomi yang perlu diperhatikan, antara lain :

Faktor Manusia

• Pada bidang rancang bangun dikenal istilah Human Centered Design (HCD) atau
Perancangan berpusat pada manusia.

• Menurut Sutalaksana (1999), perancangan demikian merupakan perancangan produk


ergonomi yang sesungguhnya, yaitu merancang (mengupayakan) agar produk menjadi
ergonomis atau memiliki beberapa sifat keergonomisan ketika produk itu telah selesai
dirancang segala-galanya.

• Perancangan dengan prinsip HCD, berdasarkan pada karakter - karakter manusia yang
akan berinteraksi dengan produknya.
• Sebagai titik sentral maka unsur keterbatasan manusia haruslah menjadi patokan dalam
penataan suatu produk yang ergonomis.

• Ada beberapa faktor yang berlaku sebagai faktor pembatas yang tidak boleh dilampaui
agar dapat bekerja dengan aman, nyaman dan sehat, yaitu :

1. Faktor dari dalam (internal factors)

Tergolong dalam faktor ini adalah yang berasal dari dalam diri manusia, seperti : umur,
jenis kelamin, kekuatan otot, bentuk dan ukuran tubuh lainnya.

1. Faktor dari luar (external factors)

Banyak faktor dari luar yang dapat mempengaruhi kerja atau berasal dari luar manusia,
seperti : penyakit, gizi, lingkungan kerja, sosial ekonomi, adat istiadat, dan lain sebagainya.

Anthropometri

 Anthropometri merupakan suatu pengukuran yang sistematis terhadap tubuh manusia,


terutama seluk beluk dimensional ukuran dan bentuk tubuh manusia.

 Anthropometri yang merupakan ukuran tubuh digunakan untuk merancang atau


menciptakan suatu sarana kerja yang sesuai dengan ukuran tubuh pengguna sarana kerja
tersebut.

 Oleh para ahli rancang bangun, anthropometri digunakan untuk mendapatkan suatu
bentuk rancang bangun yang disebut sebagai suatu rancang bangun yang ergonomik,
karena menggunakan ukuran tubuh pengguna rancang bangun sebagai dasar perancangan
sarana kerja.

 ukuran alat kerja menentukan sikap, gerak dan posisi kerja tenaga kerja, dengan demikian
penerapan anthropometri mutlak diperlukan untuk menjamin adanya system kerja yang
baik.

 Dalam pelaksanaan pengukuran anthropometri, dikenal 2 macam pengukuran :

 Anthropometri statis
 Antrhopometri dinamis

 Alat yang digunakan untuk pengukuran antrhopometri adalah anthropometer.

 Jika alat-alat kerja tersebut tidak sesuai ukurannya dengan ukuran tubuh tenaga kerja
sebagai pelaku produksi, maka tenaga kerja tersebut akan merasa tidak nyaman dan akan
lebih lamban dalam bekerja, yang pada akhirnya akan timbul suatu kelelahan kerja atau
gejala penyakit otot yang lain akibat melakukan pekerjaan dengan cara yang tidak
alamiah.

Sikap Tubuh Dalam Bekerja

• Hubungan tenaga kerja dalam sikap dan interaksinya terhadap sarana kerja akan
menentukan efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerja, selain SOP (Standard
Operating Procedures) yang terdapat pada setiap jenis pekerjaan.

• Penggunaan meja dan kursi kerja ukuran baku oleh orang yang mempunyai ukuran tubuh
yang lebih tinggi atau sikap duduk yang terlalu tinggi sedikit banyak akan berpengaruh
terhadap hasil kerjanya.

• Tanpa disadari tenaga kerja tersebut akan sedikit membungkuk saat melakukan
pekerjaannya.

• Hal ini akan menyebabkan terjadinya kelelahan lokal didaerah pinggang dan bahu.

• Namun karena penderitanya tidak mencolok maka biasanya keluhan tersebut dianggap
“bukan masalah”, tetapi kerugian yang ditimbulkannya bisa berwujud hilangnya jam
kerja, terhambatnya produksi dan lainnya.

• Pada waktu bekerja diusahakan agar bersikap secara alamiah dan bergerak optimal.

• Dalam system kerja angkat dan angkut, sering dijumpai nyeri pinggang sebagai akibat
kesalahan dalam mengangkat maupun mengangkut, baik itu mengenai teknik maupun
berat/ukuran beban.

• Nyeri pinggang dapat pula terjadi sebagai sikap paksa yang disebabkan karena
penggunaan sarana kerja yang tidak sesuai dengan ukuran tubuhnya.
• Kondisi demikian menggambarkan tidak adanya keserasian antara ukuran tubuh pekerja
dengan bentuk dan ukuran sarana kerja, sehingga terjadi pembebanan setempat yang
berlebihan didaerah pinggang dan inilah yang menyebabkan nyeri pinggang akibat kerja.

• Untuk jenis pekerjaan angkat dan angkut, maka beban maksimum yang diperkenankan,
agar tidak menimbulkan kecelakaan kerja, sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga
Kerja, Transmigrasi dan Koperasi No.Per.01/MEN/1978 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja dalam Penebangan dan Pengangkutan Kayu.

DEWASA TENAGA KERJA MUDA


JENIS
PRIA (Kg) WANITA (Kg) PRIA (Kg) WANITA

Sekali-sekali 40 15 15 10 – 11

Terus Menerus 15 - 18 10 10 - 15 6-9

• Sikap tubuh dalam bekerja yang dikatakan secara ergonomik adalah yang memberikan
rasa nyaman, aman, sehat dan selamat dalam bekerja, yang dapat dilakukan antara lain
dengan cara :

a. Menghindarkan sikap yang tidak alamiah dalam bekerja.

b. Diusahakan beban statis menjadi sekecil-kecilnya.

c. Perlu dibuat dan ditentukan kriteria dan ukuran baku tentang peralatan kerja yang
sesuai dengan ukuran anthropometri tenaga kerja penggunanya.

d. Agar diupayakan bekerja dengan sikap duduk dan berdiri secara bergantian.

Mesin - Manusia

• Penggunaan teknologi dalam pelaksanaan produksi akan menimbulkan suatu hubungan


timbal balik antara manusia sebagai pelaku dan mesin sebagai sarana kerjanya.
• Dalam proses produksi, hubungan ini menjadi sangat erat sehingga merupakan satu
kesatuan. Secara ergonomis, hubungan antara manusia dengan mesin haruslah merupakan
suatu hubungan yang selaras, serasi dan sesuai.

• Fungsi manusia dalam hubungan manusia – mesin dalam rangkaian produksi ini adalah
sebagai pengarah atau pengendali jalannya mesin tersebut.

• Manusia menerima informasi dari mesin melalui indera mata untuk membuat keputusan
untuk menyesuaikan atau merubah kerja mesin melalui alat kendali yang ada pada mesin
itu.

• Pada umumnya setiap mesin sudah mempunyai prosedur standar pengoperasiannya.

• Kemudian mesin menerima perintah tersebut untuk kemudian untuk menjalankan


tugasnya.

• Jelas disini bahwa bekerjanya mesin sangat tergantung pada manusia sebagai
pengendaliannya.

• Disain alat kendali yang baik pada mesin merupakan salah satu faktor yang penting yang
akan mempengaruhi manusia sebagai operatornya.

Pengorganisasian Kerja

• Pengorganisasian kerja terutama menyangkut waktu kerja, waktu istirahat, kerja lembur
dan lainnya yang dapat menentukan tingkat kesehatan dan efisiensi tenaga kerja.

• Diperlukan pola pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat yang baik, terutama untuk
kerja fisik yang berat.

• Jam kerja selama 8 jam/hari diusahakan sedapat mungkin tidak terlampaui, apabila tidak
dapat dihindarkan, perlu diusahakan group kerja baru atau perbanyakan kerja shift.

• Untuk pekerjaan lembur sebaiknya ditiadakan, karena dapat menurunkan efisiensi dan
produktivitas kerja serta meningkatnya angka kecelakaan kerja dan sakit.
• Disamping itu kerja lembur yang melebihi 25 % dari jam kerja tidak akan melindungi
tenaga kerja dari pengaruh buruk bahaya dari lingkungan kerja dan beban tambahan
lainnya.

Pengendalian Lingkungan Kerja

• Lingkungan kerja yang lestari dan manusiawi merupakan faktor pendorong bagi
kegairahan dan efisiensi kerja.

• Sedangkan lingkungan kerja yang buruk (melampaui Nilai Ambang Batas yang telah
ditetapkan), yang melebihi toleransi manusia untuk menghadapinya, tidak hanya akan
menurunkan produktivitas kerja tetapi juga akan menyebabkan penyakit akibat kerja,
kecelakaan kerja, pencemaran lingkungan sehingga tenaga kerja dalam melaksanakan
pekerjaannya tidak mendapat rasa aman, nyaman, sehat dan selamat.

• Terdapat berbagai faktor lingkungan kerja yang berpengaruh terhadap kesehatan,


keselamatan dan efisiensi serta produktivitas kerja, yaitu faktor fisik seperti : pengaruh
kebisigan, penerangan, iklim kerja, getaran ; faktor kimia seperti : pengaruh bahan kimia,
gas, uap, debu ; faktor fisiologis seperti : sikap dan cara kerja, penentuan jam kerja dan
istirahat, kerja gilir, kerja lembur ; faktor psikologis seperti : suasana tempat kerja,
hubungan antar pekerja dan faktor biologis seperti : infeksi karena bakteri, jamur virus,
cacing.

• Untuk pengendalian lingkungan kerja dapat dilakukan melalui beberapa tahapan/cara,


yaitu pengendalian secara teknik, pengendalian secara administratif dan pengendalian
dengan pemberian Alat Pelindung Diri (APD).

• Banyak dijumpai adanya tenaga kerja yang enggan menggunakan alat pelindunga diri,
meskipun ditempat kerjanya terjadi pencemaran bahan kimia di udara tempat kerja.

• 49 ºCSuhu yang dapat ditolerir selama ± 1 jam.

Kemampuan Fisik dan Mental jauh

menurun.
• 29,5 ºC Aktifitas mental dan daya tangkap menurun

dan tenaga kerja dapat melakukan kesala –

lahan dalam melakukan kesalahan. Timbul

Kelelahan Fisik.

• 24 ºCKondisi Optimum

• 10 ºCKekakuan mulai terjadi

Kelelahan Kerja

• Penyebab kelelahan akibat tidak ergonomisnya kondisi sarana, prasarana dan lingkungan
kerja merupakan faktor dominan bagi menurunnya atau rendahnya produktivitas kerja
seorang tenaga kerja.

• Suasana kerja yang tidak ditunjang oleh kondisi lingkungan kerja yang sehat antara lain
adalah sebagai penyebab timbulnya kelelahan kerja.

• Banyak dijumpai kasus kelelahan kerja sebagai akibat pembebanan kerja yang
berlebihan, antara lain irama kerja yang tidak serasi, pekerjaan yang monoton dan kondisi
tempat kerja yang tidak menggairahkan.

• Kelelahan (fatigue) merupakan suatu kondisi yang telah dikenali dalam kehidupan sehari-
hari. Istilah kelelahan pada umumnya mengarah pada kondisi melemahnya tenaga untuk
melakukan suatu kegiatan, walaupun ini bukan merupakan satu-satunya gejala.

• Kelelahan dapat dibagi menjadi 2 (dua) macam yaitu :

• Kelelahan otot (muscular fatigue)

• Kelelahan umum (general fatigue)

• Kedua bentuk kelelahan ini muncul dari proses fisiologik yang berbeda sama sekali.
• Kelelahan otot ditunjukkan melalui gejala sakit nyeri, seperti ketegangan otot dan sakit
disekitar sendi, sedangkan kelelahan umum dapat terlihat pada munculnya sejumlah
keluhan yang berupa perasaan lamban dan keengganan beraktivitas.

• Menurut para ahli, terdapat keterkaitan antara kelelahan dengan tingkat stress.

• Hal ini dapat ditunjukkan melalui reaksi tubuh terhadap jenis stress yang berbeda-beda.

• Untuk itu perlu dilakukan pengukuran untuk mendapatkan solusi bagi kecenderungan
implikasi kelelahan yang diderita oleh tenaga kerja terhadap kinerja perusahaan.

• Kesulitan terbesar dalam pengukuran kelelahan adalah karena tidak adanya cara yang
langsung dapat mengukur sumber penyebab kelelahan itu sendiri.

• Belum ada satupun ukuran yang mutlak dalam pengukuran kelelahan.

• Pengukuran kelelahan hanya mampu mengukur “indikator” kelelahan saja.

CTD (CULMULATIVE TRAUMA DISORDER)

• CTD dapat diterjemahkan sebagai Kerusakan Trauma Kumulative.

• Penyakit ini timbul Karena terkumpulnya kerusakan-kerusakan kecil akibat trauma


berulang yang membentuk kerusakan yang cukup besar dan menimbulkan rasa sakit.

• Hal ini sebagai akibat penumpukan cedera kecil yang setiap kali tidak sembuh total
dalam jangka waktu tertentu yang bisa pendek dan bisa lama, tergantung dari berat
ringannya trauma setiap hari, yang diekspresikan sebagai rasa nyeri, kesemutan,
pembengkakan dan gejala lainnya.

• Gejala CTD biasanya muncul pada jenis pekerjaan yang monoton, sikap kerja yang tidak
alamiah, penggunaan atau pengerahan otot yang melebihi kemampuannya.

• Biasanya gejala yang muncul dianggap sepele atau dianggap Over Exertion.

• Over Stretching

• Over Compressor
• CTD dapat digolongkan sebagai penyakit akibat kerja, apabila dapat dibuktikan terdapat
pemaparan dari dua atau lebih faktor resiko ergonomi di tempat kerja.

• Ada beberapa faktor resiko untuk terjadinya CTD, yaitu :

• Terdapat Posture atau sikap tubuh yang janggal.

• Gayanya yang melebihi kemampuan jaringan.

• Lamanya waktu pada saat melakukan posisi janggal.

• Frekuensi siklus gerakan dengan posture janggal per-menit.

• Beberapa contoh CTD :

 TENDINITIS

Tendon yang meradang, gejala :

o sakit, bengkak

o nyeri tekan

o lemah ditempat yang terpapar (siku, bahu)

 ROTATOR CUFF TENDINITIS

Satu atau lebih dari empat rotator cuff tendon pada bahu meradang, gejala :

o Sakit

o Gerakan terbatas pada bahu

 TENOSYNOVITIS

Pembengkakan pada tendon & sarung yang menutupi tendon, gejala :

o pembengkakan

o nyeri tekan
o sakit pada tempat yang terpapar (siku, tangan, lengan, dll)

 CARPAL TUNNEL SYNDROME

Penyebab :

o Tekanan yang terlalu berat pada syaraf medianus yang melalui pergelangan
tangan.

Gejala :

o mati rasa

o kesemutan, pegal

o sakit pada pergelangan tangan

 EPICONDYLITIS (TENNIS ELBOW)

Peradangan pada tendon di siku, gejala :

o sakit

o sedikit bengkak

o lemah

 WHITE FINGER

Pembuluh darah di jari-jari rusak, gejala :

o pucat di jari-jari

o mati rasa

o perasaan seakan jari terbakar

Kesegaran Jasmani dan Musik


• Untuk dapat melaksanakan pekerjaannya, seorang tenaga kerja tidak hanya memerlukan
makanan yang sehat dan bergizi dengan nilai kalori cukup sesuai dengan jenis
pekerjaannya, tetapi juga membutuhkan kesegaran jasmani yang baik pula.

• Meskipun secara fisik tenaga kerja dalam keadaan sehat, dengan asupan gizi yang cukup,
tetapi apabila tidak segar dan bugar maka tenaga kerja tersebut dalam melakukan
pekerjaannya akan cepat menjadi lelah.

• Pekerja yang sehat, segar dan bugar dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas
perusahaan.

• Mengingat kondisi masing-masing tidak sama, maka sebaiknya kegiatan kesegaran


jasmani perlu disesuaikan dengan situasi, kondisi dan kebutuhan masing-masing
perusahaan.

• Pengadaan musik ditempat kerja sebaiknya dilakukan untuk jenis pekerjaan yang
monoton dan pekerjaan tangan (manual work) yang berulang serta pekerjaan lain yang
memerlukan aktivitas mental.

• Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi atau menghindari kebosanan dan kejenuhan
dalam bekerja.

“Kenyamanan Suhu dan Faktor Iklim pada Ruang Kerja”

Indoor Climate (Faktor Iklim dalam Ruangan)

(Menurut Grandjean, 1986) Suatu kondisi fisik sekeliling dimana kita


melakukan suatu aktivitas tertentu yang meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Temperatur udara

2. Temperatur permukaan sekeliling

3. Kelembaban udara

4. Aliran perpindahan udara

Analisa keteraturan panas dalam tubuh manusia meliputi:


1. Temperatur badan 5.
Gerakan otot yang cepat

2. Pengendalian proses panas 6. Pertukaran


Panas

3. Transportasi panas oleh aliran darah a. Konduksi c.


Evaporasi

4. Berkeringat b.
Konveksi d. Radiasi

Pertukaran Panas Total

a. Temperatur udara (untuk pertukaran panas melalui konveksi)

b. Aliran udara (juga untuk konveksi)

c. Temperatur yang berdekatan dengan tubuh manusia dinding plafon (ceiling) dan floor
(untuk pertukaran panas secara radiasi)

d. Kelembaban udara relatif (untuk hilangnya panas karena evaporasi keringat)

Kenyamanan Suhu

• Dasar fisiologi suatu kenyamanan

• Efek sampingan dari suatu ketidaknyamanan

• Daerah temperatur secara fisiologi

• Rentang temperatur yang nyaman

• Empat faktor klimatik dan kenyamanan

a) Temperatur udara c) Kelembaban udara

b) Temperatur permukaan dinding yang berdekatan d) Aliran udara

Keseimbangan Panas dalam Tubuh


Rumus keseimbangan panas dalam tubuh manusia

Menurut (Sanders, 1987)

S = M – E ± R ± C – W ………....…..(1)

Dimana:

S = Kondisi keseimbangan tubuh manusia

M = Metabolisme tubuh

E = Panas yang hilang karena proses evaporasi

R = Pertukaran panas sebagai akibat dari proses radiasi

C = Pertukaran panas sebagai akibat dari proses konveksi

W = Aktivitas Kerja

(Jika tubuh dalam keseimbangan maka S = nol)

Rumusan diatas untuk menghitung panas yang hilang karena proses evaporasi (E) berubah
menjadi (jika S=0):

E = M ± R ± C – W………...………...(2)

Dimana:

M = Dapat ditentukan dari pengukuran konsumsi oksigen atau dari data yang di
ketahui dari tabel

R = Dipengaruhi oleh temperatur dari medium yang berdekatan

C = Dipengaruhi oleh temperatur udara sekeliling dan aliran udara

E = Dipengaruhi oleh kelembaban relatif dan aliran udara

W = Ditentukan dari beban kerja


Suatu pengukuran termal ruangan dengan suatu indeks tertentu yaitu dengan
menggunakan WBGT (Wet Globe Temperatur).

Metode pengukuran ini menurut stevenson (1989).

Untuk suatu “indoor work” hanya akan ada dua macam pengukuran yang
dibutuhkan yaitu :

1. Natural wet bulb temperature, diukur dengan termometer merkuri sederhana (simple mercury
thermometer) dengan “bulb”nya dibungkus dalam suatu pembungkus transparan basah, yang di
pengaruhi oleh temperatur, kelembaban dan pergerakan udara.

2. Globe temperature, diukur dengan menggunakan simple mercury thermometer dengan


bulbnya dibungkus di dalam bola terbuat dari copper (copper sphere) dengan diameter 150mm,
dengan berwarna hitam.

Model Komputasi Ergonomi Secara Grafis

Metode perancangan dengan menggunakan CAD (Computer Aided Design) cukup dikenal oleh
para insinyur karena sumbangsihnya terhadap faktor fleksibilitas rancang bangun jika
dibandingkan dengan metode yang konvensional.

Sistem CAD yang telah ada menurut Porter (1980) antara lain adalah sebagai berikut :

BOEMAN dikembangkan oleh Boeing Corporation,washington pada tahun 1969 yang dipakai
untuk evaluasi stasiun kerja pilot.

BUFORD dikembangkan oleh Rockwell International, calofornia. Menggambarkan model


sederhana dari astronot dengan atau tanpa pakaian ruang angkasa.

COMBIMAN dipakai untuk angkatan udara amerika serikat pada tahun 1973 untuk membantu
dalam rancang bangun dan evaluasi stasiun kerja awak pesawat terbang.

CYBERMAN digunakan untuk stasiun kerja interior alat transportasi darat misalnya mobil
fungsi permodelannya adalah untuk evaluasi ergonomi terhadap bentuk kemiringan segmen dan
posisi sambungan tubuh dari operatornya.
SAMMIE Tujuan dari sistem permodelan ini adalah untuk penerapan yang lebih luas dari
permodelan-permodelan yang disebutkan diatas. Sistem ini juga dapat memberikan sumbangan
fungsional antara komponen-komponen yang terdapat dalam keseluruhan sistem

Anda mungkin juga menyukai