Anda di halaman 1dari 12

PENUGASAN 3 BLOK 9

WEBINAR EDUKASI “Golden Tips For Your Golden Ages”

Pembimbing

dr. Rina Lestari Sp.P

Disusun oleh :

1. Ananda Karunia Ramadhan 13. Marwa Zileikhadira Manzalina


(H1A020010) (H1A020064)
2. Ali Ramzi (H1A020006) 14. Muhammad Ghifari Rifansha
3. Alma Dyah Perwita (H1A020007) (H1A020068)
4. Annisa Yumna Nabiilah (H1A020014) 15. Nadia Safira (H1A020072)
5. Baiq Ayu Rahmawati (H1A020018) 16. Nasywa Aulia Safitri (H1A020074)
6. Cloresta Shafa Candrasmurti 17. Ni Komang Sanca Dara Dahnitha
(H1A020024) (H1A020076)
7. Daffa Aulia Faza Adhima 18. Ni Made Meta Satya Buda Duarsa
(H1A020025) (H1A020078)
8. Elrica Nadia Rahma (H1A020033) 19. R.R. Ditya Mutiara Syifa
9. Fatikha Rudia Ahda (H1A020036) (H1A020093)
10. Febbi Anggy (H1A020037) 20. Rifki Ahmad Eka Putra (H1A020100)
11. Irsyadina Hasana Bharata 21. Sastraningsih Setiawati (H1A020105)
(H1A020051) 22. Suci Nurjanah (H1A020110)
12. Jihan Alifa Rahma (H1A020056) 23. Zulfa Hasyimiyyah Ihtisyam
(H1A020121)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya, kami sebagai penulis dapat menyelesaikan penugasan 3 Blok IX WEBINAR
EDUKASI “Golden Tips For Your Golden Ages” tepat pada waktu yang telah ditentukan.

Dalam penyusunan laporan ini, kami sebagai penulis menyadari kelemahan serta
keterbatasan yang ada sehingga dalam menyelesaikan laporan ini kami memperoleh bantuan
dari berbagai pihak. Kami mengucapkan terima kasih terutama kepada pembimbing kami dr.
Rina Lestari Sp.P. karena bimbingan beliau kita bisa menyelesaikan Penugasan ini. Sebagai
penulis kami juga menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan baik isi maupun
susunannya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif
demi penyempurnaan laporan ini untuk selanjutnya bisa menjadi lebih baik.

Dengan terselesaikannya penugasan ini, maka seluruh isi penugasan ini sepenuhnya
menjadi tanggung jawab kami sebagai penulis. Semoga penugasan ini dapat bermanfaat tidak
hanya bagi penulis juga bagi para pembaca.

Mataram, November 2021

Penulis
I. PENDAHULUAN

Menurut kemenkes, pengertian dari lansia (Lanjut usia) adalah seseorang yang sudah
berusia 60 tahun ke atas, dan menurut WHO lansia adalah 65 tahun ke atas. Lansia adalah
sebuah hasil dari proses penuaan atau aging process yang tentunya akan terjadi pada setiap
orang. Proses penuaan atau aging proccess itu sendiri terjadi dikarenakan adanya akumulasi
dari berbagai macam kerusakan yang terjadi pada tingkat molekuler dan seluler pada tubuh
seseorang yang terjadi secara bertahap dari waktu ke waktu sehingga akan terjadi penurunan
kapasitas dan kemampuan pada orang tersebut. (WHO, 2021)

Saat ini, di seluruh dunia jumlah lanjut usia diperkirakan ada 500 juta jiwa dengan
usia rata-rata 60 tahun. World Health Organization (WHO) memperkirakan tahun 2025
jumlah lansia di seluruh dunia akan mencapai 1,2 miliar orang yang akan terus bertambah
hingga 2 miliar orang di tahun 2050. WHO juga memperkirakan 75% populasi lansia di dunia
pada tahun 2025 berada di negara berkembang, setengah jumlah lansia di dunia berada di
Asia. Asia dan Indonesia dari tahun 2015 sudah memasuki era penduduk menua (ageing
population) karena jumlah penduduknya yang berusia 60 tahun ke atas (penduduk lansia)
melebihi angka 7 persen (Friska et al., 2020). Sedangkan Data dari World Population
Prospects (2015) menjelaskan ada 901 juta orang berusia 60 tahun atau lebih, yang terdiri
atas 12% dari jumlah populasi dunia. Pada tahun 2015 dan 2030, jumlah orang berusia 60
tahun atau lebih diproyeksikan akan tumbuh sekitar 56% dari 901 juta menjadi 1,4 milyar,
dan pada tahun 2050 populasi lansia diproyeksikan lebih 2 kali lipat di tahun 2015, yaitu
mencapai 2,1 milyar (Saraisang, Kumaat and Katuuk, 2018) Pada tahun 2019, terdapat 703
juta orang yang tergolong dalam golongan lansia (lanjut usia) dengan batasan usia 65 tahun
ke atas.

Pada tahun 2014 jumlah lansia tertinggi berada di daerah Jawa Timur yaitu berjumlah
2.7 juta jiwa. Jumlah lansia di Indonesia mencapai 23,66 juta jiwa penduduk lansia di
Indonesia (9,03%). Diprediksi jumlah penduduk lansia tahun 2020 (27,08 juta), tahun 2025
(33,69 juta), tahun 2030 (40,95 juta) dan tahun 2035 (48,19 juta) (Sari and Susanti, 2017).
Jumlah penduduk lansia berdasarkan data proyeksi penduduk, diperkirakan tahun 2017
terdapat 23,66 juta jiwa penduduk lansia di Indonesia (9,03%) Diprediksi jumlah penduduk
lansia tahun 2020 (27,08 juta), tahun 2025 (33,69 juta), tahun 2030 (40,95 juta), dan tahun
2035 (48,19 juta) (Kemenkes RI, 2017).
II. ISI

A. Kondisi Kesehatan Lansia


Lanjut usia (lansia) merupakan tahap akhir dalam kehidupan manusia. Manusia
yang memasuki tahap ini ditandai dengan menurunnya kemampuan kerja tubuh
akibat perubahan atau penurunan fungsi organ. Lansia umumnya akan mengalami
berbagai gelaja akibat terjadinya penurunan fungsi biologis, psikologis, sosial dan
ekonomi. Perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek
kehidupan, termasuk kesehatannya (Kurnianto, 2015).
Perubahan Fisik Lansia
Ada beberapa perubahan fisik yang terjadi pada lansia, diantaranya:
a. Sel
Jumlahnya lebih sedikit tetapi ukurannya lebih besar, berkurangnya cairan
intra dan ekstraseluler
b. Persarafan
Cepatnya menurun hubungan persarafan dan lambatnya respon untuk
melakukan sesuatu
c. Sistem penglihatan
Menurunnya lapang pandang, hilangnya daya akomodasi, dan pupil timbul
sklerosis
d. Sistem kardiovaskuler
Tekanan darah tinggi dan kehilangan elastisitas pembuluh darah
e. Sistem respirasi
Otot pernapasan menjadi kaku, kedalaman nafas menurun, dan nafas menjadi
berat
f. Sistem gastrointestinal
Kehilangan gigi dan hilangnya sensitifitas saraf pengecap
g. Sistem genitoruinaria (perkemihan)
Ginjal mengecil sehingga aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%. Otot-
otot urinaria menjadi lemah sehingga kapasitasnya menurun sampai 200cc
atau menyebabkan buang air kecil menjadi meningkat
h. Sistem integumen
Kulit menjadi keriput, kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu,
pertumbuhan kuku lambat dan kuku menjadi lebih keras serta rapuh
Perubahan Mental Lansia
Perubahan mental lansia dipengaruhi oleh beberapa faktor:
a. Kesehatan fisik
b. Tingkat pendidikan
c. Keturunan
d. Lingkungan (Lilik, 2015)
Masalah yang sering terjadi pada lansia antara lain:
1. Masalah Gizi
a. Gizi Berlebihan
Pada lanjut usia penggunaan kalori berkurang karena berkurangnya
aktivitas fisik. Kebiasaan makan banyak pada usia muda menyebabkan
berat badan berlebihan, kebiasaan makan tersebut akan sulit diubah
walaupun disadari untuk mengurangi dan memperbaiki asupan
makanan. Obesitas merupakan salah satu pemicu berbagai penyakit,
seperti penyakit jantung, diabetes melitus, penyempitan pembuluh
darah dan hipertensi.
b. Gizi Kurang
Malnutrisi sering disebabkan oleh masalah sosial ekonomi dan juga
oleh penyakit. Jika asupan kalori terlalu rendah dari yang diperlukan,
itu menghasilkan penurunan berat badan dari biasanya. Jika hal ini
disertai dengan kekurangan protein yang menyebabkan kerusakan sel
yang tidak dapat diperbaiki, mengakibatkan rambut rontok, penurunan
daya tahan terhadap penyakit yang menyebabkan lansia rentan terhadap
infeksi pada organ-organ vitalnya.
c. Kekurangan Vitamin
Bila konsumsi buah dan sayur-sayuran kurang, serta ditambah dengan
kekurangan protein dalam makanan. Hal ini akan mengakibatkan nafsu
makan berkurang, penglihatan menurun, kulit kering, lesu, dan tidak
bersemangat.
2. Risiko Cedera (Jatuh)
Jatuh akan menyebabkan cedera jaringan lunak bahkan fraktur pangkal paha
atau pergelangan tangan. Situasi ini akan menyebabkan rasa sakit dan
imobilisasi dengan segala konsekuensinya. Faktor risiko internal yang dapat
dijumpai yaitu gangguan penglihatan, gangguan adaptasi gelap, infeksi telinga,
pusing, gangguan aliran darah otak, arthritis, kelemahan otot tungkai.
3. Delirium
Salah satu ciri pasien geriatri adalah gejala dan tanda penyakitnya tidak khas
menurut organ/sistem organ yang sakit. Seringkali, penyakit sistemik muncul
dalam bentuk gangguan kesadaran. Penyebab delirium bisa karena stroke,
tumor otak, pneumonia, infeksi saluran kemih, dehidrasi, diare,
hiper/hipoglikemia, dan hipoksia. Gejala yang mungkin timbul antara lain
kurang perhatian, gelisah, tidur terganggu, murung, perubahan kesadaran,
disorientasi, halusinasi, sulit konsentrasi, sangat mudah lupa, hipoaktif,
hiperaktif.
4. Hipertensi
Dari banyak penelitian epidemiologi didapatkan bahwa dengan bertambahnya
usia maka tekanan darah akan meningkat pula. Hipertensi menjadi masalah
pada lanjut usia karena sering ditemukan dan menjadi faktor utama stroke dan
penyakit jantung koroner (Lilik, 2015).

B. Pentingnya Menjaga Kesehatan Lansia


a. Fisik
Kesehatan fisik bagi Lansia merupakan hal penting yang harus
diprogramkan. menjaga kesehatan fisik akan memengaruhi sistem otot, sistem
hormonal, sistem peredaran darah dan pernafasan, sistem pencernaan, dan
sistem metabolisme (Kurnianto, 2015). Latihan tunggal (acute exercise) atau
latihan yang dilakukan secara berulang-ulang (chronic exercise) bermanfaat
untuk meningkatkan respon fisiologis terhadap intensitas, durasi, frekuensi
latihan, keadaan lingkungan dan status fisiologis individu. Fungsi dan
mekanisme kerja organ-organ tubuh akan selalu bereaksi dalam rangka
penyesuaian diri demi terciptanya “Homeostasis” (Kurnianto, 2015).
Pola makan adalah suatu susunan makanan yang meliputi kualitas dan
kuantitas makanan rata-rata per orang per hari, dalam jangka waktu tertentu.
Pola makan yang tepat mengandung makanan pokok, lauk-pauk, buah-buahan
serta sayur yang dimakan dalam jumlah yang cukup sesuai dengan kebutuhan.
Terpenuhinya keberagaman jenis bahan makanan tersebut akan menjamin
terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun bagi gizi
seseorang, sehingga status gizi akan baik dan memperkuat daya tahan tubuh
terhadap serangan dari penyakit. pada usia lanjut memiliki kebutuhan gizi
yang sama dengan anak maupun dewasa, namun pola makannya berbeda
dengan usia lainnya. Adapun kebutuhan gizi pada lansia seperti; kalori sekitar
55-60% kkal, karbohidrat dan serat sekitar 55-60% dari nasi, kentang dan lain
lain, protein sekitar 0,8 g/kgBB/hari dari makanan hewani dan nabati, lemak
tak jenuhkurang dari 30% kebutuhan kalori pada lansia (Mu’izza, 2019).
Pemeriksaan kesehatan (health check up) secara berkala merupakan
pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui kondisi kesehatan individu.
Pemeriksaan ini berfokus kepada pemeriksaan kondisi fisik berdasarkan
aktivitas fisik, pola makan, dan kebiasaan lain individu (Ito and Matsushima,
2017). Pemeriksaan kesehatan penting dilakukan untuk setiap individu secara
berkala terutama pada orang lanjut usia (lansia). Pemeriksaan fisik pada lansia
direkomendasikan untuk dapat mengidentifikasi risiko penyakit dan
mengetahui lebih awal apabila terdapat gejala awal menderita suatu penyakit
(Virgini et al., 2015). Oleh karena itu, pemeriksaan kesehatan secara berkala
merupakan salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan
fisik pada lansia
b. Psikis
Kesehatan psikis Lansia penting untuk diperhatikan karena Lansia
memiliki tugas-tugas perkembangan yang akan mempengaruhi perubahan
psikologisnya. Sebagian besar tugas tersebut lebih banyak berkaitan dengan
kehidupan pribadinnya dibanding dengan kehidupan yang bersangkutan
dengan kehidupan orang lain. Pada umumnya, seseorang yang telah memasuki
masa Lansia mulai merasakan beberapa kondisi-kondisi patologis, diantaranya
tingkat energi dan tenaga yang menurun tidak seperti masa mudanya dan
ingatan berkurang Hal ini menimbulkan dampak pada kehidupannya, para
lansia dituntut untuk melakukan penyesuaian diri dan sosial lebih besar,
sehingga rentang usia Lansia rentan terhadap gangguan atau kelainan fungsi
fisik, sosial, maupun psikologis.
Penurunan produksi hormon yang dialami oleh lanjut usia merupakan
masalah pada aspek fisiologis yang menyebabkan kualitas hidup lanjut usia
terganggu dan berakibat pada penyakit kronis. Pada masa pandemi COVID19,
WHO mengatakan bahwa lanjut usia yang telah memiliki penyakit tertentu
seperti kanker, paru-paru, dan diabetes, lebih rentan tertular karena kekebalan
tubuh yang mereka miliki terus menurun. Hal senanda juga disampaikan oleh
Kemenkes RI (2020) yaitu sistem imun yang sudah melemah ditambah adanya
penyakit kronis pada lanjut usia dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi
virus corona maupun risiko virus untuk menimbulkan gangguan yang parah
lainnya. (Kartinah, 2008)
Selain masalah di aspek fisiologis, pada masa pandemi COVID-19
lanjut usia juga harus dihadapkan pada masalah di aspek psikologis. Menurut
Hooyman (2011), aspek psikologis yang dihadapi usia lanjut pada umumnya
meliputi: kecemasan, keterasing dari lingkungan, perasaan tidak berguna
karena menurunnya kemampuan kognitif, ketidakberdayaan, dan sindrom
sarang kosong (Siti Partini, 2011). Kecemasan, pada lanjut usia di masa
pandemi COVID-19 ada hubungannya dengan informasi yang salah mengenai
pandemi COVID-19 sehingga menimbulkan kecemasan atau stres pada lanjut
usia. (Kesehatan Jiwa and Doktoral Studi Pembangunan, no date)
Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami
penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses
belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga
menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara
fungsi psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal yang berhubungan dengan
dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat
bahwa lansia menjadi kurang cekatan. (Kartinah, 2008)
Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga
mengalami perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan
kepribadian lansia. Beberapa perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan
5 tipe kepribadian lansia sebagai berikut:
a) Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction personalitiy), biasanya
tipe ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai
sangat tua.
b) Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada
kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi jika pada
masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan
otonomi pada dirinya
c) Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personalitiy), pada tipe ini
biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan
keluarga selalu harmonis maka pada masa lansia tidak bergejolak,
tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang
ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika tidak segera bangkit
dari kedukaannya.
d) Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini
setelah memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya,
banyak keinginan yang kadang-kadang tidak diperhitungkan secara
seksama sehingga menyebabkan kondisi ekonominya menjadi morat-
marit.
e) Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy), pada lansia tipe
ini umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu
orang lain atau cenderung membuat susah dirinya.

Perubahan dalam peran sosial di masyarakat Akibat berkurangnya


fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan sebagainya maka
muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia. Misalnya
badannya menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang, penglihatan
kabur dan sebagainya sehingga sering menimbulkan keterasingan. Hal itu
sebaiknya dicegah dengan selalu mengajak mereka melakukan aktivitas,
selama yang bersangkutan masih sanggup, agar tidak merasa terasing atau
diasingkan. Karena jika keterasingan terjadi akan semakin menolak untuk
berkomunikasi dengan orang lain dan kdang-kadang terus muncul perilaku
regresi seperti mudah menangis, mengurung diri, mengumpulkan barang-
barang tak berguna serta merengek-rengek dan menangis bila ketemu
orang lain sehingga perilakunya seperti anak kecil (Kartinah, 2008)

C. Cara Menjaga Kesehatan Lansia


Saat seseorang sudah lanjut usia kualitas hidup akan mengalami penurunan
yang berakibat mengalami penurunan kualitas hidup antara lain cepat lelah,
pusing, berkeringat, mengalami kesulitan tidur sehingga waktu tidur menjadi
kurang, menjadi mudah tersinggung dan perasaan minder untuk bergaul dengan
lingkungan, dan bahkan mudah mengidap suatu penyakit. Oleh karena itu,
diperlukan deteksi dini untuk menghindari lansia tersebut mengidap penyakit,
seperti mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan gangguan Kesehatan.
Faktor-faktor tersebut meliputi faktor ekonomi, faktor keluarga ,faktor
pengetahuan, dan faktor nutrisi.
1. Faktor Ekonomi
Lansia dengan kondisi ekonomi rendah akan berpengaruh pada
kemampuannya untuk rutin pemeriksaan kesehatan.
2. Faktor Keluarga
Keluarga yang tinggal atau hidup dengan keluarga yang lebih muda dan
memperhatikan kesehatannya akan lebih terjaga kondisi kesehatan dan
psikologi lansia tersebut.
3. Faktor Pengetahuan
Lansia yang memiliki pengetahuan baik mengenai pentingnya menjaga
kesehatan akan berupaya untuk terus menjaga kesehatannya walaupun
sudah tua.
4. Faktor Nutrisi
Nutrisi dan pola hidup yang kurang sehat dapat mengakibatkan daya tahan
tubuh menurun, sehingga rentan terinfeksi berbagai penyakit. Selain itu,
kurangan gizi semasa dalam rahim mengakibatkan pada masa dewasa
mudah terserang berbagai macam penyakit, seperti penyakit peredaran
darah, diabetes dan gangguan metabolisme. Gizi buruk pada masa kanak-
kanak dapat mempengaruhi pembentukan struktur tulang yang menjadi
penyebab osteoporosis di masa dewasa. Remaja obesitas atau kelebihan
berat badan akan berisiko terkena penyakit kronis dalam kehidupan
dewasa dan usia tua. Pola hidup dan paparan asap rokok, konsumsi alkohol
berlebihan, pola makan yang tidak sehat, atau paparan zat-zat beracun di
tempat kerja juga berpengaruh terhadap kesehatan lansia.

Selain dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Kesehatan


lansia, ada beberapa cara yang dapat dilakukan, seperti melakukan aktivitas
fisik. Karena keterbetasan fisik yang dimiliki akibat pertambahan usia serta
perubahan dan penurunan fungsi fisiologis, lansia perlu melakukan beberapa
penyesuaian dalam melakukan aktivitas fisik sehari–hari guna membuat lansia
dapat mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatannya. Olahraga
yang baik untuk lansia adalah olahraga yang ringan, mudah dilakukan, dan
tidak memberatkan, seperti misalnya berjalan kaki santai. Mengingat
pentingnya manfaat aktivitas fisik terhadap kualitas hidup lansia maka penting
untuk dilakukan kegiatan yang mengarahkan atau mendampingi lansia untuk
selalu aktif bergerak aktif (Sapti and Leni, 2019). Senam aerobic low impact
merupakan suatu aktivitas fisik aerobik yang bermanfaat untuk meningkatkan
dan mempertahankan kesehatan dan daya tahan jantung, paru, peredaran darah
otot dan sendi, Senam ini dapat dilakukan dengan frekuensi latihan 3-5 kali
dalam seminggu dan dengan lama latihan 20-60 menit dalam satu kali latihan
(Harber & Scoot, 2009). Oleh karena itu diharapkan kepada lanjut usia tetap
melakukan aktivitas mulai dari aktivitas ringan secara bertahap agar terjadi
adaptasi fisologis peredaran darah lansia

Selanjutnya untuk menjaga kesehatan fisik lansia, dapat dilakukan melalui


pemeriksaan kesehatan secara rutin, di mana cek kesehatan secara rutin
merupakan salah satu langkah yang penting dilakukan untuk memelihara
kondisi tubuh. Pada dasarnya , pemeriksaan kesehatan pada lansia berguna
untuk mendeteksi dini penyakit atau berusaha untuk mencegah penyakit yang
akan terjadi. Cara pencegahan dan penanganan permasalahan tersebut dapat
diberikan kepada lansia dengan cara penyuluhan tentang kesehatan kemudian
diterapkan melalui latihan atau olahraga secara teratur (Sapti and Leni, 2019).

D. Analisis Kondisi Kesehatan Lansia Di Masa


Berdasarkan peraturan menteri sosial Nomor 5 tahun 2018 lanjut usia adalah
mereka yang telah berusia 60 tahun ke atas (Permensos, 2018). Lansia merupakan
salah satu yang rentan dalam penularan Covid-19, karena rendahnya imunitas
tubuh dan penyakit kronis yang lansia dialami (Hartati, 2017). Berdasarkan data
dari Gugus Tugas Penanganan COVID-19 bahwa pada tanggal 20 Juni 2020
persentase lansia yang tertular COVID-19 sebesar 13,8 % lansia positif, 11,7 %
diisolasi, 12,5 % sembuh, dan sebesar 43,7 % meninggal. Meskipun dari jumlah
pasien positif dan diisolasi persentasenya tidak cukup tinggi untuk kelompok
lansia, namun untuk jumlah kematiannya merupakan suatu tertinggi dibandingkan
kelompok usia lainnya, yaitu mencapai 43,7%.

E. Kualitas Kesehatan Lansia Di Masa Pandemi


Kualitas hidup adalah konsep multidimensional yang menunjukkan kepuasan
dan kesejahteraan hidup secara keseluruhan. Kualitas hidup menjadi nilai penting
bagi lansia karena dapat mempercepat proses penyembuhan dan meningkatkan
imunitas lansia sehingga meningkatkan harapan hidup lansia sendiri. Dalam
mengoptimalkan kualitas hidup lansia agar sehat saat pandemi COVID-19 dapat
dilakukan dengan cara melatih Kesehatan jiwa dan fisik dari lansia itu sendiri
(Tarcisia et al., 2021).
Pemeliharaan kesehatan jiwa lansia pada pandemi Covid-19 memerlukan
kontribusi berbagai pihak seperti keluarga dan lansia itu sendiri. Salah satu bentuk
dukungan keluarga yang dapat dilakukan keluarga selama masa Covid-19 saat ini
yaitu, anggota keluarga tetap menghormati, menghargai, memperhatikan dan
memperbolehkan lansia untuk berpartisipasi dalam kegiatan keluarga dengan tetap
memperhatikan jarak fisik dan sosial, serta memfasilitasi lansia untuk mengenang
masa lalu yang menyenangkan dengan menceritakannya kepada anggota keluarga
agar lansia tetap merasa bahagia. keluarga juga harus bisa memberikan motivasi
lansia untuk dapat menyesuaikan diri agar tidak cemas terhadap Covid-19 dengan
selalu menerapkan protokol kesehatan(Wiraini et al., 2021). Sedangkan, dari
lansia sendiri bisa mulai belajar meningkatkan pengetahuan dan membentuk
perilaku pada lansia, karena kunci utamanya adalah kemampuan adaptasi lansia
tersebut (Tarcisia et al., 2021).
III. PENUTUP
A. KESIMPULAN
Lansia umumnya akan mengalami berbagai gelaja akibat terjadinya penurunan
fungsi secara biologis pada organ, psikologis, sosial dan ekonomi. Perubahan ini
akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan, termasuk
kesehatannya. Seiring dengan penurunan fungsi organ akan ada masalah
kesehatan yang akan menyertainya, seperti masalah gizi berlebih, gizi kurang,
serta risiko cedera atau jatuh dan penyakit seperti hipertensi akan meningkat
kemungkinannya. Kesehatan bagi lansia
B. SARAN
Setelah penyusun penugasan ini, penyusun menjadi tahu tentang kondisi yang
dialami lansia, lansia di Indonesia dan bagaimana cara menjaga Kesehatan. Lansia
adalah masa dimana seseorang mengalami kemunduran, dimana fungsi tubuh kita
sudah tidak optimal lagi. Oleh karenaitu sebaiknya sejak muda kita persiapkan
dengan sebaik – sebaiknya masa tua kita. Gunakan masa muda dengan kegiatan
yang bermanfaat agar tidak menyesal di masa tua
DAFTAR PUSTAKA

Friska, B. et al. (2020) ‘The Relationship Of Family Support With The Quality Of Elderly
Living In Sidomulyo Health Center Work Area In Pekanbaru Road’, Jurnal Proteksi
Kesehatan, 9(1), pp. 1–8. doi: 10.36929/jpk.v9i1.194.

Ito, M. and Matsushima, E. (2017) ‘Presentation of Coping Strategies Associated with


Physical and Mental Health During Health Check-ups’, Community Mental Health Journal,
53(3), pp. 297–305. doi: 10.1007/s10597-016-0048-9.

Kemenkes RI (2017) ‘Analisis Lansia di Indonesia’, Pusat data dan informasi Kementerian
Kesehatan RI, pp. 1–2. Available at: www.depkes.go.id/download.php?
file=download/.../infodatin lansia 2016.pdf%0A.

Kurnianto, D. (2015) ‘Menjaga Kesehatan Di Usia Lanjut’, Jurnal Olahraga Prestasi, 11(2),
p. 115182. doi: 10.21831/jorpres.v11i2.5725.

Lilik, M. (2015) Keperawatan Lanju Usia.

Sapti, A. and Leni, M. (2019) ‘PENDAMPINGAN LANSIA DALAM KONTEKS


MENJAGA KESEHATAN FISIK Abstract Background : Regular health checks and good
exercise can maintain the health of the elderly so that there is no drastic decline . Routine
health checks aim to control the health of the eld’, 3(2), pp. 134–143.

Saraisang, C. M., Kumaat, L. T. and Katuuk, M. E. (2018) ‘HUBUNGAN PELAYANAN


POSYANDU LANSIA DENGAN TINGKAT KEPUASAN LANSIA DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS RANOMUUT KECAMATAN PAAL II KOTA MANADO’, e-
journal Keperawatan (e-Kep) Volume, 6(Februari), p. 1.

Sari, M. T. and Susanti (2017) ‘Gambaran Kualitas Hidup Lansia Di Panti Sosial Tresna
Werda Budi Lukur Dan Lansia Di Kelurahan Paal V Kota Jambi’, Jurnal Ilmiah Universitas
Bantanghari Jambi, 17(2), pp. 178–183.

Tarcisia, T., Rumawas, M. E., Tjandra, O., & Gustaman, L. (2021). Memelihara Kesehatan
Jiwa Untuk Meningkatkan Kualitas Hidup Lansia di Masa Pandemi Covid-19. 2(April),
2018–2021.

Virgini, V. et al. (2015) ‘Check-up examination: Recommendations in adults’, Swiss Medical


Weekly, 145(January), pp. 1–11. doi: 10.4414/smw.2015.14075.

WHO (2021) Ageing and Health, World Health Organization. Available at:
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/ageing-and-health (Accessed: 9 November
2021).

Wiraini, T. P., Zukhra, R. M., & Hasneli, Y. (2021). HUBUNGAN DUKUNGAN


KELUARGA DENGAN KUALITAS HIDUP LANSIA PADA MASA COVID-19. Health
Care: Jurnal Kesehatan, 10(1), 44–53.

Anda mungkin juga menyukai