Anda di halaman 1dari 2

Setelah Kepergian Hujan

Puisi Adnan Jadi Al Islam

Sebelum kepergian hujan


cawan-cawan penuh makna,
pohon-pohon bebas luka,
anai-anai riuh mengudara
sungai-sungai tenang me-muara

Setelah kepergian hujan, kata awan,


dunia terbakar; curiga
ambisi bergemuruh dalam tubuh
manusia
sepanjang (meragukan) umur,
pengetahuan teralihkan ilusi;
menjarah segala.

Usaha paksa menangkup kekosongan


hanyalah pintu menyambut kekosongan lain.

Ke mana hujan pergi? angin penasaran


….
Hei! buru angin. Awan kukuh
bergeming beberapa hari—
yang satu hari setara seribu tahun—
dan angin pun turut;
teguh memburu selama itu
sampai suatu masa
awan luluh, lalu berkata:
Sebenarnya ia telah menyelam ke dalam lautan
Kenapa? angin makin nanar
Sebab di sana ia menemukan
arti keberadaan.
Memang apa arti keberadaannya?

Dasar, Akhir-akhir ini angin semakin cerewet


Awan lelah. Ia ingin mengakhiri pertanyaan angin:

Tak ada, jawab awan ketus

angin gundah dengan jawaban awan


Ia tunggang-langgang; berkesiur ke semua tempat,
Sembari bertasbih mencuri-curi dengar
melintasi zaman, mengawasi peristiwa-peristiwa
entah sampai kapan

“Dan, apa kau tahu,” katamu. “satu-satunya tempat yang tak bisa ia susupi
hanyalah tubuh lautan.”

/Oktober 2021

Anda mungkin juga menyukai