Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
(ACETAMINOPHEN) DENGAN
MEMBANDINGKAN SUSPENDING AGENT
CMC-Na DAN PGS UNTUK MENGETAHUI
STABILITAS FISIK
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang.
Dalam bidang industri farmasi, perkembangan tekhnologi farmasi sangat berperan
aktif dalam peningkatan kualitas produksi obat-obatan. Hal ini banyak ditunjukan dengan
banyaknya sediaan obat-obatan yang disesuaikan dengan karakteristik dari zat aktif obat,
kondisi pasien dan penigkatan kualitas obat dengan meminimalkan efek samping obat tanpa
harus mengurangi atau mengganggu dari efek farmakologis zat aktif obat.
Sekarang ini banyak bentuk sediaan obat yang kita jumpai dipasaran antara lain:
Dalam bentuk sediaan padat: Pil, Tablet, Kapsul. Supposutoria. Dalam bentuk sediaan
setengah padat: Krim, Salep. Dalam bentuk cair: Sirup, Eliksir, Suspensi, Emulsi dan lain-
lain. Suspensi merupakan salah satu contoh dari bentuk sediaan cair, yang secara umum dapat
diartikan sebagai suatu siatem dispersi kasar yang terdiri atas bahan padat tidak larut tetapi
terdispersi merata ke dalam pembawanya. bentuk suspense yang dipasarkan ada 2 macam,
yaitu suspense siap pakai atau suspense cair yang l;angsung bisa diminum, dan suspense yang
dilarutkan terlebih dahulu ke dalam cairan pembawanya, suspense bentuk ini digunakan
untuk zat aktif yang kestabilannya dalam akir kurang baik. Dan sebagai pembawa dari
suspense yaitu berupa air dan minyak. Alasan bahan obat diformulasikan dalam bentuk
sediaan suspense yaitu bahan obat mempunyai kelarutan yang kecil atau tidak larut dalam air,
tetapi diperlukan dalam bentuk sediaan cair, mudah diberikan kepada pasien yang mengalami
kesulitan untuk menelan, diberikan pada anak-anak, untuk menutupi rasa pahit atau aroma
yang tidak enak pada bahan obat.
Obat analgesik adalah obat penghilang nyeri yang banyak digunakan untuk mengatasi
sakit kepala, demam, dan nyeri ringan. Obat-obat ini mudah diperoleh tanpa resep. Jika
digunakan dalam waktu singkat, obat-obat ini umumnya aman dan efektif. Tapi dengan
banyaknya macam obat analgetik yang tersedia di pasaran, harus dipilih obat yang optimal
untuk pasien dalam keadaan tertentu. Pemilihan tersebut harus mempertimbangkan keadaan
pasien, penyakit dan obat lain yang diminum dalam waktu bersamaan, keamanan, efisiensi,
harga, dan tak ketinggalan respons tubuh pasien terhadap terapi. Sebelum memilih obat
penghilang nyeri yang tepat, sebaiknya diketahui dulu apa yang disebut nyeri dan macam
nyeri yang dapat disembuhkan dengan analgetika.
Ada tiga kelas analgetik tanpa resep yang saat ini tersedia di pasaran, yaitu: golongan
parasetamol, golongan salisilat meliputi aspirin/asetilsalisilat, atrium salisilat, magnesium
salisilat, cholin salisilat; dan golongan turunan asam propionat seperti ibuprofen, naproxen,
dan ketoprofen.
Sebagai contoh bahan obat yang praktis tidak larut dalam air, yaitu Ibuprofen. Untuk
itu, bahan obat ini dapat diformulasikan dalam bentuk suspensi. Ibuprofenadalah
sejenis obat yang tergolong dalam kelompok antiperadangan non-steroid (nonsteroidal anti-
inflammatory drug) dan digunakan untuk mengurangi rasa sakit akibat artritis. Ibuprofen juga
tergolong dalam kelompok analgesik dan antipiretik. Obat ini dijual dengan merk
dagang Advil, Motrin, Nuprin, dan Brufen. Ibuprofen selalu digunakan sebagai obat sakit
kepala. Selain itu, obat ini juga digunakan untuk mengurangi sakit otot, nyeri haid,
selesma, flu dan sakit selepas pembedahan. Nama kimia ibuprofen ialah asam 2-(4-isobutil-
fenil)-propionat. Ibuprofen merupakan derivat asam propionat yang diperkenalkan banyak
negara. Obat ini bersifat analgesik dengan daya antiinflamasi yang tidak terlalu kuat.
Dalam pembuatan sediaan suspensi ibuprofen ini diperlukan suspending agent yang
digunakan untuk mendispersikan bahan aktif yang tidak larut dalam pembawanya,
meningkatkan viskositas dan mempengaruhi stabilitas fisik suspense. suspending agent yang
digunakan dalam formulasi sediaan ini adalah Pulvis Gummosus (PGS)
Pulvis Gummosus (PGS) ini mempunyai sifat larut hampir sempurna dalam air,
memberikan cairan seperti mucilage, tidak berwarna atau kekuningan, kental dan lengket.
Dengan demikian formula dalam bentuk sediaan suspense ini dapat dilakukan penelitian
tentang efektivitas konsentrasi suspending agent Pulvis Gummosus (PGS) terhadap volume
sedimentasi dan waktu redispersi pada sediaan suspense Parasetamol.
1.2 Rumusan Masalah.
1. Bagaimana cara membuat sediaan suspensi yang baik ?
2. Sifat fisika apa saja yang ada dalam sediaan suspensi ?
3. Bagimana mutu fisik formulasi suspensi yang menggunakan suspending agent CMC Na?
4. Bagaimana mutu fisik formulasi suspensi yang menggunakan suspending agent PGS ?
5. Bagaimana hubungan antara mutu fisik dengan sifat fisika formulasi suspensi tersebut ?
6. Apakah ada perbedaan penggunaan suspending agent CMC Na dengan PGS pada suspensi ?
1.3 TUJUAN .
1. Untuk mengetahui cara membuat sediaan suspense yang baik.
2. Untuk mengetahui sifat fisika pada sediaan suspense.
3. Untuk mengetahui mutu fisik formulasi suspensi yang menggunakan suspending agent CMC
Na.
4. Untuk mengetahui mutu fisik formulasi suspensi yang menggunakan suspending agent PGS.
5. Untuk mengetahui hubungan antara mutu fisik dengan sifat fisika formulasi suspensi
tersebut.
6. Untuk mengetahui perbedaan antara penggunaan suspending agent CMC Na dan PGS
terhadap stabilitas fisik suspense.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Suspensi
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan
tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus halus, tidak boleh
cepat mengendap, dan bila digojog perlahan– lahan, endapan harus terdispersi kembali. Dapat
di tambahkan zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi tetapi kekentalan suspensi
harus menjamin sediaan mudah di gojog dan di tuang .
Dalam pembuatan suspensi harus diperhatikan beberapa faktor anatara lain sifat
partikel terdispersi ( derajat pembasahan partikel ), Zat pembasah, Medium pendispersi serta
komponen – komponen formulasi seperti pewarna, pengaroma, pemberi rasa dan pengawet
yang digunakan. Suspensi harus dikemas dalam wadah yang memadai di atas cairan sehigga
dapat dikocok dan mudah dituang. Pada etiket harus tertera “Kocok dahulu dan di simpan
dalam wadah tertutup baik dan disimpan di tempat yang sejuk “.
Suspensi terdiri dari beberapa jenis yaitu :
1. Suspensi Oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat yang
terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukkan
untuk penggunaan oral.
2. Suspensi Topikal adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang
terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukkan untuk penggunaan pada kulit.
3. Suspensi Optalmik adalah sediaan cair steril yang mengandung partikel-
partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa yang ditujukkan untuk penggunaan
pada mata.
4. Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair yang mengandung partikel-partikel
halus yang ditujukkan untuk diteteskan pada telinga bagian luar.
5. Suspensi untuk injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium
cair yang sesuai dan tidak disuntikan secara intravena atau kedalam saluran spinal.
6. Suspensi untuk injeksi terkontinyu adalah sediaan padat kering dengan bahan
pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan
untuk suspensi steril setelah penambahan bahan pembawa yang sesuai.
2.2 Metode Pembuatan Suspensi
Dalam pembuatan suspensi ada beberapa metode diantaranya metode dispersi dan
metode pengendapan.
2.2.1 Metode Dispersi
Pembuatan dengan cara menambahkan serbuk bahan obat ke dalam muchilago yang
telah terbentuk, kemudian baru diencerkan. Serbuk yang sangat halus mudah kemasukan
udara sehingga sukar dibasahi. Mudah dan sukarnya serbuk terbasahi tergantung besarnya
sudut kontak antara zat terdispers dengan medium. Bila sudut kontak ± 90o serbuk akan
mengambang di atas cairan. Serbuk yang demikian disebut memiliki sifat hidrofob karena
serbuk tersebut sulit dibasahi oleh air. Sedangkan serbuk yang mengambang di bawah cairan
mempunyai sudut kontak yang lebih kecil dan bila tenggelam, menunjukkan tidak adanya
sudut kontak. (Farmasetika, 165)
2.2.2 Metode Pengendapan (Presipitasi)
Metode ini dibagi lagi menjadi 3 macam, yaitu :
1. Presipitasi dengan pelarut organik
Obat – obat yang tidak larut air dapat diendapkan dengan melarutkannya dalam pelarut
– pelarut organik yang bercampur dengan air, dan kemudian menambahkan fase organik ke
air murni di bawah kondisi standar. Contoh pelarut yang digunakan adalah etanol, metanol,
propilen glikol, dan polietilen glikol serta gliserin. Yang perlu dengan metode ini adalah
kontrol ukuran partikel, yaitu terjadinya bentuk polimorf atau hidrat dari kristal.
2. Presipitasi dengan perubahan pH dari media
Metode pengubahan pH medium bisa jadi lebih membantu dan tidak
menimbulkan kesulitan yang serupa dengan endapan pelarut organik. Tetapi teknik ini hanya
dapat diterapkan ke obat – obat yang kelarutannya tergantung pada harga pH. Sebagai
contoh, suspensi estradiol dapat dibuat dengan mengubah pH larutan airnya, estradiol lebih
mudah larut dalam alkaki seperti larutan kalium dan natrium hidroksida.
3. Presipitasi dengan dokomposisi (penguraian) rangkap
Melibatkan proses kimia yang sederhana, walaupun beberapa faktor fisika yang
disebutkan sebelumnya jga berperan. (Farmasetika, 165)
2.3 Formulasi Suspensi
2.3.1 Bahan Berkhasiat
Bahan berkhasiat dalam suspensi disebut fase terdispersi. Bahan berkhasiat ini
memiliki kelarutan yang sangat kecil dan pada umumnya memiliki kstabilan terbatas dalam
fase pendispersi. Contoh obat yang dibuat dalam suspensi adalah metronidazol, ibu profen,
dll
2.3.2 Bahan Tambahan
Bahan tambahan yang dapat digunakan pada suspensi kering diantaranya:
a. Suspending agent
Bahan pensuspensi yang digunakan dalam suspensi kering harus mudah terdispersi
dan mengembang dengan pengocokan secara manual selama rekonstitusi. (Goeswin,
1993: 2)
Bahan pensuspensi atau suspending agent dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu
1. Bahan pensuspensi dari alam.
Bahan pensuspensi dari alam yang biasanya digunakan adalah jenis gom /
hidrokoloid. Gom dapat larut atau mengembang atau mengikat air sehingga campuran
tersebut membentuk mucilago atau lendir. Dengan terbentuknya mucilago maka viskositas
cairan tersebut bertambah dan akan menambah stabilitas suspensi. Kekentalan mucilago
sangat dipengaruhi oleh panas, PH, dan proses fermentasi bakteri.
a. Termasuk golongan gom :
Contonya : Acasia ( Pulvis gummi arabici), Chondrus, Tragacanth , Algin
b. Golongan bukan gom :
Contohnya : Bentonit, Hectorit dan Veegum.
2. bahan pensuspensi sintesis
a. Derivat Selulosa
Contohnya : Metil selulosa, karboksi metil selulosa (CMC), hidroksi metil selulosa.
b. Golongan organk polimer
Contohnya : Carbaphol
934.(http://medicafarma.blogspot.com/2008/08/suspensi_28.html)
c. Bahan Pembasah
Berfungsi untuk membasahi partikel padat yang memiliki afinitas kecil terhadap
pembawa sehingga lebih muda untuk didispersikan. Contoh pembasah adalah gliserin,
propilenglikol, air
d. Pemanis
Pemanis dalam suspensi digunakan untuk memperbaiki rasa dari sediaan yang pahit
dan tidak enak. Contoh pemanis yang biasa digunakan sukrosa, dekstrosa, sakarin, sacharum
album.
e. Pengawet
Berfungsi untuk mencegah pertumbuhan mikroba dalam sediaan farmasi. Bahan aktif
yang ditambahkan tidak boleh mempengaruhi sifat fisika serta farmakologi dari obat. Contoh
pengawet adalah metil paraben, Na paraben, asam benzoat
2.4 Keuntungan Sediaan Suspensi
1. Bahan obat tidak larut dapat bekerja sebagai depo, yang dapat memperlambat terlepasnya
obat .
2. Beberapa bahan obat tidak stabil jika tersedia dalam bentuk larutan.
3. Obat dalam sediaan suspensi rasanya lebih enak dibandingkan dalam larutan, karena rasa
obat yang tergantung kelarutannya.
Ket :
V = Kecepatan Aliran
d = Diameter Dari Partikel
p = Berat Jenis Dari Partikel
p0 = Berat Jenis Cairan
g = Gravitasi
ŋ = Viskositas Cairan
V =
Keterangan:
Volume sedimentasi (F) adalah perbadingan dari volume endapan yang etrjadi (VU)
terhadap volume awal dari suspense sebelum mengendap (V0) setelah suspense
didiamkan. (Anief, 1993:31)
Rumus : F =
Keterangan:
F = Volume sedimentasi
VU = Volume akhir suspense
V0 = Volume awal suspense sebelum mengendap
Prosedur evaluasi volume sedimentasi adalah sebagai berikut:
1. Sediaan dimasukkan ke dalam tabung sedimen yang berkala
2. Volume yang diisikan merupakan volume awal
3. Setelah didiamkan beberapa waktu/ hari diamati volume akhir dengan terjadinya sedimentasi
volume akhir terhadap volume yang diukur ((VU)
4. Dihitung volume sedimentasi
5.
A
Keterangan:
A = suspense yang baik
B = suspense agak baik
C = Suspensi yang jelek
Bila F = 1 atau mendekati 1, maka sediaan baik karena tidak adanya supernatant jernih pada
pendiaman
Bila F > 1 terjadi “floc” sangat longgar dan halus sehingga volume akhir lebih besar dari
volume awal
Formulasi lebih baik jika dihasilkan kurva garis horisontal.
2.9 EVALUASI SIFAT FISIKA SUSPENSI
1. Evaluasi Viskositas.
Viskositas atau kekentalan adalah sutau sifat cairan yang berhubungan erat dengan
hambatan untuk mengalir. Dalam suatu suspense viskositas dapat dinaikkan dengan adanya
sspending agent. Tetapi suatu produk yang mempunyai viskositas tinggi umumnya tidak
diinginkan karena sukar dituang dan juga sukar untuk diratakan kembali. Karena itu bila
viskositas suspense dinaikkan biasanya dilakukan sedemikian rupa sehingga viskositas
sedang saja untuk menghindari kesulitan-kesulitan seperti yang diperlukan tadi.
(Ansel,1989:357)
2. Evaluasi Bobot Jenis.
Bobot jenis adalah perbandingan bobot zat di udara pada suhu 25º C terhadap bobot
air dengan volume dan suhu yang sama. Bobot jenis suatu zat adalah hasil yang diperoleh
dengan membagi bobot zat dengan bobot air dalam piknometer, kecuali dinyatakan lain
dalam monografi, keduanya ditetapkan pada suhu 25º C [FI IV hal 1030].
Alat yang digunakan untuk mengukur bobot jenis suatu antara lain : piknometer (untuk
zat padat & zat cair), aerometer (untuk zat cair), densimeter (untuk menentukan bobot jenis
zat cair secara langsung). Piknometer digunakan untuk mengukur bobot jenis suatu zat cair
dan zat padat. Kapasitas volumenya antara 10 ml-25 ml. Bagian tutup mempunyai lubang
berbentuk saluran kecil.
Bobot jenis dapat digunakan untuk : mengetahui kepekaan suatu zat, mengetahui
kemurnian suatu zat, mengetahui jenis zat. bobot jenis = 1→ air, bobot jenis < 1→ zat yang
mudah menguap, bobot jenis > 1→ sirup – pulvis. Neraca Mohr Westphal : untuk mengukur
bobot jenis zat cair.
Gelas ukur
Mortir
Stamper
Timbangan kasar
Anak timbangan
Sendok tanduk
Sudip
Lap
Botol
Pipet
Kertas perkamen
Pinset
Beaker glass
Batang pengaduk
3.2.2 Bahan
Serbuk parasetamol
Pulvis Gumosus (PGS)
CMC Na
Aqua destilata
Syrupus simplex
Simeticon
Rumus : F =
Keterangan:
F = Volume sedimentasi
VU = Volume akhir suspense
V0 = Volume awal suspense sebelum mengendap
g. Dibuat grafik antar F (sumbu Y) terhadap waktu (sumbu X)
2. Prosedur Uji Waktu Redispersi
a. Masing-masing Suspensi dimasukkan ke dalam botol kaca, kemudian didiamkan sampai
mengendap sempurna
b. Setelah mengendap sempurna, masing-masing suspensi dikocok sampai tidak terdapat sisa
endapan pada dasar botol
c. Kemudian catat waktu redispersi dari masing-masing sediaan suspense
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
PGS
CMC-Na
Volume
Hari Hari Volume (ml)
(ml)
1 60 ml 1 60 ml
2 40 ml 2 60 ml
3 28 ml 3 60 ml
4 20 ml 4 60 ml
5 2 0ml 5 60 ml
6 20 ml 6 60 ml
7 20 ml 7 60 ml
Rumus : F =
Keterangan:
F = Volume sedimentasi
VU = Volume akhir suspense
V0 = Volume awal suspense sebelum mengendap
Analisa:
Menurut pengamatan yang sudah dilakukan, ternyata sediaan suspensi parasetamol yang
menggunakan suspending agent CMC-Na lebih memiliki waktu sedimentasi lama daripada
PGS, terbukti dalam waktu 7 hari volume sedimentasi tidak mengalami perubahan yaitu 60
ml.
Volume Piknometer
Bobot pikno + air = 41,6741 g
Bobot pikno kosong = 16,2713 g
Bobot air = 25,4028 g
BJ Zat Cair
Kerapatan pendispersi
BJ PGS
Bobot pikno + air = 42,9012 g
Bobot pikno kosong = 16,2808 g
Bobot air = 26,6204 g
PGS = 26,6204 x 0,944164
26,9765
= 0,9292 g/ml
BJ CMC-Na
Bobot pikno + air = 41,8373 g
Bobot pikno kosong = 16,2808 g
Bobot air = 25,5565 g
BJ Zat Padat
BJ Parasetamol = (pikno +
zat) – (pikno kosong)
(pikno+air)-(pikno kosong)-(pikno+zat+air)-(pikno+zat)
= 17,2806 –
16,2713 x 0,941664
(41,6741-16,2713)-(41,8641-17,2806)
= 1,0093 x 0,941664
25,4028 – 24,5835
= 1,2319 x 0,941664
= 1,1600 g/ml
PGS
Rotor Terbaca / tidak terbaca skala
I Tidak terbaca -
II Tidak terbaca -
III Terbaca 0,5
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Hasil Pengamatan Praktikum
Didalam literature pengujian volume sedimentasi untuk evaluasi stabilitas fisik
suspensi dijelaskan bahwa volume sedimentsi harus 1, karena jika tidak sediaan suspensi
yang dibuat akan tidak stabil, Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan nilai dari
volume sedimentasi dari sediaan yang besuspendig agent PGS adalah
Berarti sediaan suspensi yang dibuat termasuk stabil karena volume sedimentasinya 1.
Selain itu dalam literature pengujian bobot jenis dan viskositas untuk evaluasi
stabilitas sifat fisika juga dijelaskan bahwa dalam suatu suspense viskositas dapat dinaikkan
dengan adanya sspending agent. Tetapi suatu produk yang mempunyai viskositas tinggi
umumnya tidak diinginkan karena sukar dituang dan juga sukar untuk diratakan kembali.
Karena itu bila viskositas suspense dinaikkan biasanya dilakukan sedemikian rupa sehingga
viskositas sedang saja untuk menghindari kesulitan
DAFTAR PUSTAKA
http://dprayetno.wordpress.com/suspensi
http://www.iklandisiniaja.comMemilih_Obat_Analgetika_Tanpa_Resep.html
http://apotik-plus.com/index.php
http://fharmacy.blogspot.com
http://medicafarma.blogspot.com/2008/08/suspensi_28.html