ABSTRAK
Latar Belakang: Kanker serviks adalah kanker ganas paling umum keempat di antara wanita setelah kanker
payudara, kolorektal, dan paru-paru. Pap smear telah diakui sebagai strategi yang efektif untuk mengurangi
kejadian dan angka kematian dari kanker serviks. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan
pemanfaatan pap smear untuk deteksi dini kanker serviks pada wanita usia subur dengan menggunakan
model analisis jalur.
Subjek dan Metode: Jenis penelitian observasional analitik dengan desain case control. Penelitian dilakukan
di Kecamatan Cilongok dan Ajibarang, Banyumas, Jawa Tengah, dari tanggal 3 Januari hingga 3 Februari
2018. Total sampel sebanyak 200 wanita usia subur dipilih untuk penelitian ini dengan cara pengambilan
sampel penyakit tetap. Variabel terikat adalah pemanfaatan Pap smear. Variabel bebas adalah tingkat
pendidikan, sikap, persepsi tentang mutu pelayanan kesehatan, akses ke puskesmas, dukungan keluarga,
dukungan sebaya, dan dukungan tenaga kesehatan. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner dan
dianalisis dengan analisis jalur.
Hasil: Pemanfaatan pap smear berhubungan positif dan langsung dengan pendidikan (b = 2.63; CI 95% = 1.77 sampai
3.48 p <0.001), persepsi tentang kualitas pelayanan kesehatan (b = 1.04; CI 95% = 0.22 sampai 1.86; p = 0.012) , sikap (b =
1,48; CI 95% = 0,51 hingga 2,44 p = 0,003), akses ke puskesmas (b = 1,02; CI 95% = 0,20 hingga 1,84 p = 0,015), dukungan
keluarga (b = 1,29; CI 95% = -0,22 hingga 2,61; p = 0,029), dan dukungan tenaga kesehatan (b = 2,02; CI 95% = 0,60
hingga 3,45 p = 0,005). Pemanfaatan pap smear secara tidak langsung berhubungan dengan dukungan teman sebaya
melalui persepsi kualitas pelayanan kesehatan (b = 0,66; 95% = -0,01 sampai
1,33 p = 0,031).
Kesimpulan: Pendidikan, persepsi tentang kualitas pelayanan kesehatan, sikap, akses ke puskesmas, dukungan
keluarga, dan dukungan tenaga kesehatan berhubungan langsung dengan pemanfaatan pap smear.
Kata kunci: Pap smear, kanker serviks, analisis jalur, pendidikan, sikap, persepsi, dukungan keluarga, dukungan
teman sebaya, dukungan tenaga kesehatan
Korespondensi:
Gesit Kusuma Wardhani. Program Magister Kesehatan Masyarakat, Universitas Sebelas Maret. Jl. Ir.
Sutami No. 36 A, 57126, Surakarta, Jawa Tengah. Email: gesitkusuma92@gmail.com.
Lamanya penderitaan, dan mahalnya biaya prasarana atau sarana kesehatan masyarakat
pengobatan, sebaiknya masyarakat lebih seperti puskesmas, rumah sakit, posyandu,
memperhatikan penyakitnya dan polindes, dan sebagainya); dan faktor
meningkatkan upaya pencegahan yang dapat penguat (faktor yang memperkuat terjadinya
dilakukan (Bustan, 2007). Menurut Rasjidi perilaku seperti dukungan suami atau
(2009), jika penyakit tidak segera terdeteksi keluarga, tokoh masyarakat, teman sebaya,
dan diobati maka penderita kanker tokoh agama, petugas kesehatan, peraturan
serviks-tanpa metastasis ke kelenjar getah perundang-undangan dan sebagainya).
bening hanya akan memiliki Survival Rate 5 Berdasarkan hasil studi pendahuluan
Tahun (5-YSR) atau bertahan selama 5 tahun. melalui wawancara terhadap 10 wanita yang
Salah satu penyebab berkembangnya berpasangan pada Mei 2017 di Kecamatan
kanker serviks disebabkan oleh masih Cilongok, Kabupaten Banyumas, hanya 10%
rendahnya cakupan deteksi dini kanker serviks, wanita yang pernah melakukan pap smear karena
seperti pap smear. Berdasarkan estimasi data mendapat dukungan penuh dari suaminya,
WHO tahun 2008, hanya 5% wanita di negara sedangkan yang lain belum pernah melakukan
berkembang termasuk Indonesia yang pemeriksaan pap smear dengan tidak ada alasan
mendapat layanan, sedangkan cakupan untuk mengetahui dan tidak pernah mendapat
skrining yang efektif diperlukan untuk informasi tentang kanker serviks dan papsmear.
menurunkan morbiditas dan mortalitas akibat Sekitar 20% diantaranya karena keterbatasan
kanker serviks sebesar 85% (Linadi, 2013). biaya karena tidak memiliki kartu BPJS dan
Menurut Arum (2015), pap smear dapat kesulitan akses pemeriksaan Pap smear.
mendeteksi kanker serviks dengan Berbagai upaya telah dilakukan oleh
menemukan proses praligna dan maligna Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas
pada ektoserviks dan infeksi pada untuk menanggulangi kejadian kanker
endoserviks dengan spesifisitas 90% -95% serviks, salah satunya melalui pemeriksaan
dan akurasi 90%. Inilah salah satu pap smear gratis bekerjasama dengan BPJS
keunggulan tes Pap smear dibandingkan Kesehatan dan beberapa puskesmas di
Pemeriksaan Visual dengan Asam Asetat (IVA) Kabupaten Banyumas, namun ternyata
dengan spesifisitas 64% 98% dan nilai upaya tersebut telah dilakukan. belum efektif
prediksi positif 10% 20% dan akurasi 85%. belum meningkatkan peran aktif perempuan
Menurut Rokhmawati (2011) perilaku usia subur di Kabupaten Banyumas dalam
masih menjadi penghambat Wanita Usia melakukan upaya pencegahan deteksi dini
Subur untuk melakukan deteksi dini kanker kanker serviks dengan metode pap smear.
serviks. Proses pembentukan atau Tujuan penelitian ini adalah menganalisis
perubahan perilaku dapat dipengaruhi oleh determinan deteksi dini kanker serviks
berbagai faktor baik dari dalam maupun luar dengan metode Pap smear pada wanita usia
individu. subur di Kabupaten Banyumas ”.
Berdasarkan Lawrence Green (1980),
perilaku ditentukan oleh tiga faktor utama SUBJEK DAN METODE
yaitu; predisposisi faktor 1. Desain Studi
(faktor-faktor yang memfasilitasi terjadinya Jenis penelitian observasional analitik dengan
perilaku seperti pengetahuan, sikap, persepsi, desain case control. Penelitian dilakukan di
tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi); Kecamatan Ajibarang dan Cilongok,
Faktor-faktor yang memungkinkan (akses ke Kabupaten Banyumas, pada 3 Januari hingga
layanan kesehatan, ketersediaan fasilitas dan 3 Februari 2018.
1 orang pernah melakukan pemeriksaan pap smear dalam 1 dilakukan dengan menghitung korelasi item
tahun terakhir. total dan alpha Cronbach.
5. Pengumpulan Data 6. Analisis Data
Variabel persepsi kualitas pelayanan, sikap, Karakteristik sampel data persepsi tentang
dukungan keluarga, dukungan sebaya, kualitas pelayanan, sikap, pendidikan, akses
dukungan tenaga kesehatan diukur dengan pelayanan kesehatan, dukungan keluarga,
kuesioner. Sedangkan variabel pendidikan, dukungan sebaya, dukungan tenaga
akses pelayanan kesehatan dan penggunaan kesehatan dijelaskan dalam n dan%.
tes pap smear diukur dengan checklist. Analisis bivariat dilakukan dengan uji
Chisquare.
Itu penelitian instrumen itu Analisis data menggunakan analisis jalur,
kuesioner dan rekam medis. Uji validitas dengan langkah-langkah sebagai berikut:
dalam penelitian ini dilakukan pada 20 wanita Sebuah. Perkiraan
usia subur di Kabupaten Cilongok. Validitas b. Spesifikasi model
wajah telah dikonsultasikan ke prof. Ambar c. Model fit
Mudigdo, dr., Sp. PA (K) dan Dr. Eti Poncorini d. Spesifikasi ulang model
Pamungkasari, dr., M.Pd. 7. Etika Penelitian
Etika penelitian meliputi persetujuan
Uji reliabilitas dalam penelitian ini penelitian, anonimitas, dan kerahasiaan.
dilakukan pada 20 wanita usia subur di
Kabupaten Cilongok. Uji reliabilitas HASIL
1. Analisis univariat
Tabel 1. Karakteristik sampel
Variabel n %
Persepsi kualitas layanan
Persepsi yang Baik 107 53.5
Persepsi buruk 93 46.5
Sikap
Sikap positif 61 30.5
Perilaku negatif 139 69.5
Pendidikan Wanita Usia Subur
Tinggi 136 68
Rendah 64 32
Akses ke Layanan Kesehatan
Akses bagus 108 54
Akses yang buruk 92 46
Dukungan keluarga
Dukungan yang bagus 14 7
Dukungan yang buruk 186 93
Dukungan rekan
Dukungan yang bagus 152 76
Dukungan yang buruk 48 24
Dukungan tenaga kesehatan
Dukungan yang bagus 180 90
Dukungan yang buruk 20 10
Tabel 2. Analisis chi-square persepsi kualitas pelayanan, sikap, pendidikan, akses pelayanan
kesehatan, dukungan keluarga, dukungan sebaya, dukungan petugas kesehatan dengan
penggunaan tes pap smear
Pakai pap smear 95% CI
Variabel Kategori Tidak Iya ATAU Menurunkan Atas p
n % n % Membatasi Membatasi
kesehatan, dukungan keluarga, dukungan sebaya, smear (OR = 3,07; CI 95% = 1,67 untuk
Efek langsung
Pakai pap smear • Sikap 1.48 0.49 0,51 2.44 0,003
Pakai pap smear • pendidikan 2.63 0.43 1.77 3.48 <0,001
Pakai pap smear • Dukungan keluarga 2.64 1.21 0.26 5.02 0,029
Pakai pap smear • Akses kesehatan 1.02 0.41 0.20 1.84 0,015
layanan
Pakai pap smear • Tenaga kesehatan 2.02 0.72 0.60 3.45 0,005
dukung
Pakai pap smear • Persepsi 1.04 0.41 0.22 1.86 0,012
kualitas layanan
Efek Tidak Langsung
Dukungan tenaga kesehatan • Akses kesehatan 1.69 0,57 0,56 2.83 0,003
layanan
Persepsi kualitas layanan • Dukungan keluarga 1.29 0.67 - 0,02 2.61 0,055
Persepsi kualitas layanan • Dukungan rekan 0.66 0.34 - 0,003 1.33 0,051
N Pengamatan = 200
Log likehood = -397.16
Ada hubungan positif antara sikap dan dukungan petugas kesehatan dan persepsi
penggunaan Pap smear (OR = 3,35; CI 95% = kualitas pelayanan dengan penggunaan pap
1,60 hingga 6,98; p <0,001). Ada hubungan smear dan peningkatan log untuk melakukan
positif antara pendidikan dengan pemeriksaan pap smear, dan hubungannya
penggunaan Pap smear (OR = 9,30; CI 95% = signifikan secara statistik.
4,71-18,36; p <0,001). Ada juga hubungan tidak langsung
antara akses pelayanan kesehatan dengan
Ada hubungan positif antara akses penggunaan pap smear melalui variabel
pelayanan kesehatan dengan penggunaan dukungan tenaga kesehatan dan hubungan
Pap smear (OR = 3,50; CI 95% = tersebut bermakna secara statistik. Ada juga
1,90 hingga 6,44; p <0,001). hubungan tidak langsung antara dukungan
Ada hubungan positif antara dukungan keluarga dan dukungan sebaya dengan
keluarga dengan penggunaan Pap smear (OR penggunaan pap smear melalui variabel
= 7,66; CI 95% = 0,93 hingga 59,88; p <0,001). persepsi kualitas pelayanan kesehatan dan
hubungan tersebut bermakna secara
Ada hubungan positif antara dukungan statistik.
sebaya dan penggunaan Pap smear (OR =
2,05; CI 95% = 1,06 hingga 3,98; p <0,001). PEMBAHASAN
Ada hubungan positif antara dukungan 1. Hubungan Persepsi Kualitas Puskesmas
tenaga kesehatan dengan penggunaan Pap dengan Pemanfaatan Pap Smear
smear (OR = 6,81; CI 95% = 2,36 hingga 19,69;
p <0,001). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
Tabel 3 menunjukkan bahwa ada hubungan hubungan persepsi kualitas puskesmas
langsung antara sikap, pendidikan, dukungan keluarga, dengan pemanfaatan pap smear. Semakin
akses pelayanan kesehatan, baik kualitas kesehatannya
terhadap pelayanan Pap Smear, semakin Pemanfaatan Pap Smear. Penelitian ini
besar kemauan wanita usia subur (WRA) sejalan dengan penelitian Ketut (2011)
untuk melakukan tes Pap Smear. Subjek tentang hubungan pengetahuan dengan
penelitian menyatakan bahwa kualitas sikap WRA pada tes Pap Smear di Puskesmas
pelayanan kesehatan di puskesmas sudah Sukawati II. Hasil penelitian menunjukkan
baik dan layak sehingga WRA merasa puas bahwa sikap berhubungan erat dengan tes
dengan pelayanan yang diberikan. Pelayanan Pap Smear.
tersebut meliputi keahlian tenaga kesehatan, Sakanti (2007) juga menyatakan bahwa
respon / daya tanggap tenaga kesehatan, semua wanita yang melakukan pemeriksaan
jaminan keamanan pelayanan, empati tenaga dini kanker serviks memiliki sikap positif
kesehatan, kebersihan, dan kenyamanan terhadap deteksi dini kanker serviks.
tempat dan peralatan pelayanan.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Berdasarkan hasil penelitian diketahui
Mursyida (2012) yang menyatakan bahwa bahwa sebagian besar wanita usia subur
kualitas pelayanan sangat erat kaitannya takut melakukan tes Pap Smears karena
dengan kepuasan, kepuasan mampu khawatir dengan hasil tes yang dapat
memberikan landasan yang baik bagi mendiagnosis mereka mengidap kanker
perubahan perilaku dan kunjungan ulang ibu, serviks. Ada juga beberapa ibu yang merasa
serta penyebaran rekomendasi. malu karena tes Pap Smear mengharuskan
Dapat disimpulkan bahwa apabila mereka memperlihatkan bagian
kualitas pelayanan kesehatan tidak terjamin kemaluannya kepada orang lain. Ibu
maka akan mempengaruhi persepsi penerima beranggapan pemeriksaan Pap Smear tidak
pelayanan kesehatan dan akan menjadi perlu dilakukan karena ibu tidak memiliki
penghambat bagi ibu untuk melakukan riwayat kanker. Para ibu merasa perlu
pelayanan kesehatan, termasuk tes Pap Smer. melakukan pemeriksaan dini kanker serviks
Penelitian ini sejalan dengan penelitian jika terdapat beberapa gejala kanker serviks
Candraningsih (2011) yang menyatakan bahwa seperti perdarahan dan keputihan.
beberapa kendala dalam pemeriksaan Pap Smear
adalah ibu merasa malu dan takut untuk memeriksakan Subjek penelitian ini sebagian besar
organ reproduksi serviksnya ke tenaga kesehatan, dan adalah ibu-ibu yang bekerja di luar rumah.
kurangnya sumber informasi dan fasilitas atau 16,5% ibu yang tidak melakukan tes Pap
pelayanan kesehatan. untuk tes Pap Smear. Oleh karena smear bekerja sebagai buruh / tani,
itu, fasilitas dan kualitas suatu pelayanan kesehatan pengusaha, pegawai swasta, dan PNS. Para
dinilai sangat penting bagi seorang penyelenggara ibu beranggapan bahwa mereka tidak
pelayanan kesehatan. Apabila kualitas pelayanan
mempunyai waktu luang untuk melakukan
kesehatan baik maka persepsi penerima juga akan baik
pelayanan kesehatan kecuali pelayanan yang
dianggap penting, seperti pemeriksaan
sehingga meningkatkan kemauan WRA untuk
kehamilan atau berobat karena sakit.
melakukan pelayanan kesehatan khususnya tes Pap
Terkait sikap positif terhadap pemanfaatan
Smear.
Pap Smear, 35% ibu adalah ibu rumah tangga,
sehingga ibu memiliki lebih banyak waktu dan
kesempatan untuk berobat ke puskesmas. Hal ini
2. Hubungan antara sikap dan menunjukkan bahwa jenis pekerjaan sangat
pemanfaatan Pap Smear mempengaruhi sikap ibu dalam melakukan tes Pap
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada Smear.
hubungan antara sikap dengan
jarak tempat tinggal ke fasilitas pelayanan di masyarakat itulah yang diduga menjadi
kesehatan, oleh karena itu dapat disimpulkan penyebab para ibu tidak melakukan tes Pap
bahwa akses pelayanan kesehatan berpengaruh Smear meskipun pendidikan dan
penting terhadap terjadinya suatu pelayanan pekerjaannya bagus. Hal tersebut
kesehatan. Jika aksesnya bagus maka akan menunjukkan adanya nilai-nilai budaya yang
mendorong para ibu untuk melakukan pelayanan telah mengubah persepsi dan perilaku ibu
kesehatan khususnya tes Pap Smear. dalam mengambil keputusan. Para ibu
5. Hubungan dukungan keluarga dengan merasa bahwa setiap keputusan yang
pemanfaatan Pap Smear diambil harus berdasarkan keputusan suami.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada Para ibu yang tidak mendapat dukungan dari
hubungan yang signifikan antara dukungan suaminya merasa bahwa suaminya tidak
keluarga dengan pemanfaatan Pap Smear. mengetahui masalah kesehatan perempuan.
Dukungan keluarga terkait pemanfaatan Pap Begitu pula ibu yang memiliki sikap positif
Smear melalui persepsi tentang kualitas tidak akan melakukan tes Pap Smear jika
pelayanan kesehatan. Penelitian ini sejalan tidak mendapat dukungan positif dari
dengan penelitian Purba (2011) yang suaminya. Selama ibu tidak mengeluhkan
menyatakan bahwa faktor penting yang gejala tertentu, maka suami akan
mendorong ibu melakukan tes deteksi dini menganggap ibu sehat.
kanker serviks adalah orang terdekat yaitu Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti
suami dan keluarga. dapat menyimpulkan bahwa jika ibu memiliki
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Kinanti kesadaran dan minat terhadap Pap Smear dari
(2012) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan dirinya sendiri dan mendapat dukungan dari
antara dukungan keluarga dengan pelaksanaan Pap suami / keluarganya (dukungan emosional,
Smear pada pasangan usia subur (RAC) di dukungan nyata dan dukungan informasi /
Perumahan Pustang Gading Semarang tahun 2012. pengetahuan) maka secara signifikan dapat
meningkatkan keinginan ibu untuk melakukan
Keluarga merupakan faktor penguat yang tes pap smear.
dapat mempengaruhi perilaku WRA. Mobilitas 6. Hubungan dukungan sebaya dengan
suami yang lebih baik juga membantu mereka pemanfaatan Pap Smear
mendapatkan informasi tentang kanker serviks Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
dan Pap Smear dari lingkungan kerja mereka. hubungan positif tidak langsung antara KDS
Dukungan yang diberikan oleh keluarga atau dengan pemanfaatan Pap Smear. Penelitian
suami ini ditanggapi positif jika para ibu ini sejalan dengan penelitian Sri Wahyuni
mengajak berdiskusi tentang masalah (2013) yang menyatakan bahwa peer group
kesehatan perempuan, dua di antaranya adalah support berkaitan dengan perilaku deteksi
kanker serviks dan pap smear. Keluarga yang dini kanker serviks.
merespon dengan baik akan diikuti dengan
pemberian dukungan dana untuk biaya tes Pap Dari kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini
Smear, dan suami / keluarga menyatakan tidak terlihat bahwa sebagian besar beranggapan bahwa WRA
keberatan jika ibu diminta untuk dibawa ke tes sering melakukan asosiasi dengan teman sebaya, dan
Pap Smear. Sebagian besar suami yang suportif dalam forum WRA banyak bertukar pikiran satu sama lain.
akan berinisiatif memotivasi para ibu untuk WRA mengaku mendapat banyak informasi dan
melakukan tes Pap Smear. rekomendasi tentang kesehatan dari teman-temannya, dan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui sebagian besar WRA mendapatkannya
bahwa terdapat budaya patriarki
didampingi oleh teman-temannya untuk tes kanker. Hasil penelitian ini sejalan dengan
berkonsultasi dengan tenaga kesehatan Rohmawati (2010) yang menyatakan bahwa
guna mendapatkan informasi seputar Pap dalam suatu populasi, dukungan tenaga
Smear. Ajakan teman sebaya cukup kesehatan terkait dengan perilaku ibu dalam
mempengaruhi keputusan ibu untuk tes Pap Smear. Romadani (2014) juga
melakukan tes, apalagi jika yang diundang menyatakan bahwa kurangnya dukungan
adalah teman dekat, karena biasanya ibu dari tenaga kesehatan menjadi salah satu
percaya dengan cerita teman sebaya. faktor penyebab keterlambatan deteksi dini
Penelitian ini sejalan dengan penelitian kanker serviks.
Parapat (2016) yang menyatakan bahwa banyak ibu Menurut Bascommetro (2009), ketika
yang akhirnya memutuskan untuk mengerjakan tes seseorang dianggap penting bagi ibu, maka
setelah diberitahu oleh teman-temannya yang ibu cenderung setuju dan melakukan apa
mengajaknya untuk melakukan tes, oleh karena itu yang dikatakan atau dilakukan oleh orang
ibu-ibu tersebut justru melakukan tes Pap Smear. tersebut. Orang-orang penting inilah yang
Berdasarkan hasil penelitian dapat sering disebut sebagai kelompok rujukan
disimpulkan bahwa peer group dapat antara lain; guru, ulama, kepala adat (suku),
memberikan dukungan dan motivasi untuk lurah, dan sejenisnya. Tenaga kesehatan
merubah persepsi tentang pap smear, merupakan sumber informasi kesehatan
kualitas pelayanan kesehatan, dan kanker dalam hal ini adalah tes Pap Smear.
serviks, sehingga dapat memberikan
dukungan kepada ibu untuk melakukan Penelitian ini sejalan dengan penelitian Sakanti
pemeriksaan lebih dini. deteksi kanker (2007) yang menyatakan bahwa wanita yang disarankan
serviks. Dukungan dapat berupa dukungan oleh tenaga kesehatan untuk melakukan pemeriksaan
emosional berupa ekspresi perhatian, kesehatan cenderung memiliki keinginan yang kuat
dukungan instrumental
dukung, dan
termasuk materi
informasional untuk melakukan pemeriksaan tersebut.
dukung. Untuk meningkatkan cakupan pelayanan Pap
7. Hubungan antar tenaga kesehatan Smear juga dapat dilakukan dengan cara mengajak
dan Pap Mengolesi para ibu untuk melakukan tes Pap Smear. Karena
pemanfaatan berdasarkan pengalaman, mayoritas WRA bersedia
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada
melakukan tes Pap Smear jika diundang oleh
ada hubungan antara tenaga kesehatan
petugas atau kader kesehatan.
dengan pemanfaatan Pap Smear. Proporsi WRA
yang mendapat dukungan baik dari tenaga
kesehatan (62,5%) lebih besar untuk melakukan
REFERENSI
Pap Smear dibandingkan dengan WRA yang
Ali M, Asrori M (2014). Metodologi dan
kurang mendapat dukungan dari tenaga
Aplikasi Riset Pendidikan. Jakarta:
kesehatan (27,5%).
Bumi Aksara.
Berdasarkan hasil penelitian di atas
Arum SP (2015). Hentikan Kanker Serviks. Yog-
terlihat dari dukungan tenaga kesehatan
yakarta: Notebook.
terhadap sudut pandang subjek penelitian
Bascommetro (2009). Konsep Perilaku
yang cukup baik, karena peran aktif tenaga
Kesehatan. http: //www.bascommet-
kesehatan dalam memberikan penyuluhan
ro.com/2009/05/konsep-perilaku-
kesehatan tentang tes pap smear, dan hal
kesehatan.html. Diakses 08 Januari
tersebut. membantu subjek penelitian untuk
2018 jam 19.40WIB.
mengetahui pentingnya deteksi dini serviks