Anda di halaman 1dari 12

Wardhani et al.

/ Analisis jalur pada Determinan Pemanfaatan Pap Smear

Analisis Jalur Penentu Penggunaan Pap Smear untuk Deteksi Dini


Kanker Serviks pada Wanita Usia Reproduksi
Gesit KusumaWardhani 1), Ambar Mudigdo 2), Isna Qadrijati 3)

1) Program Magister Kesehatan Masyarakat, Universitas Sebelas Maret


2) Departemen Onkologi, RSUD Dr. Moewardi Surakarta
3) Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

ABSTRAK

Latar Belakang: Kanker serviks adalah kanker ganas paling umum keempat di antara wanita setelah kanker
payudara, kolorektal, dan paru-paru. Pap smear telah diakui sebagai strategi yang efektif untuk mengurangi
kejadian dan angka kematian dari kanker serviks. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan
pemanfaatan pap smear untuk deteksi dini kanker serviks pada wanita usia subur dengan menggunakan
model analisis jalur.
Subjek dan Metode: Jenis penelitian observasional analitik dengan desain case control. Penelitian dilakukan
di Kecamatan Cilongok dan Ajibarang, Banyumas, Jawa Tengah, dari tanggal 3 Januari hingga 3 Februari
2018. Total sampel sebanyak 200 wanita usia subur dipilih untuk penelitian ini dengan cara pengambilan
sampel penyakit tetap. Variabel terikat adalah pemanfaatan Pap smear. Variabel bebas adalah tingkat
pendidikan, sikap, persepsi tentang mutu pelayanan kesehatan, akses ke puskesmas, dukungan keluarga,
dukungan sebaya, dan dukungan tenaga kesehatan. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner dan
dianalisis dengan analisis jalur.
Hasil: Pemanfaatan pap smear berhubungan positif dan langsung dengan pendidikan (b = 2.63; CI 95% = 1.77 sampai
3.48 p <0.001), persepsi tentang kualitas pelayanan kesehatan (b = 1.04; CI 95% = 0.22 sampai 1.86; p = 0.012) , sikap (b =
1,48; CI 95% = 0,51 hingga 2,44 p = 0,003), akses ke puskesmas (b = 1,02; CI 95% = 0,20 hingga 1,84 p = 0,015), dukungan
keluarga (b = 1,29; CI 95% = -0,22 hingga 2,61; p = 0,029), dan dukungan tenaga kesehatan (b = 2,02; CI 95% = 0,60
hingga 3,45 p = 0,005). Pemanfaatan pap smear secara tidak langsung berhubungan dengan dukungan teman sebaya
melalui persepsi kualitas pelayanan kesehatan (b = 0,66; 95% = -0,01 sampai
1,33 p = 0,031).
Kesimpulan: Pendidikan, persepsi tentang kualitas pelayanan kesehatan, sikap, akses ke puskesmas, dukungan
keluarga, dan dukungan tenaga kesehatan berhubungan langsung dengan pemanfaatan pap smear.

Kata kunci: Pap smear, kanker serviks, analisis jalur, pendidikan, sikap, persepsi, dukungan keluarga, dukungan
teman sebaya, dukungan tenaga kesehatan

Korespondensi:
Gesit Kusuma Wardhani. Program Magister Kesehatan Masyarakat, Universitas Sebelas Maret. Jl. Ir.
Sutami No. 36 A, 57126, Surakarta, Jawa Tengah. Email: gesitkusuma92@gmail.com.

LATAR BELAKANG Di Indonesia diperkirakan setiap hari


Kanker serviks hingga saat ini masih menjadi terjadi 40-45 kasus baru, 20-25 orang
masalah kesehatan perempuan di Indonesia meninggal, artinya setiap 1 jam diperkirakan
terkait dengan kejadian dan angka kematian seorang wanita meninggal karena kanker
akibatnya yang sangat tinggi. Penyakit ini serviks. Hal ini dikarenakan sepertiga kasus
adalah jenis kanker ganas keempat yang paling kanker termasuk kanker serviks datang ke
umum, setelah kanker payudara, kolorektal, perawatan kesehatan pada stadium lanjut
dan paru-paru. Di negara berkembang kanker dimana sel kanker telah menyebar ke organ
serviks menempati urutan pertama (Rasjidi, lain (Septadina, 2015).
2009). Mempertimbangkan berat badan yang disebabkan oleh

kanker serviks dalam hal harapan hidup,

e-ISSN: 2549-1172 359


Jurnal Promosi Kesehatan dan Perilaku (2017), 2 (4): 359-370
https://doi.org/10.26911/thejhpb.2017.02.04.08

Lamanya penderitaan, dan mahalnya biaya prasarana atau sarana kesehatan masyarakat
pengobatan, sebaiknya masyarakat lebih seperti puskesmas, rumah sakit, posyandu,
memperhatikan penyakitnya dan polindes, dan sebagainya); dan faktor
meningkatkan upaya pencegahan yang dapat penguat (faktor yang memperkuat terjadinya
dilakukan (Bustan, 2007). Menurut Rasjidi perilaku seperti dukungan suami atau
(2009), jika penyakit tidak segera terdeteksi keluarga, tokoh masyarakat, teman sebaya,
dan diobati maka penderita kanker tokoh agama, petugas kesehatan, peraturan
serviks-tanpa metastasis ke kelenjar getah perundang-undangan dan sebagainya).
bening hanya akan memiliki Survival Rate 5 Berdasarkan hasil studi pendahuluan
Tahun (5-YSR) atau bertahan selama 5 tahun. melalui wawancara terhadap 10 wanita yang
Salah satu penyebab berkembangnya berpasangan pada Mei 2017 di Kecamatan
kanker serviks disebabkan oleh masih Cilongok, Kabupaten Banyumas, hanya 10%
rendahnya cakupan deteksi dini kanker serviks, wanita yang pernah melakukan pap smear karena
seperti pap smear. Berdasarkan estimasi data mendapat dukungan penuh dari suaminya,
WHO tahun 2008, hanya 5% wanita di negara sedangkan yang lain belum pernah melakukan
berkembang termasuk Indonesia yang pemeriksaan pap smear dengan tidak ada alasan
mendapat layanan, sedangkan cakupan untuk mengetahui dan tidak pernah mendapat
skrining yang efektif diperlukan untuk informasi tentang kanker serviks dan papsmear.
menurunkan morbiditas dan mortalitas akibat Sekitar 20% diantaranya karena keterbatasan
kanker serviks sebesar 85% (Linadi, 2013). biaya karena tidak memiliki kartu BPJS dan
Menurut Arum (2015), pap smear dapat kesulitan akses pemeriksaan Pap smear.
mendeteksi kanker serviks dengan Berbagai upaya telah dilakukan oleh
menemukan proses praligna dan maligna Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas
pada ektoserviks dan infeksi pada untuk menanggulangi kejadian kanker
endoserviks dengan spesifisitas 90% -95% serviks, salah satunya melalui pemeriksaan
dan akurasi 90%. Inilah salah satu pap smear gratis bekerjasama dengan BPJS
keunggulan tes Pap smear dibandingkan Kesehatan dan beberapa puskesmas di
Pemeriksaan Visual dengan Asam Asetat (IVA) Kabupaten Banyumas, namun ternyata
dengan spesifisitas 64% 98% dan nilai upaya tersebut telah dilakukan. belum efektif
prediksi positif 10% 20% dan akurasi 85%. belum meningkatkan peran aktif perempuan
Menurut Rokhmawati (2011) perilaku usia subur di Kabupaten Banyumas dalam
masih menjadi penghambat Wanita Usia melakukan upaya pencegahan deteksi dini
Subur untuk melakukan deteksi dini kanker kanker serviks dengan metode pap smear.
serviks. Proses pembentukan atau Tujuan penelitian ini adalah menganalisis
perubahan perilaku dapat dipengaruhi oleh determinan deteksi dini kanker serviks
berbagai faktor baik dari dalam maupun luar dengan metode Pap smear pada wanita usia
individu. subur di Kabupaten Banyumas ”.
Berdasarkan Lawrence Green (1980),
perilaku ditentukan oleh tiga faktor utama SUBJEK DAN METODE
yaitu; predisposisi faktor 1. Desain Studi
(faktor-faktor yang memfasilitasi terjadinya Jenis penelitian observasional analitik dengan
perilaku seperti pengetahuan, sikap, persepsi, desain case control. Penelitian dilakukan di
tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi); Kecamatan Ajibarang dan Cilongok,
Faktor-faktor yang memungkinkan (akses ke Kabupaten Banyumas, pada 3 Januari hingga
layanan kesehatan, ketersediaan fasilitas dan 3 Februari 2018.

360 e-ISSN: 2549-1172


Wardhani et al./ Analisis jalur pada Determinan Pemanfaatan Pap Smear

2. Populasi dan Sampel daftar pertanyaan. Skala pengukurannya


Populasi target penelitian adalah wanita usia kontinu, tetapi untuk keperluan analisis data
subur. Sedangkan populasi sumber dalam diubah menjadi dikotomis, diberi kode 0
penelitian ini adalah Wanita Usia Subur (WUS) untuk akses buruk dan 1 untuk akses baik.
di Kecamatan Ajibarang dan Cilongok.
Sampel sebanyak 200 subjek penelitian Dukungan keluarga diartikan sebagai
dipilih dengan cara pengambilan sampel segala sikap dan perilaku keluarga dalam
penyakit tetap. memberikan dorongan dan perhatian kepada
3. Variabel Penelitian subjek baik emosional, dukungan fisik,
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah maupun informasi untuk melakukan
persepsi kualitas pelayanan, sikap, pendidikan, pemeriksaan pap smear. Pengumpulan data
akses pelayanan kesehatan, dukungan dilakukan dengan kuesioner. Skala
keluarga, dukungan sebaya, dukungan petugas pengukurannya kontinu, tetapi untuk tujuan
kesehatan, sedangkan variabel terikat adalah analisis data, diubah menjadi dikotomis,
penggunaan pap smear. diberi kode 0 untuk dukungan lemah dan 1
4. Definisi operasional variabel untuk dukungan kuat.
Persepsi kualitas pelayanan diartikan sebagai Dukungan teman sebaya diartikan sebagai
tanggapan atau pendapat subjek terhadap dorongan, informasi, dan sifat terbuka dan positif
kualitas pelayanan yang diberikan oleh yang diberikan oleh teman sebaya baik secara
tenaga kesehatan. Pengumpulan data emosional, nyata, maupun informasi sehingga
dilakukan dengan kuesioner SERVQUAL (15 subjek bersedia untuk melakukan pemeriksaan Pap
pertanyaan). Skala pengukurannya kontinyu, smear. Pengumpulan data dilakukan dengan
tetapi untuk keperluan analisis data kuesioner. Skala pengukurannya kontinu, tetapi
ditransformasikan menjadi dikotomis, diberi untuk tujuan analisis data, diubah menjadi
kode 0 untuk buruk dan 1 baik. dikotomis, diberi kode 0 untuk dukungan lemah dan
Sikap diartikan sebagai respon atau 1 untuk dukungan kuat.
respon tertutup subjek terhadap
pemeriksaan deteksi dini kanker serviks Dukungan tenaga kesehatan diartikan
metode Pap smear. Pengumpulan data sebagai dorongan, informasi, dan sikap
dilakukan dengan kuesioner (10 pertanyaan). positif yang diberikan oleh tenaga kesehatan,
Skala pengukurannya kontinu, tetapi untuk baik secara emosional, fisik, maupun
keperluan analisis data ditransformasikan dukungan informasi agar subjek bersedia
menjadi dikotomis, berkode 0 untuk negatif melakukan pemeriksaan pap smear. Skala
dan 1 positif. pengukurannya kontinu, tetapi untuk tujuan
Pendidikan didefinisikan sebagai analisis data, diubah menjadi dikotomis,
jenjang pendidikan formal tertinggi yang diberi kode 0 untuk dukungan lemah dan 1
pernah ditempuh. Pengumpulan data untuk dukungan kuat.
dilakukan dengan kuesioner. Skala Penggunaan tes Pap smear diartikan sebagai
pengukuran dikategorikan, kode 0 untuk salah satu bentuk tindakan yang dilakukan oleh WUS
<SMA dan 1 untuk ≥ SMA. berupa deteksi dini kanker serviks dengan metode Pap
Yang dimaksud dengan akses pelayanan smear dalam kurun waktu 1 tahun terakhir. Alat ukur
kesehatan adalah akses atau jarak yang ditempuh yang digunakan adalah buku register Pap smear. Skala
Wanita Subur dari rumah ke pelayanan kesehatan untuk pengukurannya kategoris, berkode 0 karena belum
melakukan pemeriksaan pap smear. Pengumpulan data pernah dilakukan pemeriksaan pap smear dan
dilakukan oleh

e-ISSN: 2549-1172 361


Jurnal Promosi Kesehatan dan Perilaku (2017), 2 (4): 359-370
https://doi.org/10.26911/thejhpb.2017.02.04.08

1 orang pernah melakukan pemeriksaan pap smear dalam 1 dilakukan dengan menghitung korelasi item
tahun terakhir. total dan alpha Cronbach.
5. Pengumpulan Data 6. Analisis Data
Variabel persepsi kualitas pelayanan, sikap, Karakteristik sampel data persepsi tentang
dukungan keluarga, dukungan sebaya, kualitas pelayanan, sikap, pendidikan, akses
dukungan tenaga kesehatan diukur dengan pelayanan kesehatan, dukungan keluarga,
kuesioner. Sedangkan variabel pendidikan, dukungan sebaya, dukungan tenaga
akses pelayanan kesehatan dan penggunaan kesehatan dijelaskan dalam n dan%.
tes pap smear diukur dengan checklist. Analisis bivariat dilakukan dengan uji
Chisquare.
Itu penelitian instrumen itu Analisis data menggunakan analisis jalur,
kuesioner dan rekam medis. Uji validitas dengan langkah-langkah sebagai berikut:
dalam penelitian ini dilakukan pada 20 wanita Sebuah. Perkiraan
usia subur di Kabupaten Cilongok. Validitas b. Spesifikasi model
wajah telah dikonsultasikan ke prof. Ambar c. Model fit
Mudigdo, dr., Sp. PA (K) dan Dr. Eti Poncorini d. Spesifikasi ulang model
Pamungkasari, dr., M.Pd. 7. Etika Penelitian
Etika penelitian meliputi persetujuan
Uji reliabilitas dalam penelitian ini penelitian, anonimitas, dan kerahasiaan.
dilakukan pada 20 wanita usia subur di
Kabupaten Cilongok. Uji reliabilitas HASIL
1. Analisis univariat
Tabel 1. Karakteristik sampel
Variabel n %
Persepsi kualitas layanan
Persepsi yang Baik 107 53.5
Persepsi buruk 93 46.5
Sikap
Sikap positif 61 30.5
Perilaku negatif 139 69.5
Pendidikan Wanita Usia Subur
Tinggi 136 68
Rendah 64 32
Akses ke Layanan Kesehatan
Akses bagus 108 54
Akses yang buruk 92 46
Dukungan keluarga
Dukungan yang bagus 14 7
Dukungan yang buruk 186 93
Dukungan rekan
Dukungan yang bagus 152 76
Dukungan yang buruk 48 24
Dukungan tenaga kesehatan
Dukungan yang bagus 180 90
Dukungan yang buruk 20 10

362 e-ISSN: 2549-1172


Wardhani et al./ Analisis jalur pada Determinan Pemanfaatan Pap Smear

Tabel 2. Analisis chi-square persepsi kualitas pelayanan, sikap, pendidikan, akses pelayanan
kesehatan, dukungan keluarga, dukungan sebaya, dukungan petugas kesehatan dengan
penggunaan tes pap smear
Pakai pap smear 95% CI
Variabel Kategori Tidak Iya ATAU Menurunkan Atas p
n % n % Membatasi Membatasi

Persepsi dari Miskin 45 48,4% 48 51,6% 3.07 1.67 5.63 <0,001


kualitas layanan persepsi
Baik 25 23,4% 82 76,6%
persepsi
Sikap Negatif 59 42,4% 80 57,6% 3.35 1.60 6.98 <0,001
Positif 11 18% 50 82%
pendidikan Rendah 44 68,7% 20 31,3% 9.30 4.71 18.36 <0,001
Tinggi 26 19,1% 110 80,9%
Mengakses Miskin 46 50% 46 50% 3.50 1.90 6.44 <0,001
Baik 24 22,2% 84 77,8%
Keluarga Miskin 69 37,1% 117 62,9% 7.66 0.98 59.88 0,023
dukung Baik 1 7,1% 13 92,9%
Dukungan rekan Miskin 23 47,9% 25 52,1% 2.05 1.06 3.98 0,031
Baik 47 30,9% 105 69,1%
Kesehatan Miskin 15 75% 5 25% 6.81 2.36 19.69 <0,001
personil Baik 55 30,6% 125 69,4%
dukung

Tabel 2 menyajikan analisis bivariat persepsi dulu Sebuahpositif korelasi antara


kualitas pelayanan, sikap, pendidikan, akses pelayanan persepsi kualitas pelayanan kesehatan dan penggunaan pap

kesehatan, dukungan keluarga, dukungan sebaya, smear (OR = 3,07; CI 95% = 1,67 untuk

dukungan petugas kesehatan dengan penggunaan Pap 5.63; p <0,001).


smear. Sana

Gambar 1. Model spesifikasi analisis jalur

e-ISSN: 2549-1172 363


Jurnal Promosi Kesehatan dan Perilaku (2017), 2 (4): 359-370
https://doi.org/10.26911/thejhpb.2017.02.04.08

Tabel 3. Hasil jalur Sebuah determinan analisis penggunaan pap smear


CI 95%
Independen
Variabel tak bebas b SE Atas Bawah p
Variabel
Membatasi Membatasi

Efek langsung
Pakai pap smear • Sikap 1.48 0.49 0,51 2.44 0,003
Pakai pap smear • pendidikan 2.63 0.43 1.77 3.48 <0,001
Pakai pap smear • Dukungan keluarga 2.64 1.21 0.26 5.02 0,029
Pakai pap smear • Akses kesehatan 1.02 0.41 0.20 1.84 0,015
layanan
Pakai pap smear • Tenaga kesehatan 2.02 0.72 0.60 3.45 0,005
dukung
Pakai pap smear • Persepsi 1.04 0.41 0.22 1.86 0,012
kualitas layanan
Efek Tidak Langsung
Dukungan tenaga kesehatan • Akses kesehatan 1.69 0,57 0,56 2.83 0,003
layanan
Persepsi kualitas layanan • Dukungan keluarga 1.29 0.67 - 0,02 2.61 0,055

Persepsi kualitas layanan • Dukungan rekan 0.66 0.34 - 0,003 1.33 0,051

N Pengamatan = 200
Log likehood = -397.16

Ada hubungan positif antara sikap dan dukungan petugas kesehatan dan persepsi
penggunaan Pap smear (OR = 3,35; CI 95% = kualitas pelayanan dengan penggunaan pap
1,60 hingga 6,98; p <0,001). Ada hubungan smear dan peningkatan log untuk melakukan
positif antara pendidikan dengan pemeriksaan pap smear, dan hubungannya
penggunaan Pap smear (OR = 9,30; CI 95% = signifikan secara statistik.
4,71-18,36; p <0,001). Ada juga hubungan tidak langsung
antara akses pelayanan kesehatan dengan
Ada hubungan positif antara akses penggunaan pap smear melalui variabel
pelayanan kesehatan dengan penggunaan dukungan tenaga kesehatan dan hubungan
Pap smear (OR = 3,50; CI 95% = tersebut bermakna secara statistik. Ada juga
1,90 hingga 6,44; p <0,001). hubungan tidak langsung antara dukungan
Ada hubungan positif antara dukungan keluarga dan dukungan sebaya dengan
keluarga dengan penggunaan Pap smear (OR penggunaan pap smear melalui variabel
= 7,66; CI 95% = 0,93 hingga 59,88; p <0,001). persepsi kualitas pelayanan kesehatan dan
hubungan tersebut bermakna secara
Ada hubungan positif antara dukungan statistik.
sebaya dan penggunaan Pap smear (OR =
2,05; CI 95% = 1,06 hingga 3,98; p <0,001). PEMBAHASAN
Ada hubungan positif antara dukungan 1. Hubungan Persepsi Kualitas Puskesmas
tenaga kesehatan dengan penggunaan Pap dengan Pemanfaatan Pap Smear
smear (OR = 6,81; CI 95% = 2,36 hingga 19,69;
p <0,001). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
Tabel 3 menunjukkan bahwa ada hubungan hubungan persepsi kualitas puskesmas
langsung antara sikap, pendidikan, dukungan keluarga, dengan pemanfaatan pap smear. Semakin
akses pelayanan kesehatan, baik kualitas kesehatannya

364 e-ISSN: 2549-1172


Wardhani et al./ Analisis jalur pada Determinan Pemanfaatan Pap Smear

terhadap pelayanan Pap Smear, semakin Pemanfaatan Pap Smear. Penelitian ini
besar kemauan wanita usia subur (WRA) sejalan dengan penelitian Ketut (2011)
untuk melakukan tes Pap Smear. Subjek tentang hubungan pengetahuan dengan
penelitian menyatakan bahwa kualitas sikap WRA pada tes Pap Smear di Puskesmas
pelayanan kesehatan di puskesmas sudah Sukawati II. Hasil penelitian menunjukkan
baik dan layak sehingga WRA merasa puas bahwa sikap berhubungan erat dengan tes
dengan pelayanan yang diberikan. Pelayanan Pap Smear.
tersebut meliputi keahlian tenaga kesehatan, Sakanti (2007) juga menyatakan bahwa
respon / daya tanggap tenaga kesehatan, semua wanita yang melakukan pemeriksaan
jaminan keamanan pelayanan, empati tenaga dini kanker serviks memiliki sikap positif
kesehatan, kebersihan, dan kenyamanan terhadap deteksi dini kanker serviks.
tempat dan peralatan pelayanan.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Berdasarkan hasil penelitian diketahui
Mursyida (2012) yang menyatakan bahwa bahwa sebagian besar wanita usia subur
kualitas pelayanan sangat erat kaitannya takut melakukan tes Pap Smears karena
dengan kepuasan, kepuasan mampu khawatir dengan hasil tes yang dapat
memberikan landasan yang baik bagi mendiagnosis mereka mengidap kanker
perubahan perilaku dan kunjungan ulang ibu, serviks. Ada juga beberapa ibu yang merasa
serta penyebaran rekomendasi. malu karena tes Pap Smear mengharuskan
Dapat disimpulkan bahwa apabila mereka memperlihatkan bagian
kualitas pelayanan kesehatan tidak terjamin kemaluannya kepada orang lain. Ibu
maka akan mempengaruhi persepsi penerima beranggapan pemeriksaan Pap Smear tidak
pelayanan kesehatan dan akan menjadi perlu dilakukan karena ibu tidak memiliki
penghambat bagi ibu untuk melakukan riwayat kanker. Para ibu merasa perlu
pelayanan kesehatan, termasuk tes Pap Smer. melakukan pemeriksaan dini kanker serviks
Penelitian ini sejalan dengan penelitian jika terdapat beberapa gejala kanker serviks
Candraningsih (2011) yang menyatakan bahwa seperti perdarahan dan keputihan.
beberapa kendala dalam pemeriksaan Pap Smear
adalah ibu merasa malu dan takut untuk memeriksakan Subjek penelitian ini sebagian besar
organ reproduksi serviksnya ke tenaga kesehatan, dan adalah ibu-ibu yang bekerja di luar rumah.
kurangnya sumber informasi dan fasilitas atau 16,5% ibu yang tidak melakukan tes Pap
pelayanan kesehatan. untuk tes Pap Smear. Oleh karena smear bekerja sebagai buruh / tani,
itu, fasilitas dan kualitas suatu pelayanan kesehatan pengusaha, pegawai swasta, dan PNS. Para
dinilai sangat penting bagi seorang penyelenggara ibu beranggapan bahwa mereka tidak
pelayanan kesehatan. Apabila kualitas pelayanan
mempunyai waktu luang untuk melakukan
kesehatan baik maka persepsi penerima juga akan baik
pelayanan kesehatan kecuali pelayanan yang
dianggap penting, seperti pemeriksaan
sehingga meningkatkan kemauan WRA untuk
kehamilan atau berobat karena sakit.
melakukan pelayanan kesehatan khususnya tes Pap
Terkait sikap positif terhadap pemanfaatan
Smear.
Pap Smear, 35% ibu adalah ibu rumah tangga,
sehingga ibu memiliki lebih banyak waktu dan
kesempatan untuk berobat ke puskesmas. Hal ini
2. Hubungan antara sikap dan menunjukkan bahwa jenis pekerjaan sangat
pemanfaatan Pap Smear mempengaruhi sikap ibu dalam melakukan tes Pap
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada Smear.
hubungan antara sikap dengan

e-ISSN: 2549-1172 365


Jurnal Promosi Kesehatan dan Perilaku (2017), 2 (4): 359-370
https://doi.org/10.26911/thejhpb.2017.02.04.08

Berdasarkan uraian diatas maka Berdasarkan observasi peneliti, jarak


peneliti disarankan bahwa milik seseorang fasilitas pelayanan kesehatan tes pap smear
sikap akan mempengaruhi tindakan yang akan di Cilongok dan Ajibarang sudah terjangkau
dilakukan. Sikap akan memberi orang itu dasar oleh masyarakat. Jarak tempuh tidak terlalu
untuk berperilaku dengan cara tertentu yang jauh yaitu 3-5 km, jalan raya tidak rusak, dan
dia pilih. Ibu yang memiliki sikap negatif banyak tersedia angkutan umum. Kondisi ini
cenderung berperilaku negatif, begitu pula sangat mendukung WRA dalam melakukan
sebaliknya. tes Pap Smear.
3. Hubungan Pendidikan dengan
Pemanfaatan Pap Smear Faktor lainnya adalah dukungan tenaga
Menurut Dewi (2010) pendidikan dapat mempengaruhi kesehatan, WRA dengan akses yang baik dan yang
tingkah laku seseorang untuk membentuk gaya hidup, semula bermaksud untuk melakukan pelayanan
terutama dalam memotivasi sikap untuk berpartisipasi kesehatan lainnya dididik dan persuasif oleh tenaga
dan juga dalam pembangunan kesehatan. Umumnya, kesehatan, oleh karena itu WRA tertarik untuk
semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah melakukan tes Pap Smear. Hal ini sering terjadi di dunia
menerima informasi. Hasil penelitian menunjukkan nyata sehingga dapat meningkatkan cakupan tes Pap
bahwa ada hubungan yang signifikan antara pendidikan Smear.
dengan pemanfaatan Pap Smear. Hasil penelitian ini Jarak fasilitas kesehatan yang memberikan
sesuai dengan Green (1980) yang menyatakan bahwa pelayanan tes pap smear yang terjangkau bagi
pendidikan sangat berpengaruh terhadap perilaku WRA akan meningkatkan pemanfaatan tes pap
kesehatan. Hal ini sejalan dengan Handoko (2011) yang smear, karena jarak tersebut membatasi
menyatakan bahwa perilaku manusia ditentukan oleh kemampuan dan kemauan perempuan untuk
kemampuan berpikirnya. Semakin tinggi jenjang mencari layanan, terutama jika ketersediaan
pendidikannya dan secara sadar juga melakukan sarana transportasi. dulu sulit
terbatas,
tindakan untuk memenuhi keinginan dan komunikasi, dan jika tidak ada tempat untuk
kebutuhannya. layanan di area itu.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian
Susanti (2012) yang menyatakan bahwa
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara
bahwa masyarakat yang berpendidikan tinggi akan ketersediaan pelayanan kesehatan dengan
memiliki pengetahuan yang lebih luas dibandingkan uji perilaku deteksi dini kanker serviks.
dengan masyarakat yang berpendidikan rendah, sehingga Penelitian ini sejalan dengan penelitian
memiliki sikap yang lebih baik terhadap pentingnya deteksi Rohmawati (2011) yang menyatakan bahwa
dini kanker serviks, dalam hal ini metode Pap Smear. terdapat hubungan yang signifikan antara
jarak terjangkau pelayanan deteksi dini
4. Hubungan antara akses pelayanan kanker serviks (puskesmas) dengan perilaku
kesehatan dengan pemanfaatan Pap deteksi dini kanker serviks.
Smear
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada Green (1980) menyatakan bahwa jarak dan
hubungan langsung antara akses pelayanan ketersediaan transportasi merupakan faktor
kesehatan dengan pemanfaatan Pap Smear. pendukung motivasi berprestasi. Riset Kesehatan
Ada juga hubungan tidak langsung melalui Dasar (2010) melaporkan bahwa kemudahan akses
hubungan positif antara akses dan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan terkait
pemanfaatan Pap Smear melalui tenaga dengan beberapa determinan, salah satunya adalah
kesehatan. faktor

366 e-ISSN: 2549-1172


Wardhani et al./ Analisis jalur pada Determinan Pemanfaatan Pap Smear

jarak tempat tinggal ke fasilitas pelayanan di masyarakat itulah yang diduga menjadi
kesehatan, oleh karena itu dapat disimpulkan penyebab para ibu tidak melakukan tes Pap
bahwa akses pelayanan kesehatan berpengaruh Smear meskipun pendidikan dan
penting terhadap terjadinya suatu pelayanan pekerjaannya bagus. Hal tersebut
kesehatan. Jika aksesnya bagus maka akan menunjukkan adanya nilai-nilai budaya yang
mendorong para ibu untuk melakukan pelayanan telah mengubah persepsi dan perilaku ibu
kesehatan khususnya tes Pap Smear. dalam mengambil keputusan. Para ibu
5. Hubungan dukungan keluarga dengan merasa bahwa setiap keputusan yang
pemanfaatan Pap Smear diambil harus berdasarkan keputusan suami.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada Para ibu yang tidak mendapat dukungan dari
hubungan yang signifikan antara dukungan suaminya merasa bahwa suaminya tidak
keluarga dengan pemanfaatan Pap Smear. mengetahui masalah kesehatan perempuan.
Dukungan keluarga terkait pemanfaatan Pap Begitu pula ibu yang memiliki sikap positif
Smear melalui persepsi tentang kualitas tidak akan melakukan tes Pap Smear jika
pelayanan kesehatan. Penelitian ini sejalan tidak mendapat dukungan positif dari
dengan penelitian Purba (2011) yang suaminya. Selama ibu tidak mengeluhkan
menyatakan bahwa faktor penting yang gejala tertentu, maka suami akan
mendorong ibu melakukan tes deteksi dini menganggap ibu sehat.
kanker serviks adalah orang terdekat yaitu Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti
suami dan keluarga. dapat menyimpulkan bahwa jika ibu memiliki
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Kinanti kesadaran dan minat terhadap Pap Smear dari
(2012) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan dirinya sendiri dan mendapat dukungan dari
antara dukungan keluarga dengan pelaksanaan Pap suami / keluarganya (dukungan emosional,
Smear pada pasangan usia subur (RAC) di dukungan nyata dan dukungan informasi /
Perumahan Pustang Gading Semarang tahun 2012. pengetahuan) maka secara signifikan dapat
meningkatkan keinginan ibu untuk melakukan
Keluarga merupakan faktor penguat yang tes pap smear.
dapat mempengaruhi perilaku WRA. Mobilitas 6. Hubungan dukungan sebaya dengan
suami yang lebih baik juga membantu mereka pemanfaatan Pap Smear
mendapatkan informasi tentang kanker serviks Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
dan Pap Smear dari lingkungan kerja mereka. hubungan positif tidak langsung antara KDS
Dukungan yang diberikan oleh keluarga atau dengan pemanfaatan Pap Smear. Penelitian
suami ini ditanggapi positif jika para ibu ini sejalan dengan penelitian Sri Wahyuni
mengajak berdiskusi tentang masalah (2013) yang menyatakan bahwa peer group
kesehatan perempuan, dua di antaranya adalah support berkaitan dengan perilaku deteksi
kanker serviks dan pap smear. Keluarga yang dini kanker serviks.
merespon dengan baik akan diikuti dengan
pemberian dukungan dana untuk biaya tes Pap Dari kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini
Smear, dan suami / keluarga menyatakan tidak terlihat bahwa sebagian besar beranggapan bahwa WRA
keberatan jika ibu diminta untuk dibawa ke tes sering melakukan asosiasi dengan teman sebaya, dan
Pap Smear. Sebagian besar suami yang suportif dalam forum WRA banyak bertukar pikiran satu sama lain.
akan berinisiatif memotivasi para ibu untuk WRA mengaku mendapat banyak informasi dan
melakukan tes Pap Smear. rekomendasi tentang kesehatan dari teman-temannya, dan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui sebagian besar WRA mendapatkannya
bahwa terdapat budaya patriarki

e-ISSN: 2549-1172 367


Jurnal Promosi Kesehatan dan Perilaku (2017), 2 (4): 359-370
https://doi.org/10.26911/thejhpb.2017.02.04.08

didampingi oleh teman-temannya untuk tes kanker. Hasil penelitian ini sejalan dengan
berkonsultasi dengan tenaga kesehatan Rohmawati (2010) yang menyatakan bahwa
guna mendapatkan informasi seputar Pap dalam suatu populasi, dukungan tenaga
Smear. Ajakan teman sebaya cukup kesehatan terkait dengan perilaku ibu dalam
mempengaruhi keputusan ibu untuk tes Pap Smear. Romadani (2014) juga
melakukan tes, apalagi jika yang diundang menyatakan bahwa kurangnya dukungan
adalah teman dekat, karena biasanya ibu dari tenaga kesehatan menjadi salah satu
percaya dengan cerita teman sebaya. faktor penyebab keterlambatan deteksi dini
Penelitian ini sejalan dengan penelitian kanker serviks.
Parapat (2016) yang menyatakan bahwa banyak ibu Menurut Bascommetro (2009), ketika
yang akhirnya memutuskan untuk mengerjakan tes seseorang dianggap penting bagi ibu, maka
setelah diberitahu oleh teman-temannya yang ibu cenderung setuju dan melakukan apa
mengajaknya untuk melakukan tes, oleh karena itu yang dikatakan atau dilakukan oleh orang
ibu-ibu tersebut justru melakukan tes Pap Smear. tersebut. Orang-orang penting inilah yang
Berdasarkan hasil penelitian dapat sering disebut sebagai kelompok rujukan
disimpulkan bahwa peer group dapat antara lain; guru, ulama, kepala adat (suku),
memberikan dukungan dan motivasi untuk lurah, dan sejenisnya. Tenaga kesehatan
merubah persepsi tentang pap smear, merupakan sumber informasi kesehatan
kualitas pelayanan kesehatan, dan kanker dalam hal ini adalah tes Pap Smear.
serviks, sehingga dapat memberikan
dukungan kepada ibu untuk melakukan Penelitian ini sejalan dengan penelitian Sakanti
pemeriksaan lebih dini. deteksi kanker (2007) yang menyatakan bahwa wanita yang disarankan
serviks. Dukungan dapat berupa dukungan oleh tenaga kesehatan untuk melakukan pemeriksaan
emosional berupa ekspresi perhatian, kesehatan cenderung memiliki keinginan yang kuat
dukungan instrumental
dukung, dan
termasuk materi
informasional untuk melakukan pemeriksaan tersebut.
dukung. Untuk meningkatkan cakupan pelayanan Pap
7. Hubungan antar tenaga kesehatan Smear juga dapat dilakukan dengan cara mengajak
dan Pap Mengolesi para ibu untuk melakukan tes Pap Smear. Karena
pemanfaatan berdasarkan pengalaman, mayoritas WRA bersedia
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada
melakukan tes Pap Smear jika diundang oleh
ada hubungan antara tenaga kesehatan
petugas atau kader kesehatan.
dengan pemanfaatan Pap Smear. Proporsi WRA
yang mendapat dukungan baik dari tenaga
kesehatan (62,5%) lebih besar untuk melakukan
REFERENSI
Pap Smear dibandingkan dengan WRA yang
Ali M, Asrori M (2014). Metodologi dan
kurang mendapat dukungan dari tenaga
Aplikasi Riset Pendidikan. Jakarta:
kesehatan (27,5%).
Bumi Aksara.
Berdasarkan hasil penelitian di atas
Arum SP (2015). Hentikan Kanker Serviks. Yog-
terlihat dari dukungan tenaga kesehatan
yakarta: Notebook.
terhadap sudut pandang subjek penelitian
Bascommetro (2009). Konsep Perilaku
yang cukup baik, karena peran aktif tenaga
Kesehatan. http: //www.bascommet-
kesehatan dalam memberikan penyuluhan
ro.com/2009/05/konsep-perilaku-
kesehatan tentang tes pap smear, dan hal
kesehatan.html. Diakses 08 Januari
tersebut. membantu subjek penelitian untuk
2018 jam 19.40WIB.
mengetahui pentingnya deteksi dini serviks

368 e-ISSN: 2549-1172


Wardhani et al./ Analisis jalur pada Determinan Pemanfaatan Pap Smear

Bustan (2007). Epidemiologi Penyakit Ti- di Puskesmas Candiroto Kabupaten


dak Menular. Jakarta: Rineka Cipta. Temanggung. Jurnal Kesehatan
Candraningsih (2011). Hubungan Tingkat Masyarakat. Volume 4, Nomor 4.
Pengetahuan WUS Tentang Kanker Purba EM (2011). Faktor-Faktor yang
Serviks dengan Praktek Deteksi Dini Berhubungan dengan Pemeriksaan
Kanker Serviks di BPS Manyaran Pap smear pada Pasangan Usia subur
Semarang. Jurnal Penelitian. (PUS) di Puskesmas Belawan Kota Medan
Depkes RI (2007). Pedoman Penemuan Tahun 2011. Skripsi: FKMUI. Rasjidi I
dan Penatalaksanaan Penyakit Kanker. (2008). Modalitas Deteksi Dini
Jakarta. Kanker Serviks. Jakarta: Sagung Seto.
_____ (2009). Pencegahan Kanker Leher _____ (2009). Deteksi Dini Pencegahan
Rahim dan Kanker Payudara.Jakarta. Kanker pada Wanita. Jakarta: Sagung
Dewi (2010). Teori dan Pengukuran Seto.
Pengetahuan, Sikap dan Perilaku _____ (2009). Epidemiologi Kanker
Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika. Serviks. Jurnal Kanker Indonesia, III,
Handoko BS (2011). Manajemen Pema- 103-108.
saran-Analisis Perilaku. Konsumen. Riskesdas (2010). Laporan Nasional Riset
Yogyakarta: BPFE. Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan
Linadi KE (2013). Dukungan Suami Penelitian dan Pengembangan Dasar.
Mendorong Keikutsertaan Pap Smear Rohmawati I (2011). Faktor - Faktor yang
Pasangan Usia Subur (PUS) di Berhubungan dengan Perilaku Wanita
Perumahan Pucang Gading Se- Usia Subur dalam Deteksi Dini Kanker
marang. Jurnal Kesehatan Reproduksi, Servik dengan Metode IVA (Inspeksi
4, 61-71. Visual Dengan Asam Asetat) Di
Mursyida RF (2012). Kepuasan Ibu Hamil Wilayah Kerja Pusksesmas
Dan Persepsi Kualitas Pelayanan Ngawen I Kabupaten Gunung Kidul
Antenatal Care Di Puskesmas Tanjung Tahun 2011. Skripsi. Jakarta, FKMUI.
Kabupaten Sampang Madura. Media Sakanti A (2007). Faktor-faktor yang
Kesehatan Masyarakat Indonesia, Berhubungan dengan Perilaku
11 (2). Pemeriksaan Pap Smear pada Wanita
Murti B (2013). Desain dan Ukuran Sampel Usia Subur di Puskesmas Kecamatan
Untuk Penelitian Kuantitatif dan Makasar Tahun 2007. Jakarta, FKM UI.
Kualitatif di Bidang Kesehatan.
Yogyakarta: Pers Universitas Gadjah Septadina IS (2015). Upaya Pencegahan
Mada. Kanker Serviks Melalui Peningkatan
Ni Ketut M (2013). Hubungan hubungan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi
pengetahuan dan sikap wanita usia WanitaJurnal Pengabdian Sriwijaya,
dengan tindakan pemeriksaan pap 223.
semar di Puskesmas Sukawati II. Susanti I (2010). Hubungan pertama usia
Universitas udayana denpasar. Tesis. kali hubungan seksual dan jumlah
FKMUniversitas Udayana. pasangan seksual dengan kejadian lesi
Parapat FT (2016). Faktor Faktor yang pra-kanker leher rahim pada wanita
Berhubungan dengan Deteksi Perilaku yang melakukan deteksi dini
Dini Kanker Leher Rahim Metode menggunakan metode inspeksi visual
Inspeksi Visual Asam Asetat asam asetat (IVA) di

e-ISSN: 2549-1172 369


Jurnal Promosi Kesehatan dan Perilaku (2017), 2 (4): 359-370
https://doi.org/10.26911/thejhpb.2017.02.04.08

Puskesmas cikampek, Pedes, dan Kota tahun 2009–2010. Tesis. Jakarta.


Baru Kabupaten Karawang

370 e-ISSN: 2549-1172

Anda mungkin juga menyukai