Anda di halaman 1dari 8

PERAN INSENTIF PERPAJAKAN BAGI PELAKU

UMKM DI MASA PANDEMI COVID-19


Victor Candra, 21118016
Program Studi Akuntansi, Universitas Komputer Indonesia, Indonesia

Email : *victor.21118016@mahasiswa.unikom.ac.id

Abstract. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebijakan insentif


perpajakan bagi UMKM di masa pandemi covid-19. Untuk mendukung
penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan jenis penelitian
studi literatur. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa asil penelitian
menunjukkan bahwa insentif pajak yang diberikan oleh pemerintah secara
konseptual cukup baik, meskipun terdapat sejumlah catatan dari peneliti
mengenai kerugian akibat penurunan penerimaan pajak sebagai implikasi dari
pengurangan dan pembebasan pajak yang diberikan oleh pemerintah Selain itu,
yang terbaik adalah membebaskan pajak penghasilan atas impor yang perlu
ditinjau kembali, terutama mengenai kualifikasi barang yang dapat diberi
insentif. Pemerintah juga perlu melakukan pengawasan secara menyeluruh
untuk meminimalisir penyimpangan yang merugikan banyak pihak. Dari hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa,

Kata Kunci : Insentif Perpajakan, UMKM, Pandemi Covid-19

1. Pendahuluan
Wabah pandemi covid-19 yang melanda dunia pada akhir tahun 2019 hingga saat ini
yakni tahun 2021 telah memberikan dampak secara masif dan signifikan terhadap
perekonomian dunia termasuk di Indonesia, dan juga mempengaruhi seluruh sektor
terutama sektor ekonomi, kesehatan dan sektor umkm atau usaha mikro, kecil,
menengah, karena permintaan dan penawaran akan barang dan jasa di sektor umkm
menjadi terganggu akibat pembatasan yang dilakukan untuk menekan penyebaran virus
corona. Hal ini mengakibatkan penurunan omset yang sangat drastis selama pandemi di
kalangan umkm di indonesia. Omset yang menurun mengakibatkan umkm tidak mampu
lagi untuk membayar segala biaya-biaya operasional dan biaya gaji karyawan, sehingga
ada banyak kasus pengurangan karyawan.
Umkm merupakan sektor yang berperan penting bagi pemulihan ekonomi indonesia
akibat pandemi. Sektor umkm dinilai menjadi kunci utama dalam menopang
perekonomian nasional. Menurut menteri koperasi dan ukm teten masduki, umkm telah
menyerap setidaknya 97% terhadap total tenaga kerja dan 60 persen pdb nasional, oleh
karena itu pemerintah berusaha untuk mempercepat pemulihan dampak pandemi covid-
19 ini, terutama pada sektor UMKM melalui insentif perpajakan sebagai bentuk
dukungan bagi UMKM agar pulih di masa pandemi.
Insentif pajak merupakan suatu kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah berupa
pengurangan beban pajak yang ditanggung oleh wajib pajak atau pajak ditanggung
pemerintah (DTP). Insentif pajak jenis ini memberikan fasilitas kepada wajib pajak
yang tidak perlu lagi membayar atau melakukan penyetoran pajak dalam jangka waktu
yang telah ditentukan menurut kebijakan pemerintah. Insentif perpajakan ini diberikan
dengan mempertimbangkan keterbatasan fiskal pemerintah dengan tujuan untuk
mendukung program kesehatan masyarakat dan pemulihan ekonomi nasional.
Pemerintah memberikan insentif perpajakan ini secara selektif, khususnya untuk sektor
yang tertahan dan lebih didukung laju pemulihannya seperti jasa kesehatan, jasa
pendidikan, jasa angkutan, kontruksi , dan akomodasi.
Berdasarkan latar belakang ini dapat disimpulkan bahwa di satu sisi negara
membutuhkan dana untuk membiayai keperluan negara tetapi di sisi lain karena dampak
pandemi mengakibatkan seluruh sektor mengalami penurunan. Sebab itu pemerintah
memberikan insentif pajak dengan tujuan untuk mendorong seluruh sektor yang
mengalami penurunan akibat pandemi bisa kembali meningkat. pemerintah melalui
direktorat jenderal pajak memberikan berbagai macam insentif, dimulai dari PMK-
23/PMK.03/2020 sampai dengan PMK-82/PMK.03/2021 untuk memperpanjang jangka
waktu insentif sampai dengan bulan desember 2021.
Ada beberapa jenis insentif yang diatur di dalam PMK-82/PMK.03/2021, sebagai
berikut :
1. insentif tentang PPh Pasal 21 yang ditanggung pemerintah (DTP),
2. PPh Final yang berdasarkan PP 23 Tahun 2018 yaitu PPh UMKM yang
ditanggung pemerintah (DTP),
3. PPh Final Jasa Kontruksi tertentu yang ditanggung pemerintah (DTP),
4. Pembebasan dari pemungutan PPh Pasal 22 Impor,
5. Pengurangan besarnya angguran PPh Pasal 25 sebesar 50%,
6. Dan pengembalian pendahuluan PPN lebih bayar paling banyak 5 miliyar
rupiah.

2. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penulisan jurnal ini adalah metode deskriptif, yaitu
melalui studi literatur, teori atau kepustakaan. Penelitian ini termasuk jenis penelitian
studi literatur. Studi literatur berisikan ulasan, rangkuman, dan pemikiran penulis
tentang beberapa sumber pustaka (artikel, buku, slide, informasi dari internet, data
gambar dan grafik dan lain lain) tentang topik yang dibahas. Studi literatur ini
mempunyai tujuan untuk mengetahui kebijakan insentif perpajakan bagi umkm di masa
pandemi covid-19.

3. Hasil Dan Pembahasan


Pemerintah mengeluarkan kebijakan yang tertuang dalam Keputusan Direktur Jenderal
Pajak Nomor Kep-156/PJ/2020 tentang Kebijakan Perpajakan sehubungan dengan
Penyebaran Wabah Virus Corona 2019. Dalam kebijakan itu disebutkan bahwa
tujuannya ialah untuk meringankan beban dan dampak social ekonomi bagj Wajib Pajak
yang terdampak Covid-19. Kebijakan ini berisikan tentang beberapa penghapusan
sanksi administrasi atas keterlambatan pelaporan dan pembayaran pajak. Kebijakan ini
bisa disebut sebagai tax relief. Kebijakan keringanan pajak untuk menanggulangi
bencana biasa dikenal dengan istilah Tax Relief on National Disaster.
Lain halnya dengan tax relief yang hanya sebatas memberikan keringanan atas
keterlambatan pembayaran dan pelaporan pajak, pemerintah juga sampai mengeluarkan
kebijakan pemberian insentif pajak. Easson & Zolt (2003:3) mendefinisikan insentif
pajak sebagai suatu pengecualian pengenaan pajak, pembebasan pajak, pengurangan
atau kredit pajak tertentu, tarif pajak khusus atau kewajiban pajak yang ditangguhkan.
Dalam menghadapi corona, insentif pajak yang diberikan oleh pemerintah diatur
dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 82/PMK.03/2021 yang
merupakan perubahan atas PMK-09/PMK.03/2021 tentang Insentif Pajak Untuk Wajib
Pajak Terdampak Pandemi Corona Virus Disease 2019. Peraturan ini mulai berlaku
pada Juli 2021 hingga Desember 2021. Adapun bentuk insentif pajak yang diberikan
terdiri dari:
1. Insentif PPh Pasal 21
PPh Pasal 21 mengatur tentang pemajakan atas penghasilan orang pribadi yang
didapat dari pemberi kerja dimana pemberi kerja yang memiliki kewajiban untuk
memotong pajak atas penghasilan yang diterima oleh orang pribadi tersebut.
Waluyo (2011:201) mendefiniskan PPh Pasal 21 sebagai pajak penghasilan yang
dikenakan atas penghasilan berupa gaji, upah, honararium, tunjangan dan
pembayaran lainnya dengan nama apapun sehubungan dengan pekerjaan, jasa,
atau kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri.
Adapun insentif PPh 21 yang diberikan ialah berupa PPh 21 yang ditanggung
pemerintah alias pegawai mendapatkan penghasilan utuh tanpa dipotong pajak.
Insentif ini diberikan mulai Juli 2021 hingga Desember 2021. Insentif ini
diberikan kepada 1.189 Klasifikasi Lapangan Usaha (KLU), namun untuk WPOP
yang termasuk kepada Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) dan Kawasan
Berikat (KB) itu tidak lagi ditanggung pemerintah. Kriteria Wajib Pajak yang
dapat memperoleh insentif pajak ini ialah pegawai yang memperoleh penghasilan
dari pemberi kerja yang memilki kode Klasifikasi Lapangan Usaha (KLU). Wajib
Pajak yang ingin memanfaatkan insentif ini wajib menyampaikan laporan
pemberitahuan PPh 21 DTP setiap bulannya paling lambat tanggal 15 bulan
berikutnya, Wajib Pajak juga harus memiliki NPWP serta penghasilan pada masa
yang bersangkutan apabila disetahunkan tidak lebih dari Rp.200.000.000. Tujuan
diberikan insentif PPh 21 adalah untuk meningkatkan daya beli masyarakat.

2. Insentif PPh Final Berdasarkan PP 23/2018


PPh Final yang berdasarkan PP 23 Tahun 2018 yang ditanggung pemerintah,
Wajib Pajak UMKM mendapat insentif PPh final tarif 0,5% sesuai Peraturan
Pemerintah No 23 tahun 2018 (PPh Final PP 23) yang ditanggung pemerintah.
pelaku UMKM yang ingin memanfaatkan insentif ini cukup menyampaikan
laporan realisasi PPh final DTP setiap bulannya melalui laman www.pajak.co.id.
Insentif ini diberikan sampai dengan bulan desember 2021, yang tadinya UMKM
bayar 0,5% per bulan dari omzet selama periode juli-desember pajak akan
ditanggung pemerintah. Dengan demikian Wajib Pajak UMKM tidak perlu
melakukan setoran pajak, pihak-pihak yang bertransaksi dengan UMKM juga
tidak perlu melakukan pemotongan atau pengumutan pajak pada saat melakukan
pembayaran kepada pelaku UMKM.
Tujuan pemberikan insentif PPh Final UMKM adalah agar dapat
menyelamatkan para pelaku UMKM dari kebangkrutan akibat pandemi, sehingga
kegiatan ekonomi di kalangan UMKM tetap dapat berjalan sebagai mana
mestinya tanpa terbebani dengan pajak.

3. Insentif PPh Final atas jasa konstruksi


Insentif PPh final jasa konstruksi tertentu yang ditanggung pemerintah, diberikan
untuk Wajib Pajak yang menerima penghasilan dari usaha jasa konstruksi dalam
Program Percepatan Peningkatan Tata Guna Air Irigasi (P3-TGAI) mendapatkan
insentif PPh final jasa konstruksi ditanggung pemerintah. Tujuan pemberian
insentif ini untuk mendukung peningkatan penyediaan air (irigasi) sebagai proyek
padat karya yang merupakan kebutuhan penting bagi sektor pertanian.

4. Insentif PPh pasal 22 atas Impor


Pemungutan PPh 22 atas impor dilakukan oleh Direktorat Bea dan Cukai.
Adapun pemberian insentif berupa pembebasan pemungutan PPh 22 atas impor
diberikan kepada Wajib Pajak yang termasuk kedalam 132 kode Klasifikasi
Lapangan Usaha (KLU), namun untuk Wajib Pajak yang termasuk kepada
Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) dan Kawasan Berikat (KB) itu tidak
lagi termasuk kedalam pemberian insentif. Wajib Pajak yang ingin memanfaatkan
insentif ini wajib menyampaikan laporan realisasi pembebasan PPh pasal 22
impor setiap bulannya paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya, selain itu Wajib
Pajak juga harus mengajukan permohonan Surat Keterangan Bebas Pengumutan
(SKB) PPh pasal 22 impor secara tertulis atau melalui laman www.pajak.co.id.
Adapun tujuan insentif PPh pasal 22 impor adalah untuk membantu para eksportir
untuk diekspor kembali.
5. Insentif Angsuran PPh Pasal 25
Insentif Angsuran PPh Pasal 25 diberikan pemerintah berupa pengurangan
besarnya angsuran PPh 25 sebesar 50% dari jumlah yang seharusnya dibayarkan.
Adapun kriteria penerima insentif ialah Wajib Pajak yang termasuk kedalam 216
kode Klasifikasi Lapangan Usaha (KLU), namun untuk Wajib Pajak yang
termasuk kepada Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) dan Kawasan Berikat
(KB) sudah tidak lagi termasuk kedalam pemberian insentif. Wajib Pajak yang
ingin memanfaatkan insentif ini wajib menyampaikan laporan realisasi PPh 25
setiap bulannya paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya. Tujuan pemberian
insentif Angsuran PPh Pasal 25 sebesar 50% adalah untuk membantu sektor
industri dengan tambahan cashflow nya.

6. Insentif Pajak Pertambahan Nilai


Insentif Pajak Pertambahan Nilai ini diberikan dalam bentuk pengembalian
pendahuluan kelebihan PPN lebih bayar paling banyak 5 miliyar rupiah. Adapun
kriteria penerima insentif ini ialah Pengusaha Kena Pajak (PKP) beresiko rendah
yang termasuk kedalam 132 kode Klasifikasi Lapangan Usaha (KLU), namun
untuk PKP yang termasuk kepada Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) dan
Kawasan Berikat (KB) sudah tidak lagi termasuk kedalam pemberian insentif.
Kriteria tersebut yang menyampaikan SPT Masa PPN lebih bayar restitusi dengan
jumlah lebih bayar paling banyak Rp 5 miliar, tanpa persyaratan melakukan
kegiatan tertentu seperti melakukan ekspor barang atau jasa kena pajak,
penyerahan kepada pemungut PPN, atau penyerahan yang tidak dipungut PPN.

Dengan adanya insentif pajak, tentu akan sangat bermanfaat bagi para pelaku
UMKM, terutama bagi usaha yang terdampak pandemi. Insentif pajak yang diberikan
pemerintah memberikan kemudahan bagi para pelaku UMKM, karena Wajib Pajak
UMKM tidak perlu melakukan penyetoran pajak terutang, tetapi hanya perlu melakukan
laporan realisasi di setiap bulannya. Hal ini akan meningkatkan kesadaran Wajib Pajak
dalam melakukan pelunasan atas kewajiban perpajakannya.
Selain itu, dengan adanya insentif pajak ini akan menyelamatkan para pelaku
UMKM dari kebangkrutan akibat pandemi, sehingga kegiatan ekonomi di kalangan
umkm tetap dapat berjalan sebagai mana mestinya tanpa terbebani dengan pajak.
Insentif pajak dapat mengurangi biaya pengeluaran suatu usaha. Insentif pajak dapat
meningkatkan belanja masyarakat, karena harga suatu produk di pasaran relatif akan
lebih kecil karena adanya insentif pajak.

Insentif pajak juga akan meningkatkan investasi di kalangan investor asing maupun
dalam negeri untuk menanamkan modalnya pada suatu perusahaan. Baik investor asing
maupun investor dalam negeri tentu akan lebih tertarik untuk mengembangkan
usahanya di Indonesia karena adanya insentif pajak.

4. Kesimpulan
 Pemberian insentif pajak oleh pemerintah, terutama kepada para pelaku UMKM
berpengaruh positif dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi indonesia di masa
pandemi. Karena, UMKM merupakan salah satu sektor yang menjadi kunci utama
dalam upaya pemulihan ekonomi nasional akibat pandemi. Dengan adanya insentif
pajak, akan meningkatkan kesadaran wajib pajak dalam melakukan pelunasan atas
kewajiban perpajakannya dan meningkatkan tingkat investasi. Selain itu, insentif pajak
juga akan meningkatkan belanja masyarakat. Hal ini tentu akan mempercepat
pemulihan ekonomi indonesia di masa pandemi.

Daftar Pustaka
[1] Direktorat Jenderal Pajak, Insentif Perpajakan, 2021. Materi Webinar Pajak

[2] PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR


82/PMK.03/2021 [Online], diakses dari www.perpajakan.ddtc.co.id

[3] PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR


9/PMK.03/2021 [Online], diakses dari www.perpajakan.ddtc.co.id

[4] Waluyo. 2011. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat


[5] Easson A & Zolt E.M. 2003. Tax Incentives. Paper prepared for World Bank Course
on practical issues of Tax Policy in Developing Countries.
[6] Selvi, S., & Ramdhan, A. (2020). Kajian Kebijakan Pemberian Insentif Pajak Dalam
Mengatasi Dampak Virus Corona Di Indonesia Tahun 2019. Transparansi: Jurnal
Ilmiah Ilmu Administrasi, 3(1), 96-100.
[7] Marlinah, L. (2021). Memanfaatkan Insentif Pajak UMKM Dalam Upaya Mendor
ong Pemulihan Ekonomi Nasional. IKRA-ITH EKONOMIKA, 4(2), 73-78.
[6] Pajak.com (2021), Mengenal insentif pajak di masa pandemi bagi pelaku umkm
[Online], diakses dari www.pajak.com
[7] Ekonomi.Bisnis.com (2021), Ada 6 insentif pajak buat karyawan hingga umkm
sampai juni [Online], diakses dari www.ekonomi.bisnis.com
[7] Liputan6.com (2021), Daftar insentif pajak yang masih diperpanjang hingga
desember 2021 [Online], diakses dari www.liputan6.com

Anda mungkin juga menyukai