Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN KEGIATAN PRAKTIKUM IPA

LKPI

GERAK LURUS BERATURAN


DAN
GERAK LURUS BERUBAH BERATURAN

IRFAN FAHRIRRUDIN

NIM : 837732255

UPBJJ BANDAR LAMPUNG

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TERBUKA
1. Judul : Gerak Lurus Beraturan
2. Tujuan :
1. Menentukan besar jarak dan perpindahan.
2. Menentukan besar kecepatan rata-rata dan kelajuan rata-rata.
3. Mengetahui hubungan antara jarak dan waktu tempuh (t) benda yang bergerak lurus
beraturan (GLB).
4. Memahami gerak lurus beraturan (GLB).

3. Dasar Teori
Suatu benda dikatakan bergerak apabila posisinya senantiasa berubah terhadap suatu titik
acuan tertentu.Misalkan anda sedang duduk di dalam kereta yang sedang bergerak
meninggalkan stasiun.Apabila stasiun ditetapkan sebagai titik acuan, maka anda dikatakan
bergerak terhadap stasiun.Hal ini, karena setiap saat posisi anda berubah terhadap
stasiun.Apabila kereta ditetapkan sebagai titik acuan, maka anda dikatakan diam terhadap
kereta.Jadi, gerak itu bersifat relatif bergantung pada titik acuan yang digunakan.
Gerak partikel dapat benar-benar dietahui jika posisi partikel setiap di dalam ruang
diketahui.Posisi partikel adalah lokasi partikel pada suatu kerangka acuan yang kita anggap
sebagai titik asal sistem koordinat.
A. Jarak dan Perpindahan
Jarak dan perpindahan merupakan besaran fisika yang saling terkait. Keduanya
memiliki dimensi yang sama, namun memiliki makna fisis yang berbeda. Jarak
merupakan panjang lintasan yang ditempuh oleh suatu benda tanpa memperhatikan
arah gerak benda, sehingga jarak merupakan besaran skalar.Sedangkan perpindahan
adalah perubahan posisi suatu benda ditinjau dari keadaan awal dan keadaan akhir
dengan memperhatikan arah gerak benda, sehingga perpindahan merupakan besaran
vektor. Ketiak berpindah dari posisi awal xike posisi akhir xf perpindahan partikel
didapat dengan xf- xi. Kita gunakan huruf Yunani delta (∆) untuk melambangkan
perubahan nilai. Maka, perpindahan atau perubahan posisi partikel dapat ditulis:
∆𝑥 ≡ 𝑥𝑓 − 𝑥𝑖
Dari definisi ini, kita dapat melihat bahwa ∆𝑥 bernilai positif jika xf lebih besar dari
xidan negatif jika xf lebih kecil dari xi.
Cara mudah untuk menentukan arah perpindahan dalam gerak satu dimensi adalah
dengan menetapkan suatu titik acaun sebagai titik asal, dan menentukan satu arah
sebagai arah positif sedangkan arah yang berlawanan merupakan arah negatif.
B. Kelajuan dan Kecepatan
Pada saat kita berbicara tentang gerak, hampir tidak mungkin tanpa menggunakan
kata kelajuan dan kecepatan.Kelajuan dan kecepatan merupakan karakteristik dari
suatu benda yang sedang bergerak, dimana suatu benda dinyatakan bergerak jika
memiliki kelajuan dan kecepatan. Seperti halnya jarak dan perpindahan, kelajuan dan
kecepatan merupakan besaran yang memiliki dimensi yang sama, namun makna
fisisnya berbeda. Kelajuan berkaitan dengan jarak dan waktu sehingga merupakan
besaran skalar, sedangkan kecepatan berkaitan dengan perpindahan dan waktu
sehingga merupakan besaran vektor.
1. Kelajuan rata-rata dan kecepatan rata-rata
Apabila kita ingin mengukur kelajuan pada interval waktu tertentu, maka yang
sebenarnya yang kita ukur adalah kelajuan rata-rata. Kelajuan rata-rata partikel
sebuah besaran skalar, didefinisikan sebagai jarak tempuh total dibagi waktu yang
diperlukan untuk menempuh jarak tersebut:
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
𝑘𝑒𝑙𝑎𝑗𝑢𝑎𝑛 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 =
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ
Atau secara matematis dituliskan.
𝑠
𝑣̅ =
𝑡
Dengan
𝑣̅ = kelajuan rata-rata (m/s)
𝑠 = jarak tempuh (m)
𝑡 = waktu tempuh (s)
Kelajuan benda yang sedang bergerak hanya menyatakan seberapa cepat benda
bergerak, tanpa mempedulikan arahnya.Suatu deskripsi lengkap yang
memasukkan nilai kelajuan dan arahnya adalah kecepatan. Kecepatan rata-rata𝑣̅𝑥
sebuah partikel didefinisikan sebagai perpindahan partikel ∆𝒙 dibagi selang waktu
∆𝑡 selama perpindahan tersebut terjadi:
∆𝒙
̅𝑥 ≡
𝒗
∆𝑡
Misalkan suatu benda bergerak lurus pada waktu ti berada pada posisixi dan pada
waktu tfberada pada posisixf. Benda tersebut mengalami perpindahan xf - xi.
̅ benda tersebut dalam interval waktu tf – ti adalah
Kecepatan rata-rata 𝒗
𝒙𝑓 − 𝒙𝑖
̅=
𝒗
𝑡𝑓 − 𝑡𝑖
Dengan
̅
𝒗 = kecepatan rata-rata (m/s)
𝒙𝑓 − 𝒙𝑖 = perpindahan dari posisi awal ke posisi akhir (m)
𝑡𝑓 − 𝑡𝑖 = interval waktu (s)
2. Kecepatan Sesaat
Kelajuan dan kecepatan rata-rata mendeskripsikan kecepatan dan kelajuan
dalam suatu jarak tertentu. Jarak dan perpindahan total dari suatu gerak benda
dapat panjang atau pendek, misalnya 500 km atau 1 m. Bagaimana cara agar
Anda mengetahui kelajuan atau kecepatan sesaat suatu benda yang bergerak
pada waktu tertentu?
Saat Anda naik kendaraan bermotor, untuk mengetahui kelajuan sesaat
Anda tinggal melihat angka yang ditunjuk jarum pada spidometer. Perubahan
kelajuan akan diikuti perubahan posisi jarum pada spidometer. Untuk
menentukan kecepatan sesaat, Anda tinggal menyebutkan besarnya kelajuan
sesaat ditambah menyebutkan arahnya.Bagaimana jika Anda tidak naik kendaran
bermotor?
Kecepatan sesaat suatu benda merupakan kecepatan benda pada suatu waktu
tertentu. Untuk menentukannya perlu mengukur jarak tempuh dalam selang
waktu. Persamaan matematis kecepatan sesaat dapat ditulis sebagai berikut.
∆𝒙
𝒗 = lim
𝑥→0 ∆𝑡

Keterangan
∆𝒙: perpindahan (m)
∆𝑡 : selang waktu (s)
C. Gerak Lurus Beraturan (GLB)
Gerak lurus beraturan (GLB) adalah gerak suatu benda dengan kecepatan tetap.
Di buku lain, GLB sering didefinisikan sebagai gerak suatu benda pada lintasan lurus
dengan kecepatan tetap. Hal ini diperbolehkan karena kecepatan tetap memiliki arti
besar maupun arahnya tetap, sehingga kata kecepatan boleh diganti dengan kata
kelajuan. Karena dalam GLB kecepatannya tetap, maka kecepatan ratarata sama
dengan kecepatan sesaat.Untuk kedudukan awal xf=xi pada saat tf=0, maka ∆𝑥 =
𝑥𝑓− 𝑥𝑖 dan ∆𝑡 = 𝑡𝑓 −𝑡𝑖 = 𝑡𝑓 = 0. Sehingga dapat dituliskan
∆𝑥 = 𝑣. ∆𝑡
𝑥𝑓 − 𝑥𝑖 = 𝑣𝑓 . 𝑡
𝑥𝑓 = 𝑥𝑖 +𝑣𝑓 . 𝑡
4. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Meteran = 1 buah
b. Stopwatch = 1 buah
c. Mistar = 1 buah
d. Tabung GLB = 1 buah
e. Statif = 1 set
f. Alat tulis-menulis

5. Identifikasi Variabel
Kegiatan 1
1. jarak tempuh
2. waktu tempuh
3. kecepatan
Kegiatan 2
1. jarak tempuh
2. waktu tempuh
3. ketinggian

Definisi Operasional Variabel


Kegiatan 1:
1. Lintasan adalah posisi titik yang satu dengan titik yang lainnya yang memiliki besar
panjang yang ditentukan dengan menggunakan meteran misalnya lintasan dari titik A
ke B, titik A ke B ke C, titik A ke B ke C ke B, dan titik A ke B ke C ke B ke A.
2. Jarak adalah panjang total lintasan yang dilalui oleh obyek yang ditentukan dengan
menggunakan meteran mengukur lintasan A ke B, A ke B ke C, A ke B ke C ke B, dan
A ke B ke C ke B ke A.
3. Perpindahan adalah perubahan posisi obyek yang berjalan dari posisi semula yaitu titik
A sebagai acuan dengan menggunakan meteran yang yang selain terdapat nilai,
terdapat pula arah gerak dari lintasan. Pada lintasan A ke B ke C maka kita
menghitung panjang A ke C. Pada lintasan A ke B ke C ke B maka kita menghitung
panjang A ke B, dan pada lintasan A ke B ke C ke B ke A kita menghitung panjang A
ke A.
4. Waktu adalah lamanya obyek untuk menempuh lintasan A ke B, A ke B ke C, A ke B
ke C ke B, dan A ke B ke C ke B ke A dengan menggunakan stopatch yang mulai
dinyalakan dari titik A ke titik yang ditentukan sesuai dengan lintasan.
5. Posisi titik adalah letak batu yang digunakan sebagai penanda titik A, B, dan C yang
terlebih dahulu ditentukan dengan mengukur panjang antara posisi titik A ke B dan B
ke C menggunakan meteran.

Kegiatan 2:
1. Tinggi adalah letak atau posisi ujung tabung GLB dari dasar/alas yang ditentukan
dengan menggunakan mistar yaitu posisi awal 5,00 cm dari dasar, dan posisi kedua
10,00 cm dari dasar.
2. Jarak adalah panjang lintasan yang dilalui oleh gelembung yang dimulai dari titik O
yaitu 0 cm ke titik-titik yang lain yaitu titik A, B, C, dan D yang ditentukan dengan
menggunakan skala pada tabung GLB dan membuat selang setiap antara 2 titik sama.
3. Waktu adalah lamanya gelembung untuk bergerak dari titik O yaitu 0 cm ke titik A, ke
B, ke C, ke D dengan mulai menghitung dari titik 0 cm hingga melaui titik yang diuji
menggunakan stopwatch.
6. Posisi titik adalah letak penanda titik A, B, C, dan D yang terlebih dahulu ditentukan
dengan mengukur panjang tiap lintasan yang memiliki selang yang sama. Sehingga
panjang setiap antara dua titik sama dengan menggunakan skala pada tabung.

6. Prosedur Kerja
Kegiatan 1:
1. Membuat tiga titik yaitu A, B, C yang dapat membentuk sebuah segitiga siku-siku.
2. Mengukur panjang lintasan setiap antara dua titik tersebut dengan menggunakan
meteran yang tersedia.
3. Menyiapkan tiga orang teman,sebgai objek yang akan bergerak dengan kecepatan
yang berbeda.
4. Untuk orang pertama, berdiri di titik A lalu berjalan menuju titik B. pada saat yang
bersamaan, mengukur waktu untu menempuh lintasan dari A ke B. Melakukan hal
yang sama untuk lintasan A ke B ke C.
5. Melakukan setiap kegiatan 4 sebanyak 3 kali untuk setiap orang.
6. Melanjutkan untu orang kedua dan ketiga, dan mencatat hasilnya dalam tabel hasil
pengamatan.

Kegiatan 2:
1. Mengambil tabung GLB dan Statif untu menggantungkan salah satu ujung tabung.
2. Menandai minimal 4 titik sebagai titik A, B, C, dan D pada tabung (mengupayakan
memiliki selang yang sama).
3. Menentukan/mengukur panjang lintasan dari dasar tabung (0 cm) ke titik A, ke titik B,
ke titik C, ke titik D.
4. Menggantung salah satu ujung tabung pada statif pada ketinggian tertentu, memulai
dari ketinggian sekitar 5 cm dari dasar/alas.
5. Mengangkat ujung tabung yang satungya, agar gelembung dalam tabung berada di
ujung yang terangkat.
6. Menurunkan ujung tadi sampai di dasar/alas sehingga gelembung akan bergerak ke
atas, mengukur waktu yang diperlukan gelembung untuk sampai di titik A (memulai
menyalakan stopwatch ketika gelembung tepat melintasi pada posisi 0 cm pada
tabung), melakukan 3 kali pengukuran untuk setiap jarak tempuh.
7. Mencatat hasil pengamatan dalam tabel hasil pengamatan.

7. Hasil Pengamatan
Kegiatan 1:
Tabel hasil pengukuranjarak, perpindahan, dan waktu tempuh
Waktu Tempuh
No Lintasan Jarak (m) Perpindahan (m)
(s)
1 A ke B 1. 𝑥 = |2,5000 ± 0,0005| 1. 𝑥 = |2,5000 ± 0,0005| 1. 𝑡 = |3,1 ± 0,1|

2. 𝑥 = |2,5000 ± 0,0005| 2. 𝑥 = |2,5000 ± 0,0005| 2. 𝑡 = |3,6 ± 0,1|

3. 𝑥 = |2,5000 ± 0,0005| 3. 𝑥 = |2,5000 ± 0,0005| 3. 𝑡 = |3,7 ± 0,1|

2 A ke B ke 1. 𝑥 = |4,0000 ± 0,0005| 1. 𝑥 = |2,9500 ± 0,0005| 1. 𝑡 = |6,0 ± 0,1|


C
2. 𝑥 = |4,0000 ± 0,0005| 2. 𝑥 = |2,9500 ± 0,0005| 2. 𝑡 = |6,4 ± 0,1|

3. 𝑥 = |4,0000 ± 0,0005| 3. 𝑥 = |2,9500 ± 0,0005| 3. 𝑡 = |6,6 ± 0,1|

3 A ke B ke 1. 𝑥 = |5,5000 ± 0,0005| 1. 𝑥 = |2,5000 ± 0,0005| 1. 𝑡 = |8,4 ± 0,1|


C ke D
2. 𝑥 = |5,5000 ± 0,0005| 2. 𝑥 = |2,5000 ± 0,0005| 2. 𝑡 = |8,8 ± 0,1|

3. 𝑥 = |5,5000 ± 0,0005| 3. 𝑥 = |2,5000 ± 0,0005| 3. 𝑡 = |8,8 ± 0,1|

4 A ke B ke 1. 𝑥 = |8,0000 ± 0,0005| 1. 𝑥 = 0 1. 𝑡 = |11,2 ± 0,1|


C ke D ke 2. 𝑥 = |8,0000 ± 0,0005| 2. 𝑥 = 0 2. 𝑡 = |11,4 ± 0,1|
A
3. 𝑥 = |8,0000 ± 0,0005| 3. 𝑥 = 0 3. 𝑡 = |12,2 ± 0,1|

Kegiatan 2:
Tabel hasil pengukuran jarak tempuh pada gerak lurus beraturan

No. Jarak tempuh (cm) Waktu tempuh (s)


Ketinggian (cm)
Dari O ke A 1. 𝑡 = |1,9 ± 0,1|
2. 𝑡 = |2,1 ± 0,1|
𝑥 = |11,00 ± 0,05|
3. 𝑡 = |1,9 ± 0,1|
Dari O ke B 1. 𝑡 = |3,4 ± 0,1|
2. 𝑡 = |3,4 ± 0,1|
𝑥 = |22,00 ± 0,05|
3. 𝑡 = |3,3 ± 0,1|
1 ℎ = |5,00 ± 0,05|
Dari O ke C 1. 𝑡 = |5,1 ± 0,1|
2. 𝑡 = |5,1 ± 0,1|
𝑥 = |33,00 ± 0,05|
3. 𝑡 = |5,1 ± 0,1|
Dari O ke D 1. 𝑡 = |6,9 ± 0,1|
2. 𝑡 = |6,8 ± 0,1|
𝑥 = |44,00 ± 0,05|
3. 𝑡 = |6,8 ± 0,1|
Dari O ke A 1. 𝑡 = |1,5 ± 0,1|
2. 𝑡 = |1,5 ± 0,1|
𝑥 = |11,00 ± 0,05|
3. 𝑡 = |1,5 ± 0,1|
Dari O ke B 1. 𝑡 = |2,7 ± 0,1|
2. 𝑡 = |2,6 ± 0,1|
𝑥 = |22,00 ± 0,05|
3. 𝑡 = |2,6 ± 0,1|
2 ℎ = |10,00 ± 0,05|
Dari O ke C 1. 𝑡 = |3,9 ± 0,1|
2. 𝑡 = |4,0 ± 0,1|
𝑥 = |33,00 ± 0,05|
3. 𝑡 = |4,0 ± 0,1|
Dari O ke D 1. 𝑡 = |5,1 ± 0,1|
2. 𝑡 = |5,1 ± 0,1|
𝑥 = |44,00 ± 0,05|
3. 𝑡 = |5,1 ± 0,1|

ANALISIS DATA
Kegiatan 1:
A. Jarak dan perpindahan
𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑢𝑘𝑢𝑟 1 𝑐𝑚 𝑐𝑚
𝑁𝑆𝑇 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟𝑎𝑛 = = = 0,1 = 1 𝑚𝑚/𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 10 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎
Jarak = ∑ 𝑥
Perpindahan =⃗𝒙𝑖𝑓

1. Lintasan A ke B
a. Jarak
x = xA-B
x = 2,5000 m
b. Perpindahan
⃗ =𝒙
𝒙 ⃗ 𝐴−𝐵
⃗ = −2,5000 𝑚 𝒊̂
𝒙
2. Lintasan A ke B ke C
a. Jarak
𝑥 = 𝑥𝐴−𝐵 + 𝑥𝐵−𝐶
𝑥 = 2,5000 𝑚 + 1,5000 𝑚
𝑥 = 4,0000 𝑚
b. Perpindahan
⃗ =𝒙
𝒙 ⃗ 𝐴−𝐶
⃗ = 2,9500 𝑚
𝒙
3. Lintasan A ke B ke C ke B
a. Jarak
𝑥 = 𝑥𝐴−𝐵 + 𝑥𝐵−𝐶 + 𝑥𝐶−𝐵
𝑥 = 2,5000 𝑚 + 1,5000 𝑚 + 1,5000 𝑚
𝑥 = 5,5000 𝑚
b. Perpindahan
⃗ =𝒙
𝒙 ⃗ 𝐴−𝐵
⃗ = −2,5000 𝑚 𝒊̂
𝒙
4. Lintasan A ke B ke C ke B ke A
a. Jarak
𝑥 = 𝑥𝐴−𝐵 + 𝑥𝐵−𝐶 + 𝑥𝐶−𝐵 + 𝑥𝐵−𝐴
𝑥 = 2,5000 𝑚 + 1,5000 𝑚 + 1,5000 𝑚 + 2,5000 𝑚
𝑥 = 8,0000 𝑚

b. Perpindahan
⃗ =𝒙
𝒙 ⃗ 𝐴−𝐴
⃗ =0
𝒙
B. Waktu tempuh
𝑡1 + 𝑡2 + 𝑡3
𝑡̅ =
3
δ1 = |𝑡1 − 𝑡̅|, δ2 = |𝑡2 − 𝑡̅|, δ3 = |𝑡3 − 𝑡|
𝛥𝑡
𝐾𝑅 = 𝑥 100%
𝑡
𝑡 = |𝑡 ± 𝛥𝑡| 𝑠
1. Lintasan A ke B
1) Hasil pengukuran
3,1 + 3,6 + 3,7
𝑡̅ = ( )
3
10,4
𝑡̅ = ( )s
3
𝑡̅ = 3,47 s
𝑡 = 3,47s
2) Ketidakpastian
δ1 = |3,1 − 3,47| s = 0,37 s
δ2 = |3,6 − 3,47| s = 0,16 s
δ3 = |3,7 − 3,47| s = 0,23 s
𝛿𝑚𝑎𝑥 = 0,37 s
∆𝑡 = 0,37s
3) Angka berarti
0,37
𝐾𝑅 = 𝑥 100% = 10,7% = 2 𝐴𝐵
3,47
4) Hasil pengukuran dilaporkan
𝑡 = |3,5 ± 0,37|s
2. Lintasan A ke B ke C
a. Hasil pengukuran
6,0 + 6,4 + 6,6
𝑡̅ = ( )
3
19
𝑡̅ = ( ) s
3
𝑡̅ = 6,33 s
𝑡 = 6,33s
b. Ketidakpastian
δ1 = |6,0 − 6,33| s = 0,33 s
δ2 = |6,4 − 6,33| s = 0,07 s
δ3 = |6,6 − 6,33| s = 0,27 s
𝛿𝑚𝑎𝑥 = 0,33 s
∆𝑡 = 0,33s
c. Angka berarti
0,33
𝐾𝑅 = 𝑥 100% = 5,2% = 2 𝐴𝐵
6,33
d. Hasil pengukuran dilaporkan
𝑡 = |6,3 ± 0,33|s
3. Lintasan A ke B ke C ke B
a. Hasil pengukuran
8,4 + 8,8 + 8,8
𝑡̅ = ( )
3
26
𝑡̅ = ( ) s
3
𝑡̅ = 8,67 s
𝑡 = 8,67s
b. Ketidakpastian
δ1 = |8,4 − 8,67| s = 0,27 s
δ2 = |8,8 − 8,67| s = 0,13 s
δ3 = |8,8 − 8,67| s = 0,13 s
𝛿𝑚𝑎𝑥 = 0,27 s
∆𝑡 = 0,27s
c. Angka berarti
0,27
𝐾𝑅 = 𝑥 100% = 3,1% = 3 𝐴𝐵
8,67
d. Hasil pengukuran dilaporkan
𝑡 = |8,67 ± 0,270|s
4. Lintasan A ke B ke C ke B ke A
a. Hasil pengukuran
11,2 + 11,4 + 12,2
𝑡̅ = ( )
3
34,8
𝑡̅ = ( )s
3
𝑡̅ = 11,6 s
𝑡 = 11,6s
b. Ketidakpastian
δ1 = |11,2 − 11,6| s = 0,4 s
δ2 = |11,4 − 11,6| s = 0,2 s
δ3 = |12,2 − 11,6| s = 0,6 s
𝛿𝑚𝑎𝑥 = 0,6 s
∆𝑡 = 0,6s
c. Angka berarti
0,6
𝐾𝑅 = 𝑥 100% = 5,2% = 2 𝐴𝐵
11,6
d. Hasil pengukuran dilaporkan
𝑡 = |𝑡 ± 𝛥𝑡| 𝑠
𝑡 = |12 ± 0,60|s
C. Perpindahan
1. Lintasan A ke B
a. Vektor posisi dari A
⃗ =𝒙
𝒙 ⃗𝐵=𝒙
⃗ 𝐴−𝐵 = −𝒊̂
b. Perpindahan
⃗ =𝒙
𝒙 ⃗ 𝐴−𝐵
⃗ = −2,5000 𝑚 𝒊̂
𝒙
2. Lintasan A ke B ke C
a. Vektor posisi dari A
⃗ =𝒙
𝒙 ⃗𝐵=𝒙
⃗ 𝐴−𝐵 = −𝒊̂
⃗ =𝒙
𝒙 ⃗𝐶=𝒙
⃗ 𝐵−𝐶 = +𝒋̂
b. Perpindahan
⃗ =𝒙
𝒙 ⃗ 𝐴−𝐵 + 𝒙
⃗ 𝐵−𝐶
⃗ = −2,5000 𝑚 𝒊̂ + 1,5000 𝑚 𝒋̂
𝒙

⃗ = √−2,5000 2 + 1,5000 2
𝒙

⃗ = √6,2500 + 2,2500
𝒙

⃗ = √8,5000
𝒙
⃗ = 2,9150m
𝒙
3. Lintasan A ke B ke C ke B
a. Vektor posisi dari A
⃗ =𝒙
𝒙 ⃗𝐵=𝒙
⃗ 𝐵−𝐴 = −𝒊̂
⃗ =𝒙
𝒙 ⃗𝐶=𝒙
⃗ 𝐵−𝐶 = +𝒋̂
⃗ =𝒙
𝒙 ⃗𝐵=𝒙
⃗ 𝐶−𝐵 = −𝒋̂
b. Perpindahan
⃗ =𝒙
𝒙 ⃗ 𝐴−𝐵 + 𝒙
⃗ 𝐵−𝐶 + 𝒙
⃗ 𝐶−𝐵
⃗ = −2,5000 𝑚 𝒊̂ + 1,5000 𝑚 𝒋̂ − 1,5000 𝑚 𝒋̂
𝒙
⃗ = −2,5000 𝑚 𝒊̂
𝒙
4. Lintasan A ke B ke C ke B ke A
a. Vektor posisi dari A
⃗ =𝒙
𝒙 ⃗ 𝐴−𝐵 + 𝒙
⃗ 𝐵−𝐶 + 𝒙
⃗ 𝐶−𝐵 + 𝒙
⃗ 𝐵−𝐴
b. Perpindahan
⃗ =𝒙
𝒙 ⃗ 𝐴−𝐵 + 𝒙
⃗ 𝐵−𝐶 + 𝒙
⃗ 𝐶−𝐵 + 𝒙
⃗ 𝐵−𝐴
⃗ = −2,5000 𝑚 𝒊̂ + 1,5000 𝑚 𝒋̂ − 1,5000 𝑚 𝒋̂ + 2,5000 𝑚 𝒊̂
𝒙
⃗ =0
𝒙
D. Kecepatan rata dan kelajuan rata-rata
1. Kecepatan rata-rata

∆𝒙 𝑝𝑒𝑟𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛
⃗ =
𝒗 =
∆𝑡 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢

∆𝒙
⃗ =
𝒗
∆𝑡
⃗ = ∆𝑥 . ∆𝑡 −1
𝒗

𝜕𝒗 ⃗
𝜕𝒗
⃗ = |
𝑑𝒗 ⃗ + |
| 𝑑𝒙 | 𝑑𝑡
𝜕∆𝒙⃗ 𝜕∆𝑡 −1

𝛿𝒗 ⃗
𝛿𝒗
⃗ = |
∆𝒗 ⃗ + | −1 | ∆∆𝑡
| ∆∆𝒙
𝛿∆𝒙⃗ ∆𝑡
⃗ . ∆𝑡 −1 )
𝛿(∆𝒙 ⃗ . ∆𝑡 −1 )
𝛿(∆𝒙
⃗ = |
∆𝒗 ⃗ + |
| ∆∆𝒙 | ∆∆𝑡
𝛿∆𝒙 ⃗ 𝛿∆𝑡 −1
⃗ = |∆𝑡 −1 . ∆∆𝒙
∆𝒗 ⃗ | + |∆𝒙
⃗ . ∆∆𝑡|
∆𝒗 ⃗ ∆𝑡 −1 . ∆∆𝒙
⃗ + ∆𝒙 ⃗ . ∆∆𝑡
= | −1
|

𝒗 ⃗ . ∆𝑡
∆𝒙
∆∆𝒙 ⃗ ∆∆𝑡
⃗ =
∆𝒗 + −1

∆𝒙 ∆𝑡
∆∆𝒙 ⃗ ∆∆𝑡
⃗ = |
∆𝒗 ⃗
+ −1 | 𝒗
∆𝒙⃗ ∆𝑡
∆∆𝒙 ⃗
⃗ = |
∆𝒗 ⃗
+ ∆𝑡. ∆∆𝑡| 𝒗
∆𝒙⃗
∆𝒗 ⃗
KR = × 100%
⃗𝒗
⃗ = |𝒗
𝒗 ⃗ ± 𝛥𝒗 ⃗ | 𝑚/𝑠
a. Lintasan A ke B
1) Hasil perhitungan
2,5000 𝑚
⃗ 𝐴−𝐵 =
𝒗 = −0,72 𝑚/𝑠 𝒊̂
3,47 𝑠
2) Kesalahan
0,0005 𝑚
⃗ 𝐴−𝐵 = |
∆𝒗 + 3,47 s . 0,37 s| − 0,72m/s 𝒊̂
2,5000 𝑚
⃗ 𝐴−𝐵 = |0,0002 + 1,2839| − 0,72 m/s𝒊̂
∆𝒗
⃗ 𝐴−𝐵 = |1,2841| − 0,72 m/s𝒊̂
∆𝒗
⃗ 𝐴−𝐵 = 0,92 𝑚/𝑠𝒊̂
∆𝒗
3) Kesalahan relatif
0,92
= × 100%
0,72
= 1,278 × 100% = 127,8% = 1 𝐴𝐵

4) Hasil pengukuran dilaporkan


⃗ = |0,7 ± 1| 𝑚/𝑠
𝒗
b. Lintasan A ke B ke C
1) Hasil perhitungan
2,915 𝑚
⃗ 𝐴−𝐶 =
𝒗 = 0,46 𝑚/𝑠
6,33 𝑠
1) Kesalahan
0,0005 𝑚
⃗ 𝐴−𝐶 = |
∆𝒗 + 6,33 s . 0,33 s| 0,46m/s
2,9150 𝑚
⃗ 𝐴−𝐶 = |0,00017 + 2,0889|0,46 m/s
∆𝒗
⃗ 𝐴−𝐶 = |2,08907|0,46 m/s
∆𝒗
⃗ 𝐴−𝐶 = 0,961 𝑚/𝑠
∆𝒗
2) Kesalahan relatif
0,961
KR = × 100%
0,46
KR = 2,089 × 0% = 209% = 1 𝐴𝐵
3) Hasil pengukuran dilaporkan
⃗ = |0,5 ± 1| 𝑚/𝑠
𝒗
c. Lintasan A ke B ke C ke B
1) Hasil perhitungan
−2,5000 𝑚 𝒊̂
⃗ 𝐴−𝐵 =
𝒗 = −0,288 𝑚/𝑠𝒊̂
8,67 𝑠
2) Kesalahan
−0,0005 𝑚 𝒊̂
⃗ 𝐴−𝐵 = |
∆𝒗 + 8,67 s . 0,27 s| − 0,288m/s𝒊̂
−2,5000 𝑚𝒊̂
⃗ 𝐴−𝐵 = |0,0002 + 2,3409| − 0,288 m/s𝒊̂
∆𝒗
⃗ 𝐴−𝐵 = |2,3411| − 0,288 m/s𝒊̂
∆𝒗
⃗ 𝐴−𝐵 = −0,674 𝑚/𝑠
∆𝒗
3) Kesalahan relatif
−0,674
KR = × 100%
−0,288
KR = 2,340 × 0% = 234% = 1 𝐴𝐵
4) Hasil pengukuran dilaporkan
⃗ = |−0,2 ± 1| 𝑚/𝑠𝒊̂
𝒗
d. Lintasan A ke B ke C ke B ke A
1) Hasil perhitungan
0𝑚
⃗ 𝐴−𝐶 =
𝒗 = 0 𝑚/𝑠
11,6 𝑠
2) Kesalahan
⃗ 𝐴−𝐶 = 0
∆𝒗
2. Kelajuan rata-rata
∆𝑥 𝑝𝑒𝑟𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛
𝑣= =
∆𝑡 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢
∆𝑥
𝑣=
∆𝑡
𝑣 = ∆𝑥 . ∆𝑡 −1
𝜕𝑣 𝜕𝑣
𝑑𝑣 = | | 𝑑𝑥 + | | 𝑑𝑡
𝜕∆𝑥 𝜕∆𝑡 −1
𝛿𝑣 𝛿𝑣
∆𝑣 = | | ∆∆𝑥 + | | ∆∆𝑡
𝛿∆𝑥 𝛿∆𝑡 −1
𝛿(∆𝑥. ∆𝑡 −1 ) 𝛿(∆𝑥. ∆𝑡 −1 )
∆𝑣 = | | ∆∆𝑥 + | | ∆∆𝑡
𝛿∆𝑥 𝛿∆𝑡 −1
∆𝑣 = |∆𝑡 −1 . ∆∆𝑥| + |∆𝑥. ∆∆𝑡|
∆𝑣 ∆𝑡 −1 . ∆∆𝑥 + ∆𝑥. ∆∆𝑡
= | |
𝑣 ∆𝑥. ∆𝑡 −1
∆∆𝑥 ∆∆𝑡
∆𝑣 = + −1
∆𝑥 ∆𝑡
∆∆𝑥 ∆∆𝑡
∆𝑣 = | + −1 | 𝑣
∆𝑥 ∆𝑡
∆∆𝑥
∆𝑣 = | + ∆𝑡. ∆∆𝑡| 𝑣
∆𝑥
∆v
KR = × 100%
v
𝑣 = |𝑣 ± 𝛥𝑣| 𝑚/𝑠

a. Lintasan A ke B
1) Hasil perhitungan
2,5000 𝑚
𝑣𝐴−𝐵 = = 0,72 𝑚/𝑠
3,47 𝑠
2) Kesalahan
0,0005 𝑚
∆𝑣𝐴−𝐵 = | + 3,47 s . 0,37 s| 0,72m/s
2,5000 𝑚
∆𝑣𝐴−𝐵 = |0,0002 + 1,2839|0,72 m/s
∆𝑣𝐴−𝐵 = |1,2841|0,72 m/s
∆𝑣𝐴−𝐵 = 0,92 𝑚/𝑠
3) Kesalahan relatif
0,92
KR = × 100%
0,72
KR = 1,278 × 100% = 127,8% = 1 𝐴𝐵
4) Hasil pengukuran dilaporkan
𝑣 = |0,7 ± 1| 𝑚/𝑠
b. Lintasan A ke B ke C
1) Hasil perhitungan
4,0000 𝑚
𝑣𝐴−𝐶 = = 0,632 𝑚/𝑠
6,33 𝑠
2) Kesalahan
0,0005 𝑚
∆𝑣𝐴−𝐶 = | + 6,33 s . 0,33 s| 0,632m/s
4,0000 𝑚
∆𝑣𝐴−𝐶 = |0,000125 + 2,0889|0,632 m/s
∆𝑣𝐴−𝐶 = |2,089025|0,632m/s
∆𝑣𝐴−𝐶 = 1,32 𝑚/𝑠
3) Kesalahan relatif
1,32
KR = × 100%
0,632
KR = 2,088 × 100% = 208,8% = 1 𝐴𝐵
4) Hasil pengukuran dilaporkan
𝑣 = |0,6 ± 1| 𝑚/𝑠
c. Lintasan A ke B ke C ke B
1) Hasil perhitungan
5,5000 𝑚
𝑣𝐴−𝐵 = = 0,634 𝑚/𝑠
8,67 𝑠
2) Kesalahan
0,0005 𝑚
∆𝑣𝐴−𝐵 = | + 8,67 s . 0,27 s| 0,634m/s
5,5000 𝑚
∆𝑣𝐴−𝐵 = |0,0000909 + 2,3409|0,634 m/s
∆𝑣𝐴−𝐵 = |2,3409909|0,634 m/s
∆𝑣𝐴−𝐵 = 1,48 𝑚/𝑠
3) Kesalahan relatif
1,48
KR = × 100%
0,634
KR = 2,334 × 100% = 233,4% = 1 𝐴𝐵
4) Hasil pengukuran dilaporkan
𝑣 = |0,6 ± 1| 𝑚/𝑠
d. Lintasan A ke B ke C ke B ke A
1) Hasil perhitungan
8,0000 𝑚
𝑣𝐴−𝐵 = = 0,69 𝑚/𝑠
11,6 𝑠
2) Kesalahan
0,0005 𝑚
∆𝑣𝐴−𝐵 = | + 11,6 s . 0,6 s| 0,69m/s
8,0000 𝑚
∆𝑣𝐴−𝐵 = |0,0000625 + 6,96|0,69 m/s
∆𝑣𝐴−𝐵 = |6,9600625|0,69 m/s
∆𝑣𝐴−𝐵 = 4,80 𝑚/𝑠
3) Kesalahan relatif
4,80
KR = × 100%
0,69
KR = 6,96 × 100% = 696% = 0 𝐴𝐵

Kegiatan 2:
A. Waktu tempuh
𝑡1 + 𝑡2 + 𝑡3
𝑡̅ =
3
δ1 = |𝑡1 − 𝑡|̅ , δ2 = |𝑡2 − 𝑡̅|, δ3 = |𝑡3 − 𝑡|
𝛥𝑡
𝐾𝑅 = 𝑥 100%
𝑡
𝑡 = |𝑡 ± 𝛥𝑡| 𝑠
1. Pada ketinggian 5,00 cm
ℎ = |5,00 ± 0,05|cm
a. Dari O ke A
𝑥 = |11,00 ± 0,05|cm
1) Hasil pengukuran
1,9 + 2,1 + 1,9
𝑡̅ = ( )
3
5,9
𝑡̅ = ( ) s
3
𝑡̅ = 1,97 s
𝑡 = 1,97s
2) Ketidakpastian
δ1 = |1,9 − 1,97| s = 0,07 s
δ2 = |2,1 − 1,97| s = 0,13 s
δ3 = |1,9 − 1,97| s = 0,07 s
𝛿𝑚𝑎𝑥 = 0,13 s
∆𝑡 = 0,13s
3) Angka berarti
0,13
𝐾𝑅 = 𝑥 100% = 6,6 % = 2 𝐴𝐵
1,97
4) Hasil pengukuran dilaporkan
𝑡 = |2,0 ± 0,13|s

b. Dari O ke B
𝑥 = |22,00 ± 0,05|cm
1) Hasil pengukuran
3,4 + 3,4 + 3,3
𝑡̅ = ( )
3
10,1
𝑡̅ = ( )s
3
𝑡̅ = 3,37 s
𝑡 = 3,37s
2) Ketidakpastian
δ1 = |3,4 − 3,37| s = 0,03 s
δ2 = |3,4 − 3,37| s = 0,03 s
δ3 = |3,3 − 3,37| s = 0,07 s
𝛿𝑚𝑎𝑥 = 0,07 s
∆𝑡 = 0,07s
3) Angka berarti
0,07
𝐾𝑅 = 𝑥 100% = 2,08 % = 3 𝐴𝐵
3,37
4) Hasil pengukuran dilaporkan
𝑡 = |3,37 ± 0,0700|s
c. Dari O ke C
𝑥 = |33,00 ± 0,05|cm
1) Hasil pengukuran
5,1 + 5,1 + 5,1
𝑡̅ = ( )
3
15,3
𝑡̅ = ( )s
3
𝑡̅ = 5,1 s
𝑡 = 5,1s
2) Ketidakpastian
δ1 = |5,1 − 5,1| s = 0 s
δ2 = |5,1 − 5,1| s = 0 s
δ3 = |5,1 − 5,1| s = 0 s
Karena δ = 0, maka kembali pada ketidakpastian alat
∆𝑡 = 0,1s
3) Angka berarti
0,1
𝐾𝑅 = 𝑥 100% = 1,96 % = 3 𝐴𝐵
5,1
4) Hasil pengukuran dilaporkan
𝑡 = |5,10 ± 0,0100|s
d. Dari O ke D
𝑥 = |44,00 ± 0,05|cm
1) Hasil pengukuran
6,9 + 6,8 + 6,8
𝑡̅ = ( )
3
20,5
𝑡̅ = ( )s
3
𝑡̅ = 6,83 s
𝑡 = 6,83s
2) Ketidakpastian
δ1 = |6,9 − 6,83| s = 0,07 s
δ2 = |6,8 − 6,83| s = 0,03 s
δ3 = |6,8 − 6,83| s = 0,03 s
𝛿𝑚𝑎𝑥 = 0,07 s
∆𝑡 = 0,07s
3) Angka berarti
0,07 𝑠
𝐾𝑅 = 𝑥 100% = 1,025 % = 3 𝐴𝐵
6,83 𝑠
4) Hasil pengukuran dilaporkan
𝑡 = |6,83 ± 0,0700|s
2. Pada ketinggian 10,00 cm
ℎ = |10,00 ± 0,05|cm
a. Dari O ke A
𝑥 = |11,00 ± 0,05|cm
1) Hasil pengukuran
1,5 + 1,5 + 1,5
𝑡̅ = ( )
3
4,5
𝑡̅ = ( ) s
3
𝑡̅ = 1,5 s
𝑡 = 1,5s
2) Ketidakpastian
δ1 = |1,5 − 1,5| s = 0 s
δ2 = |1,5 − 1,5| s = 0 s
δ3 = |1,5 − 1,5| s = 0 s
Karena δ = 0, maka kembali pada ketidakpastian alat
∆𝑡 = 0,1s
3) Angka berarti
0,1
𝐾𝑅 = 𝑥 100% = 6,67 % = 2 𝐴𝐵
1,5
4) Hasil pengukuran dilaporkan
𝑡 = |1,5 ± 0,10|s
b. Dari O ke B
𝑥 = |22,00 ± 0,05|cm
1) Hasil pengukuran
2,7 + 2,6 + 2,6
𝑡̅ = ( )
3
7,9
𝑡̅ = ( ) s
3
𝑡̅ = 2,63 s
𝑡 = 2,63s
2) Ketidakpastian
δ1 = |2,7 − 2,63| s = 0,07 s
δ2 = |2,6 − 2,63| s = 0,03 s
δ3 = |2,6 − 2,63| s = 0,03 s
𝛿𝑚𝑎𝑥 = 0,07 s
∆𝑡 = 0,07s
3) Angka berarti
0,07
𝐾𝑅 = 𝑥 100% = 2,67 % = 3 𝐴𝐵
2,63
4) Hasil pengukuran dilaporkan
𝑡 = |2,63 ± 0,0700|s
c. Dari O ke C
𝑥 = |33,00 ± 0,05|cm
1) Hasil pengukuran
3,9 + 4,0 + 4,0
𝑡̅ = ( )
3
11,9
𝑡̅ = ( )s
3
𝑡̅ = 3,97 s
𝑡 = 3,97s
2) Ketidakpastian
δ1 = |3,9 − 3,97| s = 0,07 s
δ2 = |4,0 − 3,97| s = 0,03 s
δ3 = |4,0 − 3,97| s = 0,03 s
𝛿𝑚𝑎𝑥 = 0,07 s
∆𝑡 = 0,07s
3) Angka berarti
0,07
𝐾𝑅 = 𝑥 100% = 1,76 % = 3 𝐴𝐵
3,97
4) Hasil pengukuran dilaporkan
𝑡 = |3,97 ± 0,0700|s
d. Dari O ke D
𝑥 = |44,00 ± 0,05|cm
5) Hasil pengukuran
5,1 + 5,1 + 5,1
𝑡̅ = ( )
3
15,3
𝑡̅ = ( )s
3
𝑡̅ = 5,1 s
𝑡 = 5,1s
6) Ketidakpastian
δ1 = |5,1 − 5,1| s = 0 s
δ2 = |5,1 − 5,1| s = 0 s
δ3 = |5,1 − 5,1| s = 0 s
Karena δ = 0, maka kembali pada ketidakpastian alat
∆𝑡 = 0,1s
7) Angka berarti
0,1
𝐾𝑅 = 𝑥 100% = 1,96 % = 3 𝐴𝐵
5,1
8) Hasil pengukuran dilaporkan
𝑡 = |5,10 ± 0,0100|s
B. Kecepatan

∆𝒙 𝑝𝑒𝑟𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛
⃗ =
𝒗 =
∆𝑡 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢

∆𝒙
⃗ =
𝒗
∆𝑡
⃗ = ∆𝑥 . ∆𝑡 −1
𝒗

𝜕𝒗 ⃗
𝜕𝒗
⃗ = |
𝑑𝒗 ⃗ + |
| 𝑑𝒙 | 𝑑𝑡
𝜕∆𝒙⃗ 𝜕∆𝑡 −1

𝛿𝒗 ⃗
𝛿𝒗
⃗ = |
∆𝒗 ⃗ + | −1 | ∆∆𝑡
| ∆∆𝒙
𝛿∆𝒙⃗ ∆𝑡
⃗ . ∆𝑡 −1 )
𝛿(∆𝒙 ⃗ . ∆𝑡 −1 )
𝛿(∆𝒙
⃗ = |
∆𝒗 ⃗ + |
| ∆∆𝒙 | ∆∆𝑡
𝛿∆𝒙 ⃗ 𝛿∆𝑡 −1
⃗ = |∆𝑡 −1 . ∆∆𝒙
∆𝒗 ⃗ | + |∆𝒙
⃗ . ∆∆𝑡|
∆𝒗 ⃗ ∆𝑡 −1 . ∆∆𝒙
⃗ + ∆𝒙 ⃗ . ∆∆𝑡
= | −1
|

𝒗 ⃗ . ∆𝑡
∆𝒙
∆∆𝒙 ⃗ ∆∆𝑡
⃗ =
∆𝒗 + −1

∆𝒙 ∆𝑡
∆∆𝒙 ⃗ ∆∆𝑡
⃗ = |
∆𝒗 ⃗
+ −1 | 𝒗

∆𝒙 ∆𝑡
∆∆𝒙 ⃗
⃗ = |
∆𝒗 ⃗
+ ∆𝑡. ∆∆𝑡| 𝒗

∆𝒙
∆𝒗 ⃗
KR = × 100%

𝒗
⃗ = |𝒗
𝒗 ⃗ | 𝑚/𝑠
⃗ ± 𝛥𝒗
1. Pada ketinggian 5,00 cm
ℎ = |5,00 ± 0,05|cm
a. Dari O ke A
𝑥 = |11,00 ± 0,05|cm
1) Hasil perhitungan
11,00 𝑐𝑚
⃗ 𝑂−𝐴 =
𝒗 = 5,58 𝑐𝑚/𝑠
1,97 𝑠
2) Kesalahan
0,05 𝑐𝑚
⃗ 𝑂−𝐴 = |
∆𝒗 + 1,97 s . 0,13 s| 5,58 𝑐𝑚/𝑠
11,00 𝑐𝑚
⃗ 𝑂−𝐴 = |0,004545 + 0,2561|5,58 𝑐𝑚/𝑠
∆𝒗
⃗ 𝑂−𝐴 = |0,260645|5,58 𝑐𝑚/𝑠
∆𝒗
⃗ 𝑂−𝐴 = 1,454 𝑐𝑚/𝑠
∆𝒗
3) Kesalahan relatif
1,454 cm/s
KR = × 100%
5,58 cm/s
KR = 0,2606 × 100% = 26% = 2 𝐴𝐵
4) Hasil pengukuran dilaporkan
⃗ = |5,6 ± 1,5| 𝑐𝑚/𝑠atau
𝒗
⃗ = |5,6. 10−2 ± 1,5. 10−3 | 𝑚/𝑠
𝒗
b. Dari O ke B
𝑥 = |22,00 ± 0,05|cm
1) Hasil perhitungan
22,00 𝑐𝑚
⃗ 𝑂−𝐵 =
𝒗 = 6,53 𝑐𝑚/𝑠
3,37 𝑠
2) Kesalahan
0,05 𝑐𝑚
⃗ 𝑂−𝐵 = |
∆𝒗 + 3,37 s . 0,07 s| 6,53 𝑐𝑚/𝑠
22,00 𝑐𝑚
⃗ 𝑂−𝐵 = |0,00227 + 0,2359|6,53 𝑐𝑚/𝑠
∆𝒗
⃗ 𝑂−𝐵 = |0,23817|6,53 𝑐𝑚/𝑠
∆𝒗
⃗ 𝑂−𝐵 = 1,555 𝑐𝑚/𝑠
∆𝒗
3) Kesalahan relatif
1,555 cm/s
KR = × 100%
6,53 cm/s
KR = 0,238 × 100% = 23,8% = 2 𝐴𝐵
4) Hasil pengukuran dilaporkan
⃗ = |6,5 ± 1,6| 𝑐𝑚/𝑠atau
𝒗
⃗ = |6,5. 10−2 ± 1,6. 10−2 | 𝑚/𝑠
𝒗
c. Dari O ke C
𝑥 = |33,00 ± 0,05|cm
1) Hasil perhitungan
33,00 𝑐𝑚
⃗ 𝑂−𝐶 =
𝒗 = 6,47 𝑐𝑚/𝑠
5,1 𝑠
2) Kesalahan
0,05 𝑐𝑚
⃗ 𝑂−𝐶 = |
∆𝒗 + 5,1 s . 0,1 s| 6,47 𝑐𝑚/𝑠
33,00 𝑐𝑚
⃗ 𝑂−𝐶 = |0,00152 + 0,51|6,47 𝑐𝑚/𝑠
∆𝒗
⃗ 𝑂−𝐶 = |0,51152|6,47 𝑐𝑚/𝑠
∆𝒗
⃗ 𝑂−𝐶 = 3,3095 𝑐𝑚/𝑠
∆𝒗
3) Kesalahan relatif
3,3095 cm/s
KR = × 100%
6,47 cm/s
KR = 0,5115 × 100% = 51,2% = 1 𝐴𝐵
4) Hasil pengukuran dilaporkan
⃗𝒗 = |6 ± 3| 𝑐𝑚/𝑠atau
⃗ = |6. 10−2 ± 3. 10−2 | 𝑚/𝑠
𝒗

d. Dari O ke D
𝑥 = |44,00 ± 0,05|cm
1) Hasil perhitungan
44,00 𝑐𝑚
⃗ 𝑂−𝐷 =
𝒗 = 6,44 𝑐𝑚/𝑠
6,83 𝑠
2) Kesalahan
0,05 𝑐𝑚
⃗ 𝑂−𝐷 = |
∆𝒗 + 6,83 s . 0,07 s| 6,44 𝑐𝑚/𝑠
44,00 𝑐𝑚
⃗ 𝑂−𝐷 = |0,001136 + 0,4781|6,44 𝑐𝑚/𝑠
∆𝒗
⃗ 𝑂−𝐷 = |0,479236|6,44 𝑐𝑚/𝑠
∆𝒗
⃗ 𝑂−𝐷 = 3,086 𝑐𝑚/𝑠
∆𝒗
3) Kesalahan relatif
3,086 cm/s
KR = × 100%
6,44 cm/s
KR = 0,4792 × 100% = 47,9% = 1 𝐴𝐵
4) Hasil pengukuran dilaporkan
⃗ = |6 ± 3| 𝑐𝑚/𝑠atau
𝒗
⃗ = |6. 10−2 ± 3. 10−2 | 𝑚/𝑠
𝒗
2. Pada ketinggian 10,00 cm
ℎ = |10,00 ± 0,05|cm
a. Dari O ke A
𝑥 = |11,00 ± 0,05|cm
1) Hasil perhitungan
11,00 𝑐𝑚
⃗ 𝑂−𝐴 =
𝒗 = 7,33 𝑐𝑚/𝑠
1,5 𝑠
2) Kesalahan
0,05 𝑐𝑚
⃗ 𝑂−𝐴 = |
∆𝒗 + 1,5 s . 0,13 s| 7,33 𝑐𝑚/𝑠
11,00 𝑐𝑚
⃗ 𝑂−𝐴 = |0,004545 + 0,195|7,33 𝑐𝑚/𝑠
∆𝒗
⃗ 𝑂−𝐴 = |0,260645|7,33 𝑐𝑚/𝑠
∆𝒗
⃗ 𝑂−𝐴 = 0,453 𝑐𝑚/𝑠
∆𝒗

3) Kesalahan relatif
0,453 cm/s
KR = × 100%
1,738 cm/s
KR = 0,2606 × 100% = 26% = 2 𝐴𝐵
4) Hasil pengukuran dilaporkan
⃗ = |1,7 ± 0,45| 𝑐𝑚/𝑠atau
𝒗
⃗ = |1,7. 10−2 ± 4,5. 10−3 | 𝑚/𝑠
𝒗
b. Dari O ke B
𝑥 = |22,00 ± 0,05|cm
1) Hasil perhitungan
22,00 𝑐𝑚
⃗ 𝑂−𝐵 =
𝒗 = 8,37 𝑐𝑚/𝑠
2,63 𝑠
2) Kesalahan
0,05 𝑐𝑚
⃗ 𝑂−𝐵 = |
∆𝒗 + 2,63 s . 0,07 s| 8,37 𝑐𝑚/𝑠
22,00 𝑐𝑚
⃗ 𝑂−𝐵 = |0,00227 + 0,1841|8,37 𝑐𝑚/𝑠
∆𝒗
⃗ 𝑂−𝐵 = |0,18637|8,37 𝑐𝑚/𝑠
∆𝒗
⃗ 𝑂−𝐵 = 1,5599 𝑐𝑚/𝑠
∆𝒗
3) Kesalahan relatif
1,5599 cm/s
KR = × 100%
2,63 cm/s
KR = 0,59311 × 100% = 59,3% = 1 𝐴𝐵
4) Hasil pengukuran dilaporkan
⃗ = |3 ± 2| 𝑐𝑚/𝑠atau
𝒗
⃗ = |3. 10−2 ± 2. 10−2 | 𝑚/𝑠
𝒗
c. Dari O ke C
𝑥 = |33,00 ± 0,05|cm
1) Hasil perhitungan
33,00 𝑐𝑚
⃗ 𝑂−𝐶 =
𝒗 = 8,31 𝑐𝑚/𝑠
3,97 𝑠

2) Kesalahan
0,05 𝑐𝑚
⃗ 𝑂−𝐶 = |
∆𝒗 + 3,97 s . 0,07 s| 8,31 𝑐𝑚/𝑠
33,00 𝑐𝑚
⃗ 𝑂−𝐶 = |0,00152 + 0,2779|8,31 𝑐𝑚/𝑠
∆𝒗
⃗ 𝑂−𝐶 = |0,27942|8,31 𝑐𝑚/𝑠
∆𝒗
⃗ 𝑂−𝐶 = 2,322 𝑐𝑚/𝑠
∆𝒗
3) Kesalahan relatif
2,322 cm/s
KR = × 100%
8,31 cm/s
KR = 0,27942 × 100% = 27,9% = 2 𝐴𝐵
4) Hasil pengukuran dilaporkan
⃗ = |8,3 ± 2,3| 𝑐𝑚/𝑠atau
𝒗
⃗ = |8,3. 10−2 ± 2,3. 10−2 | 𝑚/𝑠
𝒗
d. Dari O ke D
𝑥 = |44,00 ± 0,05|cm
1) Hasil perhitungan
44,00 𝑐𝑚
⃗ 𝑂−𝐷 =
𝒗 = 8,627 𝑐𝑚/𝑠
5,1 𝑠
2) Kesalahan
0,05 𝑐𝑚
⃗ 𝑂−𝐷 = |
∆𝒗 + 5,1 s . 0,1 s| 8,627 𝑐𝑚/𝑠
44,00 𝑐𝑚
⃗ 𝑂−𝐷 = |0,001136 + 0,51|8,627 𝑐𝑚/𝑠
∆𝒗
⃗ 𝑂−𝐷 = |0,511136|8,627 𝑐𝑚/𝑠
∆𝒗
⃗ 𝑂−𝐷 = 4,40957 𝑐𝑚/𝑠
∆𝒗
3) Kesalahan relatif
4,40957 cm/s
KR = × 100%
8,627 cm/s
KR = 0,51114 × 100% = 51,1% = 1 𝐴𝐵
4) Hasil pengukuran dilaporkan
⃗ = |9 ± 4| 𝑐𝑚/𝑠atau
𝒗
⃗ = |9. 10−2 ± 4. 10−2 | 𝑚/𝑠
𝒗

C. Plot grafik hubungan antara jarak tempuh dan waktu tempuh


1. Pada ketinggian 5,00 cm
50
45 y = 6.7278x - 1.5473
R² = 0.9975
40
35
jarak tempuh (cm)

30
25
20
15
10
5
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8
waktu tempuh (s)

Grafik 1. Hubungan antara jarak tempuh dan waktu tempuh


Dari grafik, y= mx+c dimana y=vx+𝛥v sehingga kecepatan (v) adalah 6,7278cm/s
dan ketidakpastian 1,5473 cm/s
Kemiringan garis naik ke arah kanan, sehingga kemiringannya adalah positif dan v
adalah positif sehingga kecepatan konstan. Kemiringan diperoleh dengan membagi
selang vertikal (satuan jarak) sepanjang garis tangen dengan selang waktu
horizontal yang berhubungan (dengan satuan waktu). Dengan selang vertikal
𝑠𝑖𝑛𝜃
adalah nilai sin ɵ dan selang horizontal adalah nilai cos ɵ. Sehingga =
𝑐𝑜𝑠𝜃

𝑡𝑎𝑛𝜃 = 𝑣
𝑠𝑖𝑛𝜃 𝑥4 − 𝑥1 44 𝑐𝑚 − 11 𝑐𝑚 33 𝑐𝑚
v = tan 𝜃 = = = = = 6,79 𝑐𝑚/𝑠
𝑐𝑜𝑠𝜃 𝑡4 − 𝑡1 6,83 𝑠 − 1,97 𝑠 4,86 𝑠
Kecepatan yang konstan ini ditunjukkan dari semakin tinggi jarak tempuh, maka
semakin tinggi pula waktu tempuh. Sehingga kecepatan tak berubah terhadap
waktu sehingga percepatan sama dengan nol sehingga gerak gelembung
merupakan Gerak Lurus Beraturan (GLB).

2. Pada ketinggian 10,00 cm


50
45 y = 9.0501x - 2.3654
40 R² = 0.9988
35
jarak tempuh (cm)

30
25
20
15
10
5
0
0 1 2 3 4 5 6
waktu tempuh (s)

Grafik 2.Hubungan antara jarak tempuh dan waktu tempuh


Dari grafik, y= mx+c dimana y=vx+𝛥v sehingga kecepatan (v) adalah 9,0501cm/s
dan ketidakpastian 2,3654 cm/s
Kemiringan garis naik ke arah kanan, sehingga kemiringannya adalah positif dan v
adalah positif sehingga kecepatan konstan. Kemiringan diperoleh dengan membagi
selang vertikal (satuan jarak) sepanjang garis tangen dengan selang waktu
horizontal yang berhubungan (dengan satuan waktu). Dengan selang vertikal
𝑠𝑖𝑛𝜃
adalah nilai sin ɵ dan selang horizontal adalah nilai cos ɵ. Sehingga =
𝑐𝑜𝑠𝜃

𝑡𝑎𝑛𝜃 = 𝑣
𝑠𝑖𝑛𝜃 𝑥4 − 𝑥1 44 𝑐𝑚 − 11 𝑐𝑚 33 𝑐𝑚
v = tan 𝜃 = = = = = 9,167 𝑐𝑚/𝑠
𝑐𝑜𝑠𝜃 𝑡4 − 𝑡1 5,1 𝑠 − 1,5 𝑠 3,6 𝑠
Kecepatan yang konstan ini ditunjukkan dari semakin tinggi jarak tempuh, maka
semakin tinggi pula waktu tempuh. Sehingga kecepatan tak berubah terhadap
waktu sehingga percepatan sama dengan nol sehingga gerak gelembung
merupakan Gerak Lurus Beraturan (GLB).

8. PEMBAHASAN
Kegiatan 1:
Pada kegiatan pertama kami terlebih dahulu menentukan NST meteran dan stopwatch,
lalu mengukur panjang lintasan A ke B dan B ke C yang berbentuk segitiga siku-siku.
Kemudian menentukan rata-rata nilai waktu untuk setiap lintasan, jarak, dan perpindahan dari
tiap lintasan yang ditentukan.Dari data hasil pengamatan, digunakan untuk mencari kecepatan
rata-rata dan kelajuan rata-rata dari 3 kali pengukuran.Dari perhitungan yang didapatkan,
menunjukkan bahwa kecepatan rata-rata bergantung pada besar perpindahan, sedangkan
kelajuan rata-rata bergantung pada besar jarak.Dimana kecepatan dan perpindahan merupakan
besaran vektor yang selain memiliki nilai juga memiliki arah.Sedangkan kelajuan dan jarak
merupakan besaran skalar yang hanya memiliki nilai.
Dari data jarak diperoleh lintasan A ke B adalah 2,5000 m dengan waktu tempuh 3,47 s.
Lintasan A ke B ke C adalah 4,0000 m dengan waktu 6,33 s. lintasan A ke B ke C ke B adalah
5,5000 m dengan waktu 8,67 s. lintasan A ke B ke C ke B ke A adalah 8,0000 m dengan
waktu 11,6 s. Data tersebut menunjukkan bahwa jarak berbanding lurus dengan waktu.
Karena semakin besar jarak maka waktu yang dibutuhkan untuk menempuh lintasan juga
semakin besar.
Dari data perpindahan diperoleh lintasan A ke B adalah 2,5000 m dengan waktu tempuh
3,47 s. Lintasan A ke B ke C adalah 2,9500 m namun, setelah dilakukan perhitungan
berdasarkan vektor posisi diperoleh 2,9150 m. Ini terjadi karena dalam pengukuran rekan
kamimembulatkan angka 0,9150 menjadi 0,9500 agar perhitungan kecepatan lebih mudah
dilakukan. Sehingga waktu yang tercatat adalah 6,33 s. lintasan A ke B ke C ke B adalah
2,5000 m dengan waktu 8,67 s. Lintasan A ke B ke C ke B ke A adalah 0 m dengan waktu
11,6 s. Sehingga dapat disimpulkan waktu yang semakin besar belum tentu menunjukkan
perpindahan yang besar pula.
Dari hasil perhitungan kecepatan diperoleh lintasan A ke B adalah 0,72 m/s. Lintasan A
ke B ke C adalah 0,46 m/ s. Lintasan A ke B ke C ke B adalah -0,288 m/s. Lintasan A ke B ke
C ke B ke A adalah 0 m/s. Dari data yang awalnya memiliki kecepatan 0,72 m/s turun
menjadi 0,288 m/s ke arah x negatif dan kembali naik ke 0 m/s. Menunjukkan bahwa
kecepatan menjadi semakin kecil dengan bertambahnya waktu. Sehingga kecepatan
berbanding terbalik dengan waktu.Yang berati benda tidak bergerak lurus beraturan.
Analisis ketidakpastian kecepatan diperoleh lintasan A ke B adalah 0,92 m/s. sehingga
KR sama dengan 127,8%. Lintasan A ke B ke C adalah 0,961 m/s sehingga KR sama dengan
209%. Lintasan A ke B ke C ke B adalah -0,674 m/s sehingga KR sama dengan 234%.
Lintasan A ke B ke C ke B ke A adalah 0 m/s. Dari data menunjukkan kesalahan relatif yang
cukup tinggi sehingga penggunaan angka berarti adalah 1. Ini terjadi karena nilai kelajuan
yang tinggi membuat kesalahan yang tinggi pula berdasarkan data waktu yang kurang
kepresisiannya menyebabkan δmas juga besar.
Dari hasil perhitungan kelajuan diperoleh lintasan A ke B adalah 0,72 m/s. Lintasan A ke
B ke C adalah 0,632 m/ s. Lintasan A ke B ke C ke B adalah 0,634 m/s. Lintasan A ke B ke C
ke B ke A adalah 0,69 m/s. Menunjukkan bahwa kelajuan suatu gerak konstan sehingga
semakin besar jarak maupun waktu, maka kelajuannya tetap. Yang berarti benda bergerak
lurus beraturan.
Analisis ketidakpastian kelajuann diperoleh lintasan A ke B adalah 0,92 m/s. sehingga
KR sama dengan 127,8%. Lintasan A ke B ke C adalah 1,32 m/s sehingga KR sama dengan
208,8%. Lintasan A ke B ke C ke B adalah 1,48 m/s sehingga KR sama dengan 233,4%.
Lintasan A ke B ke C ke B ke A adalah 4,8 m/s, sehingga KR sama 696% Dari data
menunjukkan kesalahan relatif yang cukup tinggi sehingga penggunaan angka berarti adalah
1. Sedangkan pada data terkahir penggunaan menjadi 0.Ini terjadi karena nilai kelajuan yang
tinggi membuat kesalahan yang tinggi pula berdasarkan data waktu yang kurang
kepresisiannya menyebabkan δmas juga besar.
Kegiatan 2:
Pada kegiatan kedua, kami terlebih dahulu menentukan NST mistar dan stopwatch lalu
menentukan panjang lintasan OA, AB, BC, dan CD yang memiliki selang yang sama yaitu 11
cm. Kemudian salah satu ujung tabung diangkat sehingga gelembung bergerak kemudian
ditentukan waktu yang diperlukan gelembung untuk melintasi dari titik O yaitu 0 cm ke A, ke
B, ke C, ke D sebanyak 3 kali pengukuran untuk ketinggian berbeda yaitu 5,00 cm dan 10,00
cm. Kemudian kami mencari rata-rata nilai waktu untuk setiap lintasan. Dan dari data hasil
pengamatan, dihitung kecepatan gelembung.
Dari perhitungan kecepatan pada ketinggian 5,00 cm diperoleh untuk lintasan OA adalah
5,58 m/s, untuk lintasan OB adalah 6,53 m/s, untuk lintasan OC adalah 6,47 m/s, dan untuk
lintasan OD adalah 6,44 m/s. Dari hasil kecepatan menujukkan angka yang relatif sama atau
mendekati. Sehingga kecepatan tiap lintasan konstan.
Analisis ketidakpastian kelajuann diperoleh lintasan O ke A adalah 1,454 m/s. sehingga
KR sama dengan 26%. Lintasan O ke B adalah 1,555 m/s sehingga KR sama dengan 23,8%.
Lintasan O ke C adalah 3,3095 m/s sehingga KR sama dengan 51,2%. Lintasan O ke D
adalah3,086 m/s, sehingga KR sama 47,9% Dari data menunjukkan kesalahan relatif yang
sesuai sehingga penggunaan angka berarti adalah 2. Sedangkan pada data 3 dan 4 penggunaan
menjadi 1.
Dari perhitungan kecepatan pada ketinggian 10,00 cm diperoleh untuk lintasan OA
adalah 7,33 m/s, untuk lintasan OB adalah 8,37 m/s, untuk lintasan OC adalah 8,31 m/s, dan
untuk lintasan OD adalah 8,627 m/s. Dari hasil kecepatan menujukkan angka yang relatif
sama atau mendekati. Sehingga kecepatan tiap lintasan konstan.
Analisis ketidakpastian kelajuann diperoleh lintasan O ke A adalah 0,453 m/s. sehingga
KR sama dengan 26%. Lintasan O ke B adalah 1,5599 m/s sehingga KR sama dengan 59,3%.
Lintasan O ke C adalah 2,322 m/s sehingga KR sama dengan 27,9%. Lintasan O ke D adalah
4,40957 m/s, sehingga KR sama 51% Dari data menunjukkan kesalahan relatif yang sesuai
sehingga penggunaan angka berarti adalah 2. Sedangkan pada data 2 dan 4 penggunaan
menjadi 1.Ini terjadi karena nilai kelajuan yang tinggi membuat kesalahan yang tinggi pula
berdasarkan data waktu yang kurang kepresisiannya menyebabkan δmas juga besar.
Dari hasil perhitungan kecepatan untuk ketinggian 5,00 cm dan 10,00 cm sama-sama
konstan sesuai dengan plot grafik yang diperoleh menunjukkan untuk ketinggian 5,00 cm
kecepatannya adalah 6,7278 cm/s dan untuk ketinggian 10,00 cm kecepatannya 9,0501 cm/s.
Begitu pula dengan nilai tangen sudut yang diperoleh darikemiringan garis naik ke arah
kanan, sehingga kemiringannya adalah positif dan v adalah positif sehingga kecepatan
konstan. Kemiringan diperoleh dengan membagi selang vertikal (satuan jarak) sepanjang
garis tangen dengan selang waktu horizontal yang berhubungan (dengan satuan waktu).
Dengan selang vertikal adalah nilai sin ɵ dan selang horizontal adalah nilai cos ɵ. Sehingga
𝑠𝑖𝑛𝜃
= 𝑡𝑎𝑛𝜃 = 𝑣 dengan hasil pada ketinggian 5,00 cm adalah 6,79 cm/s dan pada ketinggian
𝑐𝑜𝑠𝜃

10,00 cm adalah 9,167 m/s yang sama-sama mendekati nilai kecepatan pada fungsi y yaitu
6,7278 cm/s dan 9,0501 cm/s.
Sehingga kedua plot grafik menunjukkan bahwa gerak gelembung merupakan gerak lurus
beraturan dengan lintasan yang lurus (tidak berkelok maupun belok), tak ada perubahan
kecepatan terhadap waktu, sehingga kecepatannya konstan, dan percepatannya pun sama
dengan nol

9. KESIMPULAN
Simpulan berdasarkan rumusan masalah yang diajukan adalah,
1. Jarak adalah total panjang lintasan suatu partikel yang bergerak yang merupakan
besaran skalar sehingga memiliki nilai. Sedangkan perpindahan adalah perubahan
posisi suatu partikel yang bergerak dari posisi awalnya yang merupakan besaran
vektor yang selain memiliki nilai juga memiliki arah. semakin besar jarak maka
waktu yang dibutuhkan untuk menempuh lintasan juga semakin besar. Sedangkan
waktu yang semakin besar belum tentu menunjukkan perpindahan yang besar pula.
2. Kelajuan rata-rata partikel sebuah besaran skalar, didefinisikan sebagai jarak
tempuh total dibagi waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak tersebut pada
𝑠
suatu interval waktu𝑣̅ = 𝑡 . Kelajuan benda yang sedang bergerak hanya

menyatakan seberapa cepat benda bergerak, tanpa mempedulikan arahnya.


Sedangkan kecepatan rata-rata𝑣̅𝑥 sebuah partikel didefinisikan sebagai
perpindahan partikel ∆𝒙 dibagi selang waktu ∆𝑡 selama perpindahan tersebut
∆𝒙
̅𝑥 ≡
terjadi𝒗 . Misalkan suatu benda bergerak lurus pada waktu ti berada pada
∆𝑡

posisi xi dan pada waktu tf berada pada posisi xf. Benda tersebut mengalami
̅ benda tersebut dalam interval waktu tf –
perpindahan xf - xi. Kecepatan rata-rata 𝒗
𝒙𝑓 −𝒙𝑖
̅=
tiadalah𝒗 . Kelajuan rata-rata berdasarkan pada jarak, sedangkan kecepatan
𝑡𝑓 −𝑡𝑖

rata-rata berdasarkan pada perpindahan.


3. Hubungan antara jarak tempuh dan waktu tempuh adalah berbanding lurus dalam
gerak GLB yaitu semakin besar jarak tempuh suatu benda, maka semakin besar
pula waktu yang dibuthkan untuk menempuh jarak tersebut. Sehingga keduanya
menghasilkan kelajuan maupun besar kecepatan dengan pembagian jarak tempuh
terhadap waktu tempuh.
4. Suatu gerak partikel dikatakan bergerak lurus beraturan (GLB) jika melalui suatu
lintasan yang lurus, kecepatan konstan,tidak ada perubahan kecepatan terhadap
waktu, sehingga perpatan sama dengan nol. Karena jika suatu partikel memiliki
percepatan baik itu dipercepat maupun diperlambat maka partikel tersebut
dinamakan gerak lurus berubah beraturan (GLBB). Dengan selang vertikal adalah
𝑠𝑖𝑛𝜃
nilai sin ɵ dan selang horizontal adalah nilai cos ɵ. Sehingga = 𝑡𝑎𝑛𝜃 = 𝑣.
𝑐𝑜𝑠𝜃
Dari hasil tersebut menunjukkan kcepatan konstan yang merupakan kriteria GLB
.dan tentunya harus ditinjau pula dari lintasan yang lurus.
5. Kemiringan tangen yaitu nilai tangen yang terbentuk dari dinaikkannya posisi
salah satu ujung tabung sama dengan kecepatan gelembung. Semakin besar nilai
tan 𝜃, maka semakin besar pula kecepatan gelembung. Yang berarti waktu yang
dibutuhkan gelembung untuk melalui lintasan akan semakin kecil sesuai dengan
hubungan antara kecepatan/kelajuan dengan waktu yaitu berbanding terbalik.

10. DAFTAR RUJUKAN


Herman dan asisten. 2014. PENUNTUN PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1. Makassar: Unit
Laboratorium Fisika Dasar
Nurrachmandani, Setya. 2009. FISIKA 1 Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: BSE
Serway, Raymond A. dan Jewett, Jr. John W. 2009.FISIKA untuk Sains dan Teknik.Jakarta:
Salemba Teknika
Supiyanto. 2007. FISIKA SMA Jilid 1 untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga
Young, Hugh D. dkk. 2002 FISIKA UNIVERSITAS Edisi Kesepuluh Jilid .Jakarta: Erlangga
Laporan Percobaan

Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)

A. Tujuan
Untuk mengetahui gerak lurus berubah beraturan (GLBB)

B. Dasar Teori
GLBB adalah gerak suatu benda pada lintasan lurus dengan percepatan linear tetap dengan
kecepatan (percepatan positif), maka kecepatannya semakin lama semakin cepat yang disebut
dengan GLBB dipercepat. Sebaliknya apabila percepatan berlawanan arah maka
kecepatannya semakin lama semakin lambat dan akhirnya berhenti. Hal tersebut dinamakan
GLBB diperlamabat.

C. Alat dan Bahan


1) Katrol gantung tunggal

2) Stop watch

3) Penggaris

4) Beban gantung 100 gr (2 buah)

5) Statif dan klem

6) Benang kasur

7) Plastisin

8) Beban tambahan

D. Cara Kerja

Isilah lembar kerja sesuai dengan petunjuk!

1. Menyusun alat.

2. Tentukan dan ukur jarak Ab dan BC (usahakan AB > BC)

3. Biarkan sistem bergerak (M1 dan m) turun dan M2 naik, usahakan agar beban
tambahan m tertinggal di ring pembatas B

4. Ukur waktu yang dibutuhkan (M1 + m) dari A ke B (tAB) dan M1 untuk bergerak dari
B ke C (tBC)
5. Lakukan percobaan sampai 5 x dengan jarak AB (titik A tetap, C tetap, B berubah)
dan catat datanya pada table.

E. Data Hasil Pengamatan


No Beban (gr) 𝑆𝐴𝐵 (cm) 𝑇𝐴𝐵 (sek) 𝑆𝐵𝐶 (cm) 𝑇𝐵𝐶 (sek)
1 100 25 1,60 60 2,54
2 100 30 1,67 55 2,12
3 100 35 1,97 50 1,98
4 100 40 1,84 45 1,79
5 100 45 1,95 40 1,12

F. Pembahasan
Benda yang melakukan gerak dari keadaan diam atau mulai dengan kecepatan awal akan
berubah kecepatannya karena ada percepatan.

G. Kesimpulan
Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) adalah gerak yang lintasannya berupa garis lurus
dan kecepatannya selalu berubah secara tetap (beraturan) serta mempunyai percepatan tetap.

H. Daftar Pusaka

Rumanta, M. (2019). Praktikum IPA di SD. Jakarta: PT. Prata Sejati Mandiri.

Anda mungkin juga menyukai