Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem pendidikan di Indonesia telah dibangun dari dulu sampai sekarang,

yang terus berusaha meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Sistem

pendidikan adalah satu kesatuan yang utuh dan menyeluruh yang saling

bertautan dan berhubungan dalam suatu sistem untuk mencapau tujuan

pendidikan nasional secara umum.

Menurut UU No. 20 tahun 2003, sistem pendidikan nasional harus mampu

menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta

relevasi efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai

dengan tuntutan perubahan kehidpan lokal, nasional, dan global sehingga

perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah, dan

berkesinambungan. Dalam pembangunan pendidikan tidak akan lepas dari

peran keluarga, yang merupakan satu hal yang peling penting dalam

menunjang keberlangsungan pendidikan.

Keluarga menjadi pertahanan utama yang dapat menangkal berbagai

pengaruh negatif dari dinamika sosial yang ada. Pengaruh negatif yang

diakibatkan oleh adanya interaksi antara dinamika eksternal dan internal

dalam komunitas yang bersentuhan dengan sistem sosial lainnya diharapkan

dapat ditangkal oleh sebuah keluarga yang memiliki ketahanan keluarga yang

tangguh. Oleh karena itu, pengukuran ketahanan keluarga yang dapat

1
menggambarkan ketangguhan keluarga di Indonesia dalam menangkal

berbagai dampak negatif yang datang dari dalam komunitas maupun dari luar

komunitas menjadi hal yang sangat mendesak untuk dilakukan.

Keluarga sejahtera merupakan pondasi dasar bagi keutuhan , kekuatan dan

keberlanjutan pengembangan pendidikan. Keluarga sebagai sebuah sistem

sosial terkecil yang mempunyai pernana peting dalam mencapai kesejahteraan

dan keluarga menjadi longkungan sosial pertama yang memperkenalkan cinta

kasih, moral, keagamaan, sosial budaya dan lain sebagainya. Maka dari itu

peran awal dari pendidikan adalah pendidikan dari keluarga, yang menjadi

sarana dan tempat awal memperoleh pendidikan.

Fungsi keluarga dalam pemenuhan kebutuhan fisik dan non fisik terdiri

atas 8 fungsi diantaranya, fungsi agama, fungsi sosial budaya, fugsi cinta

kasih, fungsi perlindungan, fungsi reproduksi, fungsi sosialisasi dan

pendidikan, fungsi ekonomi dan fungsi pembinaan lingkungan. (Herawati,

Krisnatuti, Hastuti, & Latifah, 2020). Dalam hal ini sangat penunjukan fungsi

dan peran keluarga adalah dasar utama dalam keberlangsungan pendidikan,

baik pendidikan formal maupun nonformal.

Sehubungan dengan uraian di atas pemakalah tertarik untuk melakukan

pengkajian yang terkait dengan teori, proses dan konteks social budaya

pendidikan. Pengkajian makalah ini untuk mencari tahu bagaimana sistem

pendidikan nasional dan ketahanan keluarga.

2
B. Rumusan Masalah

Dalam penulisan makalah ini penulis akan mengkaji dengan rumusan

masalah sebagai berikut :

1. Apakah definisi sistem pendidikan nasional?

2. Apa pengertian sistem pendidikan nasional?

3. Bagaimana upaya pengembangan sistem pendidikan nasional?

4. Bagaimana upaya pembangunan pendidikan?

5. Apakah definisi sistem ketahanan keluarga?

6. Apak sajakah konsep keluarga?

7. Bagaimana konsep ketahanan keluarga?

C. Tujuan Penyusunan Makalah

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah

1. Untuk memahami definisi sistem pendidikan nasional

2. Untuk mengetahui pengertian sistem pendidikan nasional

3. Untuk mengetahui upaya pengembangan sistem pendidikan nasional?

4. Untuk memahami upaya pembangunan pendidikan

5. Untuk mengetahui sistem ketahanan keluarga

6. Untuk memahami konsep keluarga

7. Untuk mengetahui konsep ketahanan keluarga

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

Istilah sistem berasal dari bahasa Yunani "systema", yang mempunyai arti

bagian-bagian yang terhimpun atau komponen yang saling berhubungan

secara teratur dan merupakan suatu keseluruhan. Sedangkan dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia sistem diartikan seperangkat unsur yang secara teratur

saling berkaitan sehingga membentuk satu totalitas. Hal senada pun terdapat

pada Kamus Umum Bahasa Indonesia yang mengartikan sistem adalah

sekelompok bagian yang bekerja bersama-sama untuk melakukan sesuatu.

Secara umum pengertian sistem adalah jumlah keseluruhan dari bagian-

bagiannya yang saling bekerja sama untuk mencapai hasil  yang diharapkan

berdasarkan kebutuhan yang telah ditentukan. Setiap sistem mempunyai

tujuan, dan semua kegiatan dari komponen-komponen atau bagian-bagiannya

diarahkan untuk tercapainya tujuan tersebut.

Setiap sistem yang ada mempunyai ciri-ciri dasar sebagai berikut; tujuan,

fungsi, komponen, interaksi atau saling berhubungan, penggabungan yang

menimbulkan jalinan perpaduan, proses transformasi, umpan balik untuk

korelasi dan daerah batasan atau lingkungan. Melihat dari ciri-ciri tersebut di

atas dapat diketahui bahwa pendidikan adalah suatu sistem. Hal ini terlihat

pada pendidikan yang mempunyai komponen-komponen seperti pada ciri-ciri

4
suatu sistem. Sehingga pendidikan tidak dapat terlepas dengan suatu sistem.

Adapun komponen-komponen sistem pendidikan tersebut adalah :

1. Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan adalah seperangkat sasaran ke mana pendidikan

diarahkan. Sasaran yang ingin dicapai melalui pendidikan sama dengan

fungsi pendidikan. Wujud tujuan pendidikan dapat berupa pengetahuan,

keterampilan, nilai dan sikap. Sedangkan fungsi dari tujuan pendidikan

adalah memberikan arah terhadap semua kegiatan dalam proses

pendidikan.

2. Peserta Didik

Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mngembangkan

potensi diri melalui proses pendidikan. Sosok peserta didik umumnya

merupakan sosok anak yang membutuhkan bantuan orang lain untuk bisa

tumbuh dan berkembang ke arah kedewasaan. Sedangkan fungsi dari

peserta didik adalah sebagai objek dan sekaligus sebagai subjek

pendidikan. Sebagai objek karena menerima perlakuan-perlakuan tertentu,

tetapi dalam pandangan pendidikan modern peserta didik lebih tepat

dikatakan sebagai subjek atau pelaksana pendidikan.

3. Pendidik

Pendidik adalah setiap orang yang dengan sengaja mempengaruhi orang

lain untuk mencapai tingkat kemanusiaan yang lebih tinggi. Pendapat lain

mengemukakan pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap

pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik. Pendidik juga

5
diartikan sebagai orang yang dengan sengaja membantu orang lain untuk

mencapai kedewasaan. Fungsi dari pendidik adalah sebagai pembimbing

pengarah, untuk menumbuhkan aktivitas peserta didik dan sekaligus

sebagai pemegang tanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan.

4. Metode, Alat dan Materi Pendidikan

Alat dan Metode pendidikan merupakan dua hal yang saling berkait satu

sama lain. Alat pendidikan lebih melihat jenisnya sedangkan metode

pendidikan melihat dari segi efisiensi dan efektivitas. Alat pendidikan

merupakan faktor pendidikan yang sengaja dibuat dan digunakan demi

pencapaian tujuan pendidikan tertentu. Alat pendidikan bisa berupa

perbuatan pendidik maupun benda-benda sebagai alat bantu pendidikan.

Sedangkan metode pendidikan merupakan cara praktis yang dipakai

pendidik untuk menyampaikan materi pendidikan agar bisa secara efektif

dan efisien diterima oleh peserta didik. Adapun materi pendidikan adalah

segala sesuatu yang merupakan isi pendidikan yang diberikan kepada

peserta didik untuk keperluan pertumbuhan atau perkembangan jiwa dan

raga peserta didik serta berguna sebagai modal bagi kehidupannya di masa

datang. Fungsi dari alat, metode dan materi pendidikan adalah untuk

mempermudah atau mempercepat tercapainya tujuan pendidikan.

5. Lingkungan

Lingkungan pendidikan diartikan sebagai segala sesuatu yang melingkupi

proses berlangsungnya pendidikan. Lingkungan pendidikan bisa berupa

lingkungan fisik, sosial, budaya, keamanan dan kenyamanan. Antara

6
proses pendidikan dengan lingkungan merupakan dua hal yang tidak bisa

dilepaskan. Lingkunagan pendidikan yang dimaksudkan adalah orang tua,

sekolah dan masyarakat. Fungsinya adalah sebagai wadah atau lapangan

terlaksananya proses pendidikan. Dalam hal ini yang dimaksudkan adalah

lingkungan yang dengan sengaja digunakan sebagai alat dalam proses

pendidikan.

Pendidikan Nasional sendiri mempunyai arti suatu sistem pendidikan yang

berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh falsafah hidup suatu bangsa dan

tujuannya bersifat mengabdi kepada kepentingan dan cita-cita nasional bangsa

tersebut. Berkenaan dengan pendidikan nasional  sebagai suatu sistem dapat di

artikan dari dua sudut pandang; pertama menurut fungsinya dan kedua

menurut  strukturnya.

Menurut fungsinya, pendidikan nasional merupakan sistem

penyelenggaraan pendidikan oleh negara, dalam rangka mewujudkan hak

menentukan eksistensi nasional bangsanya dalam bidang pendidikan.

Sedangkan menurut strukturnya, pendidikan nasional  sebagai sistem adalah

keseluruhan suatu kegiatan pendidikan yang direncanakan, dilaksanakan, dan

dikendalikan dalam rangka menunjang tercapainya tujuan pendidikan nasional

suatu negara.

Jadi pengertian sistem pendidikan nasional adalah rangkaian kegiatan

penyelenggaraan pendidikan yang bertaraf nasional yang di dalamnya

mencakup aneka komponen yang terlibat dalam rangka mencapai tujuan

pendidikan nasional.

7
Sedangkan pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional menjelaskan tentang pengertian Sistem pendidikan

Nasional tertera pada Bab I pasal 1 ayat 3 yang berbunyi : Sistem pendidikan

nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara

terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

Dari beberapa teoritis di atas dapat diartikan bahwa sistem pendidikan

nasional adalah suatu keseluruhan yang terpadu dari semua satuan dan

aktifitas pendidikan yang berkaitan satu dengan yang lainya untuk

mengusahakan tercapainya tujuan pendidikan nasional. Dalam hal ini, sistem

pendidikan nasional tersebut merupakan suprasistem, yaitu suatu sistem yang

besar dan kompleks, yang di dalamnya tercakup beberapa bagian-bagian yang

juga merupakan sistem-sistem.

B. PENGERTIAN SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

1. Pengertian Sistem Pendidikan Nasional

Sistem merupakan suatu perangkat yang saling bertautan, yang

tergabung menjadi suatu keseluruhan, sedangkan pendidikan merupakan

suatu usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan

bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan. Pendidikan nasional adalah

pendidikan yang berdasarkan pancasila dan UUD negara republik

indonesia tahun 1945 yang berakar pada pada nilai-nilai agama,

kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan zaman.

Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa sistem pendidikan nasional

8
adalah satu kesatuan yang utuh dan menyeluruh yang saling bertautan dan

berhubungan dalam suatu sistem untuk mencapai tujuan pendidikan

nasional secara umum.

Sistem pendidikan nasional Indonesia disusun berlandaskan

kepada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasar pada Pancasila dan

UUD 1945 sebagai kristalisasi nilai-nilai hidup bangsa Indonesia. Dalam

UU No.20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 3 dikemukakan bahwa sistem

pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling

terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. 

2. Fungsi dan Tujuan Sistem Pendidikan Nasional 

Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan

kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia

Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Pendidikan nasional bertujuan mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, untuk berkembangnya potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,

dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab. 

3. Visi dan Misi Sistem Pendidikan Nasional 

Pendidikan nasional itu mempunyai visi yaitu terwujudnya sistem

pendidikan nasional sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk

memberdayakansemua warga Negara Indonesia berkembang menjadi

9
manusia yang berkualitas, sehingga mampu dan proaktif menjawab

tantangan  zaman yang selalu berubah.

Adapun misi dari pendidikan nasional tersebut yaitu: 

a. Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh

pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia. 

b. Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa

secara utuh sejak dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan

masyarakat belajar. 

c. Meningkatkan kualitas proses pendidikan untuk mengoptimalkan

pembentukan kepribadian yang bermoral. 

d. Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan

sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan,

pengalaman, sikap dan nilai berdasarkan standar nasional dan global. 

e. Memberdayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan

pendidikan berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks Negara

Kesatuan RI. 

4. Jalur, Jenjang, dan Jenis Program Pendidikan Nasional 

Dalam sistem pendidikan nasional, peserta didiknya adalah semua

warga negara, artinya setiap satuan pendidikan yang ada harus

memberikan kesempatan memberi kesempatan menjadi peserta didiknya

kepada semua warga negara yang memenuhi persyaratan tertentu sesuai

dengan kekhususannya, tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama,

suku bangsa dan sebagainya Hal ini sesuai dengan UUD 1945 pasal 31

10
Ayat (1) dan (2) yang berbunyi “ Tiap-tiap warga negara berhak mendapat

pengajaran”, dan  “bahwa setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan

dasar  dan pemerintah wajib membiayainya”.Dari amandemen keempat

UUD 1945, pasal tersebut mengarahkan fungsi konstitusional dari

diselenggarakannya satu sistem pendidikan nasional yakni mencerdaskan

kehidupan bangsa.

UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan nasional pada

Pasal 13 ayat (1) menyebutkan bahwa jalur pendidikan terdiri atas

pendidikan formal, non formal dan informal yang dapat saling melengkapi

dan memperkaya. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar,

pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.Adapun jenis pendidikan

mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi,

keagamaan, dan khusus. 

a. Pendidikan Formal

1) Pendidikan Dasar 

- Sekolah dasar  (SD), Madrasah Ibtidaiyah (MI) 

- Sekolah Menengah Pertama (SMP), Madrasah Tsanawiyah

(MTs)

2) Pendidikan Menegah 

- Sekolah Menegah Atas (SMA) 

- Madrasah Aliyah (MA) 

- Sekolah Menegah Kejuruan (SMK) 

- Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK)

11
3) Pendidikan Tinggi 

- Akademi, yakni perguruan tinggi yang menyelenggarakan

pendidikan terapan dalam satu cabang atau sebagian cabang

ilmu pengetahuan teknologi dan kesenian tertentu. 

- Politeknik, yakni perguruan tinggi yang menyelenggarakan

pendidikan terapan dalam sejumlah bidang pengetahuan

khusus. 

- Sekolah tinggi, yakni perguruan tinggi yang menyelenggarakan

pendidikan akademik atau professional dalam suatu disiplin

ilmu pada bidang tertentu. 

- Institut, yakni perguruan tinggi yang terdiri sejumlah fakultas

yang menyelenggarakan pendidikan

akademik/profesioanl dalam sekelompok disiplin ilmu yang

sejenis.

- Universitas, yakni perguruan tinggi yang terdiri atas sejumlah

fakultas yang menyelenggarakan pendidikan

akademik/profesianal dalam sekolompok disiplin ilmu tertentu.

Mengenyam pendidikan pada pendidikan formal yang diakui oleh

lembaga pendidikan negara adalah sesuatu yang wajib dilakukan di

Indonesia. Mulai dari kalangan yang miskin sampai yang kaya itu harus

bersekolah, minimal 9 tahun lamanya hingga lulus SMP.Sebagai lembaga

pendidikan formal, sekolah yang lahir dan berkembang secara efektif dan

efisien dari pemerintah untuk masyarakat merupakan perangkat yang

12
berkewajiban untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam

menjadi warga Negara. 

b. Pendidikan Non Formal

Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat

yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai

pengganti, penambah, dan pelengkap pendidikan formal dalam rangka

mendukung pendidikan sepanjang hayat. Contoh pendidikan

nonformal yaitu: 

1) Lembaga kursus 

2) Lembaga penelitian 

3) Kelompok belajar 

4) Pusat kegiatan belajar masyarakat

Hasil pendidikan  nonformal dapat dihargai setara dengan hasil

program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian

penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah atau

pemerintahan daerah dengan mengacu pada standar nasional

pendidikan. 

c. Pendidikan Informal

Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan

lingkungan berbentuk kegiatan belajar mandiri. Hasil pendidikan

informal diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah

peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan.

Jenis program pendidikan terdiri atas: 

13
1) Pendidikan Umum. Merupakan pendidikan yang mengutamakan

perluasan pengetahuan dan keterampilan peserta didik dengan

pengkhususan yang diwujudkan pada tingkat-tingkat akhir masa

pendidikan.

2) Pendidikan Kejuruan. Merupakan pendidikan yang mempersiapkan

peserta didik untuk dapat bekerja pada bidang pekerjaan tertentu. 

3) Pendidikan Luar Biasa. Merupakan pendidikan khusus yang

diselenggarakan untuk peserta didik yang menyandang kelainan

fisik/mental. 

4) Pendidikan Kedinasan.Merupakan pendidikan khusus yang

diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan dalam

pelaksanaan tugas kedinasan bagi pegawai atau calon pegawai

suatu departemen pemerintah atau lembaga pemerintah non

departemen. 

5) Pendidikan Keagamaan.Merupakan pendidikan khusus yang

mempersiapkan peserta didik untuk dapat melaksanakan peranan

yang menuntut penguasaan pengetahuan khusus tentang ajaran

agama. 

C. UPAYA PENGEMBANGAN SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL 

Untuk mengembangkan sistem pendidikan nasional dilakukan pembaruan-

pembaruan yang meliputi landasan yuridis, kurikulum dan perangkat

penunjangnya, struktur pendidikan, dan tenaga kependidikan. 

14
1. Pembaruan Landasan Yuridis

Pembaruan landasan yuridis berhubungan dengan hal-hal yang

bersifat mendasar (fundamental) dan bersifat prinsipal.Dikatakan demikian

karena landasan yuridis mendasari semua kegiatan pelaksanaan pendidikan

dan mengenai hal-hal yang penting seperti komponen struktur pendidikan,

kurikulum, pengelolaan, pengawasan, dan ketenagaan. 

2. Pembaruan Kurikulum

Ada dua faktor pengendali yang menentukan arah pembaruan

kurikulum, yaitu yang sifatnya mempertahankan dan yang mengubah.

Yang termasuk faktor yang pertama adalah landasan filosofis, yaitu

falsafah bangsa Indonesia, Pancasila dan UUD 1945 dan landasan historis

yang mencakup unsur-unsur yang menguasai hajat hidup orang banyak

dari dulu sampai sekarang. Yang termasuk faktor yang kedua adalah

landasan sosial berupa kekuatan-kekuatan sosial di masyarakat, dan

landasan psikologis yakni cara peserta di dalam belajar.

3. Pembaruan Pola Masa Studi

Pembaruan pola masa studi termaksud pendidikan yang meliputi

pembaruan jenjang dan jenis pendidikan serta lama waktu belajar pada

satuan pendidikan.Perubahan pola masa studi sebagai suatu tanda adanya

pembaruan pendidikan berupa penambahan/pengurangan masa studi.

4. Pembaruan Tenaga Kependidikan

Tenaga kependidikan adalah tenaga yang bertugas

menyelenggarakan kegiatan mengajar, melatih, meneliti, mengembangkan,

15
mengelola serta memberikan pelayanan teknis dalam bidang pendidikan.

Pembaruan terhadap komponen tenaga kependidikan dipandang sangat

penting karena pembaruan pada komponen-komponen lain tanpa ditunjang

oleh tenaga-tenaga pelaksana yang kompeten, tidak akan ada artinya.

Tenaga lain selain guru adalah pustakawan, laboran, konselor, teknisi

sumber belajar, dan lain-lain. 

D. UPAYA PEMBANGUNAN PENDIDIKAN

Beberapa upaya dalam rangka membangun pendidikan nasional adalah :

1. Ketersediaan Aksesibilitas dan Daya Tampung

Gerakan wajib belajar 9 tahun merupakan gerakan pendidikan

nasional yang baru dicanangkan oleh pemerintahan Suharto pada tanggal 2

Mei 1994 dengan target tuntas pada tahun 2005, namun kemudian karena

terjadi krisis pada tahun 1997-1999 maka program ini diperpanjang hingga

2008/2009. Sasaran program ini berdasarkan Rencana Pembangunan

Jangka Menengah (RPJM) dalam PP No.7/2005 adalah dengan target

Angka Partisipasi Kasar (APK) 94% (APK= perbandingan antara jumlah

siswa pada jenjang pendidikan tertentu dengan jumlah penduduk

kelompok usia tertentu) yaitu meningkatnya siswa SLTP dari 3,67 juta

orang pada tahun 2004/2005 menjadi 4,04 juta orang pada tahun 2009.

Sedangkan target Direktorat SMP, Dirjen Mandikdasmen Depdiknas

adalah APK 95% pada tahun 2008 yang artinya 1,9 juta anak harus

terlayani ke SMP. Tahun 2005, APK SMP baru mencapai 85,22% yang

16
menunjukan adanya selisih 9,78% dari target 95% sehingga perlu adanya

pencapaian kenaikan rerata APK sebesar 3,26% pada setiap tahunnya.

Tahun 2006 ditargetkan adanya kenaikan 4,64% atau 526.000 anak usia

13-15 tahun harus tertampung di jenjang SLTP/ Sederajat.

Dari data di atas, dapat dilihat bahwa untuk memajukan atau

membangun pendidikan nasional, maka daya tampung (dalam hal ini

pembangunan gedung-gedung sekolah) dalam jumlah besar mutlak

diperlukan mengingat kuntitas penduduk Indonesia yang tinggi menuntut

keseimbangan pendidikan yang tinggi juga.

2. Kinerja dan Kesejahteraan Guru harus dioptimalkan

Berdasarkan UU No.14/2005 tentang Guru dan Dosen, pasal 14

sampai dengan 16 menyebutkan tentang Hak dan Kewajiban diantaranya,

bahwa hak guru dalam memperoleh penghasilan adalah di atas kebutuhan

hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial, mendapatkan promosi

dan penghargaan, berbagai fasilitas untuk meningkatkan kompetensi,

berbagai tunjangan seperti tunjangan profesi, fungsional, tunjangan khusus

bagi guru di daerah khusus, serta berbagai maslahat tambahan

kesejahteraan.

Undang-undang tersebut memang sedikit membawa angin segar

bagi kesejahteraan masyarakat pendidik, namun dalam realisasinya

ternyata tidak semanis redaksinya. Jangan sampai pendidik yang

merupakan tulang punggung pendidikan nasional menjadi enggan

17
melaksanakan tugasnya lantaran hak yang diterima tidak sesuai dengan

kewajiban yang dijalankan.

3. Proses Pembelajaran Yang menyenangkan Yang Mendidik

Dalam PP. No 19/2005 tentang standar nasional pendidikan

disebutkan dalam pasal 19 sampai dengan 22 tentang standar proses

pendidikan, bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan

diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,

memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan

ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai

dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta

didik. Adanya keteladanan pendidik, adanya perencanaan, pelaksanaan,

penilaian, dan pengawasan yang efektif dan efisien dalam proses

pembelajaran.

4. Jumlah dan Kualitas Buku harus Memadai

Ketersediaan buku yang berkualitas merupakan salah satu

prasarana pendidikan yang sangat penting dibutuhkan dalam menunjang

keberhasilan proses pendidikan, dimana berimplikasi terhadap kemajuan

dunia pendidikan nasional. Sebagaimana yang telah diatur dalam PP No

19/2005 tentang SNP dalam pasal 42 tentang Standar Sarana dan

Prasarana disebutkan bahwa setiap satuan pendidikan wajib memiliki

sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan,

buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan

18
lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur

dan berkelanjutan (ayat 1).

Pemerintah telah menetapkan kebijakan otonomi pendidikan,

sebagaimana mengacu pada UU No.20/2003 tentang Sisdiknas dalam

pasal 53 tentang Badan Hukum Pendidikan yang menyebutkan :

a. Penyelenggara dan/atau satuan pendidikan formal yang didirikan oleh

Pemerintah atau masyarakat berbentuk badan hukum pendidikan.

b. Badan hukum pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

berfungsi memberikan pelayanan pendidikan kepada peserta didik.

c. Badan hukum pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

berprinsip nirlaba dan dapat mengelola dana secara mandiri untuk

memajukan satuan pendidikan.

d. Ketentuan tentang badan hukum pendidikan diatur dengan Undang-

undang tersendiri.

5. Ketersediaan Anggaran

Ketersediaan anggaran yang memadai dalam penyelenggaran

pendidikan sangat mempengaruhi keberlangsungan penyelenggaraan

tersebut. Ketentuan anggaran pendidikan tertuang dalam UU No.20/2003

tentang Sisdiknas dalam pasal 49 tentang Pengalokasian Dana Pendidikan

yang menyatakan bahwa Dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya

pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20% dari Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada sektor pendidikan dan

19
minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

(ayat 1).

E. SISTEM KETAHANAN KELUARGA

Sistem Ketahanan keluarga sebagai sebuah sistem sosial terkecil

mempunyai peranan penting dalam mencapai kesejahteraan penduduk yang

menjadi cita-cita pembangunan. Keluarga menjadi lingkungan sosial pertama

yang memperkenalkan cinta kasih, moral keagamaan, sosial budaya dan

sebagainya. Keluarga juga menjadi pertahanan utama yang dapat menangkal

berbagai pengaruh negatif dari dinamika sosial yang ada. Pengaruh negatif

yang diakibatkan oleh adanya interaksi antara dinamika eksternal dan internal

dalam komunitas yang bersentuhan dengan sistem sosial lainnya diharapkan

dapat ditangkal oleh sebuah keluarga yang memiliki ketahanan keluarga yang

tangguh. Oleh karena itu, pengukuran ketahanan keluarga yang dapat

menggambarkan ketangguhan keluarga di Indonesia dalam menangkal

berbagai dampak negatif yang datang dari dalam komunitas maupun dari luar

komunitas menjadi hal yang sangat mendesak untuk dilakukan.

Ketahanan keluarga dapat dicapai bila mampu memenuhi lima aspek,

sebagai berikut :

1. Kemandirian Nilai

Langkah pertama yang harus dipenuhi untuk mencapai ketahanan keluarga

adalah Kemandirian nilai agama, yang membentengi anggota keluarga dari

perilaku hedonis dan liberalis. Orangtua menjalankan fungsi sosialisasinya

20
berdasarkan nilai-nilai agama. Bila anak sudah memiliki pondasi nilai-

nilai agama yang sangat kuat, maka ia tidak akan mudah terpengaruh

nilai-nilai negatif yang datang akibat globalisasi.

2. Kemandirian Ekonomi

Sandang, pangan, dan papan adalah hal mendasar yang harus dipenuhi

dalam keluarga. Dalam islam seorang ayah berkewajiban untuk mencari

nafkah yang halal bagi keluarganya, sebab nafkah yang haram bisa

memberikan dampak yang negatif bagi anak. Orang tua harus benar-benar

menjamin bahwa makanan yang dia berikan kepada anaknya 100 % halal.

Sedikit saja tercampur dengan yang haram maka anak akan merasakan

akibat buruknya. Darahnya terkontaminasi haram, dagingnya tersusun dari

zat haram maka hatinya akan tertutup dari rahmat Allah. Doanya tidak

akan didengar oleh Allah SWT.

3. Kesalehan Sosial

Kesalehan Sosial menunjuk pada perilaku orang-orang yang sangat peduli

dengan nilai-nilai islami, yang bersifat sosial. Bersikap santun pada orang

lain, suka menolong, sangat perhatian terhadap masalah-masalah ummat,

memperhatikan dan menghargai hak sesama, mampu berpikir berdasarkan

perspektif orang lain, mampu berempati, artinya mampu merasakan apa

yang dirasakan orang lain, dan seterusnya.

4. Ketangguhan Menghadapi konflik

Tidak ada masyarakat yang tidak pernah mengalami konflik. Keluarga

sebagai bagian dari masyarakat pun tidak luput dari konflik. Bentuk

21
konflik yang terjadi dalam keluarga misalnya konflik antara suami dan

istri serta konflik antara orangtua dan anak. Keluarga yang mampu

menghadapi konflik akan menjadi keluarga yang tangguh. Konflik yang

mampu diselesaikan dengan baik akan memberikan dampak yang positif,

antara lain mampu meningkatkan solidaritas ingroup dan memunculkan

nilai-nilai baru yang semakin mendorong terciptanya integrasi dalam

keluarga.

5. Kemampuan Menyelesaikan Masalah

Seringkali apa yang kita harapkan berbeda dengan apa yang terjadi,

disitulah muncul yang namanya masalah. Bila terjadi masalah dalam

keluarga maka yang seharusnya yang dilakukan adalah menghadapinya.

Keluarga muslim harus meyakini bahwa setelah kesukaran pasti ada

kemudahan. Masalah yang menimpa keluarga tidak boleh dihadapi dengan

putus asa, sebab putus asa adalah salah satu dosa. Bila kelima aspek

tersebut dapat dipenuhi, maka ketahanan keluarga akan tercapai.

Ketahanan keluarga yang baik akan memberikan pengaruh yang positif

dalam kehidupan masyarakat. Nilai-nilai islami yang menjadi pondasi

ketahanan keluarga akan mampu menangkal nilai-nilai liberal yang tidak

sesuai dengan jati diri bangsa. Jati diri bangsa Indonesia tidak akan luntur

akibat gempuran modernisasi. Ideologi islam dan pancasila mampu

berjalan beriringan dan bekerjasama untuk memperkuat ketahanan

nasional.

22
Oleh karena itu hal yang pertama kali harus dilakukan dalam mencapai

ketahanan nasional adalah menciptakan system ketahanan keluarga. Keluarga

adalah bagian terkecil dari suatu masyarakat yang dapat memberikan pengaruh

yang signifikan. Jika keluarga kuat maka Negara akan hebat. Ibu engkau

adalah orang hebat yang mampu melahirkan generasi-generasi hebat, maka

jangan tinggalkan kewajiban mulia ini. Tetaplah dampingi anak-anak kita agar

mereka bisa tumbuh sebagai generasi pencetak peradaban cemerlang.

F. KONSEP KELUARGA

1. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat. (Rahayu, 2012)

Definisi keluarga dikemukakan oleh beberapa ahli, a) Reisner (1980)

keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih

yang masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari

bapak, ibu, adik, kakak, kakek, dan nenek, b) Logan’s (1979) Keluarga

adalah sebuah sistem sosial dan sebuah kumpulan beberapa komponen

yang saling berinteraksi satu sama lain, c) Johnson’s (1992) Keluarga

adalah kumpulan dua orang atau lebih yang mempunyai hubungan darah

yang sama atau tidak yang terlibat dalam kehidupan terus menerus, yang

tiggal dalam satu atap, yang mempunyai ikatan emosional dan mempunyai

kewajiban atara satu orang dengan yang lainnya,

Menurut UU Nomor 10 Tahun 1992 Pasal 1 Ayat 10,

mendefinisikan keluarga sebagai unit sosial-ekonomi terkecil dalam

23
masyarakat yang merupakan landasan dari semua institusi, yang

merupakan kelompok primer yang terdiri dari dua atau lebih orang yang

mempunyai jaringan interaksi interpersonal, hubungan darah dan adopsi .

Menurut BKKBN (1997), keluarga yang sejahtera diartikan sebagai

keluarga yang dibentuk berdasarkan atas ikatan perkawinan yang sah,

mampu memenuhi kebutuhan fisik dan mental yang layak, bertakwa

kepada Tuhan yang Maha Esa serta memiliki hubungan yang serasi,

selaras dan seimbang antar anggota keluarga, dan antar keluarga dengan

masyarakat dan lingkungannya.

Berdasarkan dari pendapat beberapa ahli tersebut, definisi keluarga

adalah suatu kumpulan beberapa orang dalam sebuah ikatan, baik

hubungan darah ataupun tidak yang masing-masing memiliki peran dan

saling berinteraksi satu sama lain.

Berdasarkan anggotanya keluarga dikelompokkan dalam tiga jenis,

yaitu keluarga inti, keluarga konjugal, dan keluarga besar.

a. Keluarga inti terdiri dari ayah, ibu dan anak

b. Keluarga konjugal, keluarga yang ditarik dari atas keluarga aslinya.

Terdiri dari keluarga inti termasuk orang tua dari ayah dan ibu.

c. Keluarga luas, cakupannya lebih luas dari keluarga konjugal.

Termasuk paman, bibi dan keponakan.

2. Peran dan Fungsi keluarga

Peran dan fungsi keluarga (Jannah, 2018) menurut Rice dan Tucker

(1986) membagi dengan jelas fungsi keluarga menjadi dua yaitu fungsi

24
instrumental dan fungsi ekspresif. Fungsi instrumental yang diperankan

oleh ayah dan fungsi ekspresif diperankan oleh ibu.

Fungsi instrumental keluarga antara lain mengakses, memperoleh

dan mengelola ekonomi keluarga untuk memenuhi kebutuhan fisik

ekonomi keluarga. Fungsi ekspresif keluarga adalah memenuhi kebutuhan

cinta dan kasih sayang seluruh anggota keluarga, memenuhi tugas

(intelektual, emosi, sosial, moral), dan karakter seluruh angota keluarga

terutama anak.

Fungsi keluarga dalam pemenuhan kebutuhan fisik dan non fisik

terdiri atas 8 fungsi diantaranya, fungsi agama, fungsi sosial budaya, fugsi

cinta kasih, fungsi perlindungan, fungsi reproduksi, fungsi sosialisasi dan

pendidikan, fungsi ekonomi dan fungsi pembinaan lingkungan. (Herawati,

Krisnatuti, Hastuti, & Latifah, 2020)

Fungsi Agama menempatkan keluarga sebagai tempat pertama

penanaman nilai-nilai keagamaan dan pemberi identitas agama pada setiap

anak yang lahir. Keluarga mengajarkan seluruh anggotanya untuk

melaksakan seluruh perintah agama dengan penuh keimanan.

Fungsi Cinta Kasih menggambarkan bahwa keluarga harus menjadi

tempat untuk menciptakan suasana cinta dan kasih sayang dalam

kehidupan berkeluarga. Fugsi cinta kasih dapat diwujudkan dengan saling

memberikan rasa aman pada setiap angota keluarga.

Fungsi Sosial Budaya menunjukkan bahwa keluarga adalah wahana

utama dalam pembinaan dan penanaman nilai-nilai luhur budaya bangsa.

25
Keluarga menjadi tempat pertama anak dalam berinteraksi dengan

lingkungannya, serta belajar adat istiadat daerahnya.

Fungsi Perlindungan bermakna bahwa keluarga adalah tempat

bernaung atau berlindung bagi seluruh anggotanya dan tempat untuk

menumbuhkan rasa aman dan kehangatan. Seluruh angota keluarga saling

melindungi satu sama lain, saling menumbuhkan rasa aman dan nyaman.

Fungsi Reproduksi memaknai keluarga menjadi pengatur reproduksi

keturunan secara sehat dan berencana sehingga anak-anak yang dilahirkan

menjadi generasi penerus yang berkualitas. Dalam keluarga mulai pertama

kali diberikan pendidikan seksualitas anak.

Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan menunjukkan keluarga sebagai

tempat utama dan pertama memberikan pendidikan kepada semua anak

untuk bekal masa depan. Pendidikan yang diberikan oleh keluarga

meliputi pendidikan untuk mencerdaskan dan membentuk karakter anak.

Keluarga mensosialisasikan kepada anaknya tentang nilai, norma, dan cara

untuk berkomunikasidengan orang lain, mengajarkan tentang hal-hal yang

baik dan buruk maupun yang salah dan yang benar.

Fungsi Ekonomi menggambarkan keluarga sebagai tempat utama

dalam membina dan menanamkan nilai-nilai yang berhubungan dengan

keuangan. Baik dalam pegaturan keuangan, perencanaan untuk pemenuhan

kebutuhan keluarga yang sejahtera.

Fungsi Pembinaan Lingkungan menjelaskan bahwa keluarga

memiliki peran mengelolakehidupan dengan tetap memelihara lingkungan

26
di sekitarnya. Keluarga dan anggotanya harus mengenal tetangga dan

masyarakat di sekitar serta peduli terhadap kelestarian lingkungan alam.

Peran masing-masing anggota keluarga antara lain:

a. Ayah, sebagai suami, sebagai kepala rumah tangga berperan untuk

mencari nafkah, sebagai pendidik aggota kelarga yang lain, sebagai

pengambil keputusan, sebagai pelindung dan pemberi rasa aman

terhadap seluruh anggota keluarga.

b. Ibu, sebagai istri dan ibu dari anak-anak, berperan untuk memberikan

cinta kasih, mengurus rumah tangga, mendidik anak-anak dan sebagai

pelindung. Selain itu sebagai istri bisa berperan untuk mencari nafkah

sebagai tambahan.

c. Anak, melaksanakan peran dalam perkembangan psikosial baik secara

fisik, mental, sosial dan spiritual. Peran anak dalam keluarga

diantaranya, belajar dengan rajin dan giat, menaati perintah orang tua,

menghormati kedua orang tua dan menjaga nama baik keluarga,

membantu orang tua, bersikap sopan pada seluruh anggota keluarga,

menghormati yang tua dan menyayangi yang lebih muda.

Seluruh peran pada setiap anggota harus seimbang, dilakukan

berdasarkan rasa kasih sayang. Dengan demikian akan tercipta keluarga

yang harmois. Karakteristik keluarga dapat mempengaruhi fungsi

keluarga. Dengan adanya saling menghormati, saling berkorban, saling

menghargai, saling mendukung, saling belajar dan komunikasi yang baik.

27
G. KONSEP KETAHANAN KELUARGA

Ketahanan keluarga merupakan kondisi dinamis suatu keluarga yang

memiliki keuletan dan ketangguhan, serta mengandung kemampuan fisik-

material dan psikis-mental spiritual guna hidup mandiri dan mengembangkan

diri dan keluarganya untu hidup harmonis dan meningkatkan kesejahteraan

lahir batin (Undang-undang No. 10 tahun 1992, 15). Apabila peran dan fungsi

keluarga tidak berjalan dengan baik, maka kondisi keluarga bisa mengalami

goncangan. Hal ini dikarenakan setiap anggotanya tidak lagi menganggap

keluarga sebagai lembaga yang berperan penting. Dinamika dan beban hidup

telah menjadikan anggota keluarga kehilangan waktu untuk bersosialisasi

dengan anggota keluarga yang lain. Hal ini akan memicu buruknya kualitas

komunikasi, memicu konflik dalam keluarga, bahkan bisa menyebabkan

kekerasan dalam rumah tangga, bahkan perceraian.

Dari sudut pandang lain, ketahanan keluarga didefinisikan sebagai

kemampuan keluarga untuk menagkal atau melindungi diri dari berbagai

permasalahan atau ancaman kehidupan baik yang dating dari dalam keluarga

itu sendiri maupun dari luar keluarga seperti lingkungan, komunitas,

masyarakat, maupun negara. Setidaknya adaa 5 (lima) indikasi yang

menggambarkan tingkat ketahanan suatu keluarga, yaitu : (1) adanya sikap

saling melayani sebagai tanda kemuliaan; (2) adanya keakraban antara suami

dan istri menuju kualitas perkawinan yang baik; (3) adanya orang tua yang

mengajar dan anak-ankanya dengan berbagai tantangan, kreatif, pelatihan

yang konsisten, dan mengembangkan keterampilan; (4) adanya suami dan istri

28
yang memimpin seluruh anggotan keluarganya dengan penuh kasih sayang;

(5) adanya anka-anka yang menaati dan meghormati orangtuanya.

Sedangkan ciri-ciri/indikator ketahanan keluarga terkelompok kedalam

lima dimensi (1) Legalitas dan struktur keluarga; (2) ketahanan fisik; (3)

Ketahanan ekonomi; (4) Ketahanan Sosial Psikologi; (5) Ketahanan Sosial

Budaya (Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak,

2016)

Landasan legalitas struktur keluarga, rumah tangga atau pasangan

memiliki buku nikah yang dikeluarkan oleh KUA atau catatan sipil. Legalitas

kelahiran, seluruh angota keluarga umur 0 – 17 tahun memiliki akte kelahiran.

Dimensi ketahanan fisik meliputi, kecukupan pangan dan gizi, kesehatan

keluarga, ketersediaan tempat tinggal tetap dan ruang tidur. Dimensi

ketahanan ekonomi meliputi, tempat tiggal keluarga, penghasilan keluarga,

pembiayaan pendidikan anak, jaminan keuangan keluarga. Dimensi ketahanan

sosial psikologi meliputi, keharmonisan keluarga, kepatuhan terhadap hukum,

kepedulian sosial, keeratan sosial, ketaatan beragama

29
BAB III

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Sistem pendidikan nasional Indonesia disusun berlandaskan pada budaya

bangsa Indonesia serta berdasarkan pada Pancasila dan UUD 1945 sehingga

sistem pendidikan nasional Indonesia mempunyai kekhasan. Sistem tersebut

mempunyai tujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa agar tercipta

kesejahteraan umum, dan dapat melaksanakan ketertiban dunia yang

berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, yang

dilaksanakan melalui kelembagaan, program dan pengelolaan pendidikan.

B. Saran

Berdasarkan hasil pembahasan, maka ada beberapa saran yang harus

diperhatikan sebagai berikut :

1. Bagi Guru

Guru lebih mengarahkan pada pembelajaran yang sifatnya memberikan

karakter kepada siswa yang sudah di rumuskan dalam pendidikan nasional

Indonesia

2. Bagi Peserta Didik

Peserta didik seharusnya lebih aktif dan terlibat dalam proses

pembelajaran sehingga siswa tidak hanya mendengarkan cerama dari guru

saja tetapi juga ikut aktif dalam proses pembelajaran.

30
DAFTAR PUSTAKA

Ardhana, Wayan. 1990. Hakikat kewajiban belajar dalam menyongsong rintisan

kewajiban belajar SLTP, naskah tidak dipublikasikan.

Ardhana,  Wayan. 1991. Kebijakan pemerintah dalam strategi pendidikan

nasional. Makalah dalam Seminar Televisi Perididikan Indonesia di

Surabaya, 23 Februari .

Badan Pusat Statistik. 2016. Pembangunan Ketahanan Keluarga. Jakarta:

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Herawati, T., Krisnatuti, D., Hastuti, R. P., & Latifah, E. W. 2020. FAKTOR-

FAKTOR YANG MEMENGARUHI PELAKSANAAN FUNGSI

KELUARGA DI INDONESIA. Ilmu Keluarga dan Konsumen , 219 - 221.

Hidayat, Syarif. 2019. Teori Proses, dan Konteks Sosial Budaya Pendidikan.

Tangerang : Pustaka Mandiri

Jannah, M. 2018. Konsep Keluarga Idaman dan Islami. Gender Equality:

International Journal of Child and Gender Studies , 87.

Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. 2016.

Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016. Jakarta: Kementerian

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

Rahayu. (2012). Konsep Keluarga. Keluarga .

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, FIP UPI. 2009. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan.

Bandung: Imtima.

31
Tirtarahardja, Umar dan La Sulo. 2010. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Sinar

Grafika.

Undang-Undang No.20 Tahun 2003.Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta:

Sinar Grafika.

1992, U.-U. R. (1992). PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN

PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA. Retrieved from

https://peraturan.bkpm.go.id/jdih/userfiles/batang/UU_10_1992.

32

Anda mungkin juga menyukai