Oleh
NIM : 1962201027
PEKANBARU
2021/2022
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini guna menyelesaikan tugas untuk mata
kuliah Akuntansi Pemerintahan yang berjudul Manajemen Kas Dan Anggaran Kas.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang saya miliki. Oleh karena itu,
saya mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Akhirnya saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL……………………………………………………………………………iv
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................18
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 8.1……………………………………………………………………………………..13
Tabel 8.2……………………………………………………………………………………..14
Tabel 8.3……………………………………………………………………………………..14
Tabel 8.4……………………………………………………………………………………..14
Tabel 8.
5……………………………………………………………………………………..15
Tabel 8.6……………………………………………………………………………………..15
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu factor kunci keberhasilan pengelolaan keuangan daerah adalah kemampuan
Pejabat Pengelola Keuangan Daerah selaku Bendahara Umum Daerah (BUD) dalam
mengelola kas daerah. BUD dalam konteks pengelolaan keuangan daerah memiliki peran
sebagai fund manager dan investment manager. Oleh karena itu BUD perlu memiliki
mekanisme manajemen kas yang baik sehingga dapat mengoptimalkan kas daerah yang ada.
Manajemen kas terkait dengan keputusan:
1. Berapa pendapatan yang akan diperoleh dan kapan pendapatan tersebut akan diterima
di rekening kas daerah.
2. Bagaimana memanfaatkan kas yang masih menganggur atau belum dipakai hingga
waktu tertentu
3. Instrument apa saja yang dapat dipilih
4. Bagaimana menentukan portofolio investasi yang optimal
5. Jika memang diperlukan kapan harus mengadakan utang, berapa jumlah dan jangka
waktunya
6. Kapan harus melakukan pengeluaran dan berapa besarnya.
Pokok perhatian manajemen kas adalah bagaimana memperoleh penerimaan dana kas
daerah secepat mungkin, mengeluarkan dana untuk membayarkan pengeluaran daerah
seefisien mungkin, dan memanfaatkan dana kas daerah yang belum akan digunakan seefektif
mungkin. Untuk mengoptimalkan manajemen kas daerah, diperlukan instrument pendukung
berupa anggaran kas (cash budget) yang bertujuan untuk perencanaan dan pengendalian kas
daerah. Makalah secara spesifik membahas prinsip-prinsip manajemen kas daerah dan teknik
penyusunan anggaran kas daerah dalam rangka mengoptimalkan pengelolaan kas pemerintah
daerah.
v
1.2 Rumusan Masalah
vi
BAB II
PEMBAHASAN
1. Keamanan kas.
2. Menjaga likuiditas keuangan.
3. Memperoleh keuntungan investasi.
Manajemen kas bertujuan untuk menjaga keamanan kas, yaitu melindungi kas dari
kehilangan yang diakibatkan oleh keputusan manajemen yang buruk atau karena tindak
korupsi dalam praktik pengumpulan, pengeluaran, dan pemanfaatan kas. Tujuan kedua adalah
menjaga likuiditas keuangan, yaitu menjaga jumlah kas memadai dan mencukupi untuk
memenuhi kewajiban finansial, seperti membayarkan kembali utang jangka pendek yang
jatuh tempo, membayar kewajiban kepada pihak ketiga, membiayai kegiatan yang sudah
dianggarkan, dan membayar belanja rutin. Manajemen kas juga bertujuan untuk memperoleh
keuntungan dari pemanfaatan kas dalam investasi jangka pendek.
Seringkali antara tujuan menjaga likuiditas dan memperoleh keuntungan investasi bersifat
kontradiktif. Likuiditas yang tinggi membutuhkan ketersediaan kas yang lebih besar. Namun,
kondisi keuangan yang mengalami likuiditas tinggi bisa berarti mengorbankan kesempatan
memperoleh keuntungan investasi, sebab kas yang terlalu banyak tersebut sebenarnya dapat
digunakan untuk investasi sehingga menghasilkan keuntungan. Sebaliknya, menginvestasikan
kas yang terlalu besar dalam instrumen investasi, apalagi jika berupa investasi jangka
panjang,maka hal itu akan menurunkan likuiditas. Tantangan terbesar yang dihadapi oleh
manajer keuangan sector public adalah bagaimana menentukan jumlah kas yang paling
optimal., yaitu menentukan jumlah kas ditangan yang mencukupi untuk mendanai kegiatan
operasional dan menginvestasikan kas yang masih menganggur sehingga dapat memperoleh
tambahan pendapatan.
vii
Siklus manajemen kas daerah merupakan tahap-tahap, proses, atau kegiatan yang
terkait dengan perolehan, penggunaan, dan pemanfaatan kas daerah. Siklus manajemen kas
meliputi:
1. Pengumpulan pendapatan
Pada saat ini, pengelolaan keuangan daerah menggunakan konsep UYHD (Uang
Yang Harus Dipertanggungjawabkan), sebelumnya menggunakan konsep UUDP (Uang
Untuk Dipertanggungjawabkan). Pada waktu penggunakan UUDP, unit kerja dapat
mengajukan dana terlebih dahulu untuk melaksanakan suatu kegiatan atau program, yang
dikenal dengan uang panjar atau uang muka. Kemudian setelah kegiatan tersebut selesai baru
dibuat laporan pertanggungjawaban atas penggunaan dana tersebut. Sebaliknya dengan
sistem UYHD, suatu kegiatan harus dilaksanakan terlebih dahulu dan unit kerja harus
membuat laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan kegiatan baru kemudian dapat
meminta pencairan anggaran. Sederhananya, dengan sistem UUDP berarti menerima uangnya
terlebih dahulu baru bekerja, sedangkan dengan UYHD bekerja dulu baru minta ganti
uangnya.
viii
Untuk kepentingan manajemen kas, pemerintah daerah harus menciptakan sistem
koleksi pendapatan daerah yang mudah dan sederhana bagi masyarakat sehingga
memungkinkan pendapatan dapat segera diterima sehingga ketersediaan dana aman dan
mencukupi. Sistem koleksi pendapatan harus didesain agar mampu mempercepat perolehan
dana, memberikan keamanan kas dari kehilangan, pencurian, dan penurunan nilai serta biaya
koleksi dan penyimpanan kas yang efisien.
Sistem koleksi pendapatan bervariasi antara pemerintah daerah satu dengan yang lain.
Beberapa pemerintah daerah memilih kebijakan sentralisasi dalam sistem pemungutan
pendapatan yaitu dengan cara membuat satu unit kerja khusus (misalnya Dinas Pendapatan
Daerah) yang bertugas untuk memungut pendapatan. Ada juga pemerintah daerah yang
mengambil kebijakan menyatuatapkan pengelolaan penerimaan dan pengeluaran dengan cara
melebur Dinas Pendapatan Daerah dengan Bagian Keuangan (Badan Pengelola Keuangan
Daerah). Setelah otonomi daerah dan desentralisasi fiscal, banyak pemerintah yang
menyatukan Dinas Pendapatan Daerah dengan Bagian Keuangan/BPKD sehingga tugas
pemungutan pendapatan daerah, khususnya pajak daerah, ditangani oleh Kantor Pelayanan
Pajak Daerah. Sementara itu untuk pemungutan retribusi daerah didesentralisasikan ke unit
kerja terkait. Dengan digabungkannya fungsi pengumpulan pendapatan dengan fungsi alokasi
anggaran, Bagian Keuangan/BPKD dapat mengendalikan pendapatan dan pengeluaran daerah
sekaligus. Hal ini tentunya lebih menguntungkan daerah karena perencanaan dan
pengendalian keuangan daerah dapat dilakukan secara lebih baik, lebih mudah koordinasinya
serta lebih efisien.
Sebagai upaya memperbaiki sistem koleksi pendapatan yang mudah, murah, cepat dan
aman, beberapa pemerintah daerah melakukan kerjasama dengan lembaga-lembaga keuangan
didaerah untuk tempat pembayaran pajak. Sistem ini cukup efektif dan mampu mempercepat
proses pengumpulan pendapatan. Selain itu pemerintah daerah juga diuntungkan yaitu
membantu mengurangi beban kerja pegawai pemda, pengendalian internal kas menjadi lebih
baik karena uang langsung masuk ke rekening kas daerah tanpa harus melewati petugas
pemungut atau bendahara penerimaan. Cara pembayaran pajak juga semakin dipermudah,
misalnya dapat dilakukan dengan kartu kredit, melalui ATM, melalui internet banking, atau
SMS banking.
ix
Untuk menampung pendapatan yang diterima, pemerintah daerah perlu membatasi
jumlah rekening khusus penerimaan dan mewajibkan untuk menyetor seluruh penerimaan
yang diperoleh ke rekening kas umum daerah yang merupakan rekening induk. Setiap
penerimaan pendapatan baik yang diterima melalui bendahara penerimaan, bendahara
penerimaan pembantu maupun lembaga keuangan yang menjadi mitra pemerintah daerah
harus disetor ke rekening kas umum daerah pada hari itu juga. Kalaupun bendahara
penerimaan memiliki rekening khusus penerimaan, maka rekening tersebut harus bersifat
Zero Balance Account (ZBA). ZBA merupakan rekening bank yang berfungsi untuk
penampungan sementara atas pendapatan yang diterima. Rekening ini bersalso nol karena
setiap hari pendapatan yang diterima pada hari itu seluruhnya akan ditransfer ke rekening kas
umum daerah.
Rekening kas umum daerah merupakan pintu gerbang transaksi kas di pemda baik
penerimaan kas maupun pengeluaran kas. Prinsip rekening tunggal seperti halnya rekening
kas umum daerah mensyaratkan setiap pendapatan harus masuk melalui satu pintu dan
ditampung dalam satu rekening tunggal, baru kemudian bisa dikeluarkan melalui beberapa
pintu. Memang dalam beberapa kasus pemerintah daerah membuka rekening karena alasan
tertentu, misalnya untuk menampung dana cadangan, tanggap darurat bencana alam, dan
sebagainya. Tujuan pengkonsentrasian dana dan penggunaan rekening tunggal ini adalah
untuk memudahkan perencanaan dan pengendalian keuangan daerah, mengurangi kebocoran
pendapatan, serta untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas. Disamping itu, sistem
ini juga membantu manajer keuangan public untuk melakukan manajemen kas.
c. Kerjasama Bank
Perlu diingat bahwa bank merupakan bagian integral dari aktivitas manajemen kas
pemerintah daerah. Oleh karena itu, komunikasi dan kerja sama yang baik dengan pihak bank
penting dilakukan dalam rangka optimalisasi manajemen kas. Setiap hari bendahara umum
x
perlu memantau keadaan keuangan daerah, baik penerimaan, pengeluaran maupun saldo yang
ada dibank. Dengan dukungan tekonologi informasi, pemerintah daerah dapat membangun
sistem informasi kas bank yang terhubung dengan sistem informasi yang dimiliki oleh bank
tempat pemda menyimpan uang sehingga setiap saat dapat dipantau keadaan kas dibank.
Dalam memilih bank tempat meyimpan kas daerah, pemerintah daerah harus
mempertimbangkan:
Pemerintah daerah perlu waspada terhadap penerimaan dalam bentuk cek sebab bisa
jadi cek yang diterima merupakan cek kosong yang tidak cukup dananya, atau bisa jadi cek
tersebut hilang atau dicuri orang. Oleh karena itu, cek yang diterima sebaiknya tidak
disimpan terlalu lama namun segera dicairkan untuk memastikan diperolehnya dana. Selama
belum dicairkan, cek harus disimpan ditempat yang aman, seperti brankas atau lockbox.
Kerjasama dengan pihak bank penting untuk mengetahui validitas cek yang diterima terutama
menghindari diterimanya cek kosong.
2. Pengeluaran Belanja
Untuk keperluan manajemen kas, bendahara umum daerah perlu menyusun skedul
pengeluaran yang akan dilakukan dalam satu periode anggaran. Pengeluaran belanja tersebut
meliputi belanja operasi, belanja modal, dan belanja transfer. Pengeluaran belanja juga dapat
diklasifikasikan berdasarkan belanja langsung dan tidak langsung. Kepentingan manajemen
kas terhadap pengeluaran belanja adalah untuk menjamin bahwa kewajiban pemerintah untuk
membayar pengeluaran belanja dapat dipenuhi secara tepat waktu, efisien dan efektif. Selain
itu, manajer keuangan public juga berkepentingan untuk mengetahui kebutuhan pengeluaran
dana jangka pendek dan menengah yang akan dikaitkan dengan likuiditas keuangan
pemerintah daerah.
xi
Untuk keperluan manajemen kas, manajer keuangan public harus berkoordinasi
dengan bendahara pengeluaran dan pejabat penatausahaan keuangan ditingkat satuan kerja
perangkat daerah untuk menentukan kapan suatu pengeluaran akan dilakukan dan berapa
besarnya. Pada dasarnya setiap unit kerja diwajibkan untuk menyusun anggaran kas yang
didalamnya berisi skedul pengeluaran yang akan dilakukan. Penyusunan anggaran kas
tersebut dasarnya adalah Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah
(DPA-SKPD) yang sudah disahkan yang didalamnya berisi rencana penarikan dana triwulan.
Karena DPA-SKPD baru berisi rencana penarikan dana per triwulan, maka SKPD perlu
membuat anggaran kas SKPD yang lebih detail yang menginformasikan rencana pengeluaran
setiap bulannya. Dari informasi anggran kas SKPD tersebut selanjutnya BUD dapat
menyusun anggaran kas pemda sehingga dapat dibuat skedul waktu kapan pendapatan akan
diterima, kapan belanja harus dilakukan, kapan melakukan investasi, kapan mengadakan
pinjaman, dan sebagainya.
Pembuatan skedul pengeluaran belanja ini juga penting bagi BUD selaku manajer
keuangan public untuk mengurangi frekuensi pengeluaran cek dari rekening kas umum
daerah. Beberapa pemerintah daerah melakukan kebijakan mengeluarkan cek sekali dalam
seminggu atau bahkan sebulan sekali. Pengeluaran cek dengan sistem batch ini dapat
membantu BUD dalam mengatur arus kas pemda secara lebih efektif, menghemat biaya
transaksi bank, mengurangi jumlah persediaan cek dan mengurangi biaya materai.
xii
Surat Perintah Membayar (SPM). SPM juga terdiri atas empat jenis yaitu SPM LS, SPM UP,
SPM GU, SPM TU.
SPP dan SPM kemudian akan diverifikasi oleh Pejabat Penatausahaan Keuangan
Satuan Kerja Perangkat Daerah (PPK-SKPD) dan apabila sudah lengkap dan tidak ada
kesalahan maka akan dimintakan otorisasi ke Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah selaku
Pengguna Anggaran. Setelah mendapatkan otorisasi dari kepala SKPD, kemudian SPP, SPM
beserta dokumen pendukung dibawa ke BUD untuk dimintakan dananya. Khusus untuk
pengajuan GU, harus dilampiri dengan SPJ penggunaan uang persediaan bulan sebelumnya.
BUD selanjutnya akan meneliti kelengkapan dan validitas dokumen dan apabila tidak ada
permasalahan maka akan dikeluarkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D). SP2D tersebut
berfungsi sebagai cek yang dapat dilakukan pencairannya di bank. Berdasarkan prosedur
tersebut, maka lama proses pencairan dana dari sejak pengajuan SPP hingga diterbitkannya
SP2D apabila lancar semuanya dapat dilakukan dalam 3 hari, sedangkan apabila perlu revisi
maka bisa mencapai satu minggu. Selama anggaran SKPD belum diajukan pencairannya,
pemerintah daerah dapat memanfaatkannya untuk kepentingan manajemen kas. Berikut
mekanisme pengeluaran kas ditingkat SKPD.
DPA SKPD
Anggaran
Kas
xiii
Anggaran kas bertujuan untuk mengharmonisasikan pemasukan pendapatan daerah disatu
pihak dan kebutuhan-kebutuhan dana untuk belanja dan pembiayaan dipihak lain.
Anggaran kas pada dasarnya meliputi dua bagian, yaitu: anggaran pendapatan dan
penerimaan pembiayaan serta anggaran belanja dan pengeluaran pembiayaan. Anggaran
pendapatan dan penerimaan pembiayaan memuat perkiraan realisasi pendapatan yang
diharapkan diterima untuk setiap bulan dan triwulan selama satu tahun anggaran., sedangkan
anggaran belanja dan pengeluaran pembiayaan memuat perkiraan kebutuhan dana untuk
belanja dan pengeluaran pembiayaan untuk setiap bulan dan triwulan selama satu tahun
anggaran.
Penyusunan Anggaran Kas SKPD dimulai dari penyusunan skedul belanja untuk
pelaksanaan setiap kegiatan. Berdasarkan DPA-SKPD yang telah disahkan PPKD,
selanjutnya unit kerja menyusun jadwal pelaksanaan kegiatan dan kebutuhan dananya,
sehingga jelas tergambar kebutuhan dana baik yang akan dibayar dengan SPM Langsung
maupun melalui SPM UP.
Berdasarkan anggaran kas dari masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah, PPKD
selaku BUD selanjutnya menyusun Anggaran Kas Pemerintah Daerah yang selanjutnya
disahkan oleh Kepala Daerah. Pada level Pemerintah Daerah, yaitu pada Bendahara Umum
Daerah, kebutuhan untuk membuat Anggaran Kas Pemerintah Daerah merupakan suatu
keharusan. Anggran Kas Pemerintah Daerah penting untuk mengatur ketersediaan dana yang
cukup utnuk mendanai pengeluaran-pengeluaran sesuai dengan rencana penarikan dana yang
tercantum dalam DPA-SKPD yang telah disahkan. Anggaran kas memuat perkiraan arus kas
xiv
masuk yang bersumber dari penerimaan dan perkiraan arus kas keluar yang digunakan
mendanai pelaksanaan kegiatan dalam setiap periode.
Penyusunan anggaran kas sangat penting bagi pemerintah daerah karena beberapa
alasan, yaitu:
1. Mengharmonisasikan keadaan kas daerah dengan DPA-SKPD, SPD, SPP, dan SPM
yang akan diajukan.
2. Mengatur likuiditas keuangan Pemda untuk mendanai pengeluaran-pengeluaran
sesuai dengan rencana penarikan dana yang tercantum dalam DPA-SKPD.
3. Membantu perencanaan dan pengendalian kas daerah.
4. Menjamin adanya kelancaran pelaksanaan anggaran, khususnya dalam pelaksanaan
anggaran belanja dan pembiayaan daerah karena pemasukan pendapatan daerah dalam
pelaksanaan anggaran tidak terjadi pada saat awal tahun anggaran yang bersangkutan
dan pendapatan tersebut tidak sama besarnya tiap bulan/triwulan sehingga perlu
sarana pengatur, yaitu anggaran kas.
Terdapat empat elemen utama anggaran kas yang perlu diperoleh informasinya, yaitu:
Informasi saldo awal kas tahun anggaran bersangkutan berasal dari saldo kas tahun
anggaran sebelumnya yang dipegang oleh Bendahara Umum Daerah sebagaimana dilaporkan
dalam Laporan Arus Kas. Saldo awal kas ini tidak identic dengan SiLPA tahun anggaran
sebelumnya, sebab SiLPA tahun anggaran sebelumnya merupakan komponen penerimaan
pembiayaan untuk tahun anggaran bersangkutan. Untuk penyusunan anggaran kas SKPD,
saldo awal kas merupakan saldo kas yang masih dipegang oleh Bendaharan Pengeluaran.
xv
b. Anggaran Kas Penerimaan
Anggaran kas pendapatan memuat perkiraan arus kas masuk dari realisasi pendapatan
dan penerimaan pembiayaan yang diharapkan diperoleh untuk setiap bulan dan triwulan
selama satu tahun anggaran.
Anggaran kas pengeluaran memuat perkiraan kebutuhan dana untuk belanja dan
pengeluaran pembiayaan untuk setiap bulan dan triwulan selama satu tahun anggaran.
Saldo akhir kas merupakan perkiraan jumlah saldo kas yang ada untuk setiap bulan
dan triwulan selama satu tahun anggaran. Saldo akhir kas dihitung dengan cara
menambahkan saldo awal kas dengan jumlah penerimaan kemudian dikurangi dengan
perkiraan pengeluaran yang akan dilakukan. Saldo akhir kas bulan bersangkutan merupakan
saldo awal kas bulan berikutnya.
1. Langkah pertama yang harus disiapkan dalam membuat anggaran kas adalah
mengenali pola belanja atau pengeluaran (pattern of expenditure). Pengenalan pola
belanja/pengeluaran tersebut tidak cukup hanya mengetahui jumlah kas yang harus
dikeluarkan, tetapi juga memperhitungkan kapan kas tersebut akan dibelanjakan atau
dikeluarkan. Untuk memperkirakan jumlah belanja setiap bulannya, pemerintah
daerah bisa menggunakan data historis dan pengalaman-pengalaman yang terjadi
selama periode-periode sebelumnya. Dalam hal ini perlu dikenali pola belanja atau
pengeluaran untuk masing-masing jenis belanja.
2. Langkah kedua yang harus dipersiapkan dalam membuat anggaran kas adalah
mengenali pola pendapatan/penerimaan (pattern of income) yang diharapkan
diperoleh pemerintah daerah. Sama halnya dengan belanja atau pengeluaran, dalam
mengenali pola pendapatan/penerimaan tidak hanya mempertimbangkan jumlah kas
yang akan diterima, tetapi juga harus memperkirakan kapan tersebut diterima.
xvi
3. Langkah ketiga, setelah pola belanja/pengeluaran dan pola pendapatan/penerimaan
diketahui selanjutnya adalah membuat skedul yang mengindikasikan perkiraan total
penerimaan serta pengeluaran per bulan selama satu tahun anggaran.
4. Langkah keempat setelah skedul penerimaan dan pengeluaran tersebut disusun adalah
membuat perkiraan anggaran kas
Pengeluaran
Belanja Tidak Langsung
Belanja Langsung
Pengeluaran Pembiayaan
Pembentukan Dana
Cadangan
Penyertaan Modal
Pembayaran Utang
Pemberian Pinjaman
Total Pengeluaran
BULAN
Uraian Jumlah
1 1
Pendapatan Anggaran
1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 12
PAD
xvii
Pajak Daerah
Retribusi
Laba BUMD
Lain-lain PAD
Dana
Perimbangan
Bagi Hasil Pajak
Bagi Hasil SDA
DAU
DAK
Lain-lain
Pendapatan
Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV
Jumlah BULAN
Uraian
Anggaran 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Kegiatan 1
Kegiatan 2
Kegiatan 3
Kegiatan 4
Kegiatan 5
Kegiatan 6
Kegiatan 7
…....
xviii
tertentu tidak menjadi penerimaan satuan kerja, seperti penerimaan dari pajak, Dana
Perimbangan, dan penerimaan pembiayaan. Penerimaan tersebut merupakan penerimaan
daerah yang masuk melalui rekening kasda melalui Bendahara Umum Daerah. Penerimaan
untuk satuan kerja lebih terbatas jenisnya, khususnya dari Retribusi Daerah. Penerimaan
retribusi itupun pada dasarnya tidak bisa langsung digunakan oleh satuan kerja karena harus
disetor kerekening kas daerah. Hal ini sesuai dengan prinsip anggaran bruto yang dianut
dalam sistem penganggaran daerah.
Bulan
Aliran Kas 1 1 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9
0 1 2
Saldo Awal
Penerimaan
Total
Pengeluaran
Saldo Akhir
Pada dasarnya, format anggaran kas bisa bervariasi antara satu organisasi dengan
organisasi lainnya, antara perusahaan satu dengan lainnya, dan antara perusahaan bisnis
dengan pemerintahan. Tidak ada format baku yang seragam untuk seluruh jenis organisasi.
Format anggaran kas tersebut disesuaikan dengan kebutuhan dan kepentingan masing-masing
organisasi. Meskipun formatnya berbeda-beda tetapi tujuan pokoknya sama yaitu
perencanaan dan pengendalian kas, optimalisasi manajemen kas serta meningkatkan efisiensi
dan efektivitas anggaran kas. Berikut contoh format anggaran kas:
BULAN TOTAL
URAIAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Saldo Awal Kas
Pendapatan:
a. PAD
b. Bagi Hasil
c. DAU
d. DAK
e. Lain-lain Pendapatan
xix
Penerimaan Pembiayaan:
SiLPA TA Lalu
Pencairan Dana Cadangan
Penjualan Aset
Pinjaman
Pelunasan Piutang
Total Penerimaan
Total Kas Tersedia
Pengeluaran:
a. Belanja Tidak Langsung
b. Belanja Langsung
Pengeluaran Pembiayaan:
Pembentukan Dana
Cadangan
Penyertaan Modal
Pembayaran Utang
Pemberian Pinjaman
Total Pengeluaran
Saldo Akhir Kas
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Daerah perlu memiliki
mekanisme manajemen kas yang baik sehingga kas daerah dapat dioptimalkan. Manajemen
kas terkait dengan timdakan memanfaatkan kas yang masih menganggur, pemilihan
instrument investasi jangka pendek, menentukan portofolio investasi yang optimal, penentuan
waktu yang tepat untuk mengadakan utang, dan penentuan kapan harus melakukan
pengeluaran. Tujuan utama manajemen kas adalah untuk keamanan kas (safety), menjaga
likuiditas keuangan (liquidity), dan memperoleh keuntungan investasi (yield).
xx
empat langkah dasar dalam membuat anggaran kas, yaitu mengenali pola belanja atau
pengeluaran (pattern of expenditure), mengenali pola pendapatan/penerimaan (pattern of
income), membuat skedul yang mengindikasikan perkiraan total penerimaan serta
pengeluaran per bulan selama satu tahun anggaran dan membuat perkiraan anggaran kas.
DAFTAR PUSTAKA
xxi