Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

KEBUTUHAN OKSIGENASI
Dosen : Dr.Rika Endah Nurhidayah,S.Kp,M.Pd

OLEH :

1. 211101001 Aderia Belinda Damanik


2. 211101002 Regita Putri Wanda
3. 211101003 Tiadela Jains Al-farani Sinaga
4. 211101004 Irena Sri Utami Siregar
5. 211101005 Novri rahmadani nasution
6. 211101006 Sonia Rospita Hia
7. 211101007 Della Amelia Nst
8. 211101008 Siti Salwa

PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
MEDAN 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini tepat
pada waktunya yang berjudul “Kebutuhan Oksigenasi”

Kemudian kami sampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung kami
dalam menyelesaikan makalah ini, yaitu:

1. Dosen mata kuliah Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Ibu Dr.Rika Endah
Nurhidayah,S.kp,MPd yang telah membimbing kami dalam menyusun laporan ini.
2. Teman-teman perkuliahan yang telah membantu saya membimbing dan mengarahkan
saya sehingga makalah ini dapat selesai dengan tepat waktu.

Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang kebutuhan
oksigenasi. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena, itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun sangat saya harapkan.

Medan, 28 Agustus 2021

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i

DAFTAR ISI...............................................................................................................................................ii

BAB 1.........................................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.......................................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.................................................................................................................................1

1.2 Tujuan..............................................................................................................................................1

1.3 Manfaat............................................................................................................................................1

BAB II.........................................................................................................................................................3

PEMBAHASAN.........................................................................................................................................3

2.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM KARDIOVASKULER....................................................3

2.2 PERUBAHAN PERUBAHAN PADA FUNGSI JANTUNG.........................................................13

2.3 ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM RESPIRASI.....................................................................14

BAB III......................................................................................................................................................17

PENUTUP.................................................................................................................................................17

A. Kesimpulan.......................................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................19

ii
BAB l
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah kesehatan yang diakibatkan oleh gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi
masih menduduki peringkat tertinggi sebagai penyebab utama naiknya angka morbiditas dan
mortalitas. Kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan dasar fisiologis manusia. Pemenuhan
kebutuhan oksigen merupakan komponen yang paling penting karena bertujuan untuk
menjaga kelangsungan proses metabolisme sel dalam tubuh, mempertahankan kehidupannya,
dan melakukan aktivitas bagi organ dan sel .Oksigenasi sebagai salah satu kebutuhan dasar
manusia diperoleh karena adanya sistem pernapasan yang membantu dalam proses bernapas.
Sistem pernapasan atau respirasi berperan dalam menjamin ketersediaan oksigen untuk
kelangsungan metabolisme sel tubuh dan pertukaran gas.
Proses oksigenasi dimulai dari pengambilan oksigen di udara, kemudian oksigen
masuk melalui organ pernapasan bagian atas seperti hidung, sinus paranasal,nasal cavity,
faring, laring, dan kemudian akan masuk ke dalam organ pernapasan bagian dalam yang
terdiri dari trakea, bronkus, bronchioles sdan juga alveoli. Hal ini menunjukkan bahwa
oksigen merupakan gas yang sangat penting dalam proses pernapasan. Penyebab terjadinya
gangguan oksigenasi disebabkan oleh beberapa hal yang mempengaruhi fungsi pernapasan,
yang dipengaruhi oleh beberapa faktor penting, diantaranya adalah faktor fisiologis, status
kesehatan, faktor perkembangan, faktor perilaku dan lingkungan. Pernapasan dapat berubah
karena kondisi dan penyakit yang dapat mengubah kondisi dan struktur paru. Otot-otot
pernapasan, ruang pleura, dan juga alveoli sangat penting untuk ventilasi, perfusi, dan juga
pertukaran gas dalam pernapasan.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah yang kami buat ini yaitu untuk memudahkan mahasiswa
menjelaskan konsep,prinsip dan keterampilan klinis keperawatan untuk membantu memenuhi
berbagai kebutuhan manusia yang mencangkup kebutuhan oksigenasi.

1.3 Manfaat
1. Hasil penelitian untuk menambah wawasan, pengalaman dan pengetahuan peneliti dalam
penerapan asuhan keperawatan tentang gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen pada
pasien.
2. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran bagi perawat dalam
meningkatkan “Asuhan Keperawatan tentang gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen
pada pasien”.

1
3. Hasil penelitian dapat digunakan bagi mahasiswa keperawatan, dosen, serta peneliti
selanjutnya sebagai sumber informasi dan bahan perbandingan untuk penulisan asuhan
keperawatan dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen pada pasien .

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM KARDIOVASKULER


A. Prinsip Dasar Sistem Kardiovaskuler
Sistem kardiovaskuler pada prinsipnya terdiri dari jantung, pembuluh darah dan saluran
limfe. ke seluruh tubuh serta membawa bahan – bahan hasil akhir metabolisme untuk
dikeluarkan dari tubuh. Jantung terletak pada mediastinum, yaitu kompartemen pada bagian
tengah rongga thoraks diantara dua rongga paru. Mediastinum merupakan struktur yang
dinamis , lunak yang digerakkan oleh struktur – struktur yang terdapat didalamnya (jantung)
dan mengelilinginya (diafragma dan gerakan lain pada pernafasan) serta efek gravitasi dan
posisi tubuh (gambar 1.1).

Gambar 1.1 Rongga mediastinum

1) Struktur Jantung

Ukuran jantung sekitar sedikit lebih besar dari satu kepalan tangan dengan
berat berada pada rentang 7 – 15 ons (200 – 425 gram). Dalam setiap harinya jantung
mampu memompa sampai dengan 100.000 kali dan dapat memompa darah sampai
dengan 7.571 liter.Pada jantung sebelah kanan menerima darah yang tidak
teroksigenasi,kemudian mengalirkannya ke pulmonal untuk proses oksigenasi.
Sedangkan bagian kiri jantung menerima dari teroksigenasi dari paru melalui vena
pulmonalis untuk diedarkan ke seluruh tubuh.
2) Perikardium
3
Perikardium adalah lapisan pembungkus jantung yang tersusun oleh membrane
fibroserosa dan permukaan pembuluh darah besarnya. Perikardium tersusun oleh dua
lapisan yaitu pericardium fibrosa yang merupakan lapisan bagian luar yang keras serta
pericardium serosa yang merupakan lapisan bagian dalam. Perikardium serosa juga
mempunyai dua lapisan yaitu pericardium parietal dan pericardium visceral.
Perikardium parietal merupakan permukaan bagian dalam pericardium fibrosa.
Sedangkan pericardium visceral melekat pada permukaan jantung. Ruang yang berada
diantara perikardium parietal dengan pericardium visceral disebut dengan ruang
pericardium. Dalam kondisi normal, ruang tersebut berisi cairan yang berfungsi untuk
memudahkan bagi jantung untuk bergerak dan berdenyut tanpa adanya hambatan
(gambar 1.2)

Gambar 1.2. Perikardium

3) Dinding dan Ruangan


Dinding jantung tersusun oleh tiga lapisan yaitu lapisan bagian luar yang
disebut epikardium, lapisan bagian tengah yang disebut miokardium serta lapisan
bagian dalam yang disebut endokardium (gambar 1.3).Miokardium merupakan
lapisan yang terdiri dari otot jantung. Endokardium merupakan lapisan bagian dalam
yang tipis tersusun dari jaringan ikat subendotelial yang juga menutupi katup jantung.

Gambar 1.3. Lapisan dinding Jantung


Sedangkan ruangan jantung terdiri dari dua bagian yaitu bagian kanan dan bagian kiri.
Masing – masing bagian mempunyai satu atrium dan satu ventrikel sehingga di dalam
jantung terdapat empat ruang yaitu atrium kanan, atrium kiri, ventrikel kanan dan ventrikel
kiri.

4
4) Atrium
Merupakan rongga penerima yang akan memompa darah ke dalam ventrikel.
Atrium kanan mendapatkan darah yang berasal dari vena cava superior dan vena cava
inferior, atrium kiri mendapatkan darah dari vena pulmonalis. Ventrikel merupakan
rongga penerima darah dari atrium melalui sebuah katup.Ventrikel kanan akan
mendapatkan darah dari atrium kanan untuk selanjutnya dipompa ke paru – paru
melalui arteri pulmonalis. Sedangkan ventrikel kiri mendapatkan darah dari atrium
kiri untuk selanjutnya akan memompa darah ke seluruh tubuh melalui katup aorta.
Otot jantung (miokardium) pada bagian ventrikel lebih tebal dibandingkan dengan
bagian atrium dan otot ventrikel kiri lebih tebal dibandingkan dengan otot ventrikel
kanan. Hal ini karena otot ventrikel kiri mempunyai tugas untuk menghasilkan
tekanan yang lebih besar daripada otot bagian lainnya. Ventrikel kiri bertugas untuk
memompa darah ke seluruh tubuh.
Diantara atrium dengan ventrikel terdapat katup yang memisahkannya. Katup
ini disebut dengan katup atriovebtrikular yang berfungsi untuk menjaga aliran darah
agar berjalan searah dari atrium ke ventrikel dan menghindarkan aliran darah balik
dari ventrikel ke atrium. Katup atrioventrikularis ini dibagi menjadi dua yaitu ,Katup
trikuspidalis merupakan katup yang mempunyai tiga daun yang memisahkan atrium
kanan dengan ventrikel kanan,dan katup bikuspidalis (katup mitral) merupakan katup
dengan dua daun yang memisahkan atrium kiri dengan ventrikel kiri.
Selain katup atrioventrikularis, terdapat katup semilunaris yang terdiri dari dua
katup yaitu katup pulmonal dan katup aorta. Katup pulmonal berfungsi mencegah
aliran balik dari arteri pulmonalis ke ventrikel kanan. Sedangkan katup aorta
berfungsi mencegah aliran balik dari aorta ke ventrikel kiri (gambar 1.4)

Gambar 1.4. Ruangan dan Katup Jantung


Di dalam dinding ventrikel terdapat juga berkas – berkas otot yang tebal
dinamakan dengan otot – otot papillaris. Di bawah dari otot – otot papillaris terdapat
benang – benang tendon tipis yang disebut dengan korda tendinea dan berfungsi untuk
menghindarkan kelopak katup terdorong masuk ke dalam atrium saat ventrikel
berkontraksi.
Terdapat juga pembuluh darah yang tersambung langsung dengan jantung.

5
Disebelah kanan jantung terdapat vena cava superior dan vena cava inferior yang akan
mengalirkan darahnya masuk ke dalam atrium kanan. Selanjutnya terdapat juga arteri
pulmonalis. Arteri ini berfungsi untuk membawa darah keluar dari ventrikel kanan
untuk masuk ke dalam paru – paru. Sedangkan yang membawa aliran darah dari paru
– paru untuk masuk ke jantung lagi yaitu ke dalam atrium kiri disebut dengan vena
pulmonalis. Pembuluh darah berikutnya yaitu aorta yang berfungsi membawa darah
keluar dari ventrikel kiri.

5) Bunyi Jantung
Di dalam jantung terdengar dua macam bunyi/suara. Bunyi ini berasal dari
katup katup yang menutup secara pasif. Bunyi pertama disebabkan oleh menutupnya
katup atrioventrikular dan kontraksi ventrikel. Sedangkan bunyi kedua merupakan
bunyi akibat menutupnya katup semilunaris sesudah kontraksi ventrikel.

6) Pembuluh Darah dan Inervasi Jantung


Pembuluh darah yang berperan pada jantung adalah arteri koronaria dan
vena koronaria. Aliran darah dari dan ke otot miokardium, sebagian besar berasal dari
arteri dan vena ini. Pembuluh darah jantung ini dipengaruhi oleh kerja saraf simpatis
dan saraf parasimpatis.
Arteri koronaria merupakan cabang pertama dari aorta yang mengalirkan
darah ke epikardium dan miokardium. Selain itu arteri ini menyuplai darah ke atrium
dan ventrikel.Cabang arteri koronaria adalah arteri koronaria dekstra dan arteri
koronaria sinistra. Cabang arteri koronaria inilah yang pertama – tama meninggalkan
aorta dan kemudian bercabang – cabang lagi menjadi arteri yang lebih kecil. Arteri –
arteri kecil ini mengitari jantung dan menghantarkan darah ke semua bagian organ ini.
Selanjutnya darah yang kembali dari jantung terkumpul ke dalam sinus koronaria dan
akan masuk ke dalam atrium kanan.

Gambar 1.5. Arteri Koronaria


Jantung dipersarafi oleh serabut saraf otonom dari plexus cardiacus. Plexus
cardiacus ini terbentuk dari serabut parasimpatis dan simpatis dalam perjalanan ke
jantung. Serabut tersebar di sepanjang dan ke pembuluh darah koroner serta
komponen-komponen konduktan terutama SA Nodes. Meskipun gerakan jantung

6
bersifat ritmik, tetapi kecepatan kontraksi dipengaruhi rangsangan yang sampai pada
jantung melalui saraf tersebut.
Rangsangan saraf simpatis menyebabkan meningkatnya nadi, konduksi
impuls, kekuatan kontraksi dan menyebabkan peningkatan aliran darah melalui arteri
koronaria.Rangsangan saraf parasimpatis akan memperlambat nadi, mengurangi
kekuatan kontraksi dan mengonstriksikan arteri koronaria, menghambat energi
diantara periode peningkatan kebutuhan. Rangsangan saraf parasimpatis paskasinap
akan memperlambat kecepatan depolarisasi sel – sel pacemaker dan konduksi
atrioventrikular serta mengurangi kontraktilitas atrial.

7) Sistem Konduksi Jantung


Sistem konduksi jantung merupakan sistem yang mengkoordinasikan siklus di
dalam jantung dengan mengkoordinasikan kontraksi dari keempat ruangan yang ada
di jantung. Dalam menjalankan fungsinya sebagai pemompa darah, atrium dan
ventrikel bekerja bersama – sama.
Dalam sistem konduksi jantung ini melibatkan SA Nodes, AV Nodes, bundle
of his dan serabut purkinje (gambar 1.6).

Gambar 1.6. Sistem Konduksi Jantung

Sel pacu jantung mempunyai karakteristik :


1. Automatisitas Merupakan kemampuan untuk memulai impuls secara otomatis
2. Konduktivitas Merupakan kemampuan untuk menghantarkan impuls dari satu sel
ke sel berikutnya
3. Kontraktilitas Merupakan kemampuan untuk memperpendek serabut jantung saat
menerima impuls
Impuls akan berjalan menuju bundle of his dan selanjutnya menuju serabut
purkinje. Aliran impuls ini pada akhirnya akan menimbiulkan kontraksi pada
ventrikel. Apabila mengalami gangguan dalam memulai impuls, maka akan diambil
alih.Akan tetapi kontraksi yang dihasilkan ini akan menyebabkan kontraksi dengan
frekuensi sebesar 40 – 60 kali/menit.

7
Impuls pada jantung yang dihasilkan dapat direkam dengan menggunakan alat
elektrokardiogram (EKG) dan menghasilkan gambaran EKG seperti pada gambar 1.7.

Gambar 1.7. Sistem Konduksi Jantung dan Gambaran EKG yang dihasilkan

Gelombang P menunjukkan fase depolarisasi dan kontraksi atrium


berlangsung. Gelombang P merupakan rekaman penyebaran depolarisasi melalui
miokardium atrium mulai awal sampai akhir. Karena SA Nodes berada pada atrium
kanan, maka atrium kanan mulai berdepolarisasi sebelum atrium kiri dan juga selesai
lebih awal.
Setelah terjadi depolarisasi, sel miokardium mengalami masa refrakter singkat.
Sel miokardium mengalami repolarisasi yaitu sel memulihkan elektronegativitas di
dalam dirinya agar dapat dirangsang kembali.Gelombang repolarisasi atrium
sebenarnya juga ada, namun karena gelombang ini terjadi bersamaan dengan
depolarisasi ventrikel sehingga tertutup oleh kompleks QRS yang jauh lebih menonjol

8) Siklus Jantung
Tugas utama jantung adalah memompa darah ke seluruh tubuh. Di dalam
jantung terdapat berbagai aktivitas yang berhubungan dengan peredaran darah, hal ini
disebut dengan siklus jantung. Gerakan jantung merupakan akibat dari kontraksi
atrium dan ventrikel. Gerakan jantung ini terdiri dari dua jenis yaitu sistole dan
diastole. Sistole merupakan kontraksi yang bersamaan dari kedua atrium atau kedua
ventikrel. Sedangkan diastole merupakan fase relaksasi dari atrium maupun ventrikel.
Melalui fase sistole dan diastole inilah jantung akan terus berdenyut selama hidupnya.
Kontraksi dari kedua atrium membutuhkan waktu yang lebih pendek daripada
kontraksi pada kedua ventrikel. Pada ventrikel, selain kontraksi berlangsung lebih
lama, kekuatan yang dihasilkan juga lebih tinggi daripada atrium utamanya pada
ventrikel kiri. Ventrikel kiri bertugas untuk mendorong darah ke seluruh tubuh dan
mempertahankan tekanan darah arteri sistemik. Sedangkan ventrikel kanan juga
memompa volume darah yang sama, namun tekanannya jauh lebih rendah dari
ventrikel kiri karena hanya mendorong darah ke dalam paru – paru.

9) Pembuluh Darah
8
Dalam sistem vaskular, terdapat lima jenis pembuluh darah berbeda yang
akan berperan, yaitu arteri, vena, arteriol, venula dan kapiler. Lapisan dinding
pembuluh darah kecuali kapiler mempunyai tiga lapisan, yaitu :
1. Tunika intima Merupakan lapisan pembuluh darah bagian dalam
2. Tunika media Merupakan lapisan pembuluh darah bagian tengah
3. Tunika adventisia Merupakan lapisan pembuluh darah bagian luar

Gambar 1.8. Struktur Lapisan Pembuluh Darah

Arteri mempunyai struktur dinding otot yang lebih tebal daripada vena. Hal ini
bertujuan untuk mengakomodasi fungsi dari arteri untuk mengalirkan darah pada
kecepatan dan tekanan yang tinggi. Sebaliknya vena mempunyai struktur dinding otot
yang lebih tipis. Akan tetapi vena mempunyai diameter yang lebih besar daripada
arteri karena tekanan darah yang mengalir balik dari vena ke jantung lebih rendah.
Arteriol mempunyai dinding yang lebih tipis daripada arteri, berfungsi untuk
mengatur aliran darah ke kapiler dengan cara konstriksi dan dilatasi. Sedangkan
venula mempunyai dinding yang lebih tipis daripada arteriol, berfungsi untuk
mengumpulkan darah dari kapiler. Secara lebih jelas arteri bertugas untuk membawa
darah dari jantung, vena bertugas untuk membawa darah ke jantung sedangkan kapiler
sebagai penghubung antara arteri dan vena yang merupakan jalan lalu lintas untuk
distribusi zat – zat yang diperlukan oleh tubuh serta zat – zat yang harus
Denyut nadi merupakan gelombang yang teraba pada arteri akibat darah
dipompa keluar jantung. Denyut arteri mudah teraba dan terasa di tempat yang
melintasi sebuah tulang yang terletak dekat dengan permukaan, misalnya arteri
radialis, arteri temporalis maupun arteri dorsalis pedis. Saluran limfe juga merupakan
bagian dari sistem kardiovaskuler, berfungsi untuk mengumpulkan, menyaring dan
menyalurkan kembali ke dalam darah limfenya yang dikeluarkan melalui dinding
kapiler halus untuk membersihkan jaringan.

10) Sirkulasi darah


9
Jantung merupakan organ utama sirkulasi darah. Terdapat dua macam
sirkulasi yang terjadi yaitu sirkulasi sistemik dan sirkulasi pulmonal.
1. Sirkulasi sistemik Sirkulasi sistemik dimulai dari aliran darah dari ventrikel kiri
melalui arteri, arteriol, dan kapiler kembali ke atrium kanan melalui vena.
2. Sirkulasi pulmonal Sirkulasi pulmonal dimulai dari aliran darah dari ventrikel
kanan masuk ke dalam paru – paru selanjutnya dari paru – paru masuk ke dalam
atrium kiri.

Gambar 1.9. Sirkulasi Darah Dalam Jantung

Darah tidak teroksigenasi yang berasal dari vena cava superior dan vena cava
inferior akan masuk ke dalam atrium kanan. Darah dari atrium kanan melewati katup
trikuspidalis akan masuk ke dalam ventrikel kanan. Selanjutnya ventrikel kanan akan
memompa darah ke paru – paru melalui katup pulmonal menuju arteri pulmonalis.
Selanjutnya darah di paru – paru akan mengalami proses oksigenasi.
Setelah proses oksigenasi di paru – paru terjadi, darah akan dialirkan ke vena
pulmonalis menuju ke atrium kiri. Darah teroksigenasi ini selanjutnya melalui katup
bikuspidalis akan tertampung ke dalam ventrikel kiri. Kemudian ventrikel kiri akan
memompa darah ke seluruh tubuh melalui katup aorta.Tiga arteri besar yang
merupakan percabangan dari aorta akan mengalirkan darah sesuai dengan
percabangannya. Arteri karotis komunis kiri akan mengalirkan darah ke bagian otak.
Arteri subklavia kiri akan mengalirkan darah ke bagian ekstremitas atas dan arteri
inominata akan mengalirkan darah ke daerah thoraks.
Sedangkan cabang dari aorta desenden akan mengalirkan darah ke bagian
abdomen. Aorta desenden ini di selanjutnya akan bercabang menjadi arteri iliaka yang
kemudian bercabang lagi menjadi arteri femoralis untuk menyuplai darah ke bagian
ekstremitas bawah.
Cabang dari arteri besar ini akan membentuk ranting menjadi arteri yang lebih
kecil lagi sampai menjadi arteriol. Arteri – arteri ini mempunyai dinding yang sangat
berotot yang menyempitkan salurannya dan menahan aliran darah. Fungsinya adalah
10
mempertahankan tekanan darah arteri dengan jalan mengubah – ubah ukuran saluran
mengatur aliran darah dalam kapiler. Dinding kapiler mempunyai struktur yang tipis
sehingga memudahkan untuk terjadinya pertukaran zat antara plasma dan jaringan
interstitiil. Selanjutnya kapiler – kapiler ini bergabung membentuk pembuluh darah
yang lebih besar yang disebut dengan venul. Darah dari venul kemudian akan
bergabung menuju vena untuk selanjutnya menghantarkan darah ke dua batang vena
besar yaitu vena cava superior dan vena cava inferior untuk kembali ke jantung. Vena
cava superior mengumpulkan darah dari kepala dan ekstremitas atas. Sedangkan vena
cava inferior mengumpulkan darah dari thoraks, abdomen dan ekstremitas bawah.

B. Pemeriksaan Sistem Kardiovaskuler


Gejala Gangguan Sistem Kardiovaskuler Pada seseorang yang mengalami gangguan
pada sistem kardiovaskuler, akan muncul beberapa gejala antara lain :
1. Nyeri dada dan rasa tidak nyaman
2. Dipsnea (sesak nafas)
3. Palpitasi
4. Sinkop
5. Edema
6. Gejala Lain

a) Nyeri Dada dan Rasa Tidak Nyaman


Pada pasien yang mengalami keluhan nyeri dada dan rasa tidak nyaman, seringkali
merupakan tanda dan gejala terjadinya sindroma koroner akut ataupun diseksi aorta. Akan
tetapi seringkali pasien tidak mengeluhkan nyeri dada, akan tetapi mengeluh rasa tidak
nyaman. Sehingga perlu kiranya dilakukan pengkajian anamnesa yang lebih mendalam
terhadap keluhan yang muncul dari pasien, karena keluhan rasa tidak nyaman yang terjadi
pada pasien tidak selalu mencerminkan tingkat keparahan penyakit yang dideritanya.
Penyakit jantung koroner seringkali disebut dengan silent diseases, karena penyakit ini
seringkali tidak memunculkan gejala pada fase awal, pada orang lanjut usia ataupun pada
pasien diabetes.

b) Dipsnea (Sesak Nafas)


Seseorang dapat dikatakan mengalami sesak nafas apabila mengalami perubahan
ambang batas pernafasan dari yang diharapkan. Gejala sesak nafas yang muncul pada pasien
dapat merupakan tanda.Pada pasien yang mengalami gangguan sistem kardiovaskuler,
beberapa penyakit memunculkan gejala sesak nafas antara lain angina pektoris maupun gagal
jantung. Pada angina pektoris pasien mengalami iskemik miokard sehingga pasien menjadi
merasa tidak nyaman pada dada. Sedangkan pada pasien gagal jantung, sesak nafas seringkali
muncul akibat kelelahan. Pada gagal jantung kiri, munculnya edema paru juga
mengakibatkan pasien mengalami sesak nafas. Edema paru ini terjadi karena peningkatan
tekanan diastolik akhir pada atrium kiri yang menyebabkan peningkatan tekanan vena
11
pulmonal dan kapiler. Pasien dengan edema paru akut ini biasanya akan lebih nyaman dengan
posisi duduk tegak.
Beberapa gejala sesak nafas lain yang muncul yaitu ortopnea, dipsnea paroksismal
nokturnal dan platipnea. Ortopnea merupakan tanda terjadinya gagal jantung yang sudah
lanjut, ditandai dengan munculnya sesak nafas pada saat posisi berbaring mendatar.
Sedangkan sesak nafas yang muncul mendadak pada saat pasien tidur sehingga akibat sesak
yang dialaminya pasien menjadi terbangun dari tidurnya disebut dengan dipsnea paroksismal
nokturnal. Pada pasien yang mengalami kondisi ini, pasien akan merasa tercekik atau
terengah – engah menghirup udara. Kondisi ini disebabkan oleh akumulasi cairan di alveolar.
Sedangkan platipnea adalah munculnya sesak nafas saat pasien berada dalam posisi duduk
tegak. Hal ini dapat terjadi akibat adanya kelainan anatomis dan fungsional.

b) Palpitasi
Palpitasi merupakan kesadaran tidak terduga akan detak jantung yang terasa di dalam
dada. Hal ini dapat terasa cepat, kuat atau ireguler dan dideskripsikan dipukul – pukul,
berdetak keras, melompat-lompat, bergetar, berlomba atau meloncat-loncat. Palpitasi dapat
terjadi pada pasien aritmia. Akan tetapi gejala ini tidak selalu muncul. Palpitasi juga dapat
muncul akibat penggunaan kafein dan nikotin berlebihan, penggunaan dekongestan,
antihistamin maupun obat – obat stimulant seperti amfetamin, ekstasi dan kokain. Selain itu,
palpitasi juga merupakan tanda dan gejala terjadinya takikardia supraventrikular. Munculnya
gejala palpitasi harus segera diidentifikasi pada kasus :
1. Mempunyai riwayat infark miokard, intervensi perkutaneus koroner atau bedah jantung
kurang dari 3 bulan
2. Disertai sinkop atau nyeri dada hebat
3. Riwayat keluarga sinkop atau meninggal mendadak
4. Sindrom Wolf-Parkinson-White, atau channelopathy bawaan misalmnya sindrom QT
panjang
5. Penyakit jantung struktural bermakna, seperti kardiomiopati hipertrofi, stenosis aorta

c) Sinkop
Sinkop adalah hilangnya kesadaran akibat hipoperfusi serebral. Pusing, sinkop atau
perasaan akan pingsan (prasinkop) dapat disebabkan oleh kelainan kardiovaskuler dengan
penyebab utama yaitu :
1. Hipotensi postural
Merupakan keadaan penurunan tekanan darah sistolik > 20 mmHg dalam kondisi
berdiri yang dapat disebabkan oleh hipovolemia, penggunaan obat antihipertensi
terutama diuretik dan vasodilator, serta neuropati otonomik
2. Sinkop neurokardiogenik
Merupakan kelompok kondisi yang disebabkan oleh reflex otonomik abnormal.
Pingsan murni dapat terjadi pada seseorang yang dipaksa berdiri dalam jangka waktu
12
yang lama dan dalam kondisi lingkungan yang panas, atau juga dapat terjadi karena faktor
emosi ataupun nyeri berlebihan. Hal ini terjadi akibat penurunan frekuensi jantung yang
mendadak dan atau vasodilatasi. Sebelum terjadi pingsan, pasien seringkali ditandai oleh
munculnya gejala prodromal antara lain, pusing, pandangan gelap, tinnitus, mual,
berkeringat dan wajah pucat. Selanjutnya pasien akan terjadi di lantai. Pada kondisi ini,
saat pasien dalam posisi berbaring, seringkali pasien akan dapat sadar kembali. Hal ini
terjadi karena pada posisi berbaring, aliran darah akan kembali ke otak sehingga pasien
akan menjadi sadar.

2.2 PERUBAHAN PERUBAHAN PADA FUNGSI JANTUNG


A. Hubungan Pola Hidup dengan Kualitas Tidur
Hasil analisis bivariat antara hubungan faktor pola hidup yang meliputi kebiasaan
tidur siang, kebiasaan minum teh, kebiasaan minum kopi, konsumsi alkohol dan merokok
dengan kualitas tidur pada pasien gagal jantung di RSUD Kota Tasikmalaya, dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan minum kopi dengan
kualitas tidur (p= 0,001) serta kebiasaan merokok dengan kualitas tidur yang buruk (p = 004).
Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan bahwa kafein yang berasal dari kopi dan
nikotin yang berasal dari rokok mempengaruhi kualitas tidur pasien karena efek baik kafein
atau dan nikotin menyebabkan peningkatan aktivitas kardiovaskular seperti peningkatan
denyut jantung dan tekanan darah sehingga pasien dalam keadaan terjaga (Sudoyo, et al.,
2006).

B. Hubungan Faktor Kecemasan dengan Kualitas Tidur


Penelitian ini menemukan bahwa hampir seluruh responden (92,5%) mengalami
kecemasan ringan tapi pada uji bivariat p=1,000 bahwa tidak ada hubungan yang bermakna
antara faktor kecemasan dengan kualitas tidur. Hasil tersebut berbeda dengan penelitian yang
dilakukan oleh Purnama (2009) yang menyatakan bahwa 54% pasien yang pertama kali
dirawat di ruang perawatan rumah sakit menderita cemas berat. Perbedaan hasil penelitian ini
dimungkinkan karena responden adalah klien yang mengalami rawat jalan di rumah sakit
sehingga faktor kecemasan yang didapatkan akibat hospitalisasi tidak tertalu berpengaruh
terhadap kualitas tidurnya.

2.3 ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM RESPIRASI

A.Definisi Sistem Respirasi

13
Sistem respirasi adalah sistem yang memiliki fungsi utama untuk melakukan respirasi
dimana respirasi merupakan proses mengumpulkan oksigen dan mengeluarkan
karbondioksida. Fungsi utama sistem respirasi adalah untuk memastikan bahwa tubuh
mengekstrak oksigen dalam jumlah yang cukup untuk metabolisme sel dan melepaskan
karbondioksida.
Sistem respirasi terbagi menjadi sistem pernafasan atas dan sistem pernafasan bawah.
Sistem pernafasan atas yang terdiri dari bagian luar rongga dada yaitu hidung, sinus
paranasal, nasal cavity, faring dan laring. Sedangkan sistem pernafasan bawah yang terdiri
dari bagian dalam rongga dada yaitu trachea, bronchus, bronchioles dan alveoli.

1.Pernapasan Bagian Atas

a) Hidung
Masuknya udara bermula dari hidung. Hidung merupakan organ pertama dalam
sistem respirasi yang terdiri dari bagian eksternal (terlihat) dan bagian internal. Di
hidung bagian eksternal terdapat rangka penunjang berupa tulang dan hyaline
kartilago yang terbungkus oleh otot dan kulit. Struktur interior dari bagian eksternal
hidung memiliki tiga fungsi : (1) menghangatkan, 6 melembabkan, dan menyaring
udara yang masuk; (2) mendeteksi stimulasi olfaktori (indra pembau); dan (3)
modifikasi getaran suara yang melalui bilik resonansi yang besar dan bergema.
Rongga hidung sebagai bagian internal digambarkan sebagai ruang yang besar pada
anterior tengkorak (inferior pada tulang hidung; superior pada rongga mulut); rongga
hidung dibatasi dengan otot dan membrane mukosa (Tortorra and Derrickson, 2014)
b) Sinus Faranasa
Sinus paranasal adalah serangkaian rongga yang mengelilingi hidung kita. Terdapat
empat pasang sinus paranasal, yaitu sinus ethmoid, maksila, frontalis dan sphenoid.
Rongga-rongga tersebut tersebut terbentuk sebagai hasil proses pneumatisasi. Bentuk
sinus memiliki bentuk yang bervariasi. Rongga sinus memiliki muara yang menuju ke
dalam rongga hidung.
c) Nasal cavity

14
rongga hidung terletak di belakang cuping hidung, yang berperan sebagai saluran
pembersih utama bagi udara yang masuk menuju paru-paru. Rongga hidung sendiri
terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu bagian vestibulum, bagian oflactory, dan
bagian pernapasan. Adapun beberapa bagian rongga hidung tersebut memiliki
fungsinya masing-masing.Susunan rongga hidung manusia sebenarnya cukup
kompleks. Susunan rongga tersebut dimulai dengan bagian lubang hidung yang
dinamakan vestibulum. Yang mana pada bagian ini dilapisi oleh lapisan sel yang
bernama epitelium.Rongga hidung manusia dilengkapi dengan bulu hidung yang
berfungsi untuk menyaring kotoran ketika masuk melalui pernapasan. Selain itu,
fungsi rongga hidung juga untuk mengatur suhu udara pernapasan dan menyelidiki
adanya bau.
d) Faring
Faring, atau tenggorokan, adalah saluran berbentuk corong dengan panjang 13 cm.
Dinding faring disusun oleh otot rangka dan dibatasi oleh membrane mukosa. Otot
rangka yang terelaksasi membuat faring dalam posisi tetap sedangkan apabila otot
rangka kontraksi maka sedang terjadi proses menelan. Fungsi faring adalah sebagai
saluran untuk udara dan makanan, menyediakan ruang resonansi untuk suara saat
berbicara, dan tempat bagi tonsil (berperan pada reaksi imun terhadap benda asing).
e) Laring
Laring tersusun atas 9 bagian jaringan kartilago, 3 bagian tunggal dan 3 bagian
berpasangan. 3 bagian yang berpasangan adalah kartilago arytenoid, cuneiform, dan
corniculate. Arytenoid adalah bagian yang paling signifikan dimana jaringan ini
mempengaruhi pergerakan membrane mukosa (lipatan vokal sebenarnya) untuk
menghasilkan suara. 3 bagian lain yang merupakan bagian tunggal adalah tiroid,
epiglotis, dan cricoid. Tiroid dan cricoid keduanya berfungsi melindungi pita suara.
Epiglotis melindungi saluran udara dan mengalihkan makanan dan minuman agar
melewati esofagus.

2.Pernapasan Bagian Bawah

a) Trachea
Trakea atau batang tenggorokan merupakan saluran tubuler yang dilewati udara dari
laring menuju paru-paru. Trakea juga dilapisi oleh epitel kolumnar bersilia sehingga
dapat menjebak zat selain udara yang masuk lalu akan didorong keatas melewati
esofagus untuk ditelan atau dikeluarkan lewat dahak. Trakea dan bronkus juga
memiliki reseptor iritan yang menstimulasi batuk, memaksa partikel besar yang
masuk kembali keatas.
b) Bronchus
Struktur bronkus terbagi menjadi dua cabang utama, bronkus kanan dan kiri, yang
mana cabang-cabang ini memasuki paru kanan dan kiri pula. Didalam masing-masing
paru, bronkus terus bercabang dan semakin sempit, pendek, dan semakin banyak
jumlah cabangnya, seperti percabangan pada pohon. Cabang terkecil dikenal dengan
sebutan bronchiole. Pada pasien PPOK sekresi mukus berlebih ke dalam cabang
bronkus sehinga menyebabkan bronkitis kronis.
15
c) Bronchiolus
Bronkiolus adalah cabang dari bronkus yang berfungsi untuk menyalurkan udara dari
bronkus ke alveoli. Selain itu bronkiolus juga berfungsi untuk mengontrol jumlah
udara yang masuk dan keluar saat proses bernapas berlangsung.
d) Alveoli/Alveolus/Paru-Paru
Alveoli atau alveolus adalah kantung-kantung kecil dalam paru yang terletak di ujung
bronkiolus. Dalam sistem pernapasan, alveoli berfungsi sebagai tempat pertukaran
oksigen dan karbon dioksida.Pada alveoli juga ada kapiler pembuluh darah. Nantinya,
darah akan melewati kapiler dan dibawa oleh pembuluh darah vena dan arteri.Alveoli
kemudian menyerap oksigen dari udara yang dibawa oleh bronkiolus dan
mengalirkannya ke dalam darah. Setelah itu, karbon dioksida dari sel-sel tubuh
mengalir bersama darah ke alveoli untuk diembuskan keluar.Paru-paru dibagi menjadi
bagian-bagian yang disebut lobus. Terdapat tiga lobus di paru sebelah kanana dan dua
lobus di paru sebelah kiri. Diantara kedua paru terdapat ruang yang bernama cardiac
notch yang merupakan tempat bagi jantung. Masing-masing paru dibungkus oleh dua
membran pelindung tipis yang disebut parietal dan visceral pleura. Parietal pleura
membatasi dinding toraks sedangkan visceral pleura membatasi paru itu sendiri.
Diantara kedua pleura terdapat lapisan tipis cairan pelumas. Cairan ini mengurangi
gesekan antar kedua pleura sehingga kedua lapisan dapat bersinggungan satu sama
lain saat bernafas. Cairan ini juga membantu pleura 8 visceral dan parietal melekat
satu sama lain, seperti halnya dua kaca yang melekat saat basah.

Cabang-cabang bronkus terus terbagi hingga bagian terkecil yaitu bronchiole.


Bronchiole pada akhirnya akan mengarah pada bronchiole terminal. Di bagian akhir
bronchiole terminal terdapat sekumpulan alveolus, kantung udara kecil tempat dimana terjadi
pertukaran gas (Sherwood, 2010). Dinding alveoli terdiri dari dua tipe sel epitel alveolar. Sel
tipe I merupakan sel epitel skuamosa biasa yang membentuk sebagian besar dari lapisan
dinding alveolar. Sel alveolar tipe II jumlahnya lebih sedikit dan ditemukan berada diantara
sel alveolar tipe I. sel alveolar tipe I adalah tempat utama pertukaran gas. Sel alveolar tipe II
mengelilingi sel epitel dengan permukaan bebas yang mengandung mikrofili yang mensekresi
cairan alveolar. Cairan alveolar ini mengandung surfaktan sehingga dapat menjaga
permukaan antar sel tetap lembab dan menurunkan tekanan pada cairan alveolar. Surfaktan
merupakan campuran kompleks fosfolipid dan lipoprotein. Pertukaran oksigen dan
16
karbondioksida antara ruang udara dan darah terjadi secara difusi melewati dinding alveolar
dan kapiler, dimana keduanya membentuk membran respiratori.
Respirasi mencakup dua proses yang berbeda namun tetap berhubungan yaitu
respirasi seluler dan respirasi eksternal. Respirasi seluler mengacu pada proses metabolism
intraseluler yang terjadi di mitokondria. Respirasi eksternal adalah serangkaian proses yang
terjadi saat pertukaran oksigen dan karbondioksida antara lingkungan eksternal dan sel-sel
tubuh.

B.Anatomi Dan Fisiologi Paru-Paru

Paru-paru terletak pada rongga dada dekat dengan letak organ jantung dan dilindungi
oleh tulang rusuk. Pada rongga dada inilah tepatnya di bagian kanan dan kiri, paru-paru
manusia terletak dengan diselimuti oleh selaput ganda pleura. Paru-paru terdiri dari beberapa
bagian, antara lain trakea, bronkus primer, bronkiolus, dan alveoli yang merupakan unit
fungsional dari paru-paru yang berfungsi sebagai tempat pertukaran udara yaitu oksigen dan
karbondioksida dalam sistem respirasi. Pada paru-paru, sebagian besar terdiri atas
gelembung-gelembung (alveoli), yang terdiri atas sel-sel epitel dan endotel. Paru pada bagian
kiri memiliki dua buah lobus, sedangkan di bagian kanan memiliki tiga lobus. Struktur
anatomi paru-paru ditunjukkan pada Gambar 2.2.

Paru-paru bekerja secara otonom, artinya tidak ada yang mempengaruhi aktivitasnya.
Kemampuan otonom yang dimiliki paru adalah sekitar 14-16 kali pernapasan per menit. Satu
kali pernapasan sama dengan satu kali inspirasi dan satu kali ekspirasi.

Mekanisme pernapasan terdiri dari proses inspirasi dan ekspirasi. Pada saat proses
inspirasi (ketika udara masuk ke paru-paru), otot antar tulang rusuk berkontraksi dan
terangkat sehingga volume rongga dada bertambah besar, sedangkan tekanan rongga dada
17
menjadi lebih kecil dari tekanan udara luar. Sehingga udara mengalir dari luar ke dalam paru-
paru (Pramitra, 2006). Sedangkan pada saat proses ekspirasi (ketika udara keluar dari paru-
paru), otot antar tulang rusuk akan kembali ke posisi semula (relaksasi), sehingga volume
rongga dada akan mengecil sedangkan tekanannya membesar. Tekanan ini akan mendesak
dinding paru-paru, sehingga rongga paru-paru membesar. Keadaan inilah yang menyebabkan
udara dalam rongga paru-paru terdorong ke luar.

2.3 FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OKSIGENASI


Faktor- faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigen ada berbagai macam, yaitu status
kesehatan, lingkungan, gaya hidup, gangguan oksigenasi, analisa gas darah, usia, luas
permukaan tubuh,dan jenis kelamin.

A. Status Kesehatan
Pada orang sehat, sistem kardiovaskular dan sistem respirasi berfungsi dengan baik
sehingga dapat memenuhi kebutuhan oksigen tubuh secara adekuat. Sebaliknya, orang yang
mempunyai penyakit jantung ataupun penyakit pernapasan dapat mengalami kesulitan dalam
pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh. Penyakit pada sistem kardiovaskular berakibat pada
terganggunya pengiriman oksigen ke sel-sel tubuh. Selain itu penyakit-penyakit pada sistem
pernapasan dapat mempunyai efek sebaliknya terhadap oksigen darah. Salah satu contoh
kondisi kardiovaskular yang mempengaruhi oksigen adalah anemia, karena hemoglobin
berfungsi membawa oksigen dan karbondioksida maka anemia dapat mempengaruhi
transportasi gas-gas tersebut ke dan dari sel.

B. Lingkungan
Ketinggian, panas, dingin dan polusi mempengaruhi oksigenasi. Makin tinggi daratan,
makin rendah PaO2 sehingga makin sedikit O2 yang dapat dihirup individu. Sebagai
akibatnya individu pada daerah ketinggian memiliki laju pernapasan dan jantung yang
meningkat, juga kedalaman pernapasan yang meningkat. Sebagai respon terhadap panas,
pembuluh darah perifer akan berdilatasi sehingga darah akan mengalir ke kulit.
Meningkatnya jumlah panas yang hilang dari permukaan tubuh akan mengakibatkan curah
jantung meningkat sehingga kebutuhan oksigen juga akan meningkat

C. Gaya Hidup
Kebiasaan merokok akan mempengaruhi status oksigenasi seseorang sebab merokok
dapat memperburuk penyakit arteri koroner dan pembuluh darah arteri. Nikotin yang
terkandung dalam rokok dapat menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah perifer dan
pembuluh darah koroner. Akibatnya, suplai darah ke jaringan menurun.

D. Gangguan Oksigenasi
Permasalahan pemenuhan kebutuhan oksigenasi tidak terlepas dari adanya gangguan
sistem respirasi dan sistem kardiovaskular. Secara garis besar, gangguan respirasi
18
dikelompokkan menjadi tiga yaitu gangguan irama/ frekuensi pernapasan, insufisiensi
pernapasan dan hipoksia.

E. Analisa Gas Darah


Analisa Gas Darah (AGD) merupakan pemeriksaan penting penderita sakit kritis atau
seseorang yang mempunyai penyakit komplikasi untuk mengetahui atau mengevaluasi
pertukaran Oksigen Karbondioksida dan status asam-basa dalam darah arteri. Analisa gas
darah dilakukan untuk mengkaji gangguan keseimbangan asam-basa yang disebabkan oleh
gangguan pernapasan atau gangguan metabolik. Komponen dasarnya mencakup pH, PaCO2,
PaO2, SO2, HCO3, dan Base Excesses.

F. Usia
Perubahan yang terjadi karena penuaan yang mempengaruhi sistem pernapasan lansia
menjadi sangat penting jika sistem mengalami gangguan akibat perubahan seperti emosional,
pembedahan, anestesi atau prosedur lain. Peubahanperubahan tersebut adalah dinding nada
dan jalan napas menjadi lebih kaku dan kurang elastis, jumlah batuk dan kerja silia
berkurang, membrane mukosa menjadi lebih kering dan rapuh, terjadi penurunan kekuatan
otot dan daya tahan, keadekuatan ekspansi paru dapat menurun, penurunan efisiensi sistem
imun. Seiring dengan pertambahan umur, kapasitas paru juga akan menurun. Kapasitas paru
orang berumur 30 tahun ke 27 atas ratarata 3.000 ml sampai 3.500 ml, dan pada orang yang
berusia 50 tahunan kapasitas paru kurang dari 3.000 ml.

G. Luas permukaan tubuh


Luas permukaan tubuh berkaitan erat dengan berat badan dan tinggi badan. Semakin luas
luas permukaan tubuh maka semakin banyak oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh.
H. Jenis kelamin
Kapasitas vital paru berpengaruh terhadap jenis kelamin seseorang. Volume dan
kapasitas paru pada wanita kira-kira 20 sampai 25 % lebih kecil dari pada pria (Guyton &
Hall, 2008). Kapasitas paru pada pria lebih besar yaitu 4,8 L dibandingkan pada wanita yaitu
3,1 L. Frekuensi pernapasan pada laki-laki lebih cepat dari pada perempuan karena laki-laki
membutuhkan banyak energi untuk beraktivitas, berarti semakin banyak pula oksigen yang
diambil dari udara hal ini terjadi karena lelaki umumnya beraktivitas lebih banyak dari pada
perempuan.

2.4 PROSES OKSIGENASI


a. Ventilasi
Ventilasi merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli ke
atmosfer. Proses ventilasi dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu adanya perbedaan tekanan

19
antara atmosfer dengan paru. Semakin tinggi tempat maka tekanan udara semakin rendah,
demikian sebaliknya.

b. Difusi gas
Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kepiler paru dan karbon
dioksida di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu luasnya permukaan paru, tebal membran respirasi yang terdiri atas epitel alveoli
interstisial, perbedaan tekanan dan konsentrasi oksigen (hal ini sebagaimana oksigen dari
alveoli masuk ke dalam darah oleh karena tekanan oksigen dalam rongga alveoli lebih tinggi
dari tekanan oksigen dalam darah vena pulmonalis, masuk dalam darah secara difusi),
tekanan parsial karbon dioksida dalam arteri pulmonalis akan berdifusi ke dalam alveoli, dan
afinitas gas.

c. Transportasi gas
Transportasi gas merupakan proses pendistribusian oksigen kapiler ke jaringan tubuh dan
karbon dioksida jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi, oksigen akan berikatan
dengan Hb membentuk oksihemoglobin (97%) dan larut dalam plasma (3%), sedangkan
karbon dioksida akan berikatan dengan Hb membentuk karbominohemoglobin (30%) , larut
dalam plasma (5%), dan sebagian menjadi asam karbonat yang berada dalam darah (65%).
Transportasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu curah jantung, kondisi
pembuluh darah, perbandingan sel darah dengan darah secara keseluruhan (hematokrit), serta
eritrosit dan kadar Hb (Hidayat, 2006).

2.5 MASALAH KEBUTUHAN OKSIGENASI


A.Hipoksia
Hipoksia merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhankebutuhan oksigen dalam
tubuh akibat difisiensi oksigen atau peningkatanpenggunaan oksigen dalam tingkat sel, di
tandai dengan adanya warnakebiruan pada kulit (sianosis).

b. Perubahan Pola Nafas


1. Tachipnea, merupakan pernafasan yang memiliki frekuensi lebih dari 24x/menit.
20
2. Bradypnea, merupakan pola pernapasan yang lambat dan kurang dari 10x/menit.
3. Hiperventilasi, merupakan cara tubuh dalam mengompensasi peningkatan jumlah oksigen
dalam paru agar pernapasan lebih cepat dan dalam.
4. Hipovontilasi, merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkankarbon diaoksida dengan
cukup yang dilakukan pada saat ventilasi alveolarserta tidak cukupnya penggunaan oksigen
yang ditandai dengan adanyanyeri kepala, penurunan kesadaran disorientasi, atau
ketidakseimbangan elektrolit yang dapat terjadi akibat atelektasis.
5. Dispnea, merupakan perasaan sesal dan berat saat pernafasan.
6. Orthopnea, merupakan kesulitan bernafas kecuali dalam posisi duduk atau berdiri dan pola
ini sering ditemukan pada seseorang yang mengalami kongestif paru.
7. Cheyney stokes, merupakan sikluas pernafasan yang amplitudonya yang mula-mula naik,
turun, berhenti, kemudian mulai dari siklus baru.
8. Biot, merupakan pernafasan degan irama yang mirip dengan cheyne stokes,tetapi
amplitudanya tidak teratur.
9. Esteridor, merupakan pernafasan bising yang terjadi karena penyempitanpada saluran
pernafasan.

2.6 MASALAH KEPERAWATAN BERKAITAN DENGAN


KEBUTUHAN OKSIGEN

Masalah keperawatan yang umum terjadi terkait dengan kebutuhanoksigen ini, antara lain:

1. Tidak Efektifnya Jalan Nafas


Masalah keperawatan ini menggambarkan kondisi jalan napas yang tidak bersih, misalnya
karena adanya sumbatan, penumpukan sekret, penyempitan jalan napas oleh karena spasme
bronkus, dan lain lain.
2. Tidak Efektifnya Pola Napas
Tidak efektifnya pola napas ini merupakan suatu kondisi dimana polanapas, yaitu inspirasi
dan ekspirasi, menunjukkan tidak normal. Penyebab biasanya karena kelemahan
neuromuskular, adanya sumbatan ditrakeobronkhinal,
kecemasan dan lain lain.
3. Gangguan pertukaran gas
Gangguan pertukaran gas merupakan suatu keadaan dimana terjadiketidak seimbangan
antara oksigen yang dihirup dengan karbondioksida yang dikeluarkan pada pertukaran gas
antara alveoli dan kapiler. Penyebabnya bisa karena perubahan membrane alveoli, kondisi
anemia, proses penyakit, dan lain-lain.
21
Intervensi
1. Kaji terhadap adanya penurunan nyeri yang optimal dengan periode keletihan atau depresi
pernapasan yang minimal.
2. Beri semangat untuk melakukan ambulasi segera setelah konsisten dengan rencana
perawatan medis,
3. Jika tidak dapat berjalan, tetapkan suatu aturan untuk turun dari tidur duduk dikursi
beberapa kali schari.
4. Tingkatkan aktivitas secara bertahap, jelaskan bahwa fungsi permapasan akan meningkat
dan dispneu akan menurun dengan melakukan latihan.
5. Bantu untuk reposisi, mengubah-ubah posisi tubuh dengan sering dari satu sisi ke sisi yang
lainnya.
6. Beri semangat untuk melakukan latihan napas dalam dan latihan batuk yang terkontrol 5
kali setiap jam.
7. Ajarkan individu untuk menggunakan botol tiup atau spirometer setiap jam saat bangun.
8. Auskultasi bidang paru setiap 8 jam, tingkatkan frekuensi jika ada gangguan bunyi napas.

Implementasi

Implementasi merupakan tahap ke empat dari proses keperawatan yang dimulai setelah
perawat menyusun rencana keperawatan .
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk
membantu pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik
yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Proses pelaksanaan implementasi harus
berpusat kepada kebutuhan pasien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan
keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi.

Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan. Evaluasi adalah kegiatan yang
disengaja dan terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan anggota tim kesehatan
lainnya.
Menurut Setiadi dalam buku Konsep & penulisan Asuhan Keperawatan, Tahap evaluasi
adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan
yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan pasien,
keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan
pasien dalam mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap
perencanaan.Menurut (Asmadi, 2008)Terdapat 2 jenis evaluasi :

a. Evaluasi formatif (Proses)


22
Evaluasi formatif berfokus pada aktifitas proses keperawatan dan hasil tindakan keperawatan.
Evaluasi ini dilakukan segera setelah perawat mengimplementasikan rencana keperawatan
guna menilai keefektifan Tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi ini
meliputi 4 komponen yang dikenal dengan istilah SOPA, yakni subjektif (data keluhan
pasien), objektif (data hasil pemeriksaan), analisis data (perbandingan data dengan teori), dan
perencanaan.

b. Evaluasi sumatif (hasil)

Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelahsemua aktifitas proses keperawatan
selesai dilakukan. Evaluasi sumatif ini bertujuan menilai dan memonitor kualitas asuhan
keperawatan yang telah diberikan. Metode yang dapat digunakan pada evaluasi jenis ini
adalah melakukan wawancara pada akhir pelayanan, menanyakan respon pasien dan keluarga
terkai pelayanan keperawatan, mengadakan pertemuan pada akhir layanan.

BAB lll

PENUTUP
A. Kesimpulan

1. Hasil pengkajian yang didapatkan dari kedua partisipan menunjukkan adanya


tanda gejala yang sama yang dirasakan oleh kedua partisipan. Keluhan yang dirasakan
oleh partisipan 1 juga dirasakan oleh partisipan.
2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada kedua partisipan umumnya sama
yaitu, gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler
alveolar, ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekresi yang
tertahan, dan intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen. Diagnosa ini muncul pada kedua partisipan disebabkan
karena adanya tanda dan gejala serta keluhan yang sama yangdirasakan oleh kedua
partisipan.
3. Hasil yang diperoleh dari intervensi yang dilakukan oleh peneliti, baik intervensi
yang dilakukan secara mandiri maupun kolaborasi seperti pengaturan posisi pasien
semifowler, mengajarkan teknik napas dalam, pemberian oksigen dan terapi obat-
obatan, bertujuan untuk memenuhi kebutuhan sel akan oksigen, sehingga sel tubuh
23
bisa bermetabolisme dengan baik. Hal ini bertujuan untuk mengatasi terjadinya
masalah oksigenasi dengan cara mengurangi beban kerja jantung dengan cara
pemberian terapi dan obat-obatan tersebut.
4. Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan yang telah
peneliti susun. Implementasi keperawatan yang dilakukan pada kasus seperti terapi
oksigen diantaranya mengatur posisi pasien semi fowler, memperbaiki posisi nasal
kanul pasien, dan memeriksa kecepatan aliran oksigen. Monitoring respirasi dengan
aktivitas seperti menghitung frekuensi pernapasan, mengauskultasi bunyi napas, dan
mencatat adanya perubahan AGD pada hasil laboratorium. Dalam proses
implementasi yang dilakukan sesuai dengan rencana yang dibuat, dan peneliti tidak
menemukan adanya perbedaan antara intervensi yang dibuat dengan implementasi
yang dilakukan diruangan.

DAFTAR PUSTAKA

American Heart Association (AHA). 2014. Atherosclerosis. USA : American Heart


Association

American Heart Association (AHA). 2014. Obesity Information. USA : American Heart

Association American Heart Association (AHA). 2014. What Is Syndrome Metabolic. USA

American Heart Association American Heart Association (AHA). 2014. What Your
Cholesterol Levels Mean. USA : American Heart Association American Heart Association
(AHA). 2015.

Angina Pectoris . USA : American Heart Association

Association, A.A.S.D (1997). International Classification of Sleep Disorder, Revisied :


Diagnostic and Coding Manuals. American Sleep Disorder Association.

http://www.esst.org/adds/ICSD.pdf Bahammam (2006). Sleep in Acute Care units. Sleep


Breath Journal Mar;10(1):6-15. Review
24
Majumder, N. (2015). Physiology of Respiration. IOSR Journal of Sports and Physical
Education, 2(3), pp.16-17.

Patwa, A. and Shah, A. (2015). Anatomy and physiology of respiratory system relevant to
anaesthesia. Indian Journal of Anaesthesia, 59(9), p.533.

https://www.scribd.com/doc/314949470/PERUBAHAN-FUNGSI-PERNAFASAN

http://eprints.umm.ac.id/42593/3/jiptummpp-gdl-zaenabqubr-48792-3-babii.pdf

file:///C:/Users/User/Downloads/anatomi%20dan%20fisiologi%20respirasi.pdf

Srinivas, P. (2012). Steady State and Stability Analysis of Respiratory Control System
using Labview. International Journal of Control Theory and Computer Modeling,
2(6), pp.13-23.

25

Anda mungkin juga menyukai