A. Pendahuluan
Aktivitas penelitian pada dasarnya sering dilakukan oleh manusia. Tidak hanya
kalangan professor, doktor, atau juga mahasiswa. Secara tak sadar ketika seorang ibu
melakukan pengamatan atas perkembangan anaknya jika dikorelasikan dengan susu
formula yang diberikan, pada saat itulah sebenarnya ibu tersebut telah melakukan
salah satu tindak penelitian. Demikian pula bapak tani ketika melakukan pengamatan
atas jenis pupuk yang dipakai dikorelasikan dengan hasil panennya. Hanya saja
penelitian itu tidak terstruktur dengan metode tertentu.
Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan
penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris dan sistematis.
Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal
sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan
dapat diamati oleh indera manusia sehingga orang lain dapat mengamati dan
mengetahui cara-cara yang digunakan. Sistematis artinya proses yang digunakan
dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.
Antara penelitian dan metode ilmiah, kadang-kadang disamakan artinya. Penyamaan
tersebut terjadi karena adanya langkah-langkah yang relatif sama. Perbedaan pokok
antara penelitian dengan metode ilmiah dapat dilihat dari kegiatannya. Kerja penelitian
menuntut objektivitas, baik di dalam proses atau pengukurannya, maupun
penyimpulan hasil. Suatu kerja penelitian juga memerlukan proses intensif, sistematik,
berfokus dan lebih formal. Selain itu, suatu kerja penelitian dilakukan dalam rangka
penemuan dan pengembangan bangunan ilmu (pengembangan generalisasi, prinsip-
prinsip dan teori-teori) yang memiliki kekuatan deskripsi dan atau prediksi. Sedangkan
metode ilmiah mementingkan aplikasi berpikir deduktif induktif di dalam pemecahan
masalah. Dalam hubungan ini, bisa mengikuti proses identifikasi masalah
(pengembangan hipotesis), melakukan observasi, menganalisis kemudian
menyimpulkan hasilnya. Proses-proses tersebut dapat dilakukan secara informal
dalam kehidupan sehari-hari dan belum tentu dapat disebut sebagai suatu kerja
penelitian.
Dalam penelltian dikenal istilah kuantitatif dan kualitatif. Di tingkat metodologi,
sejak awal pertumbuhan ilmu-ilmu sosial sudah dikenal ada dua mazhab penelitian
sosial. Dalam konteks ini Sanapiah Faisal membaginya menjadi 2 yaitu: Pertama,
mazhab penelitian sosial yang menggunakan pendekatan kuantitatif, atau yang lebih
populer dengan sebutan Pendekatan Penelitian Kuantitatif. Kedua, mazhab penelitian
sosial yang menggunakan pendekatan kualitatif, atau yang biasa dikenal dengan
sebutan Pendekatan Penelitian Kualitatif. Munculnya dua mazhab pendekatan
penelitian tersebut merupakan konsekuensi metodologis dari perbedaan asumsi
masing-masing tentang hakikat realitas sosial dan hakikat manusia itu sendiri. Dengan
kata lain, kehadiran pendekatan penelitian kuantitatif di satu pihak dan kehadiran
pendekatan penelitian kualitatif di lain pihak, tidak terlepas dari perbedaan paradigma
1
antara keduanya di dalam memandang hakikat realitas sosial dan hakikat manusia
(Burhan Bungin, 2003: 25).
Suharsimi Arikunto berpendapat kaitan pilihan memulai dan memilih suatu
pendekatan atau metode ilmiah juga yang ada dalam penelitian tentu tidak bisa
terlepas dari kebaikan dan kelemahan, keuntungan dan kerugian. Oleh karena itu
untuk dapat memberikan pertimbangan dan keputusan mana yang lebih baik dalam
penggunaan suatu pendekatan maka terlebih dahulu perlu dipahami masing-masing
pendekatan tersebut (Suharsimi Arikunto, 2006: 11).
C. Penelitian Kuantitatif
Penelitian kuantitatif dibangun oleh paradigma positivisme. Sebuah paradigma
yang diilhami oleh David Hume, John Locke, dan Berkeley yang menekankan
pengalaman sebagai sumber pengetahuan dan memandang pengetahuan memiliki
kesamaan hubungan dengan aliran filsafat yang dikenal dengan nama positivisme.
Untuk selanjutnya penelitian kuantitatif dikembangkan oleh para penganut paham
positivisme yang dipelopori oleh August Comte. Mereka berpendapat bahwa untuk
memacu perkembangan ilmu-ilmu social, maka metode metode Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) harus diadopsi ke dalam riset-riset ilmu sosial.
Penelitian kuantitatif merupakan salah satu jenis penelitian yang spesifikasinya
adalah sistematis, terencana, dan terstruktur dengan jelas sejak awal hingga
pembuatan desain penelitiannya. Definisi lain menyebutkan penelitian kuantitatif
adalah penelitian yang banyak menuntut penggunaan angka, mulai dari pengumpulan
data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya. Demikian
pula pada tahap kesimpulan penelitian akan lebih baik bila disertai dengan gambar,
table, grafik, atau tampilan lainnya.
Menurut Sugiyono, metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai
metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivism, digunakan untuk
meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Teknik pengambilan sampel pada
umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen
penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji
hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiono, 2009: 14).
Metode kuantitatif sering juga disebut metode tradisional, positivistik, scientific
dan metode discovery. Metode kuantitatif dinamakan metode tradisional, karena
metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode
untuk penelitian. Metode ini disebut sebagai metode positivistik karena berlandaskan
2
pada filsafat positivisme. Metode ini disebut sebagai metode ilmiah (scientific) karena
metode ini telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit, empiris, obyektif,
terukur, rasional dan sistematis. Metode ini juga disebut metode discovery karena
dengan metode ini dapat ditemukan dan dikembangkan berbagai iptek baru. Metode
ini disebut metode kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis
menggunakan statistik.
Penelitian kuantitatif merupakan studi yang diposisikan sebagai bebas nilai
(value free). Dengan kata lain, penelitian kuantitatif sangat ketat menerapkan prinsip-
prinsip objektivitas. Objektivitas itu diperoleh antara lain melalui penggunaan
instrumen yang telãh diuji validitas dan reliabilitasnya. Peneliti yang melakukan studi
kuantitatif mereduksi sedemikian rupa hal-hal yang dapat membuat bias, misalnya
akibat masuknya persepsi dan nilai-nilai pribadi. Jika dalam penelaahan muncul
adanya bias itu, penelitian kuantitatif akan jauh dari kaidah-kaidah teknik ilmiah yang
sesungguhnya (Sudarwan Danim, 2002: 35).
Dalam hal pendekatan, penelitian kuantitatif lebih mementingkan adanya
variabel-variabel sebagai objek penelitian dan variabel-variabel tersebut harus
didefenisikan dalam bentuk operasionalisasi variabel masing-masing. Reliabilitas dan
validitas merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi dalam menggunakan
pendekatan ini karena kedua elemen tersebut akan menentukan kualitas hasil
penelitian dan kemampuan replikasi serta generalisasi penggunaan model penelitian
sejenis. Selanjutnya, penelitian kuantitatif memerlukan adanya hipotesa dan pengujian
yang kemudian akan menentukan tahapan-tahapan berikutnya, seperti penentuan
teknik analisa dan formula statistik yang akan digunakan. Juga, pendekatan ini lebih
memberikan makna dalam hubungannya dengan penafsiran angka statistik bukan
pada makna secara kebahasaan dan kulturalnya.
Dalam penelitian kuantitatif diyakini adanya sejumlah asumsi sebagai dasar
dalam melihat fakta atau gejala. Asumsi-asumsi yang dimaksud adalah:
Objek-objek tertentu mempunyai keserupaan satu sama lain, baik bentuk,
struktur, sifat maupun dimensi lainnya.
Suatu benda atau keadaan tidak mengalami perubahan dalam jangka waktu
tertentu.
Suatu gejala bukan merupakan suatu kejadian yang bersifat kebetulan,
melainkan merupakan akibat dari faktor-faktor yang mempengaruhinya
(Jonathan Sarwono, 2011)
Sejalan dengan penjelasan diatas, secara epistemologi paradigma kuantitatif
berpandangan bahwa sumber ilmu terdiri dari dua hal, yaitu pemikiran rasional dan
empiris. Karena itu, ukuran kebenaran terletak pada koherensi (sesuai dengan teori-
teori terdahulu) dan korespondensi (sesuai dengan kenyataan empiris). Kerangka
pengembangan ilmu itu dimulai dengan proses perumusan hipotesis yang dideduksi
dari teori, kemudian diuji kebenarannya melalui verifikasi untuk diproses lebih lanjut
secara induktif menuju perumusan teori baru. Jadi, secara epistemologis
pengembangan ilmu itu berputar mengikuti siklus, logico, hipotetico dan verifikatif.
Ada tiga hal mendasar yang harus diketahui dalam penelitian kuantitatif yaitu
aksioma, karakteristik penelitian dan proses penelitian.
3
a. Aksioma (Pandangan Dasar)
Aksioma meliputi realitas, hubungan peneliti dengan yang diteliti, hubungan
variable, kemungkinan generalisasi dan peranan nilai.
4
8. Hubungan dengan Responden
Dibuat berjarak, bahkan sering tanpa kontak supaya obyektif
Kedudukan peneliti lebih tinggi daripada responden
Jangka pendek sampai hipotesis dapat ditemukan.
9. Usulan Desain
Luas dan rinci
Literatur yang berhubungan dengan masalah dan variabel yang diteliti
Prosedur yang spesifik dan rinci langkah langkahnya
Masalah dirumuskan dengan spesifik dan jelas
Hipotesis dirumuskan dengan jelas
Ditulis secara rinci dan jelas sebelum terjun ke lapangan
10. Kapan penelitian dianggap selesai?
Setelah semua kegiatan yang direncanakan dapat diselesaikan
11. Kepercayaan terhadap hasil Penelitian
Pengujian validitas dan realiabilitas instrument (Sugiono, 2009: 23-24).
5
mengumpulkan data, maka instrumen penelitian harus terlebih dulu diuji validitas dan
reliabilitasnya.
Pengumpulan data dilakukan pada obyek tertentu baik yang berbentuk
populasi maupun sampel. Bila peneliti ingin membuat generalisasi terhadap
temuannya, maka sampel yang diambil harus representatif (mewakili). Setelah data
terkumpul, selanjutnya dianalisis untuk menjawab rumusan masalah dan menguji
hipotesis yang diajukan dengan teknik statistik tertentu. Berdasarkan analisis apakah
hipotesis yang diajukan ditolak atau diterima, atau apakah penemuan itu sesuai
dengan hipotesis yang diajukan atau tidak. Langkah terakhir dalam penelitian
kuantitatif adalah rumusan kesimpulan yang merupakan jawaban terhadap rumusan
masalah.
Berdasarkan proses penelitian kuantitatif di atas maka tampak bahwa proses
penelitian kuantitatif bersifat linier, di mana langkah-langkahnya jelas, mulai dari
rumusan masalah, berteori, berhipotesis, mengumpulkan data, analisis data dan
membuat kesimpulan serta saran.
d. Penggunaan Metode Penelilitan Kuantitatif
Metode penelitian kuantitatif tepat digunakan jika :
1) Masalah yang menjadi titik tolak penelitian sudah jelas. Masalah adalah
kesenjangan antara harapana dan kenyataan (das sollen dan das sein), antara
aturan dengan pelaksanaan, antara teori dengan praktek, antara rencana dengan
pelaksanaan dan sebagainya. Dalam menyusun proposal penelitian, masalah ini
harus ditunjukkan dengan data, baik data hasil penelitian sendiri maupun
dokurnentasi. Misalnya akan meneliti untuk menemukan pola pemberantasan
kemiskinan, maka data orang miskin sebagai rnasalah harus ditunjukkan.
2) Peneliti ingin mendapatkan informasi yang luas dari suatu populasi. Metode
penelitian kuantitatif cocok digunakan untuk mendapatkan infomasi yang luas
tetapi tidak mendalam. Bila populasi terlalu luas, maka penelitian dapat
menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut.
3) Ingin diketahui pengaruh perlakuan/treatment tertentu terhadap yang lain. Untuk
kepentingan ini metode eksperimen paling cocok digunakan. Misalnya pengaruh
jamu tertentu terhadap derajat kesehatan.
4) Peneliti bermaksud menguji hipotesis penelitian. Hipotesis penelitian dapat
berbentuk hipotesis deskriptif komparatif dan asosiatif.
5) Peneliti ingin mendapatkan data yang akurat, berdasarkan fenomena yang
empiris dan dapat diukur. Misalnya ingin mengetahui IQ anak-anak dan
masyarakat tertentu, maka dilakukan pengukuran dengan test IQ.
6) Ingin menguji terhadap adanya keragu-raguan tentang validitas pengetahuan,
teori dan produk tertentu.
6
Latar belakang masalah memuat hal-hal yang melandasi dilakukannya
penelitian. Hal yang menarik untuk dilakukan penelitian biasanya karena adanya
kesenjangan antara harapan dan kenyataan (das sollen dan das sein), antara aturan
dengan pelaksanaan, antara teori dengan praktek, antara rencana dengan
pelaksanaan dan sebagainya. Dalam bagian ini dimuat deskripsi singkat wilayah
penelitian dan juga jika diperlukan hasil penelitian dari peneliti-peneliti sebelumnya.
Secara rinci latar belakang masalah berisi:
a. Argumentasi; mengapa masalah tersebut menarik untuk diteliti dipandang
dari segi keilmuan maupun kebutuhan praktis.
b. Penjelasan akibat-akibat negatif jika masalah tersebut tidak dipecahkan.
c. Penjelasan dampak positif yang timbul dari hasil-hasil penelitian
d. Penjelasan bahwa masalah tersebut relevan, aktual dan sesuai dengan
situasi dan kebutuhan zaman.
e. Relevansinya dengan penelitian-penelitian sebelumnya.
f. Gambaran hasil penelitian dan manfaatnya bagi masyarakat atau negara
dan bagi perkembangan ilmu (Wardi Bachtiar, 1997: ).
7
a. Masalah yang dirumuskan harus mampu menggambarkan penguraian
tentang gejala-gejala yang dimilikinya dan bagaimana kaitan antara gejala
satu dengan gejala lainnya.
b. Masalah harus dirumuskan secara jelas dan tidak mendua, artinya tidak
ada maksud lain yang terkandung selain bunyi masalahnya. Rumusan
masalah tersebut juga harus dapat menerangkan dirinya sendiri sehingga
tidak diperlukan keterangan lain untuk menjelaskannya. Masalah yang
baik selalu dilengkapi dengan rumusan yang utuh antara unsur sebab dan
unsur akibat sehingga dapat menantang pemikiran lebih jauh.
c. Masalah yang baik hendaknya dapat memancing pembuktian lebih lanjut
secara empiris. Suatu masalah tidak hanya menggambarkan hubungan
antar gejala tetapi juga bagaimana gejala-gejala tersebut dapat diukur
(Ace Suryadi: 2000).
3. Perumusan Tujuan dan Manfaat Penelitian
a. Tujuan penelitian adalah suatu pernyataan tentang apa yang akan kita
cari/capai dari masalah penelitian. Cara merumuskan tujuan masalah yang
paling mudah adalah dengan mengubah kalimat pertanyaan dalam
rumusan masalah menjadi kalimat pernyataan.
b. Manfaat penelitian mencakup manfaat teoritis dan praktis.
4. Telaah Pustaka
Manfaat telaah pustaka adalah:
a. Untuk memperdalam pengetahuan tentang masalah yang diteliti.
b. Menyusun kerangka teoritis yang menjadi landasan pemikiran.
c. Untuk mempertajam konsep yang digunakan sehingga memudahkan
perumusan hipotesa.
d. Untuk menghindari terjadinya pengulangan penelitian.
5. Pembentukan Kerangka Teori
Kerangka teori merupakan landasan pemikiran yang membantu arah
penelitian, pemilihan konsep, perumusan hipotesa dan memberi kerangka orientasi
untuk klasifikasi dan analisis data (Koentjaraningrat:1973). Kerangka teori dibuat
berdasarkan teori-teori yang sudah ada atau berdasarkan pemikiran logis yang
dibangun oleh peneliti sendiri.
Teori yang dibahas atau teori yang dikupas harus memiliki relevansi yang kuat
dengan permasalahan penelitian. Sifatnya mengemukakan bagaimana seharusnya
tentang masalah yang diteliti tersebut berdasar konsep atau teori-teori tertentu.
Khusus untuk penelitian hubungan dua variabel atau lebih maka dalam landasan teori
harus dapat digambarkan secara jelas bagaimana hubungan dua variabel tersebut.
6. Perumusan Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban terhadap masalah penelitian yang secara
teoritis dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya. Hipotesis
merupakan kristalisasi dari kesimpulan teoritik yang diperoleh dari telaah pustaka.
8
Secara statistik, hipotesis merupakan pernyataan mengenai keadaan populasi yang
akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari sampel penelitian.
9
C. Pembatasan Masalah
D. Perumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
F. Kegunaan/Manfaat Penelitian
II. Deskripsi Teori, Kerangka Berpikir, Dan Hipotesis
A. Deskripsi Teoretik
B. Kerangka Berpikir
C. Hipotesis
III. Prosedur Penelitian
A. Metode Penelitian
B. Populasi dan Sampel
C. Instrumen Penelitian
D. Tehnik Pengumpulan Data
E. Tehnik Analisis Data
IV. Organisasi dan Jadwal Kegiatan Penelitian
A. Organisasi Penelitian
B. Jadwal Penelitian
V. Biaya yang Diperlukan (Sugiyono, 2009: 384).
PENELITIAN KUALITATIF
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan memahami realitas
sosial, yaitu melihat dunia dari apa adanya, bukan dunia yang seharusnya,
maka seorang peneliti kualitatif haruslah orang yang memiliki sifat open
minded. Karenanya, melakukan penelitian kualitatif dengan baik dan benar
bearti telah memiliki jendela untuk memahami dunia psikologi dan realitas
sosial.
Dalam penelitian sosial, masalah penelitian, tema, topik, dan judul
penelitian berbeda secara kualitatif maupun kuantitatif. Baik substansial
maupun materil kedua penelitian itu berbeda berdasarkan filosofis dan
metedologis. Masalah kuantitatif umum memiliki wilayah yang luas, tingkat
variasi yang kompleks namun berlokasi dipermukaan. Akan tetapi masalah-
masalah kualitatif berwilayah pada ruang yang sempit dengan tingkat variasi
yang rendah namun memiliki kedalaman bahasa yang tak terbatas.
Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat
penemuan. Dalam penelitian kualitatif, adalah instrumen kunci. Oleh karena
itu, penelitian harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas jadi bisa
bertanya, menganalisis, dan mengkonstruksi obyek yang diteliti menjadi lebih
jelas. Penelitian ini lebih menekankan pada makna dan terikat nilai. Penelitian
kualitatif digunakan jika masalah belum jelas, untuk mengetahui makna yang
tersembunyi, untuk memahami interaksi sosial, untuk mengembangkan teori,
untuk memastikan kebenaran data, dan meneliti sejarah perkembagan.
Untuk itulah, maka seorang peneliti kualitatif hendaknya memiliki
kemampuan brain, skill/ability, bravery atau keberanian, tidak hedonis dan
10
selalu menjaga networking, dan memiliki rasa ingin tau yang besar atau open
minded.
11
Dari beberapa teori-teori di atas, maka dapat kita simpulkan bahwa yang
dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada
kondisi obyek yang alamiah. Dengan tujuan untuk memahami suatu fenomena
dalam konteks social secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi
komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti.
1. Mengangkat permasalahan.
Permasalahan yang biasanya diangkat dalam penelitian ini adalah
bersifat unik, khas, memiliki daya tarik tertentu, spesifik, dan terkadang
sangat bersifat invidual (karena beberapa penelitian kualitaif yang
dilaksanakan memang hukan untuk kepentingan generalisasi).
2. Memunculkan pertanyaan penelitian.
Pertanyaan merupakan cirri khas dari penelitian kualitatif. Adalah
sebagai spirit yang fungsinya sama penting seperti hipotesis dalam
penelitian kuantitaif.
3. Mengumpulkan data yang relevan.
Data dalam penelitian kualitaif pada umumnya berupa kumpulan kata,
kalimat, pernyataan, atau uraian yang mendalam.
4. Melakukan analisis data
Analisis data merupakan langkah berikutnya setelah data relevan
diperoleh.
5. Menjawab pertayaan penelitian
Tahap ini adalah tahapan terakhir dalam penelitian kualitaif. Dalam
menjawab pertanyaan, peneliti dapat mengunakan gaya menulis yan
lebih bebas, seperti narasi atau storytelling. Sehingga dalam menjawab
pertanyaan penelitian dapat lebih menarik untuk dibaca.
Pendahuluan
1. Judul penelitian
2. Latar belakang masalah
12
3. Masalah penelitian
4. Tujuan penelitian
5. Tinjauan pustaka/teori dan kesimpulan teoritis yang digunakan
6. Hipotesis (bila diperlukan)
Metode Penelitian
1. Populasi (sasaran) penelitian
2. Sampel dan teknik sampling
3. Metode pengumpulan data
4. Metode analisis data
Analisis Data
1. Rancangan analisis data
2. Rencangan pembahasan (diskusi) hasil penelitian
Laporan Penelitian
Rancangan dalam laporan penelitian kualitatif secara khusus belum ada
format yang baku dan berlaku dalam merancang penelitian kualitatif, namun
tetap ada poin-poin yang sama atau hampir sama dengan beberapa format
yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Di beberapa perguruan tiinggi, baik
swasta maupun negeri, format penelitian kulaitaif yang digunakan dalam
penelitian kualitaif yang digunakan dalam penyusunan skripsi relative sedikit
berbeda, walaupun pada intinya tetap sama dan ada benang merahnya satu
sama lain. Di bawah ini, disajikan format penelitian kualitatif yang dapat
digunakan.
Bab I. Pendahuluan
A. Konteks Penelitian
Tentang fenomena yang akan diangkat dalam penelitian, serta alasan
mengapa penelitian tersebut layak dilakukan.
13
Bab III. Metode Penelitian
B. Unit Analisis
1. Subjek Penelitian
Yaitu tentang informasi mengenai subjek penelitian yag terlibat. Teknik
yang digunakan dalam menentukan subjek penelitian disertai alas an
peneliti memilih subjek penelitian.
2. Informasi Penelitian
Pada informan penelitian, hampir sama dengan sub-bab di atas, yaitu
berisi tentang mengenai informan penelitian, keterkaitan antar informan
dengan subjek penelitian.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi-lokasi penelitian yang akan atau yang telah dilakukan
pengambilan data, serta alasan peneliti memilih lokasi tersebut.
C. Metode Pengumpulan Data
Tentang metode-metode yang digunakan dalam pengumpulan data
disertai alas an peneliti dalam memilih metode-metode tersebut.
3. Pembahasan/Diskusi
Berisi tentang pembahasan atau diskusi mengenai hasil penelitian yang
diperoleh. Bagaimana keterkaitan penelitian dengan teori yang sudah
ada serta bagaimana peneliti menjelaskan hasil temuannya berdasarkan
sudut pandang subjek penelitian yang disandingkan dengan susut
pandang teoritis.
Bab V. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Berisi tentang kesimpulan yang didapatkan berdasarkan hasil penelitian
dan diskusi.
14
2. Saran
Berisi tentang saran yang dikemukakan oleh peneliti berdasarkan hasil
penelitian dan diskusi.
Daftar Pustaka
Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu
Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.
15
16