Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Potensi ternak di KalBar mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Meski bukan
potensi utama bagi masyarakat kabupaten Pontianak, peternakan ayam termasuk salah satu lahan
ekonomi yang memberi andil bagi masyarakat di beberapa lokasi dalam menggerakkan roda
perekonomian mereka. Ditengah mulai menggeliatnya usaha bidang peternakan ayam, muncul isu
yang mengganggu kegiatan usaha peternakan.
Isu yang mulai banyak berkembang dibanyak tempat adalah mengenai pencemaran
lingkungan yang disebabkan oleh kotoran ayam pada peternakan. Beberapa lokasi yang telah kami
survey (terlampir) menunjukkan bahwa para pemilik usaha ternak banyak menerima keluhan dari
warga akibat bau yang ditimbulkan oleh kotoran ayam. Pada kotoran ayam terdapat banyak senyawa
amonia dan hidrogen sulfida (setiawan, 1996). Dari kedua senyawa tersebut, ammonia-lah yang
memiliki pengaruh terhadap bau yang ditimbulkan. Gas amonia yang dihasilkan berdampak langsung
terhadap binatang ternak karena mengurangi tingkat produktifitasnya, dan juga dalam kadar tertentu
dapat berpengaruh terhadap kesehatan orang yang menghirupnya (charles dan hariono, 1991). Selain
berdampak buruk pada lingkungan dan kesehatan, hal ini juga memunculkan permasalahan lain, yaitu
banyak berkembangnya lalat yang disebabkan oleh bau dan tumpukan kotoran ayam. Hingga detik ini
para peternak belum menemukan solusi terbaik atas permasalahan ini.
Adapun beberapa produk yang ditawarkan dipasaran belum mampu mengatasi masalah ini
dengan optimal bahkan justru menimbulkan permasalahan lain karena sebagian besar produk tersebut
berasal dari bahan kimia. Ditengah peliknya permasalahan tersebut, terdapat setitik harapan yang bisa
dirubah menjadi solusi bagi para peternak ayam. Kami telah mampu menghasilkan sebuah produk
organik yang mampu menjawab masalah tersebut dan tentunya ramah lingkungan. Produk tersebut
adalah asap cair (liquid smoke) yang berasal dari asap tempurung kelapa yang telah di destilasi.
Setelah beberapa kali melakukan uji lapangan, produk tersebut ternyata mampu
menghilangkan bau kotoran ayam secara efektif dan tidak berdampak buruk terhadap lingkungan
lantaran produk tersebut berasal dari bahan alami. Kendala utama yang dihadapi produk tersebut
adalah karena produk tersebut merupakan produk baru yang belum banyak dikenal oleh para peternak
ayam secara luas di kabupaten Pontianak. Adanya sosialisasi pada produk asap cair diharapkan
mampu memperluas jangkauan produk tersebut agar dapat digunakan oleh para peternak ayam
khususnya wilayah Pontianak sehingga dapat mengurangi dampak pencemaran lingkungan yang
disebabkan oleh kotoran ayam dan juga akan membuka lahan pekerjaan baru bagi beberapa pihak
yang terlibat didalamnya.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka harapan kami terhadap permasalah pencemaran
lingkungan hidup dan kesehatan ini ditanggapi serius oleh semua pihak yang terlibat didalamnya,
khususnya Badan pemerintahan yang berwenang terhadap masalah peternakan. Salah satunya adalah
dengan mengadakan kegiatan sosialisasi penggunaan asap cair sebagai pengganti bahan kimia.
Selain itu, dengan penanganan permasalahan yang dihadapi oleh para peternak ayam tersebut, secara
langsung akan meningkatkan produkstifitas ternak kabupaten Pontianak, dan tentunya meningkatkan
perekonomian para peternak ayam dan seluruh pihak yang terlibat dalam usaha peternakan ayam.

1.2 Maksud dan Tujuan

1.3 Manfaat
BAB II
TINJAUAN PRODUK ASAP CAIR

A. Asap Cair Secara Umum


Asap cair menurut darmadi (1997) dan prananta (2008) merupakan campuran larutan dari
dispersi asap kayu dalam air yang dibuat dengan mengkondensasikan asap hasil pirolisis kayu.
Berdasarkan laporan Darmadi dkk (1996), asap cair organik yang terbaik berasal dari bahan
tempurung kelapa karena memiliki kandungan senyawa fenol sebesar 4,13%, karbonil 11,3% dan
asam 10,2%. Senyawa-senyawa tersebut memiliki fungsinya masing-masing, fenol berfungsi
sebagai anti-oksidan yg mampu membunuh bakteri, karbonil memiliki fungsi sebagai perasa (jika
asap cair dimanfaatkan sebagai pengawet makanan), sedangkan asam juga berfungsi sebagai
antibakteri (Astuti, 2000). proses produksi asap cair bisa dibilang cukup sederhana. Asap cair
dihasilkan melalui destilasi asap dari hasil pembakaran tempurung kelapa, yang dialirkan lewat
media yang disebut pirolis.
Cairan yang dihasilkan oleh proses inilah yg disebut dengan asap cair. Asap cair sendiri
memiliki beberapa tingkatan (grade). Secara umum dikenal ada 3 tingkatan, yaitu, Grade I, Grade
II, dan Grade III. Grade yang dihasilkan dari proses produksi diatas masih berupa Grade III atau
kualitas rendah (mengandung banyak karbon dan tir). Sedangkan Grade II dan Grade I, dihasilkan
dengan memproses ulang dari garde III sehingga kualitas akan semakin meningkat tiap Gradenya.
Meski grade III memiliki kualitas rendah bukan berarti grade ini tak berguna. Semua grade yg ada
di atas memiliki aplikasinya masing-masing sesuai dengan kandungan zat didalamnya. Untuk
Grade III pemanfaatanya banyak digunakan dalam industri kayu sebagai bahan pengawet, Grade
II digunakan dalam dunia peternakan sebagai pengganti formalin, dan Grade I digunakan sebagai
pengawet alami dalam industri makanan. Dengan kata lain, asap cair adalah produk mentah yang
masih bisa di kembangkan ke dalam berbagai jenis sesuai dengan kegunaannya karena kandungan
fenol didalamnya berfungsi sebagai anti-oksidan yang mampu membunuh bakteri. Dalam kasus
ini adalah asap cair yang digunakan dalam pemanfaatan di bidang peternakan.

B. Perkembangan asap cair


Pada tahun 2006, UGM lewat Dr AH Bambang Setiaji dari FMIPA telah
memperkenalkan produk asap cair (http://indonesiaindonesia.com) dan telah melalui uji
laboratorium (http://asapcair.blogspot.com) memperkenalkan bahwa asap cair secara
umum dapat berfungsi sebagai pengganti formalin. Seiring berjalanya waktu, asap cair
pun terus berkembang dengan adanya permintaan baik dari dalam maupun luar negeri.
Permintaan terhadap asap cair pun bervariasi, pengguna berasal dari berbagai bidang,
baik industri pangan, peternakan, pertanian, dan perkebunan. Namun seperti yang kami
sampaikan di atas bahwa masih ada banyak pihak yang belum dapat merasakan manfaat dari
produk ini, dalam hal ini banyak peternak di kabupaten Bojonegoro yang belum mampu
mendapatkanya. Justru jumlah permintaan dari luar negeri yang cenderung lebih besar. Hingga
tahun ke-6 perkembanganya, asap cari telah dapat ditemukan dimanapun. Hal ini karena memang
proses produksi asap cair yang cukup mudah dan sederhana.

C. Inovasi pada asap cair


Meski tak terlalu signifikan, perkembangan asap cair telah menunjukkan prospek yang
cerah. Hal ini cukup wajar mengingat asap cair memiliki kelebihan yang tak dimiliki produk
kimia manapun, yaitu ramah lingkungan dan tanpa efek samping. Hal ini pula yang disadari
oleh beberapa pebisnis untuk mulai melirik lahan usaha ini. Semakin banyak produsen asap cair
yang mulai tumbuh di berbagai tempat. Secara umum produk yang dihasilkan oleh para produsen
hampir sama (kandungan asap cair seperti disampaikan di bab sebelumnya). Kalaupun ada,
mungkin hanya dari segi teknis produksinya.
Di akhir tahun 2011 lalu dalam ajang lomba inovasi bisnis pemuda yang diselenggarakan
oleh kementrian pemuda dan olahraga, seorang peserta yang mempresentasikan inovasi dalam alat
produksi asap cair keluar sebagai juara 1. Inovasi yang dibawa oleh peserta tersebut mampu
memproduksi asap cair dengan hasil yang lebih effisien dan dengan kualitas yang lebih baik.
Diawal telah kami sampaikan bahwa asap cair pada umumnya mengandung fenol (antioksidan-
pembunuh bakteri) sejumlah 4,13%. Elita, pemenang lomba tersebut yang berasal dari Pontianak,
mampu menghasilkan asap cair dengan kandungan fenol jauh diatas asap cair pada umunya yaitu
sebanyak 29,77%.
BAB III
TINJAUAN KEGIATAN

3.1 NAMA KEGIATAN


Nama kegiatan ini adalah : “Sosialisasi Penggunaan Asap Cair Sebagai Pengganti
Bahan Kimia Dalam Usaha Peternakan Kabupaten Pontianak”

3.2 TEMA KEGIATAN


Tema kegiatan ini adalah : “Penggunaan Produk Herbal (asap cair) Yang Lebih Ramah
Lingkungan, Aman, Dan Murah”

3.3 TUJUAN KEGIATAN


Tujuan dari kegiatan ini adalah:
1. Sebagai media pembekalan kepada para peternak ayam kabupaten Pontianak akan
bahaya penggunaan bahan kimia.
2. Sebagai sarana sosialisasi penggunaan asap cair, bahan non kimia yang mengurangi
dampak pencemaran lingkungan.
3. Sebagai bentuk penanganan masalah yang dihadapi oleh para peternak ayam kabupaten
Pontianak.
4. Sebagai bentuk upaya peningkatan produktifitas usaha peternakan kabupaten Pontianak.
5. Sebagai tonggak awal untuk mewujudkan iklim bisnis di kabupaten Pontianak yang
berbasis lingkungan hidup.

3.4 BENTUK KEGIATAN


Bentuk dari kegiatan ini adalah:.
1. Pengadaan seminar/workshop dengan judul “Asap Cair Sebagai Pengganti Bahan
kimia”.
 pembicara I: dari tinjauan produk asap cair oleh Elita (rekomendasi KEMENPORA
Pusat)
 pembicara II: dari tinjauan teknis produk oleh Rahmat Illahi
 pembicara III: dari tinjauan marketing oleh Dahlan

2. Penyuluhan lapangan:
a. Pemberian asap cair kepada + 30 pemilik usaha ternak di Kabupaten Pontianak.
b. Penyuluhan penggunaan sampel asap cair pada kandang ternak ayam di
Kabupaten Pontianak.
3.5 WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN KEGIATAN
Waktu dan tempat pelaksanakan akan segera disusun setelah ada penindak
lanjutan dari BLH kabupaten Pontianak.

3.6 SASARAN DAN TARGET KEGIATAN


Sasaran dari kegiatan ini adalah :
 + 30 pemilik usaha ternak di kabupaten Pontianak dan pihak kemitraan
peternakan kabupaten Pontianak.

3.7 PELAKSANA KEGIATAN


Pelaksana kegiatan adalah tim yangg di rekomendasikan oleh kementrian pemuda
dan olah raga pusat.

3.8 ANGGARAN KEGIATAN

1. Kegiatan seminar:

a. Perlengkapan yang dibutuhkan :


BAB IV
PENUTUP

Permasalahan yang dihadapi oleh para peternak di kabupaten Pontianak telah menjadi dilema
bagi para peternak sendiri. Mereka harus mempertahankan usaha ternak mereka namun disisi lain ada
harga yang harus dibayar mahal dari upaya tersebut yaitu lingkungan yang menjadi korban
pencemaran bahan kimia. Permasalahan tersebut bukan hanya menjadi tanggung jawab para pelaku
usaha tersebut namun juga kita semua yang mau peduli terhadap lingkungan hidup, kita semua yang
mau peduli terhadap keberlangsungan usaha peternakan.
Tanpa mencari kambing hitam dari permasalahan ini kita semua dapat membantu
mengupayakan sebuah perbaikan. Dengan penanganan yang tepat dan dukungan dari berbagai pihak
khususnya pemegang otoritas kepemerintahan dalam Bidang Lingkungan Hidup, maka permasalahn
ini akan menemui jalan keluarnya. Dan sebagai fasilitator kami siap memberikan pendampingan
pelaksanaan kegiatan tersebut diatas.

Pontianak, 28 Mei 2012


Ketua pelaksana Sekertaris

ELITA Rahmat Illahi

Anda mungkin juga menyukai