Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Indonesia Volume 6 (1) 16 - 23; Juni 2020

p-ISSN: 2460-6669 e- ISSN: 2656-4645

Komposisi Nutrisi dan Kecernaan Silase Jerami Jagung yang Ditambah Lamtoro dan
Molases yang Difermentasi pada Waktu Berbeda

(Nutrition Composition and Digestibility of Corn Straw Silage Added Leucaena and
Molasses Fermented at Different Times)

Oscar Yanuarianto, Muhamad Amin, Sofyan Damrah Hasan, Syamsul Hidayat Dilaga, Suhubdy
Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia/Herbivora
Fakultas Peternakan Universitas Mataram
Jl. Majapahit 62 Mataram 83125 NTB. Telpon (0370)633603; Fax (0370) 640592
E-mail : oscary338@gmail.com

Diterima : 15 Maret 2020/Disetujui : 17 Mei 2020

ABSTRAK
Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui kandungan protein kasar (PK), serat kasar (SK) dan
kecernaan in vitro bahan kering (KcBK) dan bahan organik (KcBO) silase jerami jagung yang
ditambahkan lamtoro dan molase yang difermentasi pada waktu yang berbeda, telah dilakukan di
Laboratorium Nutrisi dan Makanan, Fakultas Peternakan, Universitas Mataram. Jerami jagung dan
lamtoro yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari area pertanian di sekitar Kecamatan
Gerung, Kabupaten Lombok Barat, yang diambil segera setelah panen dan dipotong-potong dengan
ukuran 3-5 cm. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 level
perlakuan, yaitu: T1: jerami jagung + leucaena 10% dan molase 5% tanpa fermentasi, T2: jerami jagung
+ leucaena 10% dan molases 5% difermentasi 7 hari, T3: jerami jagung + leucaena 10% dan molases
5% difermentasi 14 hari, T4: jerami jagung + leucaena 10% dan molases 5% difermentasi 21 hari, T5:
jerami jagung + leucaena 10% dan molase 5% difermentasi 28 hari. Variabel yang diamati dalam
penelitian ini adalah PK, SK, dan kecernaan Bahan Kering (KcBK) dan KcBO secara in vitro. Data yang
diperoleh dalam penelitian ini dianalisis menggunakan analisis variansi berdasarkan Rancangan Acak
Lengkap menggunakan paket program statistik SAS dan perbedaan selanjutnya diuji menggunakan Uji
Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu fermentasi dapat secara signifikan mengurangi (P
<0,05) kandungan SK dan meningkatkan (P <0,05) kandungan PK silase, tetapi tidak ada peningkatan
yang signifikan (P> 0,05) KcBK dan KcBO silase yang difermentasi selama 7, 14 , 21 dan 28 hari.

Kata kunci: jerami jagung, silase, nutrisi, kecernaan, waktu

ABSTRACT
The study that aimed to determine the content of crude protein (CP), crude fiber (CF) and in vitro
digestibility of dry matter (DM) and organic matter (OM) of corn straw silage added with leucaena and
molasses fermented at different times, had been carried out at Nutrition and Feed Laboratory, Faculty
of Animal Husbandry, University of Mataram. The corn straw and leucana used in this study were taken
from the agricultural area in the Gerung sub-district of West Lombok Regency shortly after harvesting
and were cut into pieces with a size of 3-5 cm. This study used a Completely Randomized Design (CRD)
consisting of 5 level of treatments, namely: T1: corn straw + leucaena 10% and molasses 5% without
fermentation, T2: corn straw + leucaena 10% and molasses 5% fermented 7 days, T3: corn straw +
leucaena 10% and molasses 5% fermented 14 days, T4: corn straw + leucaena 10% and molasses 5%
fermented 21 days, T5: corn straw + leucaena 10% and molasses 10% fermented 28 days. The variables
observed in this study were CP, CF, and in vitro digestibility of DM and OM. Data obtained in this study
were analyzed using analysis of variance based on a Completely Randomized Design using the SAS
statistical program package and the differences were further tested using the Duncan Test. The results
showed that fermentation time could significantly decrease (P <0.05) CF content and increase (P <0.05)
CP silage content, but there was no significant increase (P> 0.05) of DM and OM digestibility in vitro
of silage fermented for 7, 14, 21 and 28 days.

Keywords: corn straw, silage, nutrition, digestibility, time.

16
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Indonesia Volume 6 (1) 16 - 23; Juni 2020
p-ISSN: 2460-6669 e- ISSN: 2656-4645

PENDAHULUAN kandungan serat kasar tinggi sehingga


Ketersediaan pakan merupakan daya cernanya rendah. Kualitas jerami
kendala utama yang sering dihadapi oleh jagung dapat ditingkatkan dengan
peternak sapi dan kerbau pada umumnya, teknologi silase yaitu proses fermentasi
hal ini sangat dirasakan oleh peternak yang dibantu jasad renik dalam kondisi an
terutama pada musim kemarau, aerob (tanpa oksigen). Teknologi silase
ketersediaan hijauan segar yang selain dapat mengawetkan pakan juga
berkualitas sangat berkurang berbanding meningkatkan kualitas pakan.
terbalik dengan ketersediaannya pada Penambahan bahan aditif pada silase
musim hujan. Ketersediaan pakan ini juga bertujuan untuk meningkatkan nilai
semakin diperparah dengan semakin nutrisi silase. Salah satu bahan aditif yang
menyempitnya areal penggembalaan sering digunakan dalam pembuatan silase
ternak, sawah dan kebun, di samping itu adalah molases. Molases merupakan hasil
dengan besarnya pembangunan, lahan samping dari industri pengolahan gula
padang rumput alam tersebut makin dengan bentuk cair. Molases merupakan
berkurang. Untuk mengantisipasi kendala sumber energi yang potensial dari limbah
ketersediaan pakan yang berfluktuatif pengolahan tebu dan relative harganya
tersebut perlu dilakukan usaha-usaha lebih murah disbanding sumber energi
penerapan sistem pengaturan, yang lain, oleh karena itu molases banyak
penyimpanan dan pengawetan hijauan dimanfaatkan sebagai bahan tambahan
secara baik. Usaha-usaha ini perlu untuk pakan dengan kandungan nutrisi
dilakukan terutama pada musim hujan yang cukup baik. Kandungan nutrisi
dimana produksi cukup banyak sehingga molasses terdiri dari kadar air 23%, bahan
hijauan awetan dapat digunakan untuk kering 77%, protein kasar 4,2%, lemak
mengatasi kekurangan hijauan segar pada kasar 0,2%, serat kasar 7,7%, Ca 0,84%, P
musim kering. 0,09%, BETN 57,1%, abu 0,2% (Sukria
Pemanfaatan limbah pertanian dan Rantan, 2009), dan energi metabolis
seperti jerami jagung merupakan salah 2.280 kkal/kg (Anggorodi,1995).
satu usaha untuk mengatasi masalah Penambahan jumlah air yang
kekurangan pakan ternak di musim digunakan dalam pembuatan silase pada
kemarau. Jerami jagung merupakan hasil umumnya berdasarkan bahan kering
ikutan bertanam jagung dengan tingkat bahan hal ini akan sangat sulit diterapkan
produksi mencapai 4-5 ton/ha. Kandungan dilapangan, akan lebih mudah bila
nutrisi jerami jagung diantaranya protein menggunakan penndekatan daya ikat air
kasar 4,77 %, serat kasar 30,53%, lemak pada bahan yang akan digunakan dalam
kasar 1,06%, abu 8,42% dan BETN proses pembuatan silase (Oscar dkk.
55,82% (Nursiam, 2010). Dengan 2016).
demikian, karakterisitik jerami jagung Lamtoro merupakan salah satu
sebagai pakan ternak tergolong hijauan tanaman leguminosa yang sedang gencar
bermutu rendah karena memiliki
17
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Indonesia Volume 6 (1) 16 - 23; Juni 2020
p-ISSN: 2460-6669 e- ISSN: 2656-4645

gencarnya ditanam sebagai salah satu Penentuan Daya ikat air


tanaman sumber ptrotein sekaligus Penentuan daya ikat air ini
sebagai tanaman penghijauan di Pulau bertujuan untuk mengetahui jumlah
Sumbawa yang mempunyai potensi larutan untuk menyemprot jerami jagung.
sebagai pakan ternak yang cukup baik Satu kg jerami jagung dalam kantong
dengan kandungan protein kasar berkisar berlubang (1 mm) dicelupkan ke dalam air
antara 27 – 34% (Mathius, 1984). yang telah diketahui banyaknya sampai
Pemberian daun lamtoro (Leucaena basah secara merata. Kemudian diangkat
leococephala) dilakukan untuk dan ditiriskan sampai airnya habis
penambahan kandungan protein dalam menetes. Selisih air awal dengan air yang
silase, dimana daun lamtoro diharapkan tertinggal di dalam ember merupakan
dapat dipergunakan sebagai salah satu jumlah air yang mampu diikat oleh jerami
bahan untuk memperbaiki kandungan zat- jagung. Jumlah air inilah yang akan
zat makanan, karena dapat meningkatkan digunakan pada masing masing perlakuan.
kandungan nitrogen yang dapat dirombak Fermentasi jerami jagung
menjadi protein mikroba. Hasil penelitian Jerami jagung yang digunakan
Oscar dkk. (2016), penambahan 10 % dalam penelitian ini diperoleh di areal
daun lamtoro pada pembuatan silase persawahan disekitar Kecamatan Gerung
jerami jagung memberikan sifat fisik dan Kabupaten Lombok Barat merupakan
komposisi kimia serta kecernaan yang
jerami jagung yang baru dipanen dan
baik. dipotong-potong dengan ukuran 3 – 5 cm.
Berdasarkan uraian di atas maka Penelitian dibagi dalam lima perlakuan,
telah dilakukan penelitian untuk masing-masing perlakuan terdiri dari 5
mengetahui pengaruh lama waktu ulangan. Adapun perlakuan tersebut
fermentasi terhadap kandungan protein adalah T1 : Jerami Jagung + Lamtoro
kasar, serat kasar dan kecernaan in vitro 10% dan molases 5% tanpa fermentasi,
bahan kering dan bahan organik silase T2: Jerami Jagung + Lamtoro 10% dan
jerami jagung (zea mays). molases 5% difermentasi 7 hari, T3:
Jerami Jagung + Lamtoro 10% dan
MATERI DAN METODE molases 5% difermentasi 14 hari, T4 :
Penelitian ini dilaksanakan di Jerami Jagung + Lamtoro 10% dan
Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Makanan molases 5% difermentasi 21 hari, T5 :
Ternak Fakultas Peternakan Universitas Jerami Jagung + Lamtoro 10% dan
Mataram. Jerami jagung yang digunakan molases 5% difermentasi 28 hari.
dalam penelitian ini diambil segera setelah Persentase lamtoro dan molases yang
panen, berasal dari areal persawahan di ditambahkan dalam proses pembutan
sekitar Kecamatan Gerung kabupaten silase berdasarkan berat jerami jagung
Lombok Barat. sebelum direndam air. Masing-masing
perlakuan dimasukkan dalam stoples
kedap udara dan difermentasikan sesuai

18
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Indonesia Volume 6 (1) 16 - 23; Juni 2020
p-ISSN: 2460-6669 e- ISSN: 2656-4645

dengan perlakuan. Pada akhir fermentasi, Analisis data


silase jerami jagung dikeluarkan dari Data yang diperoleh dalam
masing-masing stoples untuk dikeringkan penelitian ini dianalisis dengan analisis
pada suhu 60oC selama 8 – 12 jam, sidik ragam atas dasar Rancangan Acak
kemudian jerami digiling dan disaring Lengkap (RAL) dengan paket program
dengan diameter saring 1 mm. Sampel statistik SAS (2001) dan diuji lanjut
yang telah disaring siap untuk dianalisis di dengan Uji Jarak Berganda Duncan's
Laboratorium. (Steel dan Torrie, 1989).
Variabel yang diamati HASIL DAN PEMBAHASAN
Variabel yang diukur dalam Protein kasar
penelitian ini adalah kandungan protein Rataan kandungan PK silase
kasar, serat kasar, kecernaan in vitro jerami jagung yang ditambah lamtoro dan
bahan kering dan bahan organik. molases pada waktu yang berbeda dapat
dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Rataan kandungan PK dan SK silase jerami jagung yang ditambah daun lamtoro
dan molases pada waktu yang berbeda
Perlakuan
Variabel
T1 T2 T3 T4 T5
PK (%) 7,51a 9.26b 9.97bc 10.56d 10.23cd
SK (%) 28.85a 29,20a 28,50ab 27,90b 26,20c
Lignin 10.99a 9.08b 7.72c 7.34c 6.49c
abcd
Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan sangat nyata (P < 0,01).

Hasil analisis sidik ragam kandungan PK T4 dan T5 jika


menunjukkan bahwa lama fermentasi dibandingkan dengan perlakuan lainnya
memberikan pengaruh yang sangat nyata diduga disebabkan oleh waktu fermentasi
(P<0,01) terhadap peningkatan kandungan yang lebih lama sehingga menyebabkan
kandungan PK silase jerami jagung yang kesempatan mikroorganisme pencerna
ditambah lamtoro dan molases. Uji jarak protein bekerja merombak protein
berganda Duncan’s menunjukkan bahwa menjadi senyawa yang lebih sederhana
PK T4 nyata lebih tinggi (P < 0.05) jika lebih banyak sehingga jumlah mikroba
dibandingkan dengan perlakuan lainnya yang tumbuh menjadi lebih banyak yang
demikian juga perlakuan T5 jika pada akhirnya dapat meningkatkan total
dibandingkan dengan perlakuan T2 dan protein silase yang berasal dari
T1, akan tetapi tidak terdapat perbedaan sumbangan protein mikroba. Pendapat ini
yang nyata (P > 0.05) peningkatan PK didukung oleh Fardiaz, (1992) yang
pada perlakuan T1 jika dibandingkan menyatakan bahwa Waktu fermentasi
dengan T2 dan T3 demikian juga antara yang singkat mengakibatkan terbatasnya
perlakuan T3 dan T5. Lebih tingginya kesempatan dari mikroorganisme untuk

19
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Indonesia Volume 6 (1) 16 - 23; Juni 2020
p-ISSN: 2460-6669 e- ISSN: 2656-4645

terus berkembang sehingga komponen berkembang biak (Fardiaz, 1992).


substrat yang dapat dirombak menjadi Semakin lama waktu fermentasi maka
massa sel juga akan sedikit, tetapi dengan semakin banyak zat makanan yang
waktu yang lebih lama berarti memberi dirombak seperti bahan kering dan bahan
kesempatan bagi mikroorganisme untuk organik. Menurut Judoamidjojo et al.
tumbuh dan berkembang biak Semakin (1989), mikroba yang dimasukkan ke
lama waktu fermentasi maka semakin dalam medium baru, tidak akan segera
banyak zat makanan yang dirombak tumbuh dan waktu generasinya masih
seperti bahan kering dan bahan organik lambat, hal ini tergantung spesies dan
termasuk di dalamnya PK sehingga total umur mikroba, substrat serta faktor
populasi mikroba menjadi lebih banayak, lingkungan pertumbuhan. Peningkatan
Total protein mikroba yang ada pada lama waktu fermentasi menyebabkan
akhirnya akan menambah total protein meningkatnya kesempatan mikroba untuk
silase yang dihasilkan. melakukan pertmbuhan dan fermentasi,
Serat Kasar sehingga semakin lama fermentasi maka
Rataan kandungan SK silase kesempatan untuk mendegradasi jerami
jerami jagung yang dihasilkan tertinggi jagung semakin tinggi. Dengan demikian
pada perlakuan T1 (28,85%) dan terendah semakin lama fermentasi maka serat kasar
pada perlakuan T5 (26,2%). Hasil analisis jerami jagung semakin menurun.
sidik ragam menunjukkan bahwa lama Menurunnya kandungan SK
pemeraman silase jerami jagung yang dikarenakan oleh bakteri asam laktat yang
ditambah daun lamtoro dan molases merupakan bakteri selulolitik. Mikrobia
memberikan pengaruh yang berbeda yang bersifat selulolitik mampu
sangat nyata (P < 0.01) terhadap menghasilkan enzim selulase yang dapat
kandungan SK silase jerami jagung yang memecah selulosa sehingga akan
dihasilkan. Hasil uji lanjut Duncan’s dihasilkan glukosa (Volk dan Wheeler,
menunjukkan bahwa kandungan SK 1993). Sepaham dengan Mc. Donald
perlakuan T5 lebih rendah dibandingkan (1981) menjelaskan pembuatan silase
dengan perlakuan lainnya. Rataan serat dengan memanfaatkan bakteri asam laktat
kasar secara keseluruhan mengalami sebagai inokulum dapat mengikat selulose
penurunan sejalan dengan semakin dalam pakan yang mengandung serat
lamanya waktu fermentasi. Waktu kasar sehingga akan menurunkan ikatan
fermentasi yang singkat mengakibatkan lignin dan dapat meningkatkan daya
terbatasnya kesempatan dari cerna.
mikroorganisme untuk terus berkembang Kecernaan Bahan Kering (KcBK)
sehingga komponen substrat yang dapat Kecernaan merupakan perubahan
dirombak menjadi massa sel juga akan fisik dan kimia yang dialami bahan pakan
sedikit, tetapi dengan waktu yang lebih dalam alat pencernaan. Mikroba dalam
lama berarti memberi kesempatan bagi rumen menyebabkan pakan mengalami
mikroorganisme untuk tumbuh dan perombakan sehingga sifat-sifat fisik
20
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Indonesia Volume 6 (1) 16 - 23; Juni 2020
p-ISSN: 2460-6669 e- ISSN: 2656-4645

berubah yaitu menjadi partikel kecil, dan Rataan perhitungan pengukuran


sifat kimianya berubah secara fermentatif kecernaan bahan kering selama penelitian
menjadi senyawa lain yang berbeda dari masing-masing perlakuaan dapat
dengan nutrien asalnya (Sutardi, 1980). dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rataan KcBK dan KcBO silase jerami jagung yang ditambah daun lamtoro dan
molases pada waktu yang berbeda
Perlakuan
Variabel
T1 T2 T3 T4 T5
KcBK (%) 47,39a 60,15b 60,38b 61,20b 61,67b

KcBO (%) 50,95a 62,05b 61,56b 62,38b 63,33b


ab
Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukan perbedaan nyata (P<0,05).

Rataan kecernaan bahan kering semakin banyak serat kasar yang terdapat
silase jerami jagung yang ditambah daun dalam suatu bahan pakan, semakin tebal
lamtoro dan molases tertinggi diperoleh dan semakin tahan dinding sel dan
pada perlakuan T5 (61,67%), dan akibatnya semakin rendah daya cerna
terendah pada perlakuan T1 (47,39%). bahan pakan tersebut. Sebaliknya bahan
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pakan dengan serat kasar yang rendah
lama fermentasi berpengaruh nyata pada umumnya akan lebih mudah dicerna,
(P<0,05) terhadap KcBK silase jerami karena dinding sel dari bahan tersebut tipis
jagung yang dihasilkan. Uji lanjut sehingga mudah ditembus oleh getah
Duncan’s menunjukkan bahwa KcBK pencernaan.
pada perlakuan T1 nyata lebih rendah Serat kasar yang tinggi biasanya
(P<0,05) jika dibandingkan dengan diikuti dengan kandungan lignin yang
perlakuan lainnya, akan tetapi tidak tinggi sehingga dapat menurunkan
terdapat perbedaan yang nyata (P > 0.05) kecernaan (Tillman et al.,1998). Semakin
lama fermentasi terhadap KcBK antara tinggi lignin maka semakin rendah nilai
perlakuan T2, T3, T4 dan T5. Lebih kecernaanya, begitu pula sebaliknya.
rendahnya KcBK perlakuan T1 jika Hasil analisis komposisi dinding sel
dibandingkan dengan perlakuan lainnya masing-masing perlakuan menunjukkan
dapat disebabkan oleh lebih tingginya bahwa kandungan lignin pada T5 lebih
kandungan SK pada perlakuan T1 yang rendah jika dibandingkan perlakuan
disebabkan tidak adanya kesempatan lainnya. (Tabel.1) Jafar dan Hasan (1990)
mikroorganisme untuk merombak zat menyatakan bahwa persentase lignin
makanan menjadi senyawa yang lebih dalam dinding sel mempengaruhi
sederhana. kecernaan pakan, semakin tinggi
Daya cerna bahan pakan persentase lignin dalam dinding sel maka
berhubungan erat dengan komposisi kecernaan pakan semakin rendah,
kimiawinya terutama kandungan serat demikian juga sebaliknya. Hal yang sama
kasarnya (Tillman et al., 1998). juga diperoleh pada penelitian Amrin
Anggorodi (1995) menambahkan bahwa (2014) yang menunjukkan bahwa semakin
21
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Indonesia Volume 6 (1) 16 - 23; Juni 2020
p-ISSN: 2460-6669 e- ISSN: 2656-4645

tinggi konsentrasi lignin dalam dinding sel kandungan SK pada perlakuan T1 menjadi
tanaman maka kecernaanya semakin lebih tinggi dibandingkan dengan
rendah. perlakuan lainnya.
Tingginya KcBK juga disebabkan Tillman et al. (1998) menyatakan
karena KcBOnya juga tinggi. Hal ini bahwa SK merupakan bagian dari bahan
sejalan dengan pendapat Reksohadiprodjo organik yang mempengaruhi kecernaan
(1985) yang menyatakan bahwa pakan. Semakin tinggi SK pakan maka
meningkatnya KcBO disebabkan karena semakin rendah KcBOnya.
meningkatnya KcBK, sebab secara SIMPULAN DAN SARAN
proporsional laju keluarnya bahan kering Simpulan
selalu diikuti oleh keluarnya bahan Hasil penelitian menunjukkan bahwa
organik, sehingga dengan meningkatnya lama fermentasi berpengaruh nyata
KcBK maka akan meningkat pula KcBO. terhadap peningkatan kandungan protein
Kecernaan Bahan Organik kasar dan peneurunan serat kasar, akan
Rataan KcBO selama penelitian tetapi tetapi waktu pemeraman dari 7
dari masing-masing perlakuan dapat sampai dengan 28 hari tidak memberi
dilihat pada Tabel 2. Rataan KcBO silase peningkatan secara nyata terhadap
jerami jagung berturut-turut adalah T1 kecernaan bahan kering dan bahan
(50,95%), T2 (62,05%). T3 (61,56%), T4 organik silase jerami jagung yang
(62,38%) dan T5 (63,33%). Hasil analisis ditambah lamtoro dan molases.
ragam menunjukkan bahwa fermentasi Saran
berpengaruh nyata (P < 0,05) terhadap Untuk mengetahui tingkat
KcBO silase jerami jagung yang palatabilitas silase jerami jagung yang
dihasilkan. Uji lanjut Duncan’s ditambah lamtoro dan molases, maka
menunjukkan bahwa KcBO perlakuan T1 perlu dilakukan penelitian pada ternak
nyata lebih rendah (P < 0.05) jika ruminansia.
dibandingkan dengan perlakuan lainnya,
akan tetapi lama fermentasi antara DAFTAR PUSTAKA
perlakuan T2, T3, T4 dan T5 tidak
Amrin. 2014. Kandungan ADF dan NDF
meberikan pengaruh yang nyata (P > 0.05) Jerami Padi yang Difermentasi
terhadap KcBOnya. Jika dilihat dari rerata dengan Kombinasi Kapur Tohor,
KcBO masing-masing perlakuan, bahwa Bacillus sp. dan Air Kelapa pada
terdapat kecenderungan, semakin lama Waktu Yang Berbeda. Skripsi
pemeraman maka semakin meningkat Fakultas Peternakan. Universitas
nilai KcBOnya. Rendahnya KcBO pada Mataram.
perlakuan T1 jika dibandingkan dengan
Anggorodi, R. 1995. Nutrisi Aneka
perlakuan lainnya diduga disebabkan oleh
Ternak Unggas. PT. Gramedia.
tidak adanya kesempatan mikroorganisme Jakarta.
untuk mendegradasi bahan pakan menjadi
senyawa lebih sederhana sehingga
22
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Indonesia Volume 6 (1) 16 - 23; Juni 2020
p-ISSN: 2460-6669 e- ISSN: 2656-4645

Fardiaz, S.1992. Mikrobiologi Pangan. Reksohadiprodjo, S. 1985. Produksi Biji


PT. Gramedia Pustaka Utama, Rumput dan Legum Makanan
Jakarta. Ternak Tropik. BPFE UGM,
Yogyakarta.
Jafar, M. D. dan A. Hasan. 1990. Optimum
Steaming Condition for Feed SAS. 2001. SAS/STAT User’s Guide.
Utilization Processing and Version 80, 1thEd. SAS Institute
Utilization of Oil Palm by Inc. Cary.NC.USE.
Products for Ruminant. Mardi-
Tarc Collaborative Study Sukria, H. A. dan K. Rantan. 2009.
Malaysia. Sumber dan Ketersediaan Bahan
Pakan di Indonesia.IPB Press.
Judoamidjojo, M., Said, dan L. Hartoto. Bogor.
1989. Biokonversi. Pusat Antar
Universitas. Bioteknologi. Institut Sutardi, T. 1980. Landasan Ilmu Nutrisi.
Pertanian Bogor, Bogor. Penerbit IPB Bogor, Bogor.

Mathius, I. W. 1984. Hijauan gliricidia Steel, R.G.D. dan J.H. Torrie, 1989.
sebagai pakan ternak ruminansia. Prinsip dan Prosedur Statistika.
Wartazoa. Pusat penelitian dan Suatu Pendekatan Biometrik.
pengembangan Peternakan Vol. 1 Terjemahan: Bambang Sumantri,
No.4 pp. 19 Penerbit Jakarta. Jakarta.

McDonald, P. 1981. Biochemistry of Tillman, A.D., H.Hartadi, dan S.


Silage. JohnWiley and Sons, New Reksodiprodjo. 1998. Tabel
York. Komposisi Bahan Makanan
Ternak Untuk Indonesia. Gadjah
Oscar, Y., M. Iqbal, Dahlanuddin, S. H. Mada University Press,
Dilaga. 2016. Pengaruh Yogyakarta
Penambahan Lamtoro Terhadap
Kualitas Jerami Jagung yang Volk, W.A and M.F. Wheeler. 1993.
Dihasilkan. Laporan PNBP 2016 Mikrobiologi Dasar. Edisi Ke
Universitas Mataram. Mataram. lima. Jilid 1. Penerbit Erlangga.
Jakarta.

23

Anda mungkin juga menyukai