OLEH:
DESY ANYA CLARISSA (03031381722081)
Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, penulis ucapkan karena atas berkat
rahmat, nikmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal
penelitian yang berjudul “Pengaruh Pelarut, Suhu dan Waktu Ektraksi Pektin dari
Kulit Pisang Kepok Terhadap Jumlah yang Dihasilkan”.
Proposal Penelitian ini diajukan guna memenuhi kewajiban menyelesaikan
salah satu mata kuliah yang terdapat pada semester VI, yaitu riset dan penelitian.
tujuan dari penelitian ini adalah membahas tentang bagaimana pengaruh pelarut,
suhu, dan waktu ekstraksi terhadap jumlah dan mutu pektin yang akan dihasilkan.
Akhir kata penulis berharap agar proposal penelitian ini dapat bermanfaat
bagi pembaca untuk menambah ilmu pengetahuan dan informasi untuk penelitian
selanjutnya. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi acuan untuk kelanjutan dan
pengembangan tentang topik penelitian dan riset yang serupa.
Palembang, 21 Februari 2020
Penulis
Abstrak:
Pada tahun 2010, produk pisang di Indonesia mencapai 5,8 juta ton atau
sekitar 30% dari produksi buah nasional. Disamping buah pisang yang sangat
digemari terdapat kulitnya yang kadang hanya menjadi limbah. Saat ini kulit pisang
hanya digunakan untuk pakan ternak atau hanya dibuang sebagai limbah rumahan
atau industri. Senyawa pektin cukup besar terkandung di dalam kulit pisang. Pektin
bisa dimanfaatkan didalam beberapa bidang industri, misalnya saja pada industri
pangan dan industri farmasi. Kebutuhan pektin di Indonesia saat ini semakin
berkembang dengan bertambahnya industri-industri makanan yang ada. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui proses pembuatan pektin dari kulit buah pisang
kepok dengan menggunakan metode ekstraksi. Pada proses pembuatan pektin
diperlukan jumlah pelarut, suhu, dan waktu yang optimum agar menghasilkan
produk pektin yang berkualitas baik yang sesuai dengan standar. Sebagai bentuk
upaya pemanfaatan limbah kulit pisang kepok, dilakukan penelitian pembuatan
pektin dengan menggunakan variasi pelarut yaitu HCl dan CH3COOH, serta
ditambah dengan variasi suhu sebesar 70°C, 80°C, dan 90°C dan waktu ekstraksi
selama 60 menit, 90 menit, dan 120 menit.
Abstract
2.3. Pektin
Pektin merupakan substansi alami yang ada disebagian besar tanaman
pangan. Selain menjadi sebuah elemen struktural pada pertumbuhan jaringan dan
komponen menjadi utama dari suatu lamella tengah pada tanaman, pektin juga
berfungsi sebagai zat perekat dan dapat menjaga suatu stabilitas dari jaringan dan
sel. Pektin adalah senyawa polisakarida yang memiliki bobot molekul tinggi
dimana banyak terdapat pada tumbuhan. Pektin fungsinya sebagai pembentuk
struktur gel dan agen pengental dalam proses pembuatan jelly, marmalade,
makanan rendah kalori dan di bidang farmasi digunakan untuk bahan pengental.
Pektin dapat ditemukan pada dinding sel tanaman tingkat tinggi dan banyak
berkontribusi pada fungsi sel dinding. Dinding sel lah yang menentukan ukuran dan
bentuk sel dan dapat menyebabkan integritas dan kekakuan dari jaringan tanaman.
Pektin juga berperan dalam retensi transportasi dan air ion, menentukan ukuran pori
dari dinding sel dan terlibat didalam proses mekanisme pertahanan terhadap
serangan infeksi patogen, luka, dan stress atau tekanan. Fungsi yang lebih spesifik
dari pektin di bagian yang berbeda dari dinding sel atau jaringan tanaman sangat
dipengaruhi oleh jumlah dan sifat molekul pektin.
Penyaringan Ampas
Penyaringan pektin
Karakterisasi pektin:
1. Yield pektin
2. Kadar air
3. Kadar abu
4. Berat ekivalen
5. Kadar metoksil
No 1 2
XA XA1 XA1
XA2 XA2
XA3 XC3
XB XB1 XB1
XB3
XB2 XB3
XB2
XC XC1 XC2
XC2 XC2
T t Yield WM AM BE Met
No
(°C) (Menit) (%) (%) (%) (Gram) (%)
T t Yield WM AM BE Met
No
(°C) (Menit) (%) (%) (%) (Gram) (%)
Keterangan :
1) T : Temperatur
2) t : Waktu
3) WM : Water moisture (kadar air)
4) AM : Ash moisture (kadar abu)
5) BE : Berat Ekivalen
6) Met : Kadar Metoksil
4.2. Pembahasan
4.2.1. Pengaruh Temperatur dan Waktu Ekstraksi Terhadap Yield Pektin Pelarut
Asam Klorida dan Asam Asetat
4
Yield (%)
3 T 70
T 80
2
T 90
1
0
60 90 120
Waktu Ekstraksi (Menit)
Gambar 4.1. Pengaruh Temperatur dan Waktu Ekstraksi Terhadap Yield Pektin Pelarut
Asam Klorida
6
4
Yield (%)
3 T 70
T 80
2
T 90
1
0
60 90 120
Waktu Ekstraksi (Menit)
Gambar 4.2. Pengaruh Temperatur dan Waktu Ekstraksi Terhadap Yield Pektin Pelarut
Asam Asetat
Pektin didapatkan dari jaringan tanaman dengan proses ekstraksi
menggunakan pelarut asam klorida variasi temperatur dan waktu ekstraksi. Jumlah
pektin yang didapatkan tergantung pada jenis dan bagian tanaman yang diekstrak.
Pada Gambar 4.1 Yield pektin yang dihasilkan dari kulit buah pisang kepok berkisar
antara 1,78% - 5,24%. Yield tertinggi didapat pada ekstraksi dengan temperatur
80oC selama 90 menit sebesar 2,62 gram pektin dari 50 gram serbuk kulit buah
pisang kepok. Yield terendah didapatkan pada ekstraksi dengan temperatur 900C
selama 120 menit sebesar 0,89 gram pektin. Sedangkan pada Gambar 4.2 Yield
pektin yang dihasilkan dari kulit buah pisang kepok berkisar antara 1,18% - 4,94%.
Yield tertinggi didapat pada ekstraksi dengan temperatur 70oC selama 90 menit
sebesar 2,47 gram pektin dari 50 gram serbuk kulit buah pisang kepok. Yield
terendah didapatkan pada ekstraksi dengan temperatur 700C selama 120 menit
sebesar 0,59 gram pektin.
Gambar 4.1 menunjukkan semakin tinggi temperatur ekstraksi, yield pektin
yang dihasilkan semakin rendah. Suhu ekstraksi yang tinggi menyebabkan pektin
yang telah terbentuk terdegradasi menjadi pektianat. Berdasarkan Perina, (2007)
kenaikan suhu akan meningkatkan kelarutan sehingga menghasilkan laju ekstraksi
yang tinggi, secara umum suhu ekstraksi untuk ekstraksi pektin adalah antara 60
-90 .. sesuai dengan Pardede (2013), suhu yang semakin tinggi menyebabkan ion
hidrogen yang dihasilkan akan mensubtitusi kalsium dan magnesium dari
protopektin semakin banyak, sehingga protopektin yang terhidrolis menghasilkan
pektin juga semakin banyak. Dengan suhu ekstraksi yang tinggi, Yield pektin akan
terus meningkat sampai dicapai keadaan maksimum dimana protopektin telah habis
terhidrolis (Fitria, 2013). Pada penelitian ini didapatkan suhu dan waktu optimum
pembentukan pektin dari kuliah buah pisang kepok yaitu pada suhu 80 oC selama 90
menit.
Pada temperatur 70oC dan 90°C dengan waktu yang semakin lama terjadi
penurunan yield pektin yang dihasilkan. Hal ini disebabkan oleh pektin telah
mengalami kejenuhan, sehingga pektin yang dihasilkan semakin lama semakin
menurun. Menurut Ranganna (1977) Yield pektin yang didapat akan mencapai
maksimum pada temperatur tertentu dan mengalami kejenuhan atau Yield pektin
yang didapat akan tetap. Namun untuk temperatur 80oC, Yield yang didapatkan
semakin tinggi.
4.2.2. Pengaruh Temperatur dan Waktu Ekstraksi Terhadap Kadar Air Pektin
Pelarut Asam Klorida
0.14
0.12
0.1
WM (%)
0.08
T 70
0.06
T 80
0.04 T 90
0.02
0
60 90 120
Waktu Ekstraksi (Menit)
Gambar 4.3. Pengaruh Temperatur dan Waktu Ekstraksi Terhadap Kadar Air Pektin
Pelarut Asam Klorida
0.14
0.12
0.1
WM (%)
0.08
T 70
0.06
T 80
0.04 T 90
0.02
0
60 90 120
Waktu Ekstraksi (Menit)
Gambar 4.4. Pengaruh Temperatur dan Waktu Ekstraksi Terhadap Kadar Air Pektin
Pelarut Asam Asetat
Kadar air bahan akan berpengaruh terhadap masa simpan bahan. Produk
dengan kadar air rendah relatif lebih stabil dalam penyimpanan jangka panjang
daripada produk yang berkadar air tinggi (Pardede, 2013). Pengeringan pektin
dilakukan dalam oven pengering suhu 100 selama 3 jam. Pengeringan pada suhu
ini bertujuan untuk meminimalkan terjadinya degradasi pektin. Molekul air tunggal
atau kelompok air dapat terikat pada permukaan pektin melalui ikatan hydrogen
atau gugus –OH molekul pektin dengan atom H dari molekul air, oleh karena itu
penyerapan air oleh pektin selama proses ekstraksi adalah proses penghilangan air
atau pengeringan.
Pada Gambar 4.3 kadar air yang dihasilkan dari penelitian ini berkisar antara
0,01-0,12%. Sedangkan pada Gambar 4.4 kadar air yang dihasilkan dari penelitian
ini berkisar antara 0,03-0,13%. Batas maksimum kadar air yang diperbolehkan
yaitu 12% berdasarkan IPPA (2003), dimana kadar air dari pektin yang dihasilkan
tidak melebihi standar. Tingginya kadar air pada pektin yang dihasilkan dapat
dipengaruhi oleh pengeringan yang tidak maksimal dan juga kondisi penyimpanan
pektin sebelum dilakukan uji kadar air. Penyimpanan pada tempat yang lembab dan
wadah yang tidak kedap udara akan menyebabkan kerentanan pektin terpapar oleh
udara luar, sehingga pektin menjadi lembab.
Pada Gambar 4.3, terlihat bahwa kadar air tertinggi yang dihasilkan adalah
pada temperatur 70oC dan waktu ekstraksi 60 menit yaitu 0,12% sedangkan kadar
air terendah adalah temperatur 80oC dan waktu ekstraksi 120 menit yaitu 0,01%.
Sedangkan pada Gambar 4.4, terlihat bahwa kadar air tertinggi yang dihasilkan
adalah pada temperatur 70oC dan waktu ekstraksi 60 menit yaitu 0,13% sedangkan
kadar air terendah adalah temperatur 70oC dan waktu ekstraksi 120 menit, 80oC dan
waktu 60 menit, serta 80oC dan waktu 120 menit yaitu 0,03%. Air yang masih
terdapat pada pektin merupakan air yang berada diantara permukaan pektin dan
sulit untuk dihilangkan. Semakin kecil kadar air maka kualitas pektin semakin baik.
4.2.3. Pengaruh Temperatur dan Waktu Ekstraksi Terhadap Kadar Abu Pektin
Pelarut Asam Klorida
0.14
0.12
0.1
0.08
AM (%)
T 70
0.06
T 80
0.04 T 90
0.02
0
60 90 120
Waktu Ekstraksi (Menit)
Gambar 4.5. Pengaruh Temperatur dan Waktu Ekstraksi Terhadap Kadar Abu Pektin
Pelarut Asam Klorida
0.45
0.4
0.35
0.3
AM (%)
0.25
T 70
0.2
T 80
0.15
T 90
0.1
0.05
0
60 90 120
Waktu Ekstraksi (Menit)
Gambar 4.6. Pengaruh Temperatur dan Waktu Ekstraksi Terhadap Kadar Abu Pektin
Pelarut Asam Asetat
Abu merupakan residu atau sisa pembakaran bahan organik yang berupa
bahan anorganik. Kandungan mineral suatu bahan dapat diketahui dari kadar abu
IPPA (2003) adalah tidak lebih dari 1,0%. Pada Gambar 4.5 kadar abu pektin
tertinggi dihasilkan pada temperatur 90oC dengan waktu ektraksi 60 menit yaitu
0,12% sedangkan kadar abu pektin terendah pada temperatur 80oC dengan waktu
ektraksi 120 menit yaitu 0,04%. Sedangkan pada Gambar 4.6 kadar abu pektin
tertinggi dihasilkan pada temperatur 70oC dengan waktu ektraksi 60 menit yaitu
0,42% sedangkan kadar abu pektin terendah pada temperatur 90oC dengan waktu
ektraksi 60 menit yaitu 0,31%.
Pada dasarnya semakin tinggi temperatur dan lamanya waktu ekstraksi
maka kecepatan hidrolisis protopektin semakin meningkat sehingga kadar abu juga
akan semakin tinggi. Namun pada temperatur 70oC dan 80°C kadar abu terjadi
penurunan. Perlakuan dengan asam mengakibatkan terhidrolisisnya pektin dari
ikatan kalsium dan magnesiumnya. Peningkatan reaksi hidrolisis protopektin akan
mengakibatkan bertambahnya komponen Ca dan Mg dalam larutan ekstrak.
Dengan demikian, semakin banyaknya mineral berupa kalsium dan magnesium
akan semakin banyak kadar abu pektin tersebut (Hanum, 2012).
Kadar abu adalah salah satu parameter mutu pektin yang dihasilkan.
Semakin rendah kadar abu, maka mutu pektin semakin meningkat. Pada penelitian
ini, untuk kadar abu yang dihasilkan sudah mencapai standar pektin yang diijinkan
untuk dikonsumsi. Kadar abu pektin dipengaruhi oleh residu bahan anorganik yang
terdapat pada bahan baku, metode ekstraksi dan isolasi pektin (Fitria, 2013). Hal ini
disebabkan juga oleh kemampuan asam untuk melarutkan mineral alami dari bahan
yang diekstrak yang semakin meningkat dengan meningkatnya konsentrasi asam,
suhu, dan waktu reaksi. Mineral yang terlarut akan ikut mengendap bercampur
dengan pektin pada saat pengendapan dengan alkohol (Fitria, 2013).
4.2.4. Pengaruh Temperatur dan Waktu Ekstraksi Terhadap Berat Ekivalen Pektin
Pelarut Asam Asetat
4000
3500
3000
2500
BE (gram)
2000 T 70
1500 T 80
1000 T 90
500
0
60 90 120
Waktu Ekstraksi (Menit)
Gambar 4.7. Pengaruh Temperatur dan Waktu Ekstraksi Terhadap Berat Ekivalen Pektin
Pelarut Asam Klorida
3000
2500
2000
BE (gram)
1500 T 70
T 80
1000
T 90
500
0
60 90 120
Waktu Ekstraksi (Menit)
Gambar 4.8. Pengaruh Temperatur dan Waktu Ekstraksi Terhadap Berat Ekivalen Pektin
Pelarut Asam Asetat
10
8
Metoksil (%)
6 T 70
T 80
4
T 90
2
0
60 90 120
Waktu Ekstraksi (Menit)
Gambar 4.9. Pengaruh Temperatur dan Waktu Ekstraksi Terhadap Kadar Metoksil
Pektin Pelarut Asam Klorida
25
20
Metoksil (%)
15
T 70
10 T 80
T 90
5
0
60 90 120
Waktu Ekstraksi (Menit)
Gambar 4.10. Pengaruh Temperatur dan Waktu Ekstraksi Terhadap Kadar Metoksil
Pektin Pelarut Asam Asetat
Pada gambar 4.9 terlihat kadar metoksil dari pektin kulit buah pisang stabil
dengan metoksil mengarah ke kadar metoksil tinggi. Tingginya suhu dan lamanya
waktu ekstraksi dapat menyebabkan degradasi gugus metil ester pada pektin
menjadi asam karboksilat oleh adanya asam. Ikatan gugus metil ester dari pektin
cenderung terhidrolisis menghasilkan asam galakturonat. Apabila ekstraksi
dilakukan terlalu lama maka pektin akan berubah menjadi asam pektat yang asam
galakturonatnya bebas dari gugus metil ester. Jumlah metil ester menunjukkan
jumlah karboksil yang tidak teresterifikasi sehingga kualitas pektin yang dihasilkan
akan tinggi.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1) Semakin asam jenis pelarut yang digunakan maka persen yield dan
karakterisasi yang dihasilkan semakin tinggi
2) Semakin tinggi temperatur maka persen yield dan karakterisasi yang
dihasilkan semakin tinggi, tetapi persen yield akan menurun pada saat
melewati suhu optimum.
3) Semakin lama waktu ekstraksi maka persen yield dan karakterisasi yang
dihasilkan semakin tinggi, tetapi persen yield akan menurun pada saat
melewati waktu optimum.
4) Didapatkan suhu dan lama waktu ekstraksi optimum yaitu pada 80ºC dan 90
menit
5.2. Saran
1) Perlu dilakukan analisa kandungan pektin pada bahan baku sebelum
ekstraksi pektin.
2) Perlu dilakukan analisa kadar air bahan baku sebelum ekstraksi pektin.
3) Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk menghasilkan pektin metoksil
rendah dari pektin metoksil tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Cruess, W. 1958. Commercial Fruit and Vegetable Products. USA: McGraw Hill
Book Company, Inc.
Fellows, P. 2002. Food Processing Technology Second Edition. London :
Woodhead Publishing Limited.
Fitria, V. 2013. Karakterisasi Pektin Hasil Ekstraksi Dari Limbah Kulit Pisang
Kepok (Musa Balbisiana Abb). Skripsi S1: UIN Syarif Hidayatullah
Guichard, E. S., A, Torty dan Loo, S. V.,. 1991. Pektin concentrat ion, molekular
weight and degree of esterification. Influence on volatile composition and
sensory caracteristic of strawberry jam. Journal Food Science. Vol 2(5) : 56
: 62
Hariyati, M. N. 2006. Ekstraksi Dan Karakterisasi Pektin Dari Limbah Proses
Pengolahan Jeruk Pontianak (Citrus Nobilis Var Microcarpa). Skripsi. S1 :
Institut Pertanian Bogor
Hui, Y. H. 1992. Encyclopedia of Food Science and Technology. USA: John Willy
and Sons, Inc.
International Pectin Producers Association. 2003. Pectin Commercial Production.
(Online). http://www.ippa.info/commercial_production_of_pectin.html.
(Diakses pada tanggal 21 januari 2019)
Kertesz, Z. I., 1951 The Pectic Substances. New York : Interscience.
Kirk, R.E., dan Othmer, D.F., 1967. Encyclopedia of Chemical Technology. New
York : John Wiley and Sons, Inc.,
Meyer, L, H. 1960. Food Chemistry. Japan : Reinhold Publishing Corporation.
Nainggolan, R. J. 1994, Pengaruh pH dan Lama Ekstraksi terhadap Rendemen dan
Mutu Pektin dari Kulit Pisang. Lab. Teknologi Hasil Pertanian USU :
Medan.
Pardede., Atmajaya, L., dan Juwono, H. 2013. Ekstraksi dan Karakterisasi Pektin
dari Kulit Kemiri (Alleurites mollucana Willd). Jurnal Media Sains. Vol. 5
(1) : 2085-3548.
Perina, I., Nego, A., Mukhtar, G., dan Endang, 2007. Ekstraksi Pektin dari Berbagai
Macam Kulit Jeruk. Jurnal Widya Teknik. Vol. 6 (1) : 1-10.
Ranganna, S. 2000. Hanbook of Analysis and Quality Control for Fruit and
Vegetable Products. New Delhi: Tata McGraw-Hill Publishing.
Susanti. 2006. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT. Gramedia.
Suyitno. 1989. Rekayasa Pangan. PAU Pangan dan Gizi. Yogyakarta: UGM Press.
Tang, P. Sam,. S., dan Richard, 2011. Optimization of Pectin Extraction from Peel
of Dragon Fruit (Hylocereus polyrhizus). Asian Journal of Biological
Sciences. Vol. 4 (2) : 189-195.
Tarigan, M. Kaban, I. M. dan Hanum, F. 2012. Ekstraksi Pektin dari Kulit Pisang
Kepok (Musa Paradisiaca). Jurnal Teknik Kimia USU. Medan : Universitas
Sumatra Utara.
Towle, G.A. dan Christensen, O.. 1973. Pectin in Industrial Gums, Polysaccharides
& Their Derivatives edited by R.L. Whistler. New York. : Academic Press.
Triandini, M., Riza., P., dan Kania., S, 2014. Pengambilan Pektin Dari Albedo
Semangka Dengan Proses Ekstraksi Asam. Konversi. Jurnal Teknik Kimia.
Vol 3 (1) : 24-32.
Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta,: PT Gramedia Pustaka
Utama.