II. Tujuan : setelah selesai praktikum ini, mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan
penggolongan darah manusia.
Darah merupakan suatu suspensi sel dan fragmen sitoplasma dalam cairan ynag disebut
plasma. Darah termasuk jaringan pengikat dalam arti luas. Hal ini disebabkan karena pada
dasarnya terdiri dari unsur sel-sel dan substansi seluler yang disebut plasma (Tim Penyusun Buku
Ajar Biologi Undip, 2004: 29).
Darah merupakan suatu jaringan bersifat cair. Darah terdiri dari sel-sel (dan fragmen-
fragmen sel) yang terdapat secara bebas dalam medium yang bersifat seperti air, ialah plasma.
Sel-sel dan fragmen-fragmen sel merupakan unsur-unsur darah yang disebut unsur “jadi”. Ada 3
tipe unsur “jadi” ialah : sel-sel darah merah (eritrosit), sel-sel darah putih (leukosit) dan keping-
keping darah (trombosit), (Kimball, 1991: 515).
Bila suatu tetes darah segar diperiksa dibawah mikroskop, terlihat sel-sel darah merah
sebagai lempengan bikonkaf dengan diameter hampir 8μm. Dalam keadaan segar, mereka tampak
berwarna lebih kehijau-hijauan daripada merah. Lekuk pada bagia pusat tiap sel darah merah
menimbilkan bintik terang yang pada penglihatan pertama dapat disalah tafsirkan sebagai nukleus
(Gerrit, 1998: 97).
a) berukuran 7,5-7,7 μm
b) bentuknya bikonkaf
c) tidak berinti
Pembentukan sel darah merah terjadi pada endotelium sumsum tulang. Sel darah merah
berfungsi mentranspor oksigen dan bersifat tetap di dalam pembuluh darah.
Ciri-cirinya:
a) berukuran 10-12 μm
Sel darah putih dibuat di sumsum tulang merah, limpa, kelenjar limpa, dan jaringan retikulo-
indotel. Leukosit mempunyai fungsi utama untuk melawan kuman yang masuk kedalam tubuh,
yaitu dengan cara memakannya yang disebut fagositosis. Jumlah leukosit dapat naik turun
tergantung dari ada tidaknya infeksi kuman-kuman tertentu. Leukosit dapat dibedakan menjadi
dua kelompok, yaitu granulosit bila plasmanya bergranuler dan agranulosit bila plasmanya tidak
bergranuler.
1) Monosit: selnya berinti satu, besar berbentuk bulat panjang, bisa bergerak cepat, dan
bersifat fagosit
2) Limfosit: berinti satu, selnya tidak dapat bergerak bebas, ukurannya ada yang sebesar
eritrosit. Sel ini berperan besar dalam pembentukan zat kebal (antibodi).
3. Plasma Darah
Plasma darah terdiri dari air yang didalamnya terlarut berbagai macam zat, baik zat
organik maupun zat anorganik dan zat yang berguna maupun zat sisa yang tidak berguna
sehingga jumlahnya lebih kurang 7-10%. Zat yang terlarut dalam plasma darah dapat
dikelompokkan menjadi beberapa macam, yaitu:
a) zat makanan dan mineral, seperti glukosa, asam amino, asam lemak, kolesterol, serta
garam-garam mineral
3) globulin, untuk membentuk gemaglobulin, yaitu komponen zat kebal yang sangat
penting.
4) zat-zat metabolisme, seperti urea, asam urat, dan zat-zat sisa lainnya.
5) gas-gas pernapasan yang larut dalam plasma, seperti O2, CO2, dan N2.
Penggolongan Darah
Golongan darah pada manusia ada tiga macam, yaitu system ABO, system MN, dan system (rh).
1. Sistem ABO
Penggolongan darah mulai dikenal ketika Karl Landsteiner (1900), seorang ahli patologi
berkebangsaan Austria berhasil menemukan penyebab terjadinya penggumpalan darah. Ia
menyatakan bahwa penggumpalan darah disebabkan oleh dua tipe molekul yang disebut
aglutinogen dan aglutinin. Dalam penelitiannya ditemukan bahwa satu jenis aglutinin tertentu
dapat menyebabkan eritrosit menggumpal jika eritrosit tersebut mengandung aglutinogen
tertentu. Aglutinogen atau antigen adalah protein darah yang terdapat di dalam eritrosit,
sedangkan aglutinin adalah protein darah yang terdapat di dalam serum (plasma) darah. (Sudjadi,
2005 : 90)
Kita mengenal ada 4 macam golongan darah, yaitu A, B, AB, dan O. Dalam sistem golongan
darah terdapat dua macam zat sel darah yakni A dan B, serta dua macam plasma yaitu anti A dan
anti B. Berikut kombinasai yang mungkin terjadi :
a) Individu dengan A pada sel darah merahnya, memiliki anti B pada plasmanya.
b) Individu dengan B pada sel darah merahnya, memiliki anti A pada plasmanya.
c) Individu dengan A dan B pada sel darah merahnya, tidak memiliki anti A maupun anti B
pada plasmanya.
d) Individu dengan A dan B pada sel darah merahnya, memiliki anti A maupun anti B pada
plasmanya (Tim Dosen Pembina, 2014: 19).
2. Faktor Rhesus
Pertama kali di temukan pada jenis kera oleh Landsteiner dan Wiener. Orang yang
memiliki antigen rhesus dinamakan rhesus positif (Rh+), sedang yang tidak dinamakan rhesus
negative (Rh-). System ini dikendalikan oleh gen dengan alel Rh dan rh. Alel Rh bersifat
dominan terhadap alel rh. (Joko, 2010 : 174)
Kecocokan faktor rhesus sangat penting karena ketidakcocokan golongan misalnya donor
dengan Rh+ sedangkan resipiennya Rh- dapat menyebabkan produksi antibodi terhadap (Rh) O
yang menghasilkan hemolysis. Hal ini terjadi pada wanita dibawah umur melahirkan karena
faktor Rh dapat mempengaruhi janin pada saat kehamilan. (Sudjadi, 2005)
3. System MN
Pada tahun 1972, K. Landsteiner dan P. Levine telah menemukan golongan darah system
MN, akibat ditemukannya antigen M dan antigen N pada sel darah merah manusia. System ini
digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Golongan M, mengandung antigen M
2. Golongan N, mengandung antigen N
3. Golongan MN, mengandung antigen M dan antigen N (Joko, 2010 :174)
Penentuan jenis golongan darah pada sistem MN juga berdasarkan pada ada tidaknya aglutinogen
pada sel darah merah, tetapi tidak dikenal adanya aglutinin. Jumlah alel yang menentukan
golongan darah seseorang hanya ada 2, yaitu IM dan IN. Kedua alel tersebut bersifat kodominan.
Tranfusi Darah
Transfusi darah adalah suatu proses pemberian darah seseorang kepada orang lain. Dalam
hal ini, orang yang bertindak sebaga pemberi disebut donor, sedangkan penerima disebut
resipien. Aglutinogen bersifat seperti antigen, sedang aglutinin bersifat sebagai zat anti (anti
body). Aglutinin Alfa menggumpalkan sel darah yang mengandung aglutinogen A, dan aglutinin
beta menggumpal sel darah yang mengandung aglutinogen B.
1. Golongan darah A tidak dapat memberikan darah pada golongan darah B, dan sebaliknya.
Sebab biasa terjadi aglutinasi.
2. Golongan darah O hanya dapat menerima darah O saja, tetapi dapat memberikan kepada
semua golongan (Donor Universal).
3. Golongan darah AB hanya dapat memberikan darahnya kepada golongan darah AB saja,
tetapi dapat menerima dari semua golongan (Resipien Universal). (Joko, 2010 : 173)
4.1.1 Alat
b. Spidol e. Pinset
c. Lanset/jarum steril
4.1.2 Bahan
c. Kapas
4. 2 Cara Kerja
Nama Golongan
No. Anti A Anti B
Probandus Darah
1. Fiqih AB
2. Rahmawati A
3. Titin B
4. Asura O
5. Firman O
6. Rosita A
7. Sindy O
Terjadi Penggumpalan
VI. Pembahasan
Dalam percobaan ini, dilibatkan total 7 orang probandus. Dengan rincian sebagai berikut :
1. Seorang probandus yang telah mengetahui bahwa golongan darahnya AB yakni Fiqih.
3. Seorang probandus yang telah mengetahui bahwa golongan darahnya B yakni Titin.
4. Seorang probandus yang telah mengetahui bahwa golongan darahnya O yakni Asura.
5. Dan 3 orang probandus yang belum mengetahui golongan darahnya yakni Firman, Rocita,
dan Sindy.
Uji darah ini, melibatkan serum A dan B yang berfungsi untuk mengetahuia apakah darah
akan menggumpal atau tidak ketika bertemu dengan anti serum A dan anti serum B, atau dapat
pula dikatakan untuk mencari aglutinogen. Serum-serum ini, memiliki kandungan yang identik
dengan aglutinin sehingga serum tersebut dapa menggumpalkan darah apabila bercampur dengan
aglutinogen yang sesuai. Serum adalah bagian dari plasma darah yang mengandung antibodi
untuk menghadapi berbagai macam penyakit, sehingga apabila bertemu dengan benda asing,
serum inlah yang bertugas memberikan pertahanan tubuh. Hal inilah yang mengakibatkan
penggumpalan darah saat darah ditetesi oleh serum A maupun serum B.
1. Terjadi penggumpalan pada darah Fiqih baik saat ditetesi oleh serum A dan serum B.
Hal ini menunjukkan bahwa Fiqih memiliki golongan darah AB.
2. Terjadi penggumpalan pada darah Rahmawati saat ditetesi oleh serum A namun tidak
pada bagian yang ditetesi serum B. Hal ini menunjukkan bahwa Rahmawati memiliki
golongan darah A. Demikian pula yang terjadi pada Rosita
3. Terjadi penggumpalan pada darah Titin saat ditetesi oleh serum B namun tidak pada
bagian yang ditetesi serum A. Hal ini menunjukkan bahwa Titin memiliki golongan
darah B.
4. Sedangkan pada Asura, Firman, dan Sindy tidak terjadi penggumpalan darah saat
ditetesi oleh serum A maupun B. Sehingga dapat disimpulkan bahwa mereka
bergologan darah O.
Namun, pada percobaan ini, ada bebrapa probandus yang darahnya tidak mengalami
penggumpalan, padahal ia telah mengetahui golongan darahnya sehingga dalam percobaan ini
data yag didapat mungkin kurang valid. Hal ini dapat di karenakan adanya masalah pada serum
yang digunakan.
VII. Kesimpulan
Golongan darah pada manusia ada empat, yaitu golongan darah A, B, AB dan O. Individu
dikatakan bergolongan darah A jika terjadi penggumpalan darah setelah ditetesi dengan serum A,
golongan darah A mempunyai antigen A dalam sel darah merah dan mempunyai Anti B pada
plasma darah. Individu dikatakan bergolongan darah B jika terjadi penggumpalan darah setelah
ditetesi dengan serum B, golongan darah B mempunyai antigen B dalam sel darah merah dan
Anti A pada plasma darah. Individu dikatakan bergolongan darah AB jika terjadi penggumpalan
darah pada keduanya setelah ditetesi dengan serum A dan serum B, golongan darah AB
mempunyai antigen A dan B dalam sel darah merah namun tidak mempunyai antibodi dalam
plasma darah. Sedangkan individu dikatakan bergolongan darah O jika tidak terjadi
penggumpalan darah pada keduanya setelah ditetesi dengan serum A dan serum B, golongan
darah O mempunyai antibodi Anti A dan antibodi Anti B pada plasma darah namun tidak
mempunyai antigen dalam sel darah merah.
Daftar Pustaka
Tim Dosen Pembina. 2014. Petunjuk Praktikum Biologi Dasar. Jember : Jember
University Press.
Tim Penyusun. 2007. Bahan Ajar Biologi. Semarang : Diponegoro University Press
(Diakses Pada 29 September 2014).
Waluyo, Joko. 2010. Biologi Umum. Jember:Jember University Press