Anda di halaman 1dari 6

Nama : Feby Ariani Syabila

NIM : 2003506
Prodi : Kimia

1. Kegiatan yang terdapat perubahan kimia dan fisika


A. Perubahan kimia
1. Respirasi Aerob
Respirasi aerob adalah proses penguraian senyawa organik menggunakan
oksigen bebas. Respirasi ini berlangsung di dalam organel sel yang disebut
mitokondria.
a. Reaksi Kimia
C6H12O6 + 6O2 –> 6CO2 + 6H2O + Energi (38 ATP)
Energi ini didapat melalui beberapa tahapan yaitu :
a. Glikolisis
b. Dekarboksilasi Oksidatif
c. Siklus Krebs
d. Transpor Elektron
C6H12O6 merupakan glukosa. Glukosa pada respirasi aerob ini dapat
berupa makanan yang dicerna oleh manusia seperti roti, nasi, pasta, kentang,
yogurt, dan susu. Satu molekul glukosa disini bereksi dengan 6 molekul
oksigen sehingga menghasilkan 6 molekul karbondioksida, 6 molekul air, dan
38 ATP.
Reaksi ini dapat terjadi saat kita makan makanan berkarbohidrat bereaksi
dengan oksigen yang kita hirup.
2. Perkaratan Pada Besi
Besi memiliki warna alaminya abu-abu, namun jika dibiarkan terbuka terlalu
lama warna besi tersebut akan berubah menjadi kuning kecoklatan. Besi tersebut
mengalami korosi. Korosi adalah perubahan logam secara fisika maupun kimia
akibat hilangnya fungsi mekanis logam tersebut. Logam seperti besi bisa
mengalami korosi jika bersentuhan dengan senyawa asam, air, dan mengalami
perubahan suhu dalam jangka waktu yang cukup lama dan secara terus menerus.
a. Reaksi Kimia
Proses terjadinya korosi merupakan proses elektrokimia. Elektrokimia
adalah proses terjadinya reaksi redoks (reduksi oksidasi) secara spontan.
Contohnya, korosi pada besi akan membentuk oksida besi. Besi akan
teroksidasi oleh oksigen dari udara dan akan membentuk korosi. Persamaan
reaksi yang berlangsung adalah sebagai berikut.

b. Faktor Penyebab Korosi


1. Air dan Kelembapan Udara
2. Elektrolit
3. Pembentukan logam yang tidak rata
4. Terbentuknya sel elektrokimia

B. Perubahan Fisika
1. Membuat Es Susu Sapi
a. Sifat Fisik Susu Sapi
 Warna Air Susu
Warna air susu dapat berubah dari satu warna ke warna yang lain,
tergantung dari bangsa ternak, jenis pakan, jumlah lemak, bahan padat dan
bahan pembentuk warna. Warna air susu berkisar dari putih kebiruan
hingga kuning keemasan. Warna putih dari susu merupakan hasil dispersi
dari refleksi cahaya oleh globula lemak dan partikel koloid dari casein dan
calsium phosphat. Warna kuning adalah karena lemak dan caroten yang
dapat larut. Bila lemak diambil dari susu maka susu akan menunjukkan
warna kebiruan.
 Bau Air Susu
Air susu yang normal mempunyai rasa agak manis dan spesifik serta
memiliki bau yang khas badan sapi. Rasa sedikit manis pada susu
disebabkan oleh laktosa dan kadar Cl yang rendah. Apabila terasa kecut,
pahit, asin dan sebagainya mungkin disebabkan karena penanganan setelah
diperah tidak baik dan susu sudah mulai rusak, rasa yang hambar berarti
air susu banyak dicampur air biasa (Girisonta, 1995).
Air susu yang baru mudah menyerap bau disekitarnya dalam hal ini
yang mudah menyerap bau adalah butiran lemak Bau yang asam
menunjukkan bahwa air susu sudah lama disimpan atau basi. Air susu
yang berbau busuk menunjukkan bahwa air susu sudah rusak sama sekali
dan tidak layak untuk di konsumsi (Girisonta, 1995). Bau air susu mudah
berubah dari bau yang sedap menjadi bau yang tidak sedap. Bau ini
dipengaruhi oleh sifat lemak air susu yang mudah menyerap bau
disekitarnya. Demikian juga bahan pakan ternak sapi dapat merubah bau
air susu.
 Berat Jenis Air Susu
Air susu mempunyai berat jenis yang lebih besar daripada air. BJ air
susu = 1.027-1.035 dengan rata-rata 1.031. Akan tetapi menurut codex
susu, BJ air susu adalah 1.028. Codex susu adalah suatu daftar satuan yang
harus dipenuhi air susu sebagai bahan makanan. Daftar ini telah disepakati
para ahli gizi dan kesehatan sedunia, walaupun disetiap negara atau daerah
mempunyai ketentuan-ketentuan tersendiri. Berat jenis harus ditetapkan 3
jam setelah air susu diperah. Penetapan lebih awal akan menunjukkan hasil
BJ yang lebih kecil. Hal ini disebabkan oleh perubahan kondisi lemak dan
adanya gas yang timbul didalam air susu
 Kekentalan Air Susu
Seperti berat jenis, maka viskositas air susu lebih tinggi daripada air.
Viskositas air susu biasanya berkisar 1,5 – 2,0 cP. Pada suhu 20°C
viskositas whey 1,2 cP, viskositas susu skim 1,5 cP dan susu segar 2,0 cP.
Bahan padat dan lemak air susu mempengaruhi viskositas. Temperatur ikut
juga menentukan viskositas air susu. Sifat ini sangat menguntungkan
dalam pembuatan mentega.

 Titik beku dan titik didih dari air susu


Pada codex air susu dicantumkan bahwa titik beku air susu adalah –
0.5000 C. Akan tetapi untuk Indonesia telah berubah menjadi –0.5200 C.
Titik beku air adalah 00 C. Apabila terdapat pemalsuan air susu dengan
penambahan air, maka dengan mudah dapat dilakukan pengujian dengan
uji penentuan titik beku. Karena campuran air susu dengan air akan
memperlihatkan titik beku yang lebih besar dari air dan lebih kecil dari air
susu. Titik didih air adalah 100°C dan air susu 100,16°C. Titik didih juga
akan mengalami perubahan pada pemalsuan air susu dengan air.
b. Reaksi Fisika
Untuk menurunkan suhu menjadi –0.5200 C maka air susu harus
melepaskan kalor/energi dari sistem ke lingkungan. Seperti yang kita tahu
bahwa ketika suatu materi melepaskan kalor dalam perubahan reaksinya maka
reaksi perubahan tersebut disebut dengan reaksi eksoterm. Reaksi eksoterm,
perubahan entalpi yang terjadi bernilai negatif.
Laktosa ada di dalam kandungan susu sehingga susu memiliki rumus
kimia C12H22O11.
2. Pelarutan Gula
a. Sifat Fisik Air
 Rumus Molekul : H2O
 Massa Molar : 18.02 g/mol
 Volume Molar : 55,5 mol/ L
 Titik Leleh : 0º C (273.15 K) (32 ºF)
 Titik Didih : 100º C (373.15 K) (212ºF)
 Titik Beku : 0º C pada 1 atm
 Titik Triple : 273,16 K pada 4,6 torr

 Kalor jenis : 4186 J/(kg·K)


b. Sifat Fisik Gula (Sukrosa)
 Rumus Molekul : C12H220n

 Titik Beku - Lebur : 190-192°C

 Kelarutan dalam air : 1970 g/L (15°C)

 Berat molekul : 342,29 g/mol

c. Faktor Terjadinya Pelarutan Gula dengan Air


 Suhu
Pemanasan pelarut dapat mempercepat larutnya zat terlarut. Pelarut
dengan suhu yang lebih tinggi akan lebih cepat melarutkan zat terlarut
dibandingkan pelarut dengan suhu lebih rendah. Ketika pemanasan
dilakukan, partikel pada suhu tinggi bergerak lebih cepat dibandingkan
pada suhu rendah. Akibatnya, kontak antara zat terlarut dengan zat pelarut
menjadi lebih efektif. Hal ini menyebabkan zat terlarut menjadi lebih
mudah larut pada suhu tinggi. Kebanyakan benda padat sulit larut bila
suhu pelarutnya rendah. Sebaliknya, benda padat lebih mudah larut bila
suhu pelarutnya tinggi. Sifat ini membantu kita ketika membuat minuman.
Bila ingin membuat minuman dingin, kita harus melarutkan gula pasir
terlebih dahulu kedalam air panas, baru kemudian ditambahkan air dingin.
 Ukuran zat terlarut
Zat terlarut dengan ukuran kecil (serbuk) lebih mudah melarut
dibandingkan dengan zat terlarut yang berukuran besar. Pada zat terlarut
berbentuk serbuk, permukaan sentuh antara zat terlarut dengan pelarut
semakin banyak. Akibatnya, zat terlarut berbentuk serbuk lebih cepat larut
daripada zat telarut berukuran besar.
 Volume pelarut
Voleme pelarut yang besar akan lebih mudah melarutkan zat
terlarut.PengadukanPengadukan menyebabkan partikel-partikel antara zat
terlarut dengan pelarut akan semakin sering untuk bertabrakan. Hal ini
menyebabkan proses pelarutan menjadi semakin cepat.
d. Proses terjadinya kelarutan
Larutan adalah jumlah zat yang dapat larut dalam sejumlah pelarut
sampai membentuk larutan jenuh. Apabila suatu larutan suhunya di ubah,
maka hasil kelarutannya akan berubah. Larutan ada yang jenuh, tidak jenuh
dan lewat jenuh. Larutan dikatakan jenuh pada temperatur tertentu, bila larutan
tidak dapat melarutkan lebih banyak zat terlarut. Bila jumlah zat terlarut
kurang dari larutan jenuh di sebut larutan tidak jenuh. Dan bila jumlah zat
terlarut lebih dari larutan jenuh maka di sebut larutan lebih jenuh.

2. Selain satuan SI, satuan apalagi yang umumnya digunakan dalam industri kimia?
Karena luasnya yang harus ditangani dalam bidang Kimia Industri, kemudian
beberapa guru besar dibidang Teknik Kimia dari Massachusetts Institute of Technology
yang bekerja dibidang Industri pada tahun 1910 mengelompokan bidang ini menjadi dua
bagian besar, yaitu “Satuan-Proses” (Unit Process) dan “Satuan-Operasi” (Unit
Operation), (Shreve, 1967). Permasalahan yang berhubungan dengan perubahan-
perubahan yang bersifat fisika dalam Industri Kimia dikatagorikan dalam “Satuan-
Operasi”, sedangkan perubahan yang bersifat kimia dimasukkan dalam kelompok
“Satuan-Proses”.
Sumber :
https://www.quipper.com/id/blog/mapel/biologi/respirasi-aerob-biologi-kelas-12/
https://www.kelaspintar.id/blog/tips-pintar/mengenal-pengertian-serta-tahapan-dari-respirasi-
aerob-4618/
https://www.quipper.com/id/blog/mapel/kimia/korosi-kimia-kelas-12-pengertian-faktor-
faktor-dan-pencegahan/
https://www.ilmuternak.com/2014/09/sifat-fisik-fungsi-dan-implementasi-
susu.html#:~:text=Sifat%20fisik%20susu%20meliputi%20warna,beku%2C%20panas
%20jenis%20dan%20kekentalannya.
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._KIMIA/196802161994022-
SOJA_SITI_FATIMAH/Kuliah_Kimia_terapan_pada_jurusan_agro_industri/kIMIA_AIR-
1/SIFAT_FISIKA%2C_KIMIA_AIR%2C_SIKLUS_HIDROLOGI
%2C_DAN_SUMBER_AIR_DI.pdf
http://repository.wima.ac.id/573/10/Lampiran.pdf
https://aina1327.blogspot.com/2019/02/laporan-kimia-larutan-gula.html
https://brainly.co.id/tugas/22181644
http://ashadisasongko.staff.ipb.ac.id/files/2012/02/Kimia-Industri-1.pdf

Anda mungkin juga menyukai