Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM KI203

PRAKTIKUM KIMIA DASAR

IDENTIFIKASI ZAT BERDASARKAN SIFATNYA


Tanggal: 10 Februari 2021
Dosen Pengampu:
Dr. Galuh Yuliani, M.Si, Ph.D
Vidia Afina Nuraini, S.Si, M.Sc

Nama: Feby Ariani Syabila


NIM: 2003506

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2021
1. Tujuan

Mengenal prosedur identifikasi zat berdasarkan sifat fisika dan kimia.

2. Dasar Teori

Sifat zat adalah karakteristik dari suatu zat yang memungkinkan kita untuk

mengidentifikasi dan membedakannya dari zat lain. Identifikasi langsung suatu zat

dapat dilakukan dengan mengamati wujud, warna, ukuran, bentuk, tekstur, dan

bau. Sifat fisik suatu zat umumnya dapat diamati tanpa harus mengubah

komposisi zat. Apabila pengamatan langsung seperti wujud, warna dan lainnya

tidak cukup digunakan untuk identifikasi secara tepat, maka sifat fisik lainnya

seperti titik leleh, titik didih, kelarutan, densitas, viskositas, dan indeks refraktif

dapat digunakan sebagai data tambahan. (Yuliani & Siti, 2012)

Kelarutan merupakan keadaan suatu senyawa baik padat, cair, ataupun gas

yang terlarut dalam padatan, cairan, atau gas yang akan membentuk larutan

homogen. Kelarutan tersebut bergantung pada pelarut yang digunakan serta suhu

dan tekanan (Lachman, 1986).

Massa jenis merupakan pengukuran massa persatuan volume. Cara mengukur

massa jenis pada umumnya dengan menimbang berat zat cair tersebut dan

membaginya dengan volume zat cair yang terukur, maka dengan cara ini

pengukuran tidak efisien karena harus mengukur terlebih dahulu massa zat dan

volume zat yang akan diukur. (Prawira & Rouf, 2018)

Titik didih suatu zat adalah suhu yang tekanan uap jenuhnya sama dengan

tekanan di atas permukaan zat cair. Titik Didih suatu zat cair dipengaruhi oleh

tekanan udara, artinya semakin besar tekanan udara maka semakin besar pula titik

didih zat cair tersebut. (Firmansyah, 2018) Pada saat tekanan atmosfer tinggi,

cairan tersebut akan mendidih pada suhu yang tinggi, begitu juga sebaliknya.
Meskipun suatu cairan mendidih pada suhu yang berbeda tergantung dari tekanan

atmosfernya, terdapat suatu titik didih acuan yang sering digunakan. Titik didih

acuan adalah suhu dimana suatu cairan mendidih pada tekanan 760 mmHg.

(Yuliani & Siti, 2012).

Selain sifat-sifat di atas, warna nyala yang dihasilkan saat suatu zat saat

dibakar dapat pula digunakan untuk mengidentifikasi zat tersebut. Setiap atom,

jika diberi energi akan mengalami perubahan kedudukan elektron (mengalami

eksitasi elektron) dan elektron tersebut akan memancarkan energi radiasi

elektromagnetik saat kembali ke tingkat dasar (keadaan stabil). Pada percobaan

ini, uji nyala akan dilakukan terhadap garam-garam dari kelompok alkali dan

alkali tanah. (Yuliani & Siti, 2012)

3. Alat dan Bahan

a. Alat

 Neraca analitik

 Gelas ukur 10 mL

 Pipet gondok 10 mL

 Gelas kimia 50 mL (2 buah)

 Pembakar Bunsen/Pemanas

 Kassa pembakar

 Tabung reaksi (6)

 Rak tabung

 Ring besi dan Statif

 Kawat nikrom

 Plat tetes
b. Bahan

 Heksana (13 mL)

 Kloroform (13 mL)

 Metanol (13 mL)

 Etil alkohol (13 mL)

 Sikloheksana (20 mL)

 Kristal garam untuk uji nyala (KCl, LiNO3, NaCl, BaCl2, Sr(NO3)2,

CaCl2, dan CuSO4.

 HCl pekat

 Air

4. Sifat Fisik dan Kimia Bahan

No Nama Bahan Sifat Penanganan


 Tidak berwarna  Jauhkan dari
 Bau tidak enak panas/percikan/api
 Sangat mudah terbuka /permukaan
terbakar yang panas. - Dilarang
 Kelarutan dalam air merokok.
1 Heksana
13 mg/L at 20 °C  Tanam /Bond wadah
 Titik lebur -95oC dan peralatan
 Titik didih 69oC penerima.
 Densitas 0,6603  Hindarkan pelepasan
g/mL pada 20oC ke lingkungan.
 Tidak berwarna
 Beracun
 Berfasa cair  Hindari dari sistem
 Tidak mudah pernapasan, kontak
terbakar kulit dan mata.
2 Kloroform  Kelarutan dalam air  Perlu wadah tertutup
0,809 g/100 mL (20 rapat, disimpan di
°C) tempat yang sejuk dan
 Titik lebur -63,5oC kering.
 Titik didih 61,2oC
 Berat jenis 1,48g/cm3
3 Metanol  Tidak berwarna  Jauhkan dari
 Beracun panas/percikan/api
terbuka /permukaan
 Berfasa cair yang panas. - Dilarang
 Mudah terbakar merokok.
 Kelarutan dalam air  Hindari dari sistem
semuanya larut pernapasan, kontak
 Titik lebur -97oC kulit dan mata.
 Titik didih 64,7oC  Perlu wadah tertutup
 Berat jenis 0,79 rapat, disimpan di
g/cm3 tempat yang sejuk dan
kering.
 Tidak berwarna
 Volatil  Jauhkan dari panas,
permukaan panas,
 Dapat bercampur
percikan, api terbuka
dengan air
dan sumber penyulut
4 Etil Alkohol  Mudah terbakar
lainnya. Dilarang
 Titik lebur – merokok
114,14oC
 Jaga agar kemasan
 Titik didih 78,4oC tertutup dengan aman
 Massa jenis 0,8 g/cm3
 Berfase cair  Jauhkan dari panas/
 Mudah terbakar percikan api/ lidah api/
 Amat mudah permukaan-
menyala permukaan yang panas
 Tidak dapat larut  Jauhkan sama sekali
5 Sikloheksana
dalam air dari kemungkinan
 Iritan kontak dengan air,
 Titik didih 80,7oC karena reaksi ganas
 Densitas 0,773g/ml dan kemungkinan
pada suhu 25oC timbul api tiba-tiba.
 Berfasa padat
 Tidak berbau
 Berwarna putih  Jangan membuang ke
 Larut dalam gliserol saluran pembuangan
Kristal Garam
6  Tidak mudah  Simpan di tempat
KCl
terbakar yang tertutup dan
 Titik lebur 770oC kering
 Titik didih 1420oC
 Densitas 1,984 g/cm3
 Berfasa padat
 Berwarna putih
hingga kuning muda  Jangan membuang ke
 Larut dalam alcohol saluran pembuangan
Kristal Garam
7  Tidak mudah  Simpan di tempat
LiNO3
terbakar yang tertutup dan
 Titik lebur 255oC kering
 Titik didih 600oC
 Densitas 2,38 g/cm3
 Berfasa padat
 Kristal tidak
berwarna
 Simpan di tempat
Kristal Garam  Tidak berbau
8 yang tertutup dan
NaCl  Larut dalam air
kering
 Titik lebur 800,7oC
 Titik didih 1465oC
 Densitas 2,17 g/cm3
 Hindari terhirup,
 Berfasa padat tertelan.
 Berwarna putih  Hindari kontak dengan
 Larut dalam alcohol bahan
Kristal Garam
9  Beracun  Jangan membuang ke
BaCl2
 Titik lebur 962oC saluran pembuangan
 Titik didih 1560oC  Simpan di tempat
 Densitas 3,856 g/cm3 yang tertutup dan
kering
 Berfasa padat
 Berwarna putih  Hindari terhirup,
tertelan.
 Agak larut dalam
alcohol  Hindari kontak dengan
bahan
Kristal Garam  Tidak mudah
10  Jangan membuang ke
Sr(NO3)2 terbakar
saluran pembuangan
 Iritan
 Simpan di tempat
 Titik lebur 570oC
yang tertutup dan
 Titik didih 645oC kering
 Densitas 2,986 g/cm3
 Hindari terhirup,
 Berfasa padat tertelan.
 Berwarna putih  Hindari kontak dengan
 Larut dalam alcohol bahan
Kristal Garam
11  Tidak berbau  Jangan membuang ke
CaCl2
 Titik lebur 772oC saluran pembuangan
 Titik didih 1935oC  Simpan di tempat
 Densitas 2,15 g/cm3 yang tertutup dan
kering
 Berfasa padat
 Hindari terhirup,
 Berwarna abu-putih /
tertelan.
biru
 Tidak larut dalam  Hindari kontak dengan
alcohol bahan
Kristal Garam
12  Jangan membuang ke
CuSO4  Beracun
 Iritan saluran pembuangan
 Titik lebur 110oC  Simpan di tempat
yang tertutup dan
 Titik didih 150oC
kering
 Densitas 3,603 g/cm3
 Hindari terhirup,
 Berfasa cair
tertelan.
 Tidak berwarna
 Hindari kontak dengan
 Korosif
bahan
13 HCl pekat  Iritan
 Jangan membuang ke
 Titik lebur -27,32oC
saluran pembuangan
 Titik didih 110oC
 Simpan di tempat
 Densitas 1,18 g/cm3
yang tertutup
 Berfasa cair
 Tidak berwarna
 Tidak ada penanganan
 Tidak berbau
14 Air khusus karena tidak
 Titik beku 0oC
berbahaya
 Titik didih 100oC
 Densitas 0,998 g/cm3
5. Diagram Alir Praktikum

a. Kelarutan

Tabung Reaksi

Ditambahkan 1 mL zat terlarut pada 3 mL


pelarut air

Ditutup dan dikocok dengan kuat

Diamati dengan menambahkan kode

Larutan

b. Densitas

Neraca Analitik

Ditimbang gelas kimia ukuran 100 mL


sampai skala 0.01 g.

Dimasukan 100 mL cairan yang akan di


timbang massa nya.

Diamati massa yang terlihat pada neraca


analitik.

Dihitung densitas nya dengan


m
menggunakan rumus ρ=
V

Hasil
c. Titik didih

Tabung reaksi

Dimasukan cairan yang akan dihitung titik


didihnya

Ditempatkan tabung reaksi pada sebelah


termometer, dan ikat menggunaan karet

Dimasukkan pipa kapiler sepanjang 5 – 10


cm ke dalam tabung reaksi dengan posisi
terbalik

Gelas kimia berisi cairan


paraffin

Disimpan set tabung reaksi dan


thermometer pada gelas kimia. Tinggi air
paraffin harus lebih tinggi dari cairan di
dalam tabung reaksi

Dimasukkan batu didih ke dalam gelas


kimia

Dipanaskan perlahan sambil mengaduk air


paraffin

Dihentikan pemanasan saat gelembung


mulai banyak terbentuk secara massif
terlepas meninggalkan pipa kapiler. Dan
catat suhu sebagai T1

Dicatat suhu sebagai T2 saat aliran


gelembung tepat berhenti

T 1 +T 2
Dihitung menggunakan rumus
2

Hasil
d. Uji nyala

Plat tetes

Dimasukkan sedikit kristal garam


menggunakan spatula

Diberi label

Gelas kimia 50 mL

Dimasukkan 10 mLlarutan HCl pekat

Dinyalakan pembakar bunsen dan atur


struktur nyala api

Dibersihkan kawat nikrom dan dicelupkan


pada larutan HCl pekat, kemudian bakar
pada pembakar bunsen

Dicelupkan kembali ujung kawat nikrom


ke dalam larutan HCl pekat

Dicelupkan ujung kawat nikrom ke dalam


plat tetes yang berisi kristal yang akan
diuji hingga kristal menempel

Hasil
6. Data & Pengamatan

No Cara Kerja Pengamatan

Reaksi yang
1 mL zat terlarut ditambahkan pada 3 No Nama Bahan terjadi
mL pelarut air pada tabung reaksi s sp i
1 Heksana ✓
1 2 Kloroform ✓
3 Metanol ✓
Tabung reaksi ditutup dan dikocok
4 Etil Alkohol ✓
5 Sikloheksana ✓
Timbang gelas kimia 100 mL sampai
skala 0,01 g Massa Jenis
No Nama Bahan
Memasukkan 100 mL cairan yang (g/mL)
akan di timbang massa nya. 1 Heksana 0,66
2 Mengamati massa yang terlihat pada 2 Kloroform 1,48
neraca analitik. 3 Metanol 0,79
Dihitung densitas nya dengan 4 Etil Alkohol 0,8
m 5 Sikloheksana 0,77
menggunakan rumus ρ=
V
3 Masukkan cairan yang akan Titik Didih
No Nama Bahan
ditentukan titik didihnya dalam (oC)
sebuah tabung reaksi 1 Heksana 69
Tempatkan tabung reaksi di sebelah 2 Kloroform 61,2
thermometer dan ikat dengan karet 3 Metanol 64,7
4 Etil Alkohol 78,4
gelang
5 Sikloheksana 80,7
Memasukkan pipa kapiler sepanjang
5-10 cm ke dalam tabung reaksi
dengan posisi terbalik
Simpan set tabung reaksi,
thermometer, dan pipa kapiler ke
dalam gelas kimia berisi cairan
paraffin (water bath). Tinggi air
harus lebih tinffi dari cairan di dalam
tabung reaksi.
Memasukkan batu didih ke dalam
water bath, lalu panaskan perlahan
sambal mengaduk air dalam water
bath.
Menghentikan pemanasan saat
gelembung mulai banyak terbentuk
dan secara massif terlepas
meninggalkan pipa kapiler. Catat
suhu sebagai T1.
Gelembung gas akan melambat saat
cairan mendingin. Saat aliran
gelembung tepat berhenti, catat suhu
sebagai T2.
Hitung titik didih menggunakan

rumus
Hitung titik didih pada 1 atm
Masukkan kristal garam yang akan
diuji ke dalam plat tetes, dan beri
label
Siapkan sedikit larutan HCl pekat
pada gelas kimia 50 mL
Set pembakar Bunsen dan atur Warna yang
No Kristal
struktur nyala api dihasilkan
Bersihkan kawat nikrom dengan cara 1 KCl Ungu
mencelupkan ujung loop kawat 2 LiNO3 Merah
3 NaCl Kuning
4 nikrom ke dalam larutan HCl pekat,
Hijau
lalu bakar hingga membara 4 BaCl2
kekuningan
Celupkan kembali ujung kawat 5 Sr(NO3)2 Merah
nikrom ke dalam larutan HCl pekat, 6 CaCl2 Merah cerah
kemudian celupkan ke dalam kristal 7 CuSO4 Hijau
yang akan diuji hingga kristal
menempel
Bakar kembali ujung kawat,
kemudian catat warna nyala yang
dihasilkan

7. Pembahasan

7.1 Kelarutan

Berdasarkan hasil praktikum kali ini menjelaskan bahwa pada percobaan

pertama, yaitu mengidentifikasi tentang sifat tentang kelarutan. Pada percobaan

ini digunakan berbagai bahan yaitu heksana, kloroform, methanol, etil alkohol,

dan sikloheksana untuk di identifikasi kelarutannya dengan air.

Heksana adalah senyawa nonpolar, akibatnya gaya tarik antar molekul lemah.

Heksana tidak larut dalam pelarut polar seperti air, tetapi larut dalam pelarut

nonpolar atau sedikit polar seperti dietil eter atau benzena. Kelarutannya
disebabkan oleh gaya tarik Van der Walls antara pelarut dan zat terlarut. (Brieger,

1969).

Kloroform adalah senyawa nonpolar sehingga ketika bercampur dengan air

yang bersifat polar ia tidak bisa larut, karena pelarut nonpolar tidak dapat

mengurangi gaya tarikmenarik antara ion-ion elektrolit kuat dan lemah karena

tetap dielektrik yang rendah. (Syauqiyah, 2020)

Metanol adalah senyawa polar yang dapat melarutkan senyawa-senyawa yang

bersifat polar seperti golongan fenol. Metanol disebut juga methyl acohol, wood

spirit, carbinol, wood alcohol, dan wood naphta. Metanol bersifat larut dalam air,

etanol, eter, dan cairan organik lainnya. (ICSA 1997; CPRS,1999; HSDB,1999)

Etil alkohol adalah senyawa polar yang dapat digunakan sebagai pelarut.

Istilah umum yang sering dipakai untuk senyawa tersebut adalah alkohol. Etil

alkohol dapat digunakan sebagai pelarut, germisida, minuman, bahan antibeku,

bahan bakar, bahan depressant dan kemampuan khususnya sebagai bahan kimia

intermediet untuk menghasilkan bahan kimia lain (Gaur, 2006).

Sikloheksana adalah senyawa nonpolar yang tidak dapat membentuk ikatan

hidrogen sehingga tidak dapat larut dalam air dan larut dalam pelarut organik.

Berdasarkan praktikum menjelaskan bahwa tidak semua bahan yang

digunakan larut dalam air, hal tersebut disebabkan oleh sifat kepolaran

senyawanya. Air bersifat polar sehingga air hanya dapat berikatan dengan

senyawa polar.

7.2 Massa Jenis


Percobaan kedua ialah mengukur besarnya densitas suatu larutan. Densitas

dipengaruhi oleh massa dan volume suatu larutan. Pada percobaan ini digunakan

berbagai bahan yaitu heksana, kloroform, methanol, etil alkohol, dan sikloheksana

untuk di identifikasi besar massa jenisnya. Semakin besar densitas berarti semakin

rapat molekul-molekul dari cairan tersebut. Kerapatan partikel ini menyebabkan

semakin besarnya gaya yang diperlukan untuk memecahkan permukaan cairan

tersebut. Hal ini disebabkan oleh partikel yang rapat sehingga mempunyai gaya

tarik menarik yang kuat.

Urutan massa jenis larutan dari yang terkecil hingga terbesar ialah heksana,

sikloheksana, methanol, etil alkohol, dan yang paling tinggi massa jenisnya ialah

kloroform. Hal ini diakibatkan oleh kerapatan larutan heksana lebih renggang

dibandingkan dengan kerapatan kloroform.

7.3 Titik Didih

Percobaan ketiga yaitu mengukur besarnya titik didih suatu larutan. Pada

percobaan ini digunakan berbagai bahan yaitu heksana, kloroform, methanol, etil

alkohol, dan sikloheksana untuk di identifikasi besar titik didihnya. Titik didih

dipengaruhi oleh besarnya energi yang diperlukan untuk membuat perubahan dari

fasa satu ke fasa lainnya. Saat terjadi perubahan fasa, akan ada ikatan yang lepas

yaitu gaya antar molekul. Semakin besar gaya antar molekul maka semakin tinggi

titik didihnya.

Gaya antar molekul adalah gaya magnet yang terjadi antara molekul-molekul.

Gaya antarmolekul memiliki sifat tarik menarik dan tolak menolak antar molekul.

Gaya tolak-menolak antar muatan yang sama akan timbul dan semakin tinggi

energi tolaknya. Oleh karena itu, akan dibutuhkan energi yang lebih tinggi untuk

menempatkan suatu molekul.


Urutan titik didih larutan dari yang terkecil hingga terbesar ialah kloroform,

methanol, heksana, etil alkohol, dan yang paling tinggi massa jenisnya ialah

sikloheksana. Hal ini diakibatkan oleh gaya antar molekul larutan sikloheksana

paling kuat dibandingkan dengan gaya antar molekul lainnya.

7.4 Uji Nyala

Percobaan ketiga yaitu menguji warna nyala api pada suatu kristal garam.

Pada percobaan ini digunakan berbagai bahan kristal garam yaitu KCl, LiNO 3,

NaCl, BaCl2, Sr(NO3)2, CaCl2, dan CuSO4 untuk di identifikasi uji nyalanya.

Dihasilkan warna pada kristal garam tersebut secara berurutan ialah ungu, merah,

kuning, hijau, merah, jingga, dan biru kehijauan.

Saat kristal garam bersentuhan dengan api, elektron-elektron pada kation

menyerap energi sehingga gerakannya semakin cepat. Elektron yang menyerap

energi itu berpindah ke tingkat yang lebih tinggi yang disebut dengan ekstasi

elektron. Namun, keadaan ini tidak stabil sehingga energi tersebut terpancar

kembali sebagai spektrum dan elektron kembali ke keadaan awal.

Setiap unsur dapat memberikan spektrum yang khas dengan cara

memancarkan energi radiasi. Spektrum tersebut dipancarkan oleh unsur itu apabila

unsur itu memancarkan energi pada saat kembali dari keadaan bereksitasi ke

keadaan awal.

Jika suatu unsur memancarkan spektrum garis tertentu (spektrum dengan

panjang gelombang atau frekuensi tertentu), dapat dinyatakan bahwa unsur itu

selalu memancarkan energi tertentu berdasarkan persamaan Max Planck

c
E=h ∙ v=h
λ
Warna yang berbeda itu disebabkan oleh panjang gelombang yang berbeda.

Jarak orbital dari setiap unsur selalu berbeda sehingga beberapa kristal garam

yang dijadikan bahan praktikum ini menghasilkan warna yang berbeda.

8. Pertanyaan Sebelum Praktikum

8.1. Tuliskan minimal 5 sifat fisik suatu zat

Sifat fisika adalah sifat yang berhubungan dengan perubahan fisik zat.

Sifat fisika dapat digunakan untuk menerangkan penampilan suatu zat. Sifat-

sifat yang tergolong sifat fisika yaitu: warna, bau, rasa, kerapatan, titik didih,

titik lebur, titik beku, daya hantar, kemagnetan, kelarutan, dan kekerasan.

(Hamka L et al., 2017)

8.2. Sebanyak 8,692 mL sampel cairan memiliki berat 10,02 g.

Berapakah densitasnya?

Massa jenis merupakan besaran hasil turunan dari besaran massa (kg)

dan dibagi besaran volume (m3). Rumus Fisika yang dihasilkan adalah seperti

m
ini ρ= .
V

10,02 g
ρ= =1,15 g /mL
8,692 mL

8.3. Mengapa pipet dan termometer harus dikalibrasi?

Kalibrasi alat laboratorium sangat penting dilakukan agar setiap

pekerjaan memiliki ketertelusuran terhadap satuan internasional (SI). Kalibrasi

juga berfungsi untuk menunjang proses analisis yang akurat dan presisi.

8.4. Apakah bromoform larut dalam air? Bagaimana dengan

sikloheksana?
Bromoform sedikit larut dalam air, sedangkan sikloheksana tidak dapat

bercampur dengan air

8.5. Ketika air dan toluen dicampurkan, dua lapisan terbentuk. Cairan

apa yang ada di lapisan bawah?

Air, karena massa jenis air lebih besar yaitu 0.998g/mL. Sementara

massa jenis toluen 0,8669 g/mL.

8.6. Warna apakah yang akan dihasilkan oleh kristal-kristal garam

yang akan Anda uji? Jelaskan bagaimana warna tersebut dihasilkan?

 KCl : Ungu

 LiNO3 : Merah

 NaCl : Kuning

 BaCl2 : Hijau

 Sr(NO3)2 : Merah

 CaCl2 : Jingga

 CuSO4 : Biru kehijauan

Pada uji nyala api, senyawa yang mengandung logam golongan A, B,

dan transisi (dalam sistem periodik unsur-unsur) diuapkan dengan oksidasi

nyala api yang akan memberikan warna tertentu pada nyala tertentu. Semua

logam alkali lunak, putih mengkilap seperti perak dengan titik leleh terendah.

Sifat ini karena atom-atom alkali hanya memiliki satu elektron terluar yang

terlibat dalam ikatan logam, sehingga energi kohesi antar atom dalam kristal

sangatlah kecil. Logam logam alkali akan memperlihatkan warna spektrum

emisi yang khas jika dibakar pada nyala api bunsen. Adapun warna-warna

yang dihasilkan adalah Li merah karmin, Na kuning, K ungu, Rb merah, Cs

biru.
Logam-logam golongan II A memiliki jari-jari yang lebih kecil jika

dibandingkan dengan golongan I A, sehingga logam-logam alkali memiliki

kerapatan serta energi ionisasi yang lebih tinggi. Hal ini karena logam-logam

alkali memiliki dua elektron sehingga ikakatan antar atom lebih kuat. Garam –

garam alkali tanah jika dibakar pada nyala bunsen akan menimbulkan

spektrum emisi antaralain. Ca merah bata, Sr merah tua, Ba hijau kuning. Mg

dan Be tidak memberikan spektrum emisi yang khas. Logam alkali tanah juga

bersifat reduktor dan jika bereaksi dengan air akan membentuk basa dan gas

H2.

Warna tersebut dihasilkan karena garam-garam ini mampu membentuk

garam-garam klorida yang ketika dibakar menunjukkan warna yang spesifik.

Pada dasarnya, apabila suatu senyawa kimia dipanaskan, maka akan terurai

menghasilkan unsur-unsur penyusunnya dalam wujud gas atau uap.

Kemudian, atom-atom dari unsur logam tersebut mampu menyerap sejumlah

energi tinggi (keadaan tereksitasi). Pada keadaan energi tinggi, atom logam

tersebut sifatnya tidak stabil sehingga mudah kembali kekeadaan semula

(berenergi rendah) dengan cara memancarkan energi yang diserapnya dalam

bentuk cahaya. Besarnya energi yang diserap atau yang dipancarkan oleh

setiap atom unsur logam bersifat khas. Hal ini dapat ditujukkan dari warna

nyala atom-atom logam yang mampu menyerap radiasi cahaya didaerah sinar

tampak.

9. Pertanyaan Setelah Praktikum

9.1 Dapatkah Anda menentukan densitas dari kadmium nitrat menggunakan

air? Mengapa?
Tidak, karena kadmium nitrat larut dalam air. Oleh karena itu, saat

mengukur volume zat padat dengan mengukur perubahan volume dalam air,

zat padat akan larut.

9.2 Tuliskan metode lain yang dapat digunakan untuk menentukan densitas

suatu zat cair.

a. Alat Hidrometer

Massa jenis zat cair dapat diukur langsung dengan menggunakan alat

yang namanya hidrometer. Hidrometer memiliki skala massa jenis dan

pemberat yang dapat mengakibatkan posisi hidrometer vertikal. Cara

mengetahui massa jenis zat cair adalah dengan memasukkan hidrometer ke

dalam zat cair tersebut.

b. Alat piknometer

Piknometer adalah alat yang terbuat dari gelas yang memiliki volume

tertentu, dilengkapi dengan penyumbat ketat dengan pipa kapiler yang

melaluinya, sehingga udara dapat keluar dari alat tersebut. Untuk

mengukur densitas dengan piknometer, dapat menggunakan rumus:

(m1−m 0)
ρ=
Vp

9.3 Gunakan tabel pengamatan uji nyala untuk memperoleh panjang

gelombang dari emisi radiasi yang dihasilkan (dalam satuan nm). Ubah

panjang gelombang tersebut ke dalam satuan m. Hitung frekuensi dan

besarnya energi setiap radiasi yang dihasilkan pada pengujian nyala yang

telah Anda lakukan.


Frekuensi (f)
Panjang Energi (eV)
(THz)
Nama Zat Warna Uji Gelombang
(λ) (nm) c
f= E=hf
λ
KCl Ungu 400 750 4,95 × 10-31
LiNO3 Merah 625 480 3,17 × 10-31
NaCl Kuning 570 526 3,47 × 10-31
BaCl2 Hijau 520 577 3,81 × 10-31
Sr(NO3)2 Merah 720 417 2,75 × 10-31
CaCl2 Jingga 600 500 3,30 × 10-31
Hijau
CuSO4 495 606 4,00 × 10-31
kebiruan

10. Kesimpulan

 Sifat zat adalah karakteristik dari suatu zat yang memungkinkan kita untuk

mengidentifikasi dan membedakannya dari zat lain. Identifikasi langsung

suatu zat dapat dilakukan dengan mengamati wujud, warna, ukuran, bentuk,

tekstur, dan bau.

 Sifat fisika adalah sifat yang menggambarkan ciri khas suatu zat yang dapat

diukur dan diamati tanpa mengubah zat-zat penyusunan. Sifat-sifat fisis zat

tersebut, antara lain warna, bentuk, ukuran, keadatan, kelarutan, daya hantar

listrik, kemagnetan, massa jenis, titik didih, titik lebur, dan titik beku.

 Sifat kimia adalah sifat yang menunjukan reaksi kimia antarzat yang

menimbulkan terjadinya pembentukan zat baru. Zat baru yang terbentuk

tersebut tidak dapat kembali ke keadaan semula melalui cara sederhana.

Contoh sifat-sifat kimia adalah mudah terbakar, berkarat, mudah meledak, dan

beracun.
 Kelarutan merupakan keadaan suatu senyawa baik padat, cair, ataupun gas

yang terlarut dalam padatan, cairan, atau gas yang akan membentuk larutan

homogen. Kelarutan tersebut bergantung pada pelarut yang digunakan serta

suhu dan tekanan.

 Densitas adalah besarnya massa jenis suatu senyawa, yang berkaitan dengan

kerapatan antar molekulnya, semakin panjangnya rantai karbon maka semakin kuat

gaya antar-molekulnya yang mengakibatkan akan semakin besar kerapatannya.

 Titik didih suatu zat adalah suhu yang tekanan uap jenuhnya sama dengan

tekanan di atas permukaan zat cair. Titik Didih suatu zat cair dipengaruhi oleh

tekanan udara, artinya semakin besar tekanan udara maka semakin besar pula

titik didih zat cair tersebut.

 Warna nyala yang dihasilkan saat suatu zat saat dibakar dapat pula digunakan

untuk mengidentifikasi zat tersebut. Setiap atom, jika diberi energi akan

mengalami perubahan kedudukan elektron (mengalami eksitasi elektron) dan

elektron tersebut akan memancarkan energi radiasi elektromagnetik saat

kembali ke tingkat dasar (keadaan stabil).

11. Referensi

Diakses pada 10 Februari 2021. [Online]. Diakses dari


http://smartlab.co.id/assets/pdf/MSDS_N-HEXANE.pdf
Diakses pada 10 Februari 2021. [Online]. Diakses dari
http://smartlab.co.id/assets/pdf/MSDS_CHLOROFORM_(INDO).pdf
Diakses pada 10 Februari 2021. [Online]. Diakses dari
http://smartlab.co.id/assets/pdf/MSDS_METHANOL_-_ANHYDROUS.pdf
Diakses pada 10 Februari 2021. [Online]. Diakses dari
http://smartlab.co.id/assets/pdf/MSDS_ETHANOL.pdf
Firmansyah, J. (2018). Eksplanasi Ilmiah Air Mendidih Dalam Suhu Ruang.
Jurnal Filsafat Indonesia, 1(2), 75. https://doi.org/10.23887/jfi.v1i2.13993

Hamka L, Ms. H., Sitti Saenab, M., & Sitti Rahma Yunus, Mp. (2017). Sumber

Belajar Penunjang Plpg 2017 Mata Pelajaran Ipa Bab Iv Zat Dan

Karakteristiknya. Jurnal Online, zat dan karakteristiknya, 1–15.

Herman, Y. (2011). Uji Aktivitas Ekstrak Bawang Dayak Terhadap Candida

Albicans. Jurnal Bahan Alam Terbarukan, 4(80), 4.

Laporan Penelitian Reaksi Nyala Api Unsur. (n.d.).

Prawira, N. B., & Rouf, A. (2018). Perancangan Alat Ukur Massa Jenis Zat Cair

Menggunakan Cepat Rambat Gelombang Ultrasonik. IJEIS (Indonesian

Journal of Electronics and Instrumentation Systems), 8(2), 143.

https://doi.org/10.22146/ijeis.24481

Purnawan, C., & A.N, R. (2013). Struktur atom dan Sistem Periodik Unsur.

Kimia, 29–70.

Sari, Dyah L.N., Cahyono, Bambang., dan Kumoro, A. C. (2013). Pengaruh

Pelarut Pada Ekstraksi Kurkuminoid Dari Rimpang Temulawak (Curcuma

xanthorriza Roxb)”. Farmaka, 14(2), 288–297.

http://jurnal.unpad.ac.id/farmaka/article/view/10866

Sinta. (2001). Gambaran Umum Metanol. Universitas Udayana.

Syauqiyah, N. (2020). Penentuan Sifat Fisik Dari Senyawa Organik. Laporan

Praktikum Kimia Organik, 12.

Wiradnyani, N. K., Wartini, N. M., & M.P, dan B. A. H. (2014). Composition of

the Constituent Compound of Sinom Beverage (Curcuma domestica Val.-

Tamarindus indica L.). Media Ilmiah Teknologi Pangan, 1(1), 10–23.

Yuliani, G., & Siti, H. (2012). Panduan Praktikum Kimia Dasar. 1–6.

Anda mungkin juga menyukai