Anda di halaman 1dari 12

Tugas Individu

Mata Kuliah : Kebijakan dan Manajemen Kesehatan


Dosen :Dr. dr. H. Noer Bahry Noor, M.Sc

ANALISIS PASAL 21 - 25
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2009
TENTANG SUMBER DAYA DI BIDANG KESEHATAN

OLEH
ANDI TENRI BALOBO
P18014215001

KONSENTRASI EPIDEMIOLOGI
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015

1
RINGKASAN EKSEKUTIF

A. ISU DAN MASALAH PUBLIK

Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan
yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
Setiap kegiatan dalam upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip
nondiskriminatif, partisipatif, dan berkelanjutan dalam rangka pembentukan sumber
daya manusia Indonesia, serta peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa bagi
pembangunan nasional, untuk tercapainya tujuan tersebut maka diperlukan tenaga
kesehatan sebagai pelaksana.
Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di
bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk
melakukan upaya kesehatan.
Sehingga dalam uu 36 tahun 2009 ini memberikan wewenang pemerintah dalam
mengatur, dan memberdayakan tenaga kesehatan yang sesuai keahliannya serta
memiliki standar operasinal serta etika dalam melaksanakan tugas.

B. Tujuan Kebijakan
Memberikan kewenangan kepada Pemerintah untuk mengatur perencanaan,
pengadaan, pendayagunaan, pembinaan, dan pengawasan mutu tenaga kesehatan
dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Sehingga cita-cita bangsa
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dapat terwujud.

C. Tipe pendekatan dalam setiap siklus


Ada 3 tipe pendekatan dalam siklus kebijakan yaitu empiris, valuatif dan
normative. Pendekatan empiris lebih menekankan penjelasan sebab akibat dari

2
masalah public, bahwa fakta yang ada dan yang akan datang sebagai hasilnya
analisis secara deskriktif dan prediksi. Valuatif pendekatang yang memusatkan
pada masalah pokok (fakta) dan masa depan serta mengkajinya sehingga
memiliki nilai. Dan pendekatan normaif memusatkan pada tindakan apa yang
semestinya dilakukan, pengusulan arah kebijakan yang dapat memecahkan
masalah problem kebijakan.
Untuk pasal 21 – 25 yang mengatur masalah Sumber Daya Kesehatan
menggunakan empiris dan normative yaitu penyusun perencanaan,
pendayagunaan, pengadaan serta pembinaan sumber daya kesehatan, dan
menyusun kode etik dan standart operasional akan fakta masa lalu dan fakta
yang akan datang (prediksi).
D. Substansi Pokok Kebijakan
Dimana UU 36 Tahun 2009 yang mengatur segala masalah kesehatan secara
umum untuk bab v :
a. Tenaga Kesehatan yang merupakan pelaksana dari program kesehatan yang
merupakan bagian dari pemerintahan yang bekerja sesuai dengan profesinya
dan bekerja sesuai dengan kode etik dan berstandar operasional sesuai
dengan profesi kesehatan.
b. Peningkatan kualitas tenaga kesehatan yang berakibat pada peningkatan
mutu pelayanan kesehatan
E. Masalah yang timbul akibat kebijakan
Kebijakan menimbulkan masalah mulai dari peningkatan kualitas tenaga
kesehatan yang belum sepenuhnya terlaksana. Hal dibuktikan dengan masih
adanya berbagai kasus mal praktek di rumah sakit, kemudian persoalan
penempatan keahlian yang bukan pada bidangnya, sehingga menghambat
proses pengeksekusian program-program kesehatan yang telah direncanakan
F. Resistensi Terhadap Kebijakan
Tidak terjadinya resistensi atau penolakan sebab kebijakan ini sangat penting
bagi peningkatan mutu dan kualitas tenaga kesehatan yang pada akhirnya
berdampak pada meningkatnya pelayanan kesehatan masyarakat. Hanya saja
pemerataan penempatan dan peningkatan SDM tidak berjalan sesuai dengan

3
uraian uu 36 tahun 2009, dikarenakan pendidikan dan peningkatan SDM
dilakukan hanya kepada tenaga kesehatan tertentu saja.
G. Prediksi keberhasilan
Dimana pelayanan kesehatan disemua lini telah merata sehingga tidak ada lagi
fasilitas kesehatan yang tidak memiliki dokter ataupun bidan, serta tenaga
kesehatan yang berada di fasilitas kesehatan memiliki kualitas pendidikan yang
baik serta menjalangkan tugas berdasarkan ode etik dan standar operasional
pelayanan sehingga masyarakat yang ingin mendapatkan pelayanan kesehatan
secara cepat tidak terkendala lagi karena segala fasilitas dan tenaga telah
tersedia.
H. Kesimpulan dan rekomendasi
Bahwa UU 36 Tahun 2009 pada pasal 21-25 lebih menekankan kepada
perencanaan, pendayagunaan, pengadaan, pembinaan dan pengwasan tenaga
kesehatan dilakukan oleh pemerintah baik itu pemerintah pusat, propinsi maupun
daerah dan setiap tenaga kesehatan melakukan tugas sesuai dengan kode etik
dan standar operasinal pelayanan., serta pemerintah bertugas meningkatkan
kualitas tenaga kesehatan melalui pendidikan dan pelatihan
Tetapi dalam realitasnya bahwa tenaga kesehatan tidak merata di setiap
daerah dan fasilitas kesehatan, dan adanya tenaga kesehatan yang tidak bekerja
dengan menggunakan kode etik dan standar operasional pelayanan dari
pelayanan yang diberika tenaga tersebut, serta tidak meratanya pelatihan dan
pendidikan yang diberikan kepada tenaga kesehatan sehingga mengakibatkan
peningkatan tenaga kesehatan kurang yang berakibat pada mutu pelayanan.
Rekomendasinya dengan koordinasi yang baik antara fasilitas kesehatan
primer (puskesmas, pustu), fasilitas kesehatan rawat lanjut dan seluruh fasilitas
kesehatan lainnya dengan dinas kesehatan dan pemerintah daerah dalam
merencanakan, pengadaan, pendayagunaan dan pembinaan terhadap tenaga
kesehatan. Dalam hal kode etik dan standar pelayanan kesehatan dalam hal ini
dinas kesehatan dan pemimpin rumah sakit serta lembaga kesehatan
memberikan pengawasan terhadap pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh
tenga kesehatan dan memberikan pembinaan secara rutin dan bergiliran kepada

4
setiap tenaga kesehatan untuk meningkatakan kualitas SDM kesehatan
sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan secara menyeluruh.

5
DAFTAR ISI

Sampul ..............................................................................................… 1

Ringkasan Eksekutif ……………………………………………………………………… 2

Daftar Isi ................................................................................................. 5

BAB 1 KAJIAN KEBIJAKAN …………………………………………………...... 6

1.1 Masalah Dasar …………………………………………………...... 6


1.2 Tujuan Yang Ingin Dicapai …………………………………………………...... 6
1.3 Substansi Kebijakan …………………………………………………...... 7
1.4 Ciri Kebijakan …………………………………………………...... 7

BAB 2 KONSEKUENSI DAN RESISTENSI

2.1 Perilaku Yang Muncul …………………………………………………...... 8

2.2 Resistensi …………………………………………………...... 8

2.3 Masalah Baru yang Timbul …………………………………………………...... 8

BAB 3 PREDIKSI KEBERHASILAN

3.1 Prediksi Trade Off …………………………………………………...... 10

3.2 Prediksi Keberhasilan …………………………………………………...... 10

BAB 4 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

4.1 Kesimpulan …………………………………………………...... 11

4.2 Rekomendasi …………………………………………………...... 11

BAB I

6
KAJIAN KEBIJAKAN
(Pasal 21 -25)

1.1 Masalah Dasar

Pada UU 36 Tahun 2009 pada pasal 21-25 membahas tentang sumber daya
kesehatan baik itu perencanaan, pengadaan, pendayagunaan, pembinaan, dan
pengawasan mutu tenaga kesehatan kesehatan . Serta kode etik, kualitas minimum
serta standar prosedur pelayanan dalam rangka penyelenggaraan pelayanan untuk
mencapai cita-cita bangsa Indonesia yang tertuang dalam pancasila dan UUD 1945.
Dalam hal ini pemerintah baik instansi dinas kesehatan beserta jejaringnya
dalam hal ini fasilitas kesehatan primer dan sekunder serta pelayanan kesehatan
lainnya, pemerintahan daerah, propinsi dan pusat melakukan perencanaan,
pengadaan, pendayagunaan dan pembinaan terhadap tenaga kesehatannya
sehingga terjadi pemerataan pelayanan diseluruh pelosok nusantara, dan seluruh
pihak bertanggung jawab melakukan pengawasan dalam pemberian pelayanan
kesehatan yang sesuai dengan etika dan standar prosedur pelyanan serta
memberikan pembinaan terhadap peningkatan kualitas sumber daya kesehatan
sehingga terjadi peningkatan mutu layanan sehingga mencapai peningkatan derajat
kesehatan.

1.2 Tujuan yang ingin dicapai


Dalam UU 36 Tahun 2009 pada pasal 21-25 tujuan yang ingin dicapai:
1. Pemerataan tenaga kesehatan yang memiliki kualitas minimum diseluruh
pelosok nusantara.
2. Pelaksanaan pelayanan kesehatan sesuai dengan kode etik dan standar
pelayanan operasional sesuai dengan profesi tenaga kesehatan.
3. Peningkatan sumber daya kesehatan dengan melakukan pendidikan dan
pelatihan.

1.3 Substansi Kebijakan

7
a. Tenaga Kesehatan yang merupakan pelaksana dari program kesehatan yang
merupakan bagian dari pemerintahan yang bekerja sesuai dengan profesinya
dan bekerja sesuai dengan kode etik dan berstandar operasional sesuai
dengan profesi kesehatan.
b. Peningkatan kualitas tenaga kesehatan yang berakibat pada peningkatan
mutu pelayanan kesehatan

1.4 Ciri Kebijakan


Pada Bab V UU 36 Tahun 2009 ini menitik ebratkan pada Sumber Daya
Kesehatan yang didalamnya membahas secara komprehensif dimana tenaga
kesehatan merupakan subyek penentu dalam tercapainya tujuan kesehatan
secara menyeluruh.
Dimana pemerintah memiliki peran penting dalam mengadakan,
pendayargunaan serta pembinaan dalam hal peningkatan kualitas dan
pemerataan.
Tapi yang kita lihat dalam realitasnya dimana masih banyak pengadaan
tenaga kesehatan disuatu daerah serta pembinaan peningkatan kualitas berupa
pendidikan dan pelatihan bukan di tentukan berdasarkan kebutuhan didaerah
tersebut tapi lebih kepada arah nepotisme. Selain itu juga kurangnya
pengawasan pemerintah dalam proses pelanggaran kode etik yaitu banyaknya
praktek bidan swasta yang masih menerima praktek aborsi yang dimana
merupakan pelanggaran HAM terutama kode etik dan tata cara perlakuan
terhadap pasien banyak yang melenceng drai standart operasional pelayanan.

BAB II

8
KONSEKUENSI DAN RESISTENSI

2.1 Perilaku yang muncul

Konsekuensi dalam UU 36 Tahun 2009 yang bersifat positif yaitu dimana dengan
adanya aturan tersebut maka tenaga kesehatan akan tersebar secara merata di seluruh
tempat fasilitas kesehatan serta dapat menjalankan tugas dikarenakan ditunjang
dengan adanya standar operasional pelayanan sebagai koridor dalam pelaksanaan
tugas.

Tetapi, selain konsekuensi positif terdapat juga konsekuensi yang negative yaitu
dimana pemerintah dalam hal ini sebagai pihak yang memberikan penempatan,
pembinaan dan pendayagunaan tenaga kesehatan kadang tidak menempatkan tenaga
kesehatan tersebut bukan pada tempat yang dibutuhkan, selain itu juga pembinaan
dalam meningkatkan kualitas dengan pendidikan dan pelatihan juga terkadang
mengandung unsure nepotisme sehingga tenaga kesehatan tidak semua memiliki
kualitas yang baik sehingga dalam melakukan pekerjaan tidak sesuai dengan yang
diharapkan.

2.2 Resistensi

Tidak terjadinya resistensi atau penolakan sebab kebijakan ini sangat penting
bagi peningkatan mutu dan kualitas tenaga kesehatan yang pada akhirnya berdampak
pada meningkatnya pelayanan kesehatan masyarakat. Hanya saja pemerataan
penempatan dan peningkatan SDM tidak berjalan sesuai dengan uraian uu 36 tahun
2009, dikarenakan pendidikan dan peningkatan SDM dilakukan hanya kepada tenaga
kesehatan tertentu saja.

2.3 Masalah Baru Yang Timbul

Kebijakan menimbulkan masalah mulai dari peningkatan kualitas tenaga


kesehatan yang belum sepenuhnya terlaksana. Hal dibuktikan dengan masih adanya
berbagai kasus mal praktek di rumah sakit, kemudian persoalan penempatan keahlian

9
yang bukan pada bidangnya, sehingga menghambat proses pengeksekusian program-
program kesehatan yang telah direncanakan

BAB III

10
PREDIKSI

3.1 PREDIKSI “TRADE-OFF”


Trade off merupakan situasi dimana pengambilan keputusan terhadap 2
hal atau lebih, dengan mengorbankan salah satu aspek lain dengan kualitas
berbeda. Maka dalam hal ini dimana dalam pembinaan peningkatan kualitas
SDM dengan pendidikan atau pelatihan selalu terbentur dengan anggaran
dan ketersediaan tenaga di suatu daerah.
Dikarena anggaran untuk pendidikan dan pelatihan sangat terbatas
sehingga tenaga kesehatan yang ingin meningkatkan kualitasnya juga sangat
terbatas serta terkendalanya kurangnya tenaga kesehatan di suatu tempat
sehingga terkadang untuk melanjutkan pendidikan terkendala dikarenakan
tenaga tersebut kurang di tempat itu sehingga untuk melanjutkan pendidikan
agak sedikit mengalami kendala dan apada akhirnya kualitas tenaga
kesehatan tidak dapat meningkat.

3.2 Prediksi Keberhasilan


Dimana pelayanan kesehatan disemua lini telah merata sehingga tidak
ada lagi fasilitas kesehatan yang tidak memiliki dokter ataupun bidan, serta
tenaga kesehatan yang berada di fasilitas kesehatan memiliki kualitas
pendidikan yang baik serta menjalangkan tugas berdasarkan ode etik dan
standar operasional pelayanan sehingga masyarakat yang ingin
mendapatkan pelayanan kesehatan secara cepat tidak terkendala lagi karena
segala fasilitas dan tenaga telah tersedia.

BAB IV

11
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

4.1 Kesimpulan
Bahwa UU 36 Tahun 2009 pada pasal 21-25 lebih menekankan kepada
perencanaan, pendayagunaan, pengadaan, pembinaan dan pengwasan tenaga
kesehatan dilakukan oleh pemerintah baik itu pemerintah pusat, propinsi maupun
daerah dan setiap tenaga kesehatan melakukan tugas sesuai dengan kode etik
dan standar operasinal pelayanan., serta pemerintah bertugas meningkatkan
kualitas tenaga kesehatan melalui pendidikan dan pelatihan
Tetapi dalam realitasnya bahwa tenaga kesehatan tidak merata di setiap
daerah dan fasilitas kesehatan, dan adanya tenaga kesehatan yang tidak bekerja
dengan menggunakan kode etik dan standar operasional pelayanan dari
pelayanan yang diberika tenaga tersebut, serta tidak meratanya pelatihan dan
pendidikan yang diberikan kepada tenaga kesehatan sehingga mengakibatkan
peningkatan tenaga kesehatan kurang yang berakibat pada mutu pelayanan.

4.2 Rekomendasi
Rekomendasinya dengan koordinasi yang baik antara fasilitas kesehatan
primer (puskesmas, pustu), fasilitas kesehatan rawat lanjut dan seluruh fasilitas
kesehatan lainnya dengan dinas kesehatan dan pemerintah daerah dalam
merencanakan, pengadaan, pendayagunaan dan pembinaan terhadap tenaga
kesehatan. Dalam hal kode etik dan standar pelayanan kesehatan dalam hal ini
dinas kesehatan dan pemimpin rumah sakit serta lembaga kesehatan
memberikan pengawasan terhadap pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh
tenga kesehatan dan memberikan pembinaan secara rutin dan bergiliran kepada
setiap tenaga kesehatan untuk meningkatakan kualitas SDM kesehatan
sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan secara menyeluruh.

12

Anda mungkin juga menyukai