Anda di halaman 1dari 9

DETERMINAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI

DIWILAYAH KAMPUNG KB KECAMATAN PANAKUKKANG


KOTA MAKASSAR TAHUN 2018

DETERMINANT THE USE OF A CONTRACEPTION IN FAMILY


PLANNING COMMUNITIES AREA PANAKUKKANG DISTRICT
MAKASSAR 2018

1
Uji Putriani, 2Masni, 3Syamsiar S. Ruseng

1
Bagian Kesehatan Reproduksi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Hasanuddin Makassar
2
Bagian Kesehatan Reproduksi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Hasanuddin Makassar
3
Bagian Kesehatan Kerja dan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Hasanuddin Makassar

Alamat Korespondensi:
Uji Putriani
Kespro Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Hasanudddin Makassar
HP: 082349074995
Email: uji.gia@gmail.com
Abstrak

Program Kampung KB yang merupakan bentuk miniatur pelaksanaan total program KKBPK
secara utuh yang melibatkan seluruh bidang di lingkunan BKKBN, yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup masyarakat ditingkat kampung atau setara, melalui program
kependudukan, kb, dan pembangunan keluarga serta membangun sektor terkait dalam rangka
mewujudkan keluarga kecil berkualitas. Banyak factor penghambat yang mempengaruhi BKKBN
dalam menjalankan program ini. Jenis penelitian ini adalah pendekatan desain Cross Sectional
Study. Populasi adalah seluruh seluruh PUS di wilayah kampung KB di kelurahan Karuwisi
Kecamatan Panakukkang sebanyak 1.767 PUS. Besar sampel adalah 176 PUD yang diperoleh
berdasarkan teknik pengambilan sampel secara Simple random sampling sesuai dengan
persyaratan sampel yang diperlukan. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan pengetahuan
(p=0,001), Sikap (0,044), dan dukungan Suami (p=0,000) dengan Penggunaan alat kontrasepsi
diwilayah kampung KB. Tidak ada hubungan Peran PLKB (p=0,463) dan karakteristik responden
(p>0,05) dengan penggunaan alat kontrasepsi di wilayah Kampung KB kecamatan Panakukkang,
kota Makassar. Diharapkan bagi PLKB / petugas kesehatan dan stekholder terkait sebagai bagian
dari Program KB dapat meningkatkan pemberian edukasi keesehatan khususnya dalam hal
Program KB.

Kata kunci: Kampung KB, Penggunaan alat kontrasepsi

Abstract

The KB Village Program, which is a miniature form, fully implements the total KKBPK program
involving all fields in the BKKBN environment, which aims to improve the quality of life of the
community at the village level or equivalent, through population programs, family planning and
family development and building related sectors in order to create a family small quality. Many
inhibiting factors affect BKKBN in carrying out this program. This type of research is a Cross
Sectional Study design approach. The population was all PUS in the KB village area in the
Karuwisi sub-district of Panakukkang Subdistrict with 1,767 EFAs. The sample size is 176 PUD
obtained based on sampling techniques using Simple random sampling according to the required
sample requirements. The results showed that there was a relationship of knowledge (p = 0.001),
attitude (0.044), and support of husband (p = 0.000) with the use of contraception in the KB
village area. There is no relationship between the role of the PLKB (p = 0.463) and the
characteristics of the respondents (p> 0.05) with the use of contraceptives in the KB Village area
of Panakukkang sub-district, Makassar city. It is expected that the PLKB / health workers and
related stakeholders as part of the family planning program can improve health education
provision, especially in terms of family planning programs.

Keywords: KB Communities, The use of contraception


PENDAHULUAN
Program Kampung keluarga berencana merupakan salah satu
bentuk/model miniatur pelaksanaan total program KKBPK (Kependudukan
Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga) secara utuh yang melibatkan
seluruh bidang di lingkungan BKKBN dan bersinergi dengan
kementerian/lembaga, mitra kerja, stakeholders instansi terkait sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi wilayah, serta dilaksanakan ditingkatan pemerintahan
terendah (sesuai prasyarat penentuan lokasi kampung keluarga berencana)
diseluruh kabupaten dan kota (Profil Kampung KB, 2017).
Pembentukan Kampung KB ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas
hidup masyarakat ditingkat kampung atau setara, melalui program Kependudukan,
Keluarga Berencana (khususnya metode Jangka Panjang) dan Pembangunan
Keluarga serta membangun sektor terkait dalam rangka mewujudkan keluarga
kecil berkualitas. Di Sulawesi Selatan, Kampung KB telah terbentuk di 24
Kabupaten / Kota dan 305 kecamatan didalamnya, masing-masing kecamatan
terdiri dari 1 atau 2 Kampung KB Di Sulawesi Selatan (profil Kampung KB,
2017).
Indikator keberhasilan dari kampung KB adalah berdasarkan dari rata-rata
capaian yang d tetapkan dari masing-masing daerah. Dalam bidang keluarga
berencana dan kesehatan reproduksi yang menjadi indikator nya dalah capaian
peserta KB Aktif, capaian metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP), capaian
pria berKB dari total peserta KB, dan unmeet need.
BKKBN menjelaskan bahwa Ada bebrapa faktor yang mempengaruhi
BKKBN dalam menjalankan program Kampung KB. Faktor utama menjadi
penghambat program KB adalah sosialisasi yang kurang baik kepada masyarakat
dan kurangnya fasilitas yang mendukung program KB tersebut. Hambatan yang
ditemui dalam mensosialisasikan program Keluarga Berencana banyak terjadi
diberbagai bidang mulai dari tingkat ekonomi, pengetahuan, pendidikan, usia,
tidak sama sehingga sulit memberikan pemahaman kepada masyarakat akan
pentingnya program KB tersebut. Pola pikir yang sudah tertanam pada target
sasaran masyarakat yaitu “banyak anak banyak rejeki” juga merupakan faktor
penghambat masuknya program KB tersebut. Fasilitas yang kurang memadai,
seperti tempat atau ruangan untuk melaksanakan penyuluhan atau sosialisasi
program Keluarga Berencana (KB). Kurangnya tenaga penyuluh atau PLKB pada
saat akan turun ke lokasi menjadi salah satu faktor penghambat dalam
mensosialisasikan program keluarga.
Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Darmawati (2017),
bahwa perilaku yang dipengaruhi oleh sosial yang ada di masyarakat. Hal ini
secara tidak langsung akan mempengaruhi pasangan usia subur dalam
pengambilan keputusan. Informasi mengenai penggunaan dan metode kontersepsi
akan membuat pasangan usia subur menjaga kesehatan reproduksinya dengan
menjadikan dirinya sebagai akseptor keluarga berencana.
Mengingat program Kampung KB ini adalah program baru dan banyak
hambatan yang dihadapi oleh PLKB dalam pelaksanaan program khususnya
dalam hal penggunaan KB, serta jumlah akseptor baru maupun aktif sangat tidak
signifikan dari jumlah PPM yang ditetapkan. Peneliti ingin melakukan penelitian
mengenai faktor-faktor dalam penggunaan alat kontrasepsi, dengan harapan hasil
penelitian ini dapat digunakan sebagai evaluasi dan referensi program dalam
keberhasilan pencapaian program.

BAHAN DAN METODE


Lokasi dan Rancangan penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah Kampung KB Kelurahan Karuwisi,
Kecamatan Panakukkang Kota Makassar. Jenis penelitian yang digunakan adalah
observational dengan menggunakan desain Cross sectional study.
Populasi dan sampel
Populasi adalah seluruh ibu PUS yang ada di wilayah Kampung KB
Kecamatan Panakukkang Kota Makassar. Sampel sebanyak 176 orang yang
dipilih secara Purpossive Sampling yang telah memenuhi kriteria inklusi yaitu
istri dari pasangan usia subur, bertempat tinggal di wilayah Kampung KB dan
bersedia untuk menjadi responden dengan menandatangai informed consent
kuesioner yang telah divalidasi. 1 kelurahan terdiri dari 10 RW, masing-masing
responden di ambil masing-masing 18 responden di 9 RW dan 14 responden di 1
kelurahan.
Metode Pengumpulan data
Data yang diperoleh dari wawancara langsung dengan ibu PUS dengan
menggunakan kuesioner yang berisi variabel penelitian, yang kemudian akan di
skoring berdasarkan kriteria objektif. Pengolahan data dalam penelitian ini
dilakukan dalam empat tahap meliputi: editting, untuk menilai kelengkapan data,
setelah kuesioner diisi oleh responden, peneliti mengumpulkan kuesioner tersebut.
Coding, peneliti melakukan pengkodean untuk mengubah data yang berbentuk
kalimat menjadi angka dan bilangan yang kemudian diolah selanjutnya sesuai cara
ukur yang telah ditetapkan di bab sebelumnya. Entry data, peneliti melakukan
entry data atau memasukan data yang telah ditabulasi ke dalam sistem SPSS.
Cleaning, peneliti melakukan pengecekan kembali untuk mengetahui kembali
kemungkinan kesalahan dalam pengkodean atau pemasukan.
Analisa data
Analisis univariat pada penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
variabel penelitian secara deskriptif untuk menentukan karakteristiknya usia,
pendidikan, pekerjaan jumlah anak dan penggunaan kontrasepsi. Analisis bivariat
pada penelitian ini digunakan untuk membuktikan hipotesa yang telah dirumuskan
yaitu apakah ada hubungan antara pengetahuan, sikap, dukungan suami dan peran
PLKB dengan penggunaan alat kontrasepsi di wilayah kampung KB (Kategorik)
dengan menggunakan uji Chi-square. Terakhir adalah Analisis multivariat,
Langkah awal yang dilakukan adalah menyeleksi variabel yang akan dimasukan
dalam analisis multivariat dengan uji regresi linear berganda. Variabel yang
dimasukan dalam analisis multivariat adalah variabel yang pada analisis bivariat
mempunyai nilai p < 0,05.

HASIL

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa responden yang menggunakan alat


Kontrasepsi paling banyak adalah yang memiliki pengetahuan cukup yaitu 79%
berpengetahuan rendah yaitu 42,1%. Hasil uji Chi-square menunjukkan
pengetahuan berhubungan secara bermakna dengan penggunaan alat kontrasepsi
dengan nilai p = 0,001 (p<0,05).Responden yang menggunakan alat kontrasepsi
lebih banyak yang memiliki sikap positif yaitu 76,6% dibandingkan dengan yang
bersikap negatif yaitu 44,4%. Hasil uji Chi-square menunjukkan Sikap ibu
berhubungan secara bermakna dengan penggunaan alat kontrasepsi dengan nilai p
= 0,044 (p<0,05).
Responden yang menggunakan alat kontrasepsi lebih banyak yang
mendapatkan dukungan dari suami yaitu 93,50% dibandingkan dengan responded
yang tidak mendapatkan dukungan dari suami yaitu 30,8%. Hasil uji Chi-square
menunjukkan dukungan suami berhubungan secara bermakna dengan
penggunaan alat kontrasepsi dengan nilai p = 0,000 (p<0,05).Responden yang
menggunakan KB lebih banyak mengungkapkan bahwa PLKB memiliki peran
yaitu sebanyak 111 responden dibandingkan yang mengungkapkan bahwa PLKB
tidak berperan yaitu sebanyak 111 (74,50). Responden yang mengemukakan
bahwa petugas KB tidak memiliki peran yaitu 21 responden. Terlihat juga bahwa
terdapat 38 responden yang tidak menggunakan alat kontrasepsi, namun
mengungkapkan bahwa PLKB memiliki peran yang baik. Hasil uji Chi-square
menunjukkan peran PLKB tidak berhubungan dengan penggunaan alat
kontrasepsi dengan nilai p = 0,463 (p>0,05).

PEMBAHASAN
Program Kampung KB dibentuk dengan tujuan untuk mensejahterahkan
masyarakat ditingkat kampung/kelurahan serta meningkatkan kualitas hidup
masyarakat pada bidang pelayanan KB. Namun ada banyak hambatan yang
dihadapi oleh PLKB dalam pelaksanaan program, diantaranya faktor individu
(pengetahuan, pendidikan), dukungan orang lain dalam hal ini suami dan
pelaksana program itu sendiri (PLKB).
Berdasarkan hasil penelitian ini pengetahuan berhubungan secara
bermakna dengan penggunaan alat kontrasepsi dengan nilai p = 0,001 (p<0,05).
sebagian besar responden telah mendapatkan informasi tentang alat kontrasepsi
sebelumnya melalui tenaga kesehatan, televisi, majalah atau media lainnya,
sehingga hal tersebut bisa menambah pengetahuan responden. Semakin tinggi
pengetahuan seseorang memungkinkan orang tersebut dapat lebih mudah untuk
mengaplikasikan pengetahuannya dan informasi yang didapatkan dari dan kepada
orang lain.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Aryanti
(2014) yang didapatkan bahwa wanta usia dini yang menggunakan alat
kontrasepsi adalah wanita yang memiliki pengetahuan cukup baik. Hal ini juga di
dukung oleh penelitian Huda,dkk (2016), yang menyatakan bahwa ada hubungan
antara pengetahuan responden dengan perilaku penggunaan alat kontrasepsi. Yang
kemudian Febriyani,dkk (2017) menyebutkan bahwa ada hubungan antara
pengetahuan responden dengan perilaku penggunaan alat kontrasepsi.
Hasil uji Chi-square menunjukkan Sikap ibu berhubungan secara
bermakna dengan penggunaan alat kontrasepsi dengan nilai p = 0,044 (p<0,05)
Hal ini disebabkan oleh pengetahuan responden yang tidak menyeluruh mengenai
KB, ada rasea takut, rasa tidak nyaman, ingin mempunyai anak lagi dan adanya
pengaruh orang lain (keluarga, tetangga, teman dekat), atau bahkan dikarenakan
responden mendengar cerita cerita negatif tentang KB yang menyebabkan
responden ragu bahkan tidak ingin menggunakan alat kontrasepsi.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh budisantoso
(2008) ternyata ada hubungan yang signifikan antara sikap terhadap partisipasi
pria dalam KB Berdasar uji statistik dengan uji chi square dengan p value 0,009
(α=0,05%). Begitu juga dengan penelitian Setiasih, dkk (2016), ada hubungan
antara sikap dengan pemilihan MKJP Non Hormonal, dengan Hasil uji chi square
memperoleh nilai p=0,027. Huda,dkk (2016) dalam penelitiannya ada hubungan
antara sikap responden dengan perilaku penggunaan alat kontrasepsi, dengan hasil
uji chi square tabel nilai p sebesar 0,034. Hasil ini juga di dukung oleh penelitian
Salsabila (2017) bahwa bahwa terdapat hubungan antara sikap dengan pemilihan
alat kontrasepsi IUD.
Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa dukungan suami berhubungan
secara bermakna dengan penggunaan alat kontrasepsi dengan nilai p = 0,000
(p<0,05). Dukungan suami diartikan sebagai sikap/ tindakan mendukung dalam
hal emosional dan materil, informasi, instrumental dan pemberian pengargaan
suami terhadap alat/ metode kontrasepsi yang digunakan istrinya
Dukungan suami merupakan salah satu faktor eksternal dalam pemilihan
alat kontrasepsi dimana menjadi penguat untuk mempengaruhi seseorang dalam
berperilaku. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Nuryati (2014), bahwa
terdapat pengaruh dukungan suami dalam menggunakan MKJP terhadap
pemilihan alat kontrasepsi (MKJP dan Non MKJP) dengan nilai p=<0.0001.
Aryanti (2014) dalam penelitiannya juga menyebutkan ada hubungan yang
bermakna antara dukungan suami dengan penggunaan kontrasepsi pada wanita
kawin usia dini di Kecamatan Aikmel Kabupaten Lombok Timur, Hasil ini di
dukung pula oleh Huda (2016) bahwa pada hasil penelitiannya didapatkan ada
hubungan antara dukungan suami yang dirasakan ibu dengan perilaku penggunaan
alat kontrasepsi. Sama halnya dengan Penelitian yang di lakukan oleh Salsabila
(2017), bahwa terdapat hubungan antara dukungan suami dengan pemilihan alat
kontrasepsi IUD.
BKKBN menjelaskan bahwa Petugas KB berperan dalam memberikan
konseling KB, memperlakukan klien dengan baik, interaksi antara petugas dan
klien, memberikan informasi yang baik dan benar, menghindari pemberian
informasi yang berlebihan, membahas metode yang diingini klien. PLKB
merupakan ujung tombak pengelola KB di lini lapangan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran PLKB tidak berhubungan
dengan penggunaan alat kontrasepsi dengan nilai p = 0,463 (p>0,05). Tidak
adanya hubungan antara peran PLKB dengan penggunaan kontrasepsi di
kecamatan Panakukkang kota Makassar ini disebabkan oleh banyak faktor,
diantaranya karena jumlah petugas lapangan khusus KB / PLKB, Di Kecamatan
Panakukkang hanya 1 orang di tiap wilayah kerja, meskipun kecamatan
panakukang khususnya kelurahan Karuwi/si merupakan wilayah binaan program
Kampung KB, nilai anak di masyarakat yang masih menganut istilah ‘banyak
anak banyak rejeki’, dan faktor individu itu sendiri.
Hasil ini sejalan dengan penelitian Suseno (2012) yang menyebutkan
bahwa tidak terdapat hubungan yang sigifikan peran PLKb/petugas kesehatan
khususnya dalam hal kualitas pelayanan KB terhadap penggunaan alat
kontrasepsi. Arliana dkk (2012) bahwa tidak ada hubungan antara pemberian
informasi oleh petugas KB dengan penggunaan metode kontrasepsi. Febriani,dkk
(2017) juga menyebutkan bahwa ada hubungan antara peran tenaga kesehatan
dengan perilaku penggunaan alat kontrasepsi.

KESIMPULAN DAN SARAN


Peneliti menyimpulkan bahwa pengetahuan, sikap dan dukungan suami
respinden berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi di wilayah kampung
KB. Tidak halnya dengan peran PLKB, bahwa Peran PLKB sendiri tidak
berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi. Diharapkan kepada akseptor
untuk berperan aktif dalam kegiatan yang berkaitan dengan kontrasepsi agar
akseptor KB memperoleh informasi yang benar dari sumber yang tepa, dan bagi
pemegang kebijakan agar menambah lagi jumlah petugas KB dan
mempertahankan kualitas pelayanan KB baik diwilayah Kampung KB maupun
bukan Wilayah Kampung KB.

DAFTAR PUSTAKA
Aryanti,heri. 2014. faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan
kontrasepsi pada wanita kawin usia dini di kecamatan aikmel kabupaten
lombok timur. Program magister program studi ilmu kesehatan masyarakat
program pascasarjana universitas udayana denpasar
Arliana,dkk. 2013. Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Metode
Kontrasepsi Hormonal Pada Akseptor Kb Di Kelurahan Pasarwajo
Kecamatan Pasarwajo Kabupaten Buton Sulawesi Tenggara.
Biostatistik/Kkb, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Unhas, Makassar
Budisantoso, s. 2008. Faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi pria
dalam keluarga berencana di Kecamatan Jetis Kabupaten bantul. Magister
promosi kesehatan program pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang
BKKBN. 2015. Petunjuk Teknis Kampung KB : Jakarta
Darmawati,dkk. 2015. keikutsertaan menjadi akseptor keluarga berencana pada
pasangan usia subur ditinjau dari aspek sosial dan budaya. idea nursing
journal vol. viii no. 1 2017. issn : 2087-2879
Febriani,dkk. 2017. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat
Kontrasepsi Padawanita Usia Subur (Wus) Beragama Islam Di
Kelurahan Pasir Kuda Bogor Barat. PROMOTOR Jurnal Mahasiswa
Kesehatan Masyarakat Vol. 1 No. 1 2018
Huda,dkk. 2016. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku
Penggunaan Alat Kontrasepsi Pada Wanita Usia Subur Di Puskesmas
Jombang-Kota Tangerang Selatan. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal)
Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN: 2356-3346)
Nuryati,dkk. 2014. Pengaruh Faktor Internal Dan Faktor Eksternal Terhadap
Pemilihan Alat Kontrasepsi Pada Akseptor Kb Baru Di Kabupaten Bogor.
Jurnal ilmiah kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 5 Tahun 2014 ● ISSN :
2302-1721
Salsabila,dkk. 2017. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Alat
Kontrasepsi Intra Uterine Device (Iud) Pada Pasangan Usia Subur Di
Kelurahan Sempur Kecamatan Bogor Tengah Kota Bogor. PROMOTOR
Jurnal Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Vol. 1 No. 1 2018
Setiasih,dkk. 2013. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKIP) pada Wanita Pasangan Usia
Subur (PUS) di Kabupaten Kendal. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol.
11 / No. 2 / Agustus 2016
Suseno,mutiara. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kebutuhan Keluarga
Berencana yang Tidak Terpenuhi (Unmet Needfor Family Planning) di Kota
Kediri (Suatu Studi Kuantitatif dan Kualitatif). Jurnal Kebidanan Panti
Wilasa, Vol. 2 No. 1, Oktober 2011

Anda mungkin juga menyukai