Disusun oleh:
Kelompok Senior Puskesmas Kecamatan Penjaringan
Periode 28 November 2016 – 11 Februari 2017
LEMBAR PENGESAHAN
(.........................................................)
Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Gizi
Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
Jl. Pluit Raya No, 2, Jakarta 14440
Telp. (021) 6691944, 6694366, 6693168
Faks. (021) 6606122, 6606123
(..........................................................)
Puskesmas Kecamatan Penjaringan
Jl. Raya Teluk Gong No. 2
Jakarta Utara, DKI Jakarta, Indonesia
Telp. (021) 6694917, 6678173
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan laporan analisis masalah program
keluarga berencana di Puskesmas wilayah Kecamatan Penjaringan. Dalam analisis ini
akan dibahas mengenai prioritas masalah yang terdapat pada program keluarga
berencana serta solusi untuk mengatasi masalah tersebut.
Penyusunan analisis masalah ini tidak lepas dari bimbingan dan dukungan dari
beberapa pihak terkait. Oleh karena itu, tim penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Prof. DR. dr. Bryany Titi Santi, M. Epid atas bimbingan dan saran yang telah
diberikan selama penyusunan laporan analisis masalah.
2. dr. Dwi Sujadir selaku Kepala bagian Pelayanan Kesehatan Puskesmas
Kecamatan Penjaringan.
3. Pihak Puskesmas Kecamatan Penjaringan dan seluruh pihak Puskesmas
Kelurahan di wilayah Kecamatan Penjaringan.
Demikian laporan analisis masalah ini kami buat, semoga analisis ini dapat
bermanfaat untuk memperbaiki kinerja Puskesmas wilayah Kecamatan Penjaringan
dalam program pelayanan keluarga berencana di masa mendatang.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Masuk ke poli KB dan melakukan konfirmasi identitas pasien serta pencarian status
Rujukan internal Tunda pelayanan dan pemberian Pemberian pelayanan kontrasepsi sesua
Rujukan eksternal dengan permintaan dan persetujuan
rujukan apabila diperlukan
Unit / RS yang
dibutuhkan Penyuluhan singkat dan pemberitahuan untuk jadwal kontrol kembali
BAB II
Gambar 1.1. Alur Pelayanan Program KB di Puskesmas Wilayah Kecamatan Penjaringan
KERANGKA EVALUASI
LINGKUNGAN
UMPAN BALIK
OUTCOME
2.1.1 Masukan
1. Tersedianya data peserta Jaminan Kesehatan Nasional (PUS) dan
fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan dan
terdaftar dalam SIM BKKBN.
2. Tersedianya tenaga kesehatan/Sumber Daya Manusia (SDM) yang
terlatih dalam pelayanan KB di seluruh fasilitas kesehatan,
mencakup bidan, dokter, serta perawat.
3. Tersedianya pendanaan upaya penggerakkan PUS untuk ber KB dan
pendanaan atas pelayanan KB yang diberikan. Dana diperoleh dari
APBD dan APBN untuk perlengkapan pelaksanaan program KB.
Selain itu juga terdapat dana bantuan berupa Dana Alokasi Khusus
(DAK) untuk program KB ke kabupaten/kota sejak 2008. DAK
diprioritaskan bagi kabupaten/kota tertentu dengan beberapa
kriteria, seperti keikutsertaan ber-KB atau Contraceptive Prevalence
Rate (CPR) masih rendah, angka kelahiran atau Child Woman Ratio
(CWR) tinggi, persentase keluarga miskin tinggi, dan padat
penduduk. Pendanaan dikatakan baik jika mencukupi kebutuhan
untuk pelaksanaan program KB dan dialokasikan secara tepat untuk
mendukung pelaksanaan program KB.
4. Sarana :
● Medis :
- Alat kontrasepsi seperti kondom, spermisida, pil KB, obat
KB suntik untuk satu bulan dan tiga bulan, implant, dan
spiral.
- Tersedianya bahan habis pakai seperti jarum suntik dan
kapas alkohol
● Non-medis
- Terdapat lembar balik untuk penyuluhan KB
- Terdapat leaflet yang dapat diambil pasien saat berada di
poli KIA
5. Tersedianya alat dan obat kontrasepsi (alokon) di seluruh Faskes
yang bekerjasama dengan BPJS dan teregistrasi dalam SIM
BKKBN.
6. Tersedianya sarana penunjang pelayanan KB dan formulir
pencatatan dan pelaporan di seluruh Faskes yang bekerjasama
dengan BPJS dan teregistrasi dalam SIM BKKBN sesuai dengan
ruang lingkup pelayanan yang diberikan
7. Metode:
a. Medis
■ Metode pemeriksaan status kesehatan pasien yang meliputi:
1. Anamnesis pada pasien baru ditanyakan mengenai
keluhan utama, identitas lengkap, sedangkan pada pasien
lama ditanyakan pertanyaan rutin yaitu keluhan yang
dirasakan.
2. Pemeriksaan fisik lengkap, antropometri (tinggi badan,
berat badan), tanda-tanda vital dan jika ada, cacat tubuh
lain
3. Menentukan diagnosis berdasarkan kondisi klinis
■ Metode pemeriksaan untuk deteksi dini komplikasi dari
penggunaan alat kontrasepsi. Komplikasi dari penggunaan
alat kontrasepsi meliputi:
1. Amenorea
2. Mual dan pusing
3. Perdarahan per vaginam
4. Ekspulsi dari implant
5. Infeksi dan reaksi peradangan pada daerah suntikan dan
insersi
6. Benang Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) hilang
7. Demam dan perdarahan pasca metoda kontrasepsi
mantap
■ Metode pemberian alat kontrasepsi yang meliputi:
1. Pemberian kondom untuk pasangan pria
2. Pemberian pil hormon
3. Pemberian suntikan hormon
4. Pemasangan AKDR
5. Pemasangan alat kontrasepsi implant
6. Kontrasepsi mantap yang meliputi Metoda Operasi
Wanita (MOW) dan Metoda Operasi Pria (MOP)
b. Non-Medis
Dilakukan dengan melakukan rujukan dan penyuluhan
perorangan kepada pasien yang berisiko tinggi untuk
mendapat komplikasi pemasangan alat kontrasepsi,
mengadakan penyuluhan kelompok yang dilaksanakan di
Puskesmas dan Posyandu mengenai kesehatan reproduksi,
persiapan pasca-persalinan dan risiko kehamilan, serta
pelaporan bulanan Pemantauan Wilayah Setempat-Kesehatan
Ibu dan Anak (PWS-KIA).
2.1.2 Proses
1. Perencanaan
● Perencanaan pendataan jumlah sasaran PUS, target didapat dari
SIM BKKBN.
● Deteksi dini
○ Resiko tinggi program KB didapat melalui anamnesa
(terutama riwayat penyakit) serta pemeriksaan fisik.
Misalnya, orang dengan riwayat kista atau hipertensi
tidak boleh menggunakan KB hormonal.
○ Kesehatan reproduksi didapat melalui anamnesa,
misalnya riwayat keputihan, riwayat menstruasi.
○ Komplikasi didapat melalui anamnesa terutama riwayat
penyakit, misalnya orang dengan diabetes kronis yang
menggunakan KB IUD dapat menyebabkan pendarahan.
○ Efek samping dapat diketahui dari masing-masing jenis
KB, tetapi efeknya juga berbeda untuk masing-masing
orang. Pil KB biasanya menimbulkan keluhan pusing
berat. Suntik 1 bulan menyebabkan terhentinya siklus
haid. Suntik 3 bulan pada awal pemakaian biasanya
menyebabkan flek pada wajah dan tubuh, sedangkan
setelah pemakaian menyebabkan terhentinya siklus haid
dan kenaikan berat badan. Penggunaan susuk dan IUD
menyebabkan durasi haid yang lebih panjang.
○ Kegagalan dalam program KB yaitu kehamilan, yang
bisa disebabkan karena lepasnya alat KB, konsumsi pil
KB yang tidak teratur, atau sebab lainnya.
○ Rujukan dilakukan bila ada masalah pada alat KB,
misalnya susuk yang patah dan sulit dicabut sehingga
harus dilakukan pemeriksaan x-ray. Masalah lain lagi
yang didapat yaitu benang yang tidak ditemukan saat
ingin melepas IUD sehingga perlu dilakukan USG.
● Pembinaaan peserta KB saat ingin melakukan program KB
yaitu brainstorming/tanya-tanya terlebih dahulu mengenai apa
yang diketahui pasien tentang alat kontrasepsi. Kemudian,
menjelaskan mengenai keuntungan, kerugian, efek samping,
maupun komplikasi dari pemakaian tiap alat kontrasepsi.
Setelah itu, pasien memberikan keputusan secara spontan untuk
alat kontrasepsi yang akan dipakai.
2. Pengorganisasian
Struktur, organisasi, dan pembagian tugas ada tertulis dan
dijalankan. Kegiatan yang dilakukan oleh bidan berada di bawah
pengawasan dokter di setiap puskesmas kelurahan walaupun dokter
tidak selalu berada di poli KIA terutama saat pelaksanaan kegiatan
KB.
3. Pelaksanaan
a. Terlaksananya penyuluhan perorangan atau konseling kepada
pasien yang berencana untuk menggunakan alat kontrasepsi.
b. Terlaksananya pelayanan medis yang meliputi pemeriksaan fisik,
pencatatan tanda-tanda vital, pemeriksaan antropometri dan
pemeriksaan terhadap cacat tubuh pasien yang akan mengikuti
program KB.
c. Terlaksananya alur rujukan untuk pasien yang berisiko tinggi
mendapat komplikasi dari pemasangan alat kontrasepsi.
d. Terlaksananya pencatatan dan juga pelaporan peserta KB aktif
maupun yang baru, serta distribusi dan pemakaian alokon.
e. Terlaksananya pertemuan berkala kelompok kerja KB dalam
JKN di berbagai tingkatan wilayah hingga desa.
4. Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan dan pelaporan PUS yang dapat berkunjung dilakukan
pada buku register harian, kartu KB, laporan bulanan, dan tahunan
KB.
5. Pengawasan
Pengawasan dilakukan oleh kepala Puskesmas tiap bulannya dari
laporan hasil kegiatan. Pengawasan juga mendapat supervisi dari
Puskesmas Kecamatan Penjaringan.
6. Penyuluhan
a. Kegiatan program KB dilakukan berdasarkan alur pelayanan
yang telah ditetapkan yakni pelayanan metode kontrasepsi
jangka pendek (pil KB, suntik) dan kontrasepsi jangka
panjang (implant, IUD), serta kontrasepsi mantap. Penyuluhan
dilakukan sebelum pelayanan KB dan pada saat Ante Natal
Care kepada ibu yang akan melahirkan di awal persalinan atau
P4K tentang KB pasca persalinan. Di puskesmas kelurahan,
penyuluhan dan konseling KB dilakukan hampir setiap hari.
b. Kebutuhan alat kontrasepsi distok setiap tiga bulan sekali
sesuai dengan kebutuhan.
c. Jumlah SDM di puskesmas kelurahan berjumlah 2 bidan.
d. Puskesmas membawahi klinik, Rumah Sakit, dan bidan
praktek. Dari fasilitas kesehatan tersebut mengirimkan laporan
pelayanan KB setiap bulannya kepada Puskesmas Kelurahan
yang kemudian akan direkap di Puskesmas Kelurahan dan
dilaporkan ke Puskesmas Kecamatan untuk selanjutnya
dikirimkan ke Suku Dinas Kesehatan, Dinas Kesehatan, dan
Kementerian Kesehatan.
2.1.3 Keluaran
1. Indeks kepuasan akseptor terhadap pelayanan KB dalam JKN
2. Indeks kepuasan tenaga dan Faskes terhadap pelayanan KB dalam
JKN
3. Meningkatnya cakupan kesertaan ber KB
2.1.4 Lingkungan
1. Lingkungan fisik
Akses ke puskesmas cukup baik untuk dicapai dengan berjalan
kaki, motor, maupun mobil. Namun pada beberapa puskesmas
lebar jalan yang terbatas membuat mobil dan kendaraan besar
sulit menjangkau puskesmas.
2. Lingkungan non fisik
Agama dan adat istiadat di wilayah tersebut tidak menghambat
jalannya program.
- Persentase Komplikasi
Akseptor KB baru atau lama yang mengalami gangguan kesehatan
mengarah pada keadaaan patologis, sebagai akibat dari proses tindakan/
pemberian/pemasangan alat kontrasepsi yang digunakan, seperti
perdarahan, infeksi/abses, fluor albus patologis, perforasi, translokasi,
hematoma, tekanan darah meningkat, perubahan Hb, ekspulsi.
Berdasarkan data pada tabel di atas, dapat diketahui jumlah peserta KB aktif di
Puskesmas wilayah Kecamatan Penjaringan adalah sebanyak 3.739 selama periode
Januari-Desember 2016, dengan 1.277 (34,2%) wanita merupakan peserta KB aktif.
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa metode kontrasepsi yang paling banyak
digunakan oleh peserta KB baru adalah metode KB suntik 3 bulan yaitu sebanyak 519
PUS (40,6%), diikuti metode IUD yaitu sebanyak 327 PUS (25,6%). Sedangkan
metode yang paling sedikit digunakan oleh peserta KB baru adalah metode
kontrasepsi mantap (kontap) yaitu sebesar 12 peserta (0,9%).
Berdasarkan data dari tabel diatas, didapatkan bahwa sebanyak 4.869 PUS
yang datang ke Puskesmas wilayah Kecamatan Penjaringan periode Januari-
Desember 2016 tergolong dalam kategori “4T”, dan sebanyak 370 peserta (7,6%)
adalah wanita yang menggunakan KB yang masuk dalam kategori “4T”. Data jumlah
PUS dengan “4T” diperoleh dari buku registrasi BPU, poliklinik gigi, KIA maupun di
bagian pendaftaran. Namun data PUS yang diperoleh dari buku registrasi BPU dan
poliklinik gigi hanya diihat berdasarkan usia >35 tahun karena data registrasi tersebut
tidak memuat data mengenai status pernikahan, jumlah anak dan jarak lahir,
sedangkan data tersebut hanya dapat dilihat dari buku registrasi dan data kohort di
poliklinik KIA.
Tabel 3.9. Jenis Data, Cara Pengambilan Data, Instrumen yang Digunakan dan
Variabel
Jenis Data Cara Pengambilan Variabel
Data Primer
Pelaksana Program KB Wawancara - Jadwal pelayanan KB
- Pencatatan dan pelaporan program
Puskesmas di wilayah dan checklist data
KB
Kecamatan Penjaringan laporan - Penyuluhan KB
- Kendala yang dihadapi ketika
(Bidan yang bertugas di
menjalankan program KB
masing-masing
Puskesmas)
Masukan
- Jumlah tenaga kesehatan terlatih
pelayanan KB
- Metode medis dan non-medis
Observasi kegiatan
Proses
Observasi Puskesmas dan kelengkapan
- Pelayanan dan Pelaksanaan
puskesmas program KB
- Penyuluhan KB
- Pencatatan dan pelaporan program
KB
- Kendala yang dihadapi ketika
menjalankan program / pelayanan
KB
Keluaran
- Nomor Status
- Jenis kelamin, umur dan status
marital
- Akseptor KB baru dan lama
- Akseptor KB aktif
- Jenis dan metode KB yang
digunakan
- Komplikasi KB
- Kegagalan KB
- Drop out KB
Buku registrasi, status Melihat dan mencatat
- PUS miskin ber-KB
pasien, buku kohort pasien dokumen - PUS 4T ber-KB
KB dan laporan bulanan
periode Januari 2016 -
Desember 2016
Data Sekunder
Profil Kesehatan Menganalisis Data demografi penduduk di wilayah
Puskesmas Kecamatan dokumen Kecamatan Penjaringan dan data
Penjaringan dan Laporan jumlah PUS di Kecamatan
Kecamatan Penjaringan Penjaringan
BAB IV
PERUMUSAN MASALAH
No. Keluaran Target Hasil yang Masalah
(E) Diperoleh (E – O)
(O)
1. Cakupan peserta KB baru 70% 11,21 % +
Perhitungan:
Jumlah peserta KB baru x 100%
Jumlah PUS yang datang ke Puskesmas
= 1.277/11.385 x 100%
= 11,21 %
Keterangan:
Data mengenai jumlah peserta KB yang
mengalami komplikasi tidak terdapat di
Puskesmas manapun sehingga indikator ini
tidak dapat dinilai.
4. Persentase kegagalan kontrasepsi 0,2% 0,4% +
Perhitungan:
Jumlah peserta KB yang mengalami kegagalan x 100%
Jumlah peserta KB aktif
=10/2.452 x 100%
=0,4%
Keterangan:
Data PUS yang mengalami kegagalan hanya
terdapat pada Puskesmas Kecamatan
Penjaringan dan Puskesmas Kelurahan Pluit
sehingga persentase kegagalan KB hanya dapat
dinilai dari Puskesmas ini. data ini tidak dapat
mewakili seluruh Puskesmas wilayah
Kecamatan Penjaringan
5. Cakupan PUS miskin ber-KB 100% - Tidak
Perhitungan: dapat
Jumlah PUS Gakin ber-KB x 100% dinilai
Jumlah PUS Gakin yang
datang ke Puskesmas
Keterangan:
Data mengenai jumlah PUS Gakin yang ber-
KB maupun datang ke Puskesmas tidak
terdapat di Puskesmas manapun sehingga
indikator ini tidak dapat dinilai.
6. Cakupan PUS dengan “4T” ber-KB 100% 8,22% +
Perhitungan:
Jumlah PUS “4T” ber-KB x 100%
Jumlah PUS dengan “4T”
yang datang ke Puskesmas
= 370/4.499 x100%
= 8,22 %
Keterangan:
Jumlah PUS dengan “4T” diperoleh dengan
melihat seluruh WUS dengan 4T yang datang
ke Puskesmas di wilayah kecamatan
Penjaringan. Perhitungan ini berbeda dengan
Puskesmas karena puskesmas menggunakan
data jumlah PUS dengan 4T yang datang ke
KIA saja atau pernah hamil.
7. Persentase Drop Out 0% 6,57% +
Perhitungan:
Jumlah peserta KB yang drop out x 100%
Jumlah peserta KB aktif
= 161/2.452 x 100%
=6,57%
8. Cakupan PUS dengan penyakit kronis ber-KB - - Tidak
Perhitungan: dapat
Jumlah PUS sakit kronis ber-KB x 100% dinilai
Jumlah PUS dengan penyakit kronis
Keterangan:
Target ini tidak dapat dinilai karena tidak
tersedia data PUS dengan penyakit kronis pada
setiap Puskesmas
9. Cakupan KB pasca persalinan 100% 13,09% +
Perhitungan:
PUS yang mengikuti KB pasca persalinan x 100%
Jumlah sasaran ibu bersalin
= 149/1.138 x100%
= 13,09%
Keterangan:
Data PUS yang mengikuti KB pasca persalinan
hanya terdapat pada Puskesmas Kelurahan
Pluit, Puskesmas Kelurahan Kamal Muara dan
Puskesmas Kelurahan Kapuk Muara sehingga
cakupan KB pasca persalinan hanya dapat
dinilai dari kedua Puskesmas ini. Data ini tidak
dapat mewakili seluruh Puskesmas wilayah
Kecamatan Penjaringan .
10. Cakupan akseptor KB MKET 70% 15,1% +
Perhitungan:
Jumlah akseptor MKET x 100%
Jumlah akseptor KB aktif
= 370/2.452 x 100%
= 15,1%
Keterangan:
Data PUS yang datang ke Puskesmas diperoleh dari data registrasi, kohort dan status
pasien pada periode Januari-Desember 2016 dengan melihat WUS yang datang ke
seluruh poli di Puskesmas. Jumlah PUS yang didapat mungkin kurang tepat karena
adanya kemungkinan perhitungan ulang karena adanya kedatangan WUS berulang.
Cakupan PUS yang didapat berbeda dengan perhitungan Puskesmas karena
Puskesmas menggunakan PUS target dalam suatu wilayah, sedangkan dalam
pelaporan ini dihitung jumlah WUS yang datang di Puskesmas di seluruh wilayah
Kecamatan Penjaringan.
BAB V
PEMBAHASAN DAN PENYELESAIAN MASALAH
Skoring:
1. Besarnya masalah dilihat dari kesenjangan antara pencapaian dan
target
Rumus :
G=E-O
G :Gap
E :Expected (target yang ingin dicapai)
O :Outcome (data yang didapat dari lapangan)
Tabel 5.1. Skor Besarnya Masalah Dilihat dari Kesenjangan Terhadap Target
No. Masalah E O G Skor
1. Cakupan peserta KB baru 70% 11,21% 58,79% 3
2. Cakupan peserta KB aktif 65% 21,53% 43,47% 3
3. Kegagalan <0.2% 0.4% 0,2% 1
4. Drop Out peserta KB 0% 6,57% 6,57% 1
5. Cakupan akseptor KB MKET 70% 15,1% 54,9% 3
6. Cakupan KB Pasca Persalinan 100% 13,09% 86,91% 5
7. Cakupan PUS 4T ber-KB 100% 8,22% 91,78% 5
N KB KB Kegag “Dr KB KB 4T
Parameter baru Aktif alan op MKET Paska ber-
o.
Out” Persali KB
KB nan
1. Besarnya masalah 3 3 1 1 3 5 5
Total 17 16 12 10 13 14 15
Lingkungan:
Lokasi Puskesmas Kamal Muara
dan Penjaringan II sulit dijangkau
dengan kendaraan roda empat.
Proses :
Tidak ada jadwal tetap untuk
penyuluhan rutin mengenai
kesehatan reproduksi, kehamilan
berisiko tinggi, metode, manfaat
penggunaan KB.
Tidak dilakukan kunjungan rumah
untuk kepada PUS yang belum ber-
KB
Pelayanan KB di beberapa
Puskesmas hanya 2 hari perminggu
sehingga banyak yang datang di
hari yang salah.
Lingkungan:
Kurangnya dukungan dan
pengetahuan suami mengenai
program KB
Proses:
Peserta KB tidak datang sesuai
jadwal yang ditentukan pada
metode KB suntik dan tidak
meminum obat sesuai dengan
ketentuan pada metode KB pil.
Lingkungan:
Pendidikan peserta KB rendah dan
kurangnya pemahaman peserta KB
mengenai pentingnya ketepatan
waktu dalam pelaksanaan KB
seperti metode suntik dan pil, serta
tidak dapat menggunakan kondom
dengan benar.
4. Persentase drop out (>0%) Input :
Petugas kesehatan tidak
mengingatkan waktu untuk datang
kembali ke puskesmas pada saat
masa kerja alat kontrasepsinya
berakhir.
Akseptor KB tidak kurang mengerti
pentingnya kepatuhan waktu jadwal
KB.
Proses :
Instruksi untuk kembali ke
puskesmas setelah jangka waktu
tertentu kurang jelas
Lingkungan:
Faktor budaya, terpengaruh berita-
berita di lingkungannya bahwa
menggunakan KB memiliki efek
samping yang tidak diinginkan
Akses menuju Puskesmas Kamal
Muara dan Penjaringan II sulit,
sehingga tidak kembali ke
puskesmas sesuai dengan waktu
yang sudah ditentukan.
Kartu KB yang diberikan pada
akseptor KB hilang, sehingga tidak
tahu kapan harus ke puskesmas
untuk melanjutkan pemasangan
alat kontrasepsi.
5. Cakupan akseptor KB MKET yang Input :
rendah Sarana media informasi seperti
poster, flyer, spanduk maupun
booklet tentang manfaat KB MKET
tidak didapati di semua puskesmas
Proses :
Metode pemasangan IUD tidak
berjalan di beberapa puskesmas.
.Umumnya pemasangan KB MKET
juga terdapat dalam kegiatan bakti
sosial, namun kegiatan bakti social
tersebut tidak dilangsungkan secara
rutin.
Tidak ada jadwal tetap untuk
penyuluhan rutin mengenai
kesehatan reproduksi, kehamilan
berisiko tinggi, metode, manfaat
penggunaan KB khususnya MKET.
Lingkungan:
Faktor budaya, terpengaruh berita-
berita di lingkungannya bahwa
menggunakan KB MKET memiliki
prosedur pemasangan yang
berbahaya dan tidak aman.
6. Rendahnya cakupan kb pasca Input :
bersalin (100%) Kurangnya pemberian konseling
tentang KB pada saat kunjungan
asuhan antenatal di Puskesmas oleh
tenaga kesehatan.
Kurangnya penyampaian informasi
secara mendalam kepada ibu
mengenai KB yang dapat
digunakan bagi ibu yang menyusui.
Proses :
Tidak ada jadwal tertulis untuk
dilakukannya penyuluhan rutin
mengenai metode kontrasepsi yang
aman digunakan pasca persalinan.
Lingkungan :
Faktor budaya, terpengaruh berita-
berita di lingkungannya bahwa
menggunakan KB paska persalinan
dapat mempengaruhi ASI yang
diberikan pada bayinya.
Akses menuju Puskesmas sulit,
sehingga pasien tidak dapat
kembali dalam waktu 40 hari paska
persalinan untuk mendapatkan alat
kontrasepsi.
7. Cakupan peserta PUS 4T ber-KB Input :
Tidak ada poster/leaflet
penyuluhan KB yang memuat
materi 4T.
Data PUS 4T tidak ber-KB tidak
tersedia.
Proses :
Riwayat kehamilan pasien hanya
ditanyakan saat pelayanan KIA.
Lingkungan :
Tradisi menikah pada usia muda
dan pemikiran masyarakat bahwa
banyak anak banyak rezeki
menyebabkan angka PUS 4T
meningkat.
5.4. Pohon Masalah
PENYULUHAN KB KURANGNYA
KURANGNYA PELAYANAN LUAR
KURANG MAKSIMAL
KEGIATAN KERJA SAMA GEDUNG DAN
PELATIHAN DENGAN TOGA- WAKTU PELAYANAN
KADER TIDAK TOMA
MEDIA
PROMOSI RUTIN
JADWAL
KURANGNYA EDUKASI PENYULUHAN TERBATAS
YANG MELIBATKAN TIDAK RUTIN
KELUARGA SECARA
UTUH MENINGKATKAN PELAYANAN
MELAKUKAN POSYANDU, DAN
BEKERJA SAMA MELAKUKAN MENYEDIAKAN PELAYANAN KB
MERENCANAKAN DENGAN PIHAK LUAR PELATIHAN PERTEMUAN RUTIN
JADWAL RUTIN PADA KELILING SERTA
DALAM LINTAS SEKTORAL MENAMBAHKAN JAM
PENYULUHAN RUTIN MENGADAKAN KADER
PELAYANAN DI LUAR JAM
MEDIA PROMOSI KERJA
5.5. Penyelesaian Masalah
1. Merencanakan Penyuluhan Rutin ke Masyarakat
Pelaksana (who) Dokter, bidan, dokter internship, dokter muda
Waktu (when) 2 kali satu tahun
Tempat (where) Puskesmas, Posyandu, Kampung KB
Materi (what) Jenis-jenis metode kontrasepsi, manfaat, efek samping, jangka
waktu, 4T, kontrol KB
Sasaran (who) PUS yang berada di wilayah kerja Puskesmas (Keluarga,
Suami dan Isteri), PUS yang sudah berKB
Tujuan (why) Meningkatkan wawasan PUS mengenai manfaat, efek
samping, jangka waktu, 4T
Memotivasi dan meningkatkan kesadaran PUS untuk
menjalani program KB dan kontrol KB
Mengurangi kejadian kegagalan kontrasepsi akibat
ketidakteraturan dalam menjalankan program KB
Meningkatkan peranan suami dalam program KB
Cara (how) Menyediakan leaflet, poster, dan lembar balik untuk dijadikan
sebagai bahan penyuluhan
Melakukan tanya jawab dengan PUS yang hadir di Puskesmas
mengenai tanggapan tentang KB yang beredar di masyarakat
Memberikan edukasi kepada PUS yang berKB untuk tetap
kontrol
2. Mengadakan Media Promosi
Pelaksana (who) Kepala Puskesmas, bidan, dokter, administrasi
Waktu (when) Setiap Tahun
Tempat (where) Puskesmas Kecamatan
Materi (what) Media promosi
Sasaran (who) Dokter muda, dokter internship, akbid, farmasi, bidan praktek
mandiri
Tujuan (why) Menyediakan media promosi KB bagi masyarakat
Cara (how) Mengajukan permohonan kerja sama untuk menyediakan
media promosi KB
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis masalah program KB di Puskesmas wilayah
Kecamatan Penjaringan selama periode Januari 2016 – December 2016, dapat
disimpulkan bahwa program ini belum terlaksana secara optimal. Hal ini
terlihat dari beberapa indikator yang masih belum mencapai target, yaitu
cakupan peserta KB baru 11,21%, cakupan peserta KB aktif 21,53%,
persentase drop out 0,4%, cakupan akseptor KB MKET 15,1%, cakupan KB
pasca persalinan 13,09%, dan cakupan PUS “4T” ber-KB 8,22%.
Melalui penentuan prioritas masalah yang dilakukan denganmenghitung
kesenjangan antara pencapaian dengan target, mempertimbangkan besarnya
masalah dikaitkan dengan akibat yang ditimbulkan; sumber daya tenaga yang
ada; dan keuntungan sosial yang diperoleh, maka didapatkan satu masalah
yang menjadi prioritas, yaitu cakupan KB aktif yang masih rendah di
Puskesmas wilayah Kecamatan Penjaringan. Penyebab dari masalah ini antara
lain adalah kurangnya media promosi KB seperti poster, leaflet, dan video,
tidak ada jadwal tetap untuk penyuluhan rutin mengenai kesehatan reproduksi,
kehamilan berisiko tinggi, metode, manfaat penggunaan KB, tidak dilakukan
kunjungan rumah untuk kepada PUS yang belum ber-KB, pelayanan KB di
beberapa Puskesmas hanya 2 hari perminggu sehingga banyak yang datang di
hari yang salah, layanan KB yang hanya dilakukan dalam waktu kerja, dan
kurangnya dukungan dan pengetahuan suami mengenai program KB.
6.2. Saran
Berdasarkan hasil analisis masalah program pelayanan KB di
Puskesmas wilayah Kecamatan Penjaringan, maka kami memberikan beberapa
saran dan usulan untuk dilakukan di Puskesmas untuk dapat meningkatkan
cakupan KB aktif pada Kecamatan Penjaringan yaitu dengan bekerja sama
dengan perusahaan farmasi ataupun alat kontrasepsi untuk menyediakan media
promosi terutama unutuk PUS, menjadwalkan promosi rutin, melakukan
pelatihan rutin pada kader agar mampu memotivasi pasangan PUS untu ber
KB ataupun mematuhi jadwal KB untu suntik dan pil, melakukan pertemuan
rutin lintas sektoral agar pelaksamaam KB lebih meluas, dan Mengadakan KB
Keliling, Kampung KB, ataupun menambah jam pelayanan usia jam kerja agar
dapat memudahkan akses masyarakat untuk mendapatkan KB.