Anda di halaman 1dari 53

ANALISIS MASALAH PROGRAM KELUARGA BERENCANA

DI PUSKESMAS WILAYAH KECAMATAN PENJARINGAN


PERIODE JANUARI 2016 – DESEMBER 2016

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Gizi


Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
Jakarta
2017

Disusun oleh:
Kelompok Senior Puskesmas Kecamatan Penjaringan
Periode 28 November 2016 – 11 Februari 2017
LEMBAR PENGESAHAN

(.........................................................)
Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Gizi
Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
Jl. Pluit Raya No, 2, Jakarta 14440
Telp. (021) 6691944, 6694366, 6693168
Faks. (021) 6606122, 6606123

(..........................................................)
Puskesmas Kecamatan Penjaringan
Jl. Raya Teluk Gong No. 2
Jakarta Utara, DKI Jakarta, Indonesia
Telp. (021) 6694917, 6678173
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan laporan analisis masalah program
keluarga berencana di Puskesmas wilayah Kecamatan Penjaringan. Dalam analisis ini
akan dibahas mengenai prioritas masalah yang terdapat pada program keluarga
berencana serta solusi untuk mengatasi masalah tersebut.
Penyusunan analisis masalah ini tidak lepas dari bimbingan dan dukungan dari
beberapa pihak terkait. Oleh karena itu, tim penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Prof. DR. dr. Bryany Titi Santi, M. Epid atas bimbingan dan saran yang telah
diberikan selama penyusunan laporan analisis masalah.
2. dr. Dwi Sujadir selaku Kepala bagian Pelayanan Kesehatan Puskesmas
Kecamatan Penjaringan.
3. Pihak Puskesmas Kecamatan Penjaringan dan seluruh pihak Puskesmas
Kelurahan di wilayah Kecamatan Penjaringan.
Demikian laporan analisis masalah ini kami buat, semoga analisis ini dapat
bermanfaat untuk memperbaiki kinerja Puskesmas wilayah Kecamatan Penjaringan
dalam program pelayanan keluarga berencana di masa mendatang.

Jakarta, 25 Januari 2017

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia merupakan negara dengan jumlah peduduk terbesar ke – 4 di
dunia, dengan jumlah penduduk sebesar 257.564.000 pada tahun 2015.1
Berdasarkan hasil sensus tahun 2010, sebagian besar penduduk Indonesia
(57,5%) terkonsentrasi di Pulau Jawa terutama di Provinsi DKI Jakarta.
Jumlah penduduk DKI Jakarta pada tahun 2014 menurut Badan Pusat Statistik
(BPS) Provinsi DKI Jakarta berjumlah 10.075.300 jiwa dengan luas wilayah
sebesar 664,01 km2, maka kepadatan penduduknya adalah 15,173 jiwa/km2.2,3
Jakarta Utara memiliki penduduk dengan jumlah 1.680.579 jiwa, dengan
313.136 jiwa merupakan penduduk di Kecamatan Penjaringan.4
Laju pertumbuhan penduduk Indonesia pada tahun 2000-2010 adalah
sebesar 1,41%.5 Sedangkan, Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) tahun 2010-2014 mempunyai target menurunkan laju
pertumbuhan penduduk sampai dengan 1,1%. laju pertumbuhan penduduk di
kecamatan penjaringan periode 2000-2010 sebesar 1,49%. Maka dari itu,
untuk mencapai target serta mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan
keluarga berkualitas dilakukan program Keluarga Berencana (KB).6
Terdapat dua tujuan pelaksanaan KB menurut Undang Undang No. 52
Tahun 2009 yaitu perkembangan kependudukan sehingga dapat mewujudkan
keserasian, keselelarasan dan keseimbangan antara kuantitas, kualitas dan
persebaran penduduk dengan lingkungan hidup dan pembangunan keluarga
sehingga tercapai peningkatan kualitas keluarga agar dapat timbul rasa aman,
tentram dan harapan masa depan yang lebih baik dalam mewujudkan
kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin. Untuk melaksanakan tugas
pemerintah di bidang pengendalian penduduk dan keluarga berencana maka
dibentuklah Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
Dengan adanya BKKBN diharapkan dapat membantu calon atau pasangan suami
istri dalam membuat keputusan dan mewujudkan hak reproduksi yang meliputi
usia ideal perkawinan, usia ideal melahirkan, jumlah ideal anak, jarak kelahiran
ideal anak dan penyuluhan kesehatan reproduksi.7,8
Selain itu, Pemerintah DKI Jakarta mendukung program KB dengan
mengeluarkan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 162/2010
mengenai Pelayanan Keluarga Berencana. Dalam hal ini, puskesmas
merupakan salah satu unit pengimplementasi Program KB Nasional,
melalui pengaturan kehamilan baik dari segi frekuensi, waktu, maupun
jarak antar kehamilan. Kegiatan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi
(KIE) di tingkat Puskesmas merupakan salah satu upaya yang dilakukan
pemerintah dalam menurunkan Total Fertility Rate (TFR) dan meningkatkan
Contraceptive Prevalence Rate (CPR) sehingga dapat menurunkan angka
kesakitan dan kematian ibu dan bayi.9
Kegiatan program KB di puskesmas mencakup penyuluhan KB di
dalam gedung maupun luar gedung selama melakukan pelayanan KB,
pengenalan NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera), pembinaan
akseptor IUD, implan, suntik, dan kontap, pelayanan medis, pemeriksaan
status kesehatan pasangan calon pengantin, pemasangan alat kontrasepsi,
rujukan kasus yang tidak dapat ditangani oleh puskesmas dan pembinaan
peran serta masyarakat.10
Target program KB nasional yang masih belum dapat tercapai
diantaranya adalah angka TFR (rata-rata jumlah anak yang dilahirkan oleh
wanita masa subur usia 15-49 tahun) berdasarkan data Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 adalah sebesar 2,6, lebih tinggi
dibanding target RPJMN 2010-2014 yang sebesar 2,1. Angka ini juga
menunjukkan bahwa tidak ada penurunan dalam 10 tahun terakhir sejak SDKI
2002-2003. Angka fertilitas pada usia remaja juga masih tinggi, yang ditandai
dengan angka kelahiran menurut kelompok umur Age-Specific Fertility Rate
(ASFR) sebesar 48 per 1.000 wanita umur 15 -19 tahun. Terjadi peningkatan
median usia kawin pertama wanita, yaitu menjadi 20,1 tahun, yang masih
belum sesuai dengan yang diharapkan, yaitu 21 tahun. Angka KB
aktif/contraceptive prevalence rate (CPR) mencapai 61,9%, dimana 57,9%
yang menggunakan KB modern. Peningkatan penggunaan KB modern tahun
2007-2012 hanya meningkat 0,5% dari 57,4% menjadi 57,9%. Penggunaan
kontrasepsi masih didominasi oleh alat kontrasepsi jangka pendek, terutama
suntik, yang mencapai 31,9%. Tingkat pemakaian metode KB jangka panjang
(MKJP), yaitu IUD, implan, metode operasi pria (MOP/vasektomi), dan
metode operasi wanita (MOW/tubektomi) hanya sebesar 10,6%.11
Kegiatan evaluasi program KB ini dilakukan di Puskesmas wilayah
Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. Evaluasi ini bertujuan untuk
memperoleh gambaran mengenai kinerja puskesmas dalam program KB
selama periode satu tahun terakhir (Januari 2016 - Desember 2016) sehingga
permasalahan dapat disimpulkan dan dapat memberikan penyelesaian untuk
membantu meningkatkan kualitas program KB pada Puskesmas wilayah
Kecamatan Penjaringan.

1.2. Tujuan Analisis Masalah Program Keluarga Berencana di Puskesmas


1.2.1. Tujuan Umum
Mengetahui dan menganalisis pelaksanaan dan permasalahan
program pelayanan KB di Puskesmas kelurahan di wilayah Kecamatan
Penjaringan, yakni Puskesmas Kelurahan Penjaringan 1, Puskesmas
Kelurahan Penjaringan 2, Puskesmas Kelurahan Kamal Muara,
Puskesmas Kelurahan Pejagalan, Puskesmas Kelurahan Pluit dan
Puskesmas Kapuk Muara pada periode Januari 2016 – Desember 2016.

1.2.2. Tujuan Khusus


1. Menganalisis masukan (sumber daya manusia, dana, dan sarana),
proses (perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pelaporan
dan pencatatan, dan pemantauan), keluaran (cakupan peserta KB
baru, cakupan peserta KB aktif, persentase komplikasi, persentase
drop out, persentase kegagalan KB, cakupan PUS dengan “4T”
ber-KB, dan cakupan ibu pasca persalinan ber-KB), dampak,
umpan balik dan lingkungan program pelayanan KB di enam
Puskemas Kelurahan wilayah Kecamatan Penjaringan selama
periode Januari 2016 – Desember 2016.
2. Mencari masalah serta hambatan dalam program pelayanan KB di
enam Puskemas Kelurahan wilayah Kecamatan Penjaringan
selama periode Januari 2016 – Desember 2016
3. Menentukan prioritas masalah dan mencari penyebab masalah
utama yang menyebabkan tidak terpenuhinya target keluaran dari
segi kinerja Puskesmas pada program pelayanan KB di enam
Puskemas Kelurahan wilayah Kecamatan Penjaringan selama
periode Januari 2016 – Desember 2016.
4. Menemukan solusi dan saran yang mampu dilaksanakan untuk
menyelesaikan masalah pelaksanaan program pelayanan KB di
enam Puskemas Kelurahan wilayah Kecamatan Penjaringan.

1.3. Alur Pelayanan Program Keluarga Berencana di Puskesmas wilayah


Kecamatan Penjaringan

Pasien mendaftarkan diri di loket untuk mendapatkan nomor urut


registrasi

Masuk ke poli KB dan melakukan konfirmasi identitas pasien serta pencarian status

Pasien KB baru Pasien KB lama

Pembuatan dan Pengisian Pengisian Kartu Peserta KB


Kartu Peserta KB

Penjelasan mengenai metode kontrasepsi Menanyakan efek samping dan


yang akan digunakan komplikasi dari penggunaan
beserta dengan manfaat dan efek samping kontrasepsi

Melakukan pemeriksaan tekanan darah,


penimbangan berat badan, anamnesa, dan
pemeriksaan fisik singkat mengenai kondisi pasien

Terdapat kontraindikasi pemakaian Tidak terdapat kontraindikasi pada


kontrasepsi pemakaian kontrasepsi

Rujukan internal Tunda pelayanan dan pemberian Pemberian pelayanan kontrasepsi sesua
Rujukan eksternal dengan permintaan dan persetujuan
rujukan apabila diperlukan
Unit / RS yang
dibutuhkan Penyuluhan singkat dan pemberitahuan untuk jadwal kontrol kembali

BAB II
Gambar 1.1. Alur Pelayanan Program KB di Puskesmas Wilayah Kecamatan Penjaringan
KERANGKA EVALUASI

2.1. Kerangka Evaluasi

LINGKUNGAN

OUTPUT PROSES INPUT

UMPAN BALIK
OUTCOME

Gambar 2.1. Alur Kerangka Evaluasi

2.1.1 Masukan
1. Tersedianya data peserta Jaminan Kesehatan Nasional (PUS) dan
fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan dan
terdaftar dalam SIM BKKBN.
2. Tersedianya tenaga kesehatan/Sumber Daya Manusia (SDM) yang
terlatih dalam pelayanan KB di seluruh fasilitas kesehatan,
mencakup bidan, dokter, serta perawat.
3. Tersedianya pendanaan upaya penggerakkan PUS untuk ber KB dan
pendanaan atas pelayanan KB yang diberikan. Dana diperoleh dari
APBD dan APBN untuk perlengkapan pelaksanaan program KB.
Selain itu juga terdapat dana bantuan berupa Dana Alokasi Khusus
(DAK) untuk program KB ke kabupaten/kota sejak 2008. DAK
diprioritaskan bagi kabupaten/kota tertentu dengan beberapa
kriteria, seperti keikutsertaan ber-KB atau Contraceptive Prevalence
Rate (CPR) masih rendah, angka kelahiran atau Child Woman Ratio
(CWR) tinggi, persentase keluarga miskin tinggi, dan padat
penduduk. Pendanaan dikatakan baik jika mencukupi kebutuhan
untuk pelaksanaan program KB dan dialokasikan secara tepat untuk
mendukung pelaksanaan program KB.

4. Sarana :
● Medis :
- Alat kontrasepsi seperti kondom, spermisida, pil KB, obat
KB suntik untuk satu bulan dan tiga bulan, implant, dan
spiral.
- Tersedianya bahan habis pakai seperti jarum suntik dan
kapas alkohol
● Non-medis
- Terdapat lembar balik untuk penyuluhan KB
- Terdapat leaflet yang dapat diambil pasien saat berada di
poli KIA
5. Tersedianya alat dan obat kontrasepsi (alokon) di seluruh Faskes
yang bekerjasama dengan BPJS dan teregistrasi dalam SIM
BKKBN.
6. Tersedianya sarana penunjang pelayanan KB dan formulir
pencatatan dan pelaporan di seluruh Faskes yang bekerjasama
dengan BPJS dan teregistrasi dalam SIM BKKBN sesuai dengan
ruang lingkup pelayanan yang diberikan
7. Metode:
a. Medis
■ Metode pemeriksaan status kesehatan pasien yang meliputi:
1. Anamnesis pada pasien baru ditanyakan mengenai
keluhan utama, identitas lengkap, sedangkan pada pasien
lama ditanyakan pertanyaan rutin yaitu keluhan yang
dirasakan.
2. Pemeriksaan fisik lengkap, antropometri (tinggi badan,
berat badan), tanda-tanda vital dan jika ada, cacat tubuh
lain
3. Menentukan diagnosis berdasarkan kondisi klinis
■ Metode pemeriksaan untuk deteksi dini komplikasi dari
penggunaan alat kontrasepsi. Komplikasi dari penggunaan
alat kontrasepsi meliputi:
1. Amenorea
2. Mual dan pusing
3. Perdarahan per vaginam
4. Ekspulsi dari implant
5. Infeksi dan reaksi peradangan pada daerah suntikan dan
insersi
6. Benang Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) hilang
7. Demam dan perdarahan pasca metoda kontrasepsi
mantap
■ Metode pemberian alat kontrasepsi yang meliputi:
1. Pemberian kondom untuk pasangan pria
2. Pemberian pil hormon
3. Pemberian suntikan hormon
4. Pemasangan AKDR
5. Pemasangan alat kontrasepsi implant
6. Kontrasepsi mantap yang meliputi Metoda Operasi
Wanita (MOW) dan Metoda Operasi Pria (MOP)
b. Non-Medis
Dilakukan dengan melakukan rujukan dan penyuluhan
perorangan kepada pasien yang berisiko tinggi untuk
mendapat komplikasi pemasangan alat kontrasepsi,
mengadakan penyuluhan kelompok yang dilaksanakan di
Puskesmas dan Posyandu mengenai kesehatan reproduksi,
persiapan pasca-persalinan dan risiko kehamilan, serta
pelaporan bulanan Pemantauan Wilayah Setempat-Kesehatan
Ibu dan Anak (PWS-KIA).

2.1.2 Proses
1. Perencanaan
● Perencanaan pendataan jumlah sasaran PUS, target didapat dari
SIM BKKBN.
● Deteksi dini
○ Resiko tinggi program KB didapat melalui anamnesa
(terutama riwayat penyakit) serta pemeriksaan fisik.
Misalnya, orang dengan riwayat kista atau hipertensi
tidak boleh menggunakan KB hormonal.
○ Kesehatan reproduksi didapat melalui anamnesa,
misalnya riwayat keputihan, riwayat menstruasi.
○ Komplikasi didapat melalui anamnesa terutama riwayat
penyakit, misalnya orang dengan diabetes kronis yang
menggunakan KB IUD dapat menyebabkan pendarahan.
○ Efek samping dapat diketahui dari masing-masing jenis
KB, tetapi efeknya juga berbeda untuk masing-masing
orang. Pil KB biasanya menimbulkan keluhan pusing
berat. Suntik 1 bulan menyebabkan terhentinya siklus
haid. Suntik 3 bulan pada awal pemakaian biasanya
menyebabkan flek pada wajah dan tubuh, sedangkan
setelah pemakaian menyebabkan terhentinya siklus haid
dan kenaikan berat badan. Penggunaan susuk dan IUD
menyebabkan durasi haid yang lebih panjang.
○ Kegagalan dalam program KB yaitu kehamilan, yang
bisa disebabkan karena lepasnya alat KB, konsumsi pil
KB yang tidak teratur, atau sebab lainnya.
○ Rujukan dilakukan bila ada masalah pada alat KB,
misalnya susuk yang patah dan sulit dicabut sehingga
harus dilakukan pemeriksaan x-ray. Masalah lain lagi
yang didapat yaitu benang yang tidak ditemukan saat
ingin melepas IUD sehingga perlu dilakukan USG.
● Pembinaaan peserta KB saat ingin melakukan program KB
yaitu brainstorming/tanya-tanya terlebih dahulu mengenai apa
yang diketahui pasien tentang alat kontrasepsi. Kemudian,
menjelaskan mengenai keuntungan, kerugian, efek samping,
maupun komplikasi dari pemakaian tiap alat kontrasepsi.
Setelah itu, pasien memberikan keputusan secara spontan untuk
alat kontrasepsi yang akan dipakai.
2. Pengorganisasian
Struktur, organisasi, dan pembagian tugas ada tertulis dan
dijalankan. Kegiatan yang dilakukan oleh bidan berada di bawah
pengawasan dokter di setiap puskesmas kelurahan walaupun dokter
tidak selalu berada di poli KIA terutama saat pelaksanaan kegiatan
KB.
3. Pelaksanaan
a. Terlaksananya penyuluhan perorangan atau konseling kepada
pasien yang berencana untuk menggunakan alat kontrasepsi.
b. Terlaksananya pelayanan medis yang meliputi pemeriksaan fisik,
pencatatan tanda-tanda vital, pemeriksaan antropometri dan
pemeriksaan terhadap cacat tubuh pasien yang akan mengikuti
program KB.
c. Terlaksananya alur rujukan untuk pasien yang berisiko tinggi
mendapat komplikasi dari pemasangan alat kontrasepsi.
d. Terlaksananya pencatatan dan juga pelaporan peserta KB aktif
maupun yang baru, serta distribusi dan pemakaian alokon.
e. Terlaksananya pertemuan berkala kelompok kerja KB dalam
JKN di berbagai tingkatan wilayah hingga desa.
4. Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan dan pelaporan PUS yang dapat berkunjung dilakukan
pada buku register harian, kartu KB, laporan bulanan, dan tahunan
KB.
5. Pengawasan
Pengawasan dilakukan oleh kepala Puskesmas tiap bulannya dari
laporan hasil kegiatan. Pengawasan juga mendapat supervisi dari
Puskesmas Kecamatan Penjaringan.
6. Penyuluhan
a. Kegiatan program KB dilakukan berdasarkan alur pelayanan
yang telah ditetapkan yakni pelayanan metode kontrasepsi
jangka pendek (pil KB, suntik) dan kontrasepsi jangka
panjang (implant, IUD), serta kontrasepsi mantap. Penyuluhan
dilakukan sebelum pelayanan KB dan pada saat Ante Natal
Care kepada ibu yang akan melahirkan di awal persalinan atau
P4K tentang KB pasca persalinan. Di puskesmas kelurahan,
penyuluhan dan konseling KB dilakukan hampir setiap hari.
b. Kebutuhan alat kontrasepsi distok setiap tiga bulan sekali
sesuai dengan kebutuhan.
c. Jumlah SDM di puskesmas kelurahan berjumlah 2 bidan.
d. Puskesmas membawahi klinik, Rumah Sakit, dan bidan
praktek. Dari fasilitas kesehatan tersebut mengirimkan laporan
pelayanan KB setiap bulannya kepada Puskesmas Kelurahan
yang kemudian akan direkap di Puskesmas Kelurahan dan
dilaporkan ke Puskesmas Kecamatan untuk selanjutnya
dikirimkan ke Suku Dinas Kesehatan, Dinas Kesehatan, dan
Kementerian Kesehatan.

2.1.3 Keluaran
1. Indeks kepuasan akseptor terhadap pelayanan KB dalam JKN
2. Indeks kepuasan tenaga dan Faskes terhadap pelayanan KB dalam
JKN
3. Meningkatnya cakupan kesertaan ber KB

2.1.4 Lingkungan
1. Lingkungan fisik
Akses ke puskesmas cukup baik untuk dicapai dengan berjalan
kaki, motor, maupun mobil. Namun pada beberapa puskesmas
lebar jalan yang terbatas membuat mobil dan kendaraan besar
sulit menjangkau puskesmas.
2. Lingkungan non fisik
Agama dan adat istiadat di wilayah tersebut tidak menghambat
jalannya program.

2.1.5 Umpan Balik


Setiap bulan diadakan pembahasan laporan serta kegiatan yang
dilaksanakan instansi maupun masyarakat.
2.1.6 Dampak
1. Peningkatan jumlah akseptor KB aktif dan baru
2. Peningkatan jumlah cakupan (CPR)
3. Penurunan angka kematian ibu, bayi, dan balita
4. Penurunan angka kelahiran bayi per tahun

2.2. Kerangka Pikir


Analisis masalah program pelayanan KB ini akan dilakukan dengan beberapa
tahapan, yaitu sebagai berikut:
1. Mencari data umum program pelayanan KB berupa jumlah akseptor KB
baru, jumlah akseptor KB aktif, komplikasi akibat KB, jumlah kegagalan
KB, jumlah akseptor drop Out KB, jumlah PUS miskin yang
menggunakan KB, jumlah PUS yang memiliki faktor resiko “4T” (terlalu
muda, tua, sering punya anak, dan banyak punya anak) menggunakan KB
periode Agustus 2015 - Agustus 2016 di Kecamatan Penjaringan dan data
khusus berupa jumlah fasilitas kesehatan yang melakukan pelayanan KB
di wilayah Kecamatan Penjaringan.
2. Mencari data primer dan sekunder keluaran program KB yang
dilaksanakan di Puskesmas wilayah Kecamatan Penjaringan periode
Agustus 2015 - Agustus 2016.
3. Mencari data primer dan sekunder mengenai masukan, proses, dan
keluaran program pelayanan KB yang dilaksanakan di Puskesmas wilayah
Kecamatan Penjaringan, yang dilakukan melalui pengamatan status KB
pasien, pengamatan buku kohort KB, wawancara bidan, dan observasi
kemudian dibandingkan dengan kondisi yang ideal/standar.
4. Membandingkan data yang terkumpul di Puskesmas wilayah Kecamatan
Penjaringan dengan standar Departemen Kesehatan tentang program KB,
jika terdapat perbedaan maka dilihat sebagai masalah dengan cara analisa
dari proses pelaksanaan program, yang meliputi pengorganisasian,
perencanaan, pelaksanaan, pencatatan dan pelaporan fisik.
5. Menentukan prioritas masalah dengan sistem skoring.
6. Mencari penyebab masalah utama yang mengakibatkan tidak
terpenuhinya target keluaran dari segi kinerja puskesmas, yang
diidentifikasi sebagai akar masalah.
7. Menemukan adanya hambatan atau masalah pada program KB di
Puskesmas Kecamatan Penjaringan periode Agustus 2015 – Agustus
2016, kemudian memberikan saran yang mampu dilaksanakan untuk
memperbaiki kinerja program pelayanan KB di Puskesmas wilayah
Kecamatan Penjaringan.

2.3. Definisi Operasional


- Pasangan Usia Subur
Pasangan suami istri yang istrinya berusia antara 15 – 49 tahun, termasuk
pasangan yang istrinya berusia lebih dari 49 tahun tetapi masih
menstruasi.

- Cakupan akseptor KB baru


Pasangan usia subur (PUS) yang baru pertama kali menggunakan
kontrasepsi atau PUS yang kembali menggunakan alat kontrasepsi setelah
melahirkan, pasca keguguran atau pasca istirahat minimal 3 bulan.

- Cakupan akseptor KB aktif (Contraceptive Prevalence Rate/CPR)


Akseptor KB baru dan lama yang masih aktif memakai alokon (alat obat
kontrasepsi) terus-menerus untuk menjarangkan kehamilan atau yang
mengakhiri kesuburan.

- Persentase Komplikasi
Akseptor KB baru atau lama yang mengalami gangguan kesehatan
mengarah pada keadaaan patologis, sebagai akibat dari proses tindakan/
pemberian/pemasangan alat kontrasepsi yang digunakan, seperti
perdarahan, infeksi/abses, fluor albus patologis, perforasi, translokasi,
hematoma, tekanan darah meningkat, perubahan Hb, ekspulsi.

- Persentase Kegagalan Kontrasepsi


Kasus terjadinya kehamilan pada akseptor KB aktif yang pada saat
tersebut menggunakan metode kontrasepsi.

- Persentase Drop Out


Akseptor yang tidak melanjutkan menggunakan alat kontrasepsi, dengan
alasan apapun, setelah suatu periode pemakaian tertentu dibandingkan
jumlah akseptor aktif di wilayah kerja tertentu. Kasus drop-out tidak
termasuk mereka yang ganti cara.

- Cakupan PUS miskin yang menggunakan KB


PUS GAKIN yang memenuhi kriteria miskin menurut BPS

- Cakupan PUS “4T” ber-KB


PUS dimana istrinya memiliki salah satu kriteria “4T” yaitu:
1. Berusia kurang dari 20 tahun.
2. Berusia lebih dari 35 tahun.
3. Telah memiliki anak hidup lebih dari 3 orang.
4. Jarak kelahiran antara satu anak dengan anak lainnya kurang dari 2 tahun.

- Cakupan PUS dengan penyakit kronis ber-KB


PUS yang istrinya menderita salah satu penyakit kronis berikut : kencing
manis, jantung, asma berat, malaria, TBC, anemia, KEK (kurang energi
kronik)/LILA <23.5 cm, atau infeksi menular seksual/ infeksi saluran
reproduksi/ HIV-AIDS/hepatitis B. Untuk HIV-AIDS pelaksanaannya
disesuaikan dengan kondisi masing-masing wilayah.

- Cakupan ibu paska persalinan ber-KB


Ibu yang mulai menggunakan alat kontrasepsi langsung sesudah
melahirkan (sampai dengan 42 hari sesudah melahirkan).
BAB III
ANALISIS SITUASI

3.1 Data Umum


3.1.1 Data Demografis
Kecamatan Penjaringan terdiri dari 5 kelurahan yaitu
Kelurahan Kamal Muara, Kelurahan Kapuk Muara, Kelurahan Pejagalan,
Kelurahan Penjaringan dan Kelurahan Pluit. Jumlah penduduk
Kecamatan Penjaringan berdasarkan laporan kependudukan Kecamatan
Penjaringan tahun 2016 sebanyak 334.724 jiwa. Jumlah penduduk paling
banyak terdapat pada kelurahan Penjaringan sedangkan jumlah penduduk
paling sedikit terdapat pada kelurahan Kamal Muara.

Tabel 3.1. Jumlah Penduduk Kecamatan Penjaringan di Setiap Kelurahan


Kelurahan Jumlah Penduduk
Kamal Muara 16.284 jiwa
Kapuk Muara 55.240 jiwa
Pejagalan 81.439 jiwa
Penjaringan 124.016 jiwa
Pluit 57.745 jiwa
Total 334.724 jiwa
(Sumber: Profil Kesehatan Puskesmas Kecamatan Penjaringan Tahun
2016)

Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) di wilayah Kecamatan


Penjaringan tahun 2016 adalah 56.903 pasangan. Jumlah PUS paling
banyak terdapat di Kelurahan Penjaringan sedangkan jumlah PUS paling
sedikit terdapat pada Kelurahan Kamal Muara.
Tabel 3.2. Jumlah PUS menurut Kelurahan di Wilayah Kecamatan
Penjaringan
Kelurahan Jumlah PUS
Kamal Muara 2.768 pasangan
Kapuk Muara 9.393 pasangan
Pejagalan 13.845 pasangan
Penjaringan 21.080 pasangan
Pluit 9.817 pasangan
Total 56.903 pasangan
(Sumber: Profil Kesehatan Puskesmas Kecamatan Penjaringan Tahun
2016)

Berikut data demografis secara umum di Kecamatan Penjaringan:

Tabel 3.3. Data Demografis Kecamatan Penjaringan


No Variabel Data
1. Jumlah Penduduk 334.724 jiwa
2. Kepadatan Penduduk 7.371 jiwa/km2
3. Jumlah Wanita Usia Subur (WUS) 105.651 jiwa
4. Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) 56.903 pasangan
5. Jumlah Kelahiran Hidup 5.056 jiwa
6. Jumlah anak < 5 tahun (balita) 28.110 jiwa
(Sumber : Profil Kesehatan Puskesmas Kecamatan Penjaringan Tahun
2016)

3.1.2 Data Mengenai Agama dan Kegiatan Keagaman di Wilayah


Kecamatan Penjaringan
3.1.3 Kampung KB di Puskesmas Kecamatan Penjaringan
Kampung KB merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) yang memiliki tujuan
secara umum untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat di tingkat
kampung melalui program kependudukan, keluarga berencana dan
pembanguan keluarga serta pembangunan sektor terkait dalam rangka
mewujudkan keluarga kecil berkualitas. Melalui keselarasan berbagai program
dan kegiatan yang disebutkan tadi, diharapkan masyarakat di Kampung KB
memperoleh fasilitas dan pembinaan yang berkelanjutan didalam membangun
keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera. Di Wilayah Kecamatan Penjaringan
terdapat tiga tempat Kampung KB yaitu;
- RPTRA Penjaringan (Wacung)
- Pejagalan: Budha Tzu Chi
- Kali Jodo: masih dalam pembangunan

3.2. Data Khusus


3.2.1. Sarana Kesehatan Pelayanan KB di Kecamatan Penjaringan

Tabel 3.4. Jumlah Fasilitas Kesehatan yang Melakukan


Pelayanan KB di Wilayah Kecamatan Penjaringan
Jenis Fasilitas Jumlah
Kesehatan
Rumah Sakit 5
Puskesmas 7
Posyandu 85
Klinik Kesehatan 44
Dokter Praktik 115
Mandiri
Bidan Praktik Mandiri 34
Apotik 53
Rumah Bersalin 3
Total
Sumber: Kecamatan Penjaringan Dalam Angka 2016,

Terdapat fasilitas kesehatan lain selain Puskesmas yang


memberikan pelayanan KB, di antaranya adalah bidan praktik mandiri,
dokter praktik mandiri, rumah sakit, dan lain-lain sehingga masyarakat
Kecamatan Penjaringan mempunyai alternatif lain selain Puskesmas
untuk mendapatkan pelayanan KB. Selain Puskesmas, tidak ada
fasilitas kesehatan lain yang melakukan pelayanan kesehatan KB
secara gratis.
Puskesmas wilayah Kecamatan Penjaringan akan memberikan
pelayanan KB secara gratis bagi PUS yang memiliki KTP Provinsi
DKI Jakarta, kartu keluarga DKI Jakarta, kartu BPJS atau surat
keterangan yang menyatakan PUS berpindah domisili ke DKI Jakarta
yang dikeluarkan oleh RT dan RW. Jika PUS tidak membawa kartu
tersebut maka, PUS diwajibkan membayar sejumlah harga berdasarkan
metode kontrasepsi yang dipilihnya.

Tabel 3.5. Daftar Harga Pelayanan KB per Metode Puskesmas


Wilayah Kecamatan Penjaringan 2016
No. Pelayanan PUS PUS
KB per dengan dengan
Metode KTP KTP luar
DKI DKI
1. Pasang Gratis Rp.
IUD 52.000,00
2. Lepas IUD Rp. Rp.
52.000,00 52.000,00
3. Kontrol Gratis Rp.
IUD 12.000,00
4. Pasang Gratis Rp.
implan 102.000,00
5. Lepas Gratis Rp.
implan 52.000,00
6. Kontrol Gratis Rp.
implan 12.000,000
7. Suntik Gratis Rp.
12.000,00
Sumber: Puskesmas Kelurahan Pejagalan 2016
3.2.2. Data PUS yang Berkunjung ke Puskesmas Wilayah Kecamatan
Penjaringan Periode Januari-Desember 2016

Tabel 3.3. Jumlah PUS yang Datang ke Puskesmas Wilayah


Kelurahan Kamal Muara Periode Januari-Desember 2016
PUS Jumlah Persentase Jumlah Persentase
(Puskesma) (Puskesmas) (Kecamatan) (Kecamatan)
KB 2.462 21,6 %
Non-KB 8.923 78,4%
Jumlah 11.385 100% 100%
Sumber: buku registrasi poliklinik KIA di setiap Puskesmas, buku
registrasi BPU dan poli gigi di setiap Puskesmas, buku kohort KB, status
pasien KB di setiap Puskesmas
Pengumpulan data jumlah PUS yang menggunakan alat kontrasepsi
maupun yang tidak dikumpulkan melalui status pasien KB yang datang ke
Puskesmas di periode Januari-Desember 2016, buku registrasi balai
pengobatan umum (BPU), poliklinik gigi dan poliklinik kesehatan ibu dan
anak (KIA) Puskesmas serta buku kohort KB. Data jumlah PUS berdasarkan
definisi operasional PUS itu sendiri terdapat pada buku registrasi poliklinik
KIA karena di dalam buku tersebut tertera status pernikahan seseorang,
sedangkan buku registrasi lainnya tidak mempunyai variabel status pernikahan
sehingga sulit mencari data PUS dalam definisi sesungguhnya di buku
registrasi lainnya.
Data jumlah PUS melalui buku registrasi BPU dan poliklinik gigi diambil
dengan mengumpulkan data seluruh wanita usia subur (WUS) dengan rentang usia 20
– 49 tahun yang datang ke Puskesmas wilayah Kecamatan Penjaringan pada periode
Januari-Desember 2016. Dalam hal ini, definisi operasional PUS disamakan dengan
WUS dikarenakan tidak terdapat data status pernikahan pada status pasien BPU
maupun buku registrasi BPU. Diambil cut-off point pada usia 20 tahun karena rata-
rata usia pertama menikah untuk WUS di Jakarta adalah pada usia 20 tahun. Dari
tabel di atas, dapat dilihat bahwa jumlah pasangan usia subur (PUS) yang datang ke
Puskesmas wilayah Kecamatan Penjaringan selama periode Januari-Desember 2016
adalah sebanyak 11.385 pasangan. Diantara PUS yang datang, sebanyak 2.462 wanita
(21,64 %) telah menggunakan KB.
Tabel 3.4. Jumlah Peserta KB Baru dan PesertaKB Aktif Per Metode di
Puskesmas wilayah Kelurahan Kamal Muara Periode Januari-Desember
2016
Jenis Peserta KB Baru Peserta KB Aktif
Kontrasepsi Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Pil 30 2,3 % 33 1,3 %
Kondom 32 2,5% 50 2,0 %
Suntik 1 bulan 101 7,9 % 218 8,9 %
Suntik 3 bulan 519 40,6 % 1.360 55,2 %
Implan 256 20,0% 304 12,3 %
IUD 327 25,6% 485 19,7%
Kontap 12 0,9 % 12 0,5%
Jumlah 1.277 100% 2.462 100%
Sumber: Status pasien KB di setiap Puskesmas, buku kohort
KB, dan buku registrasi KIA Puskesmas wilayah
Kecamatan Penjaringan

Berdasarkan data pada tabel di atas, dapat diketahui jumlah peserta KB aktif di
Puskesmas wilayah Kecamatan Penjaringan adalah sebanyak 3.739 selama periode
Januari-Desember 2016, dengan 1.277 (34,2%) wanita merupakan peserta KB aktif.
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa metode kontrasepsi yang paling banyak
digunakan oleh peserta KB baru adalah metode KB suntik 3 bulan yaitu sebanyak 519
PUS (40,6%), diikuti metode IUD yaitu sebanyak 327 PUS (25,6%). Sedangkan
metode yang paling sedikit digunakan oleh peserta KB baru adalah metode
kontrasepsi mantap (kontap) yaitu sebesar 12 peserta (0,9%).

Tabel 3.5. Jumlah PUS dengan “4T” yang Datang ke Puskesmas


Wilayah Kelurahan Kamal Muara Periode Januari-Desember 2016
PUS “4T” Jumlah Persentase
Ber-KB 370 7,6%
Non KB 4499 92,4%
Jumlah 4.869 100%
Sumber: Status pasien KB di seluruh Puskesmas,
buku kohort KB, dan buku registrasi BPU, poliklinik
gigi dan KIA di seluruh Puskesmas

Berdasarkan data dari tabel diatas, didapatkan bahwa sebanyak 4.869 PUS
yang datang ke Puskesmas wilayah Kecamatan Penjaringan periode Januari-
Desember 2016 tergolong dalam kategori “4T”, dan sebanyak 370 peserta (7,6%)
adalah wanita yang menggunakan KB yang masuk dalam kategori “4T”. Data jumlah
PUS dengan “4T” diperoleh dari buku registrasi BPU, poliklinik gigi, KIA maupun di
bagian pendaftaran. Namun data PUS yang diperoleh dari buku registrasi BPU dan
poliklinik gigi hanya diihat berdasarkan usia >35 tahun karena data registrasi tersebut
tidak memuat data mengenai status pernikahan, jumlah anak dan jarak lahir,
sedangkan data tersebut hanya dapat dilihat dari buku registrasi dan data kohort di
poliklinik KIA.

3.4. Kegiatan Pelaksanaan Program Keluarga Berencara di Puskesmas


Kecamatan Penjaringan
Kegiatan pelaksanaan program KB dilakukan dalam dua bentuk yaitu di dalam
dan di luar gedung. Kegiatan yang dilakukan di dalam gedung berupa pelayanan KB
dan promosi. Kegiatan pelayanan KB dilakukan selama hari kerja dari pukul 07.30-
16.00, berupa pelayanan KB sesuai dengan metode yang digunakan. Dari semua
metode KB yang digunakan, beberapa puskesmas keluarahan di wilayah Kecamatan
Penjaringan tidak dapat melakukan pelayanan metode KB pemasangan IUD dan
kontap. Hal ini dikarenakan keterbatasan fasilitas dan tenaga yang berkompetensi.
Sedangkan kegiatan promosi di dalam gedung dilakukan bersamaan dengan
pelayanan terutama pelayanan di poliklinik KIA yaitu pada saat pelayanan ante-natal
(ANC), imunisasi maupun saat pelayanan KB. Promosi yang diberikan berupa
penjelasan singkat mengenai pentingnya KB, jenis KB, keuntungan dan kerugian
masing-masing metode dan pemberian saran kepada PUS untuk menggunakan KB.
Berikut ini adalah tabel pelayanan dalam gedung di masing-masing Puskesmas
Kelurahan,
Tabel 3.5. Pelayanan KB di masing-masing Puskesmas Wilayah
Kecamatan Penjaringan
Jam
Puskesmas Hari Pelayanan
PKL Pluit Senin-Jumat 07.30-16.00
PKL Penjaringan 1 Selasa & Jumat 07.30-16.00
PKL Penjaringan 2 Selasa & Jumat 07.30-12.01
PKL Pejagalan Selasa & Jumat 07.30-12.02
PKL Kamal Muara Selasa & Jumat 07.30-12.03
PKL Kapuk Muara Selasa & Jumat 07.30-12.04
PKC Penjaringan Selasa & Jumat 07.30-16.05
Sumber: Jadwal pelayanan puskesmas

Pelayanan yang dilakukan di luar gedung berupa kegiatan promosi dan


pelayanan yang biasa dilakukan saat kegiatan posyandu, namun pelayanan
yang diberikan sebagian besar hanya pelayanan metode KB pil dan kondom.
Selain itu dapat dilakukan promosi berupa penyuluhan atau penyampaian
langsung saat pelayanan kepada semua peserta yang datang. Kegiatan lain
yang dilakukan di luar gedung adalah kegiatan. Bakti Sosial yaitu mobil
pelayanan KB keliling yang diadakan oleh BKKBN yang melibatkan tenaga
kesehatan dari Puskesmas Kecamatan Penjaringan. Tujuan kegiatan ini adalah
untuk menjangkau dan memberi kemudahan bagi warga terutama yang
bertempat tinggal jauh dari puskesmas untuk mengikuti KB, sekaligus
meningkatkan angka cakupan peserta KB baru di Puskesmas Kecamatan
Penjaringan. Kegiatan ini melibatkan setiap Puskesmas Kelurahan sesuai
dengan wilayah kerjanya saat dilaksanakan baksos tersebut. Kegiatan ini
dilaksanakan 2 kali dalam satu bulan. Kegiatan yang dilaksanakan berupa
anamnesis, pemeriksaan TTV, lalu dilanjutkan dengan konseling mengenai
metode kontrasepsi yang diinginkan akseptor dan yang sebaiknya dipilih oleh
akseptor. Metode KB yang dilaksanakan dalam kegiatan ini adalah pemberian
pil KB, pemberian kondom, suntik, implant, dan spiral atau IUD. Kegiatan
lain yang dilaksanakan adalah tes IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat)
untuk screening kanker lesi prakanker serviks. Lokasi pelaksanaan baksos
adalah di Kantor Kelurahan Pejagalan, RPTRA Budha Tzu Chi, RPTRA
Wacung, Rusun Muara Baru, Rusun Waduk Pluit, dan Pos RW Muara Angke.
Tidak ada pendanaan khusus dari Puskesmas Kecamatan Penjaringan dalam
pelaksanaan kegiatan ini, karena kegiatan ini diselenggarakan oleh BKKBN
sehingga pendanaannya pun berasal dari BKKBN.
Selain promosi dan pelayanan, kegiatan lain yang dilaksanakan untuk
program KB adalah pembinaan masyarakat. Kegiatan yang dilakukan berupa
pembinaan kepada Kader di setiap keluarahan mengenai metode KB yaitu KB
kondom dan pil. Materi yang diajarkan adalah cara pemakaian kondom yang
baik dan benar serta keuntungan dan kerugian serta edukasi mengenai cara
meminum pil KB. Para Kader juga diberikan Kondom, yang dapat diberikan
kepada masyarakan apabila mereka meminta atau membutuhkan. Namun,
tidak semua puskesmas melaksanakan kegiatan pembinaan Kader dan
pelayanan KB di Posyandu, hanya Puskesmas Kelurahan Pluit, Penjaringan 1
dan Kapuk Muara yang menjalankan kegiatan tersebut. Kendala yang dialami
dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan masyarakat adalah kurangnya dana
pelaksaaan kegiatan. Hal ini dikarenakan kegiatan ini tidak masuk dalam
anggaran saat awal perencanaan program tahunan puskesmas. Sehingga
kegiatan ini hanya dapat dilaksanakan jika ada dana sisa dari program lainnya.
Terdapat kerja sama lintas sektoral yaitu berupa kerja sama dengan Kantor
Urusan Agama (KUA) mengenai promosi KB yang dilakukan saat konseling
pranikah. Materi yang diberikan berupa anjuran untuk memiliki dua anak saja dan
pengetahuan mengenai KB. Kegiatan ini dilakukan 1 kali di tahun 2015, dan tidak
rutin dilaksanakan.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Tabel 3.9. Jenis Data, Cara Pengambilan Data, Instrumen yang Digunakan dan
Variabel
Jenis Data Cara Pengambilan Variabel
Data Primer
Pelaksana Program KB Wawancara - Jadwal pelayanan KB
- Pencatatan dan pelaporan program
Puskesmas di wilayah dan checklist data
KB
Kecamatan Penjaringan laporan - Penyuluhan KB
- Kendala yang dihadapi ketika
(Bidan yang bertugas di
menjalankan program KB
masing-masing
Puskesmas)
Masukan
- Jumlah tenaga kesehatan terlatih
pelayanan KB
- Metode medis dan non-medis
Observasi kegiatan
Proses
Observasi Puskesmas dan kelengkapan
- Pelayanan dan Pelaksanaan
puskesmas program KB
- Penyuluhan KB
- Pencatatan dan pelaporan program
KB
- Kendala yang dihadapi ketika
menjalankan program / pelayanan
KB

Keluaran
- Nomor Status
- Jenis kelamin, umur dan status
marital
- Akseptor KB baru dan lama
- Akseptor KB aktif
- Jenis dan metode KB yang
digunakan
- Komplikasi KB
- Kegagalan KB
- Drop out KB
Buku registrasi, status Melihat dan mencatat
- PUS miskin ber-KB
pasien, buku kohort pasien dokumen - PUS 4T ber-KB
KB dan laporan bulanan
periode Januari 2016 -
Desember 2016
Data Sekunder
Profil Kesehatan Menganalisis Data demografi penduduk di wilayah
Puskesmas Kecamatan dokumen Kecamatan Penjaringan dan data
Penjaringan dan Laporan jumlah PUS di Kecamatan
Kecamatan Penjaringan Penjaringan
BAB IV
PERUMUSAN MASALAH
No. Keluaran Target Hasil yang Masalah
(E) Diperoleh (E – O)
(O)
1. Cakupan peserta KB baru 70% 11,21 % +
Perhitungan:
Jumlah peserta KB baru x 100%
Jumlah PUS yang datang ke Puskesmas
= 1.277/11.385 x 100%
= 11,21 %

2. Cakupan peserta KB aktif (CPR) 65% 21,53 % +


Perhitungan:
Jumlah peserta KB aktif x 100%
Jumlah PUS yang datang ke Puskesmas
= 2.452/11.385 x 100%
= 21,53 %
3. Persentase komplikasi <3,5% - Tidak
Perhitungan: dapat
Jumlah peserta KB yang komplikasi x 100% dinilai
Jumlah peserta KB aktif

Keterangan:
Data mengenai jumlah peserta KB yang
mengalami komplikasi tidak terdapat di
Puskesmas manapun sehingga indikator ini
tidak dapat dinilai.
4. Persentase kegagalan kontrasepsi 0,2% 0,4% +
Perhitungan:
Jumlah peserta KB yang mengalami kegagalan x 100%
Jumlah peserta KB aktif
=10/2.452 x 100%
=0,4%

Keterangan:
Data PUS yang mengalami kegagalan hanya
terdapat pada Puskesmas Kecamatan
Penjaringan dan Puskesmas Kelurahan Pluit
sehingga persentase kegagalan KB hanya dapat
dinilai dari Puskesmas ini. data ini tidak dapat
mewakili seluruh Puskesmas wilayah
Kecamatan Penjaringan
5. Cakupan PUS miskin ber-KB 100% - Tidak
Perhitungan: dapat
Jumlah PUS Gakin ber-KB x 100% dinilai
Jumlah PUS Gakin yang
datang ke Puskesmas

Keterangan:
Data mengenai jumlah PUS Gakin yang ber-
KB maupun datang ke Puskesmas tidak
terdapat di Puskesmas manapun sehingga
indikator ini tidak dapat dinilai.
6. Cakupan PUS dengan “4T” ber-KB 100% 8,22% +
Perhitungan:
Jumlah PUS “4T” ber-KB x 100%
Jumlah PUS dengan “4T”
yang datang ke Puskesmas
= 370/4.499 x100%
= 8,22 %
Keterangan:
Jumlah PUS dengan “4T” diperoleh dengan
melihat seluruh WUS dengan 4T yang datang
ke Puskesmas di wilayah kecamatan
Penjaringan. Perhitungan ini berbeda dengan
Puskesmas karena puskesmas menggunakan
data jumlah PUS dengan 4T yang datang ke
KIA saja atau pernah hamil.
7. Persentase Drop Out 0% 6,57% +
Perhitungan:
Jumlah peserta KB yang drop out x 100%
Jumlah peserta KB aktif
= 161/2.452 x 100%
=6,57%
8. Cakupan PUS dengan penyakit kronis ber-KB - - Tidak
Perhitungan: dapat
Jumlah PUS sakit kronis ber-KB x 100% dinilai
Jumlah PUS dengan penyakit kronis

Keterangan:
Target ini tidak dapat dinilai karena tidak
tersedia data PUS dengan penyakit kronis pada
setiap Puskesmas
9. Cakupan KB pasca persalinan 100% 13,09% +
Perhitungan:
PUS yang mengikuti KB pasca persalinan x 100%
Jumlah sasaran ibu bersalin
= 149/1.138 x100%
= 13,09%

Keterangan:
Data PUS yang mengikuti KB pasca persalinan
hanya terdapat pada Puskesmas Kelurahan
Pluit, Puskesmas Kelurahan Kamal Muara dan
Puskesmas Kelurahan Kapuk Muara sehingga
cakupan KB pasca persalinan hanya dapat
dinilai dari kedua Puskesmas ini. Data ini tidak
dapat mewakili seluruh Puskesmas wilayah
Kecamatan Penjaringan .
10. Cakupan akseptor KB MKET 70% 15,1% +
Perhitungan:
Jumlah akseptor MKET x 100%
Jumlah akseptor KB aktif
= 370/2.452 x 100%
= 15,1%

Keterangan:
Data PUS yang datang ke Puskesmas diperoleh dari data registrasi, kohort dan status
pasien pada periode Januari-Desember 2016 dengan melihat WUS yang datang ke
seluruh poli di Puskesmas. Jumlah PUS yang didapat mungkin kurang tepat karena
adanya kemungkinan perhitungan ulang karena adanya kedatangan WUS berulang.
Cakupan PUS yang didapat berbeda dengan perhitungan Puskesmas karena
Puskesmas menggunakan PUS target dalam suatu wilayah, sedangkan dalam
pelaporan ini dihitung jumlah WUS yang datang di Puskesmas di seluruh wilayah
Kecamatan Penjaringan.
BAB V
PEMBAHASAN DAN PENYELESAIAN MASALAH

5.1. Rumusan Masalah


Berdasarkan bab perumusan masalah, pada hasil keluaran dijumpai beberapa
masalah, yaitu:
1. Cakupan peserta KB baru yang rendah yaitu 11,21% (target 70%).
2. Cakupan peserta KB aktif yang rendah yaitu 21,53% (target 65%).
3. Persentasi kegagalan kontrasepsi yaitu 0,4% (Target <0,2%)
4. Persentase drop out pada metode pil dan suntik sebesar 6,57% (target
0%).
5. Cakupan akseptor KB MKET yang rendah yaitu 15,1% (target 70%).
6. Cakupan KB pasca persalinan yang rendah yaitu 13,09% (target 100%)
7. Cakupan PUS dengan “4T” ber-KB yang rendah yaitu 8,22% (target
100%).

5.2. Prioritas Masalah


Dalam menentukan prioritas masalah digunakan metode scoring
dengan menggunakan parameter berikut:
1. Besarnya masalah dilihat dari kesenjangan antara pencapaian dan
target:
a. 0 - 19,9% :1
b. 20% - 39,9% :2
c. 40% - 59,9% :3
d. 60% - 79,9% :4
e. 80% - 100% :5
2. Berat ringannya masalah dikaitkan dengan akibat yang ditimbulkan:
a. Tidak berat :1
b. Ragu-ragu antara 1 dan 3 :2
c. Kurang berat :3
d. Ragu-ragu antara 3 dan 5 :4
e. Berat :5
3. Sumber daya yang tersedia:
a. Tidak dapat mengatasi :1
b. Ragu-ragu antara 1 dan 3 :2
c. Kurang dapat mengatasi :3
d. Ragu-ragu antara 3 dan 5 :4
e. Dapat mengatasi :5
4. Keuntungan sosial yang diperoleh :
a. Tidak menarik masyarakat :1
b. Ragu-ragu antara 1 dan 3 :2
c. Kurang menarik masyarakat : 3
d. Ragu-ragu antara 3 dan 5 :4
e. Banyak menarik masyarakat :5

Skoring:
1. Besarnya masalah dilihat dari kesenjangan antara pencapaian dan
target
Rumus :
G=E-O

G :Gap
E :Expected (target yang ingin dicapai)
O :Outcome (data yang didapat dari lapangan)

Tabel 5.1. Skor Besarnya Masalah Dilihat dari Kesenjangan Terhadap Target
No. Masalah E O G Skor
1. Cakupan peserta KB baru 70% 11,21% 58,79% 3
2. Cakupan peserta KB aktif 65% 21,53% 43,47% 3
3. Kegagalan <0.2% 0.4% 0,2% 1
4. Drop Out peserta KB 0% 6,57% 6,57% 1
5. Cakupan akseptor KB MKET 70% 15,1% 54,9% 3
6. Cakupan KB Pasca Persalinan 100% 13,09% 86,91% 5
7. Cakupan PUS 4T ber-KB 100% 8,22% 91,78% 5

2. Berat ringannya masalah dikaitkan dengan akibat yang ditimbulkan


a. Cakupan peserta KB baru yang rendah dapat menunjukkan
ketidaktahuan masyarakat akan pentingnya KB. Ketidaktahuan
disebabkan karena kurangnya informasi yang didapatkan dari
pelayanan luar gedung dan dalam gedung puskesmas dalam hal
promosi kesehatan mengenai pentingnya Program KB. Selain itu
promosi lebih ditujukan kepada pihak wanita sedangkan dalam budaya
sosial masyarakan di wilayah Kecamatan Penjaringan pengambil
keputusan adalah suami sehingga banyak wanita yang tidak mengikuti
Program KB karena tidak ada persetujuan dari suami. Cakupan peserta
KB yang rendah menyebabkan peningkatan angka kelahiran yang
berdampak pada meningkatnya jumlah penduduk. Hal ini
menyebabkan meningkatnya generasi penerus bangsa yang tidak
berkualitas dan ekonomi penduduk yang rendah, dan secara tidak
langsung menurunkan tingkat kesejahteraan bangsa. Oleh karena itu,
berdasarkan alasan-alasan tersebut, masalah ini diberi skor 4.
b. Cakupan peserta KB aktif yang rendah menunjukkan masih banyaknya
PUS yang tidak peduli mengenai pentingnya penggunaan KB sesuai
jadwal, walaupun sudah dilakukan edukasi personal oleh pihak
puskesmas. Tingkat pendidikan yang rendah dalam masyarakat juga
menyebabkan informasi yang disampaikan oleh pihak puskesmas
kurang tersampaikan dengan baik. Faktor lain seperti kepentingan
pribadi peserta KB juga mempengaruhi ketidaktepatan waktu peserta
KB untuk menjalani program KB. Selain itu, banyak peserta KB yang
tidak melanjutkan metode kontrasepsi yang digunakan di puskesmas,
tapi melanjutkan metode tersebut ditempat lain seperti di praktek bidan
dan dokter, namun tidak adanya pencatatan dan pelaporan kepada
pihak puskesmas sehingga terkesan peserta KB aktif menjadi rendah.
Cakupan peserta KB aktif yang rendah menyebabkan peningkatan
angka kehamilan yang tidak dikehendaki. Hal ini menyebabkan
meningkatnya angka kelahiran dan jumlah penduduk, yang berdampak
pada meningkatnya jumlah generasi penerus bangsa yang tidak
berkualitas dan berekonomi rendah, yang secara tidak langsung
menyebabkan rendahnya tingkat kesejahteraan bangsa, Oleh karena itu,
berdasarkan alasan-alasan tersebut, maka masalah ini mendapat skor 5.
c. Angka kegagalan yang tidak mencapai target (0%) disebabkan karena
masih banyak peserta KB yang tidak menggunakan MKET dan adanya
peserta KB yan tidak datang sesuai jadwal. Angka kegagalan yang
tinggi menyebabkan meningkatnya angka kehamilan yang tidak
diinginkan, yang berdampak pada meningkatnya resiko kematian ibu
dan bayi. Selain itu, hal ini juga menyebabkan meningkatnya MMR,
IMR dan angka kelahiran bayi. Berdasarkan alasan-alasan di atas,
maka masalah ini mendapat skor 3.
d. Angka drop-out yang tidak mencapai target (0%) disebabkan karena
ketidaknyamanan peserta KB terhadap efek samping yang dialami
akibat penggunaan metode kontrasepsi yang digunakan terutama yang
hormonal seperti meningkatnya berat badan. Hal tersebut
menyebabkan peserta KB berhenti menggunakan KB atau mengganti
metode konrasepsi yang kurang efektif dibandingkan metode yang
digunakan sebelumnya. Seperti metode kontrasepsi implan dan suntik
tiap 3 bulan diganti menjadi metode kontrasepsi suntik 1 bulan. Selain
itu ada beberapa peserta KB yang masih ingin memiliki anak lagi
sehingga memutuskan untuk tidak melanjutkan KB lagi. Angka drop-
out yang tidak mencapai target menyebabkan meningkatnya angka
kehamilan yang bedampak pada meningkatnya resiko MMR dan IMR.
Oleh karena itu berdasarkan alasan-alasan di atas, maka masalah ini
diberi skor 3.
e. Cakupan peserta KB yang menggunakan metode kontrasepsi efektif
terpilih (MKET) yang terdiri dari implant, IUD, dan kontrasepsi
mantap tidak mencapai target (70%) disebabkan oleh adanya rasa takut
peserta KB terhadap prosedur tindakan metode kontrasepsi tersebut.
Hal ini menyebabkan meningkatnya resiko drop-out dan kegagalan.
Oleh karena itu, berdasarkan alasan-alasan di atas, maka masalah ini
diberi skor 3.
f. Rendahnya angka penggunaan KB paska persalinan disebabkan karena
masih banyak ibu yang takut jika mereka menggunakan KB paska
persalinan akan berdampak pada bayi mereka jika bayinya meminum
ASI dan ketakutan ibu jika ASI tidak keluar. Hal ini disebabkan
kurangnya penyampaian informasi secara mendalam kepada ibu
mengenai KB yang dapat digunakan bagi ibu yang menyusui.
Terbatasnya pilihan KB yang dapat digunakan oleh ibu tepat setelah
melahirkan juga mempengaruhi hal ini. Oleh karena itu, berdasarkan
alasan-alasan di atas, maka masalah ini diberi skor 2.
g. Cakupan PUS dengan 4T yang rendah salah satunya
disebabkan karena faktor budaya dimana masih banyak PUS
yang menganggap bahwa semakin banyak anak semakin baik.
Selain itu rendahnya pengetahuan masyarakat akan kehamilan
berisiko tinggi pada PUS dengan 4T. Hal ini mengakibatkan
meningkatnya risiko kematian ibu dan bayi, peningkatan
kepadatan penduduk, terjadi penelantaran anak diakibatkan
jarak kelahiran terlalu dekat sehingga orang tua kurang fokus
yang berdampak pada tumbuh kembang anak, Oleh karena itu
berdasarkan alasan-alasan di atas, maka masalah ini diberi skor
4

3. Sumber daya yang tersedia


a. Cakupan akseptor KB baru dapat ditingkatkan dengan cara promosi
dan penyuluhan mengenai manfaat KB dengan metode yang bervariasi,
misalnya brosur, leaflet, spanduk, poster, dan dapat juga dilakukan
penyuluhan pada hari-hari tertentu (misalnya pada hari Selasa dan
Jumat saat pelayanan KB di KIA berlangsung). Poster dan spanduk
yang ada juga dapat ditempatkan di tempat-tempat yang mudah dilihat
orang dan tidak hanya di poli KIA saja, tetapi juga dapat di poli-poli
lainnya seperti poli umum, poli gigi, PKPR, dan poli TB. Selain itu hal
lain yang dapat dilakukan adalah pelatihan rutin para kader KB di
masing-masing Puskesmas. Setiap Posyandu juga dapat diletakkan
poster, spanduk, maupun brosur mengenai KB. Berdasarkan alasan-
alasan tersebut, masalah ini diberi skor 5.
b. Cara untuk meningkatkan cakupan akseptor KB aktif adalah dengan
melakukan pendekatan personal terhadap peserta yang sudah
melakukan KB sehingga dapat lebih rutin dalam menjalani program
KB. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberi penjelasan yang
lengkap terhadap peserta KB mengenai keuntungan melakukan KB dan
dampaknya jika tidak rutin mengikuti KB sesuai program (kehamilan).
Hal lain yang dapat dilakukan adalah pelatihan terhadap para kader di
Posyandu sehingga para kader dapat melakukan follow up terhadap
peserta KB di wilayah masing-masing, sehingga dapat dilakukan
motivasi untuk para peserta KB untuk melakukan KB dengan rutin.
Berdasarkan alasan-alasan tersebut, masalah ini diberi skor 4.
c. Persentase kegagalan kontrasepsi dapat dikurangi dengan cara
penyuluhan baik secara personal maupun masif terhadap peserta KB
mengenai dampak jika tidak rutin mengikuti KB sesuai program.
penyuluhan terhadap peserta KB mengenai cara untuk menjalani
program KB secara teratur. Perlu juga dilakukan pelatihan terhadap
tenaga kesehatan mengenai pemasangan maupun cara penggunaan dari
setiap metode KB. Berdasarkan alasan-alasan tersebut, masalah ini
diberi skor 4.
d. Drop out PUS peserta KB dapat dikurangi dengan cara meningkatkan
kerjasama antara tenaga kesehatan dan kader untuk melakukan follow
up bersama terhadap peserta KB. Kader-kader yang ada dapat
diberikan pelatihan untuk melakukan follow up terhadap para peserta
KB. Pemantauan ini membutuhkan waktu dan tenaga yang memadai.
Berdasarkan alasan-alasan tersebut, masalah ini diberi skor 3.
e. Cara untuk meningkatkan persentase KB MKET adalah edukasi
terhadap para pasangan usia subur mengenai keuntungan pemasangan
KB MKET (dapat digunakan dalam waktu yang lama, kegagalan yang
rendah), yang lebih menguntungkan dibandingkan dengan efek
sampingnya. Selain itu dapat dilakukan pelatihan terhadap kader untuk
memberikan motivasi kepada PUS agar mau menggunakan KB MKET.
Berdasarkan alasan-alasan tersebut, masalah diberi skor 3.
f. Langkah untuk meningkatkan persentase KB pasca persalinan adalah
melakukan edukasi kepada pasangan usia subur, hamil, dan yang akan
melahirkan untuk melakukan KB setelah persalinan. Dapat dijelaskan
keuntungan KB pasca persalinan dan pilihan KB yang dapat digunakan
pada saat dan setelah pemberian ASI eksklusif. Berdasarkan alasan-
alasan tersebut, masalah diberi skor 4.
g. Cara untuk meningkatkan peserta PUS dengan 4T agar berpartisipasi
dalam program KB adalah meningkatkan peran program PKPR
puskesmas dalam mengedukasi remaja mengenai resiko hamil usia
dini. Selain itu dapat dilakukan edukasi ketika ANC dan posyandu
mengenai dampak jarak kehamilan terlalu dekat dan terlalu banyak.
Edukasi pada suami juga penting untuk dilakukan karena masih
banyak istri yang mengambil keputusan karena suaminya, dimana
edukasi dilakukan dengan penyuluhan pada saat kegiatan masyarakat
seperti kerja bakti, lomba 17 Agustus, dan sebagainya. Oleh karena itu
masalah ini diberi skor 2

4. Keuntungan sosial yang diperoleh


a. Bagi para akseptor KB baru, program KB yang diikuti dapat membantu
meningkatkan kesejahteraan keluarga karena kehamilan dan kelahiran
dapat direncanakan sehingga mereka dapat mengatur perekonomian
keluarga dapat lebih baik. Selain itu, KB dapat meningkatkan
kesejahteraan bagi para ibu dan bayi karena jarak kehamilan dan
kelahiran yang dapat diatur sehingga menurunkan risiko kematian ibu
akibat kehamilan dan persalinan dan meningkatkan kesehatan bagi bayi
dan balita karena jarak antar anak dalam keluarga dapat diatur sehingga
orangtua dapat lebih fokus dalam menjaga kesehatan bayi dan balita
(jadwal imunisasi dapat lebih mudah diingat oleh orangtua sehingga
anak tidak lupa untuk diimunisasi) sehingga dapat melahirkan generasi
penerus bangsa yang berkualitas. Berdasarkan alasan-alasan tersebut,
maka masalah ini mendapat skor 5.
b. Peserta KB aktif dapat mengontrol jumlah dan waktu kehamilan dan
kelahiran anak mereka. Program KB yang berjalan dengan baik secara
tidak langsung dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di
Indonesia karena mengurangi kepadatan penduduk sehingga angka
pengangguran berkurang karena lapangan kerja yang tersedia mampu
menampung jumlah tenaga kerja yang ada. Berdasarkan alasan-alasan
tersebut, maka masalah ini mendapat skor 4.
c. Angka kegagalan kontrasepsi yang berkurang dapat membuat peserta
KB semakin terpacu untuk melakukan KB dengan berbagai metode.
Peserta KB juga dapat merasakan dampak positif dari penggunaan KB.
Berdasarkan alasan-alasan tersebut, maka masalah ini mendapat skor
4.
d. Persentase drop out yang berkurang akan menurunkan jumlah
kepadatan penduduk di daerah tersebut sehingga meningkatkan
kesejahteraan dan perekonomian masyarakat di sekitarnya. Selain itu,
peserta KB juga dapat meningkatkan kesejahteraan dengan angka drop
out yang menurun, dan dapat terhindar dari masalah yang timbul akibat
penghentian KB yang tidak semestinya (perubahan berat badan,
kehamilan). Berdasarkan alasan-alasan tersebut, maka masalah ini
mendapat skor 3.
e. KB MKET memiliki keuntungan berupa tingkat kegagalan rendah dan
waktu penggunaan jangka panjang sehingga peserta dapat lebih leluasa
melakukan pekerjaan sehari-hari dan dapat menekan laju pertumbuhan
penduduk jangka panjang. Berdasarkan alasan-alasan tersebut, maka
masalah ini mendapat skor 4.
f. Angka KB pasca persalinan yang meningkat dapat menekan laju
pertumbuhan penduduk sehingga meningkatkan indikator
perekonomian negara. Selain itu, peserta KB yang melakukan KB
pasca persalinan dapat terhindar dari jarak kehamilan yang terlalu
dekat, terlalu banyak, dan menghindari kehamilan risiko tinggi pada
ibu dengan usia <20 tahun atau >35 tahun. Berdasarkan alasan-alasan
tersebut, maka masalah ini mendapat skor 3.
g. Bagi para PUS dengan 4T yang ber-KB dapat menurunkan angka
maternal mortality ratio, infant mortality rate, angka kesakitan ibu dan
anak akibat kehamilan yang berisiko. Oleh karena itu, maka masalah
ini mendapat skor 4

Tabel 5.1. Rekapitulasi Skoring Prioritas Masalah


Masalah

N KB KB Kegag “Dr KB KB 4T
Parameter baru Aktif alan op MKET Paska ber-
o.
Out” Persali KB
KB nan

1. Besarnya masalah 3 3 1 1 3 5 5

2. Berat ringannya akibat yang 4 5 3 3 3 2 4


ditimbulkan

3. Sumber daya yang tersedia 5 4 4 3 3 4 2

4. Keuntungan sosial yang 5 4 4 3 4 3 4


diperoleh

Total 17 16 12 10 13 14 15

Prioritas Masalah I II VI VII V IV III

Keterangan Prioritas Masalah:


I : Cakupan peserta KB Baru
II : Cakupan peserta KB Aktif
III : Cakupan PUS 4T ber-KB
IV : Cakupan KB Pasca persalinan
V : Cakupan akseptor KB MKET
VI : Persentase kegagalan kontrasepsi
VII : Persentasi Drop Out

Dengan melihat tabel rekapitulasi skoring prioritas masalah, maka dapat


dilihat bahwa masalah yang diprioritaskan adalah cakupan peserta KB baru.
5.3. Penyebab Masalah

Tabel 5.2. Masalah, Penyebab Masalah, dan Kesesuaian Program KB di


Puskesmas Wilayah Kecamatan Penjaringan Periode Januari 2016-Desember
2016

No. Masalah Penyebab Masalah

1. Rendahnya Cakupan peserta KB Input :


baru (70%)  Pendataan dan pelaporan mengenai
PUS tidak ber KB di kecamatan
Penjaringan masih didapatkan
kekurangan
 Sarana media informasi seperti
poster, flyer, spanduk maupun
booklet tentang manfaat KB tidak
didapati di semua puskesmas.
Proses :
 Di beberapa Puskesmas hanya
dilakukan 2 kali seminggu yaitu
setiap Selasa dan Jumat pukul 07.30
– 16.00.
 Tidak terdapat perencanaan tertulis
penyuluhan secara rutin (tidak ada
jadwal tetap) dan kegiatan
penyuluhan KB kepada PUS juga
tidak dilakukan baik di puskesmas
maupun di posyandu-posyandu
secara rutin.
 Program KB masih terpaku pada
istri sedangkan suami jarang
dilibatkan, padahal umumnya
pembuat keputusan keluarga masih
oleh suami,

Lingkungan:
 Lokasi Puskesmas Kamal Muara
dan Penjaringan II sulit dijangkau
dengan kendaraan roda empat.

2. Rendahnya cakupan peserta KB Input :


aktif (<70%)  Tidak ada pendataan lengkap
mengenai PUS tidak ber KB di
kecamatan Penjaringan
 Kurangnya media promosi KB
seperti poster, leaflet, dan video

Proses :
 Tidak ada jadwal tetap untuk
penyuluhan rutin mengenai
kesehatan reproduksi, kehamilan
berisiko tinggi, metode, manfaat
penggunaan KB.
 Tidak dilakukan kunjungan rumah
untuk kepada PUS yang belum ber-
KB
 Pelayanan KB di beberapa
Puskesmas hanya 2 hari perminggu
sehingga banyak yang datang di
hari yang salah.
Lingkungan:
 Kurangnya dukungan dan
pengetahuan suami mengenai
program KB

3. Persentase kegagalan kontrasepsi Input:


(>0,2%)  Petugas kesehatan tidak
mengingatkan peserta KB dan tidak
mencatat waktu kontrol berikutnya
pada kartu peserta KB.

Proses:
 Peserta KB tidak datang sesuai
jadwal yang ditentukan pada
metode KB suntik dan tidak
meminum obat sesuai dengan
ketentuan pada metode KB pil.

Lingkungan:
 Pendidikan peserta KB rendah dan
kurangnya pemahaman peserta KB
mengenai pentingnya ketepatan
waktu dalam pelaksanaan KB
seperti metode suntik dan pil, serta
tidak dapat menggunakan kondom
dengan benar.
4. Persentase drop out (>0%) Input :
 Petugas kesehatan tidak
mengingatkan waktu untuk datang
kembali ke puskesmas pada saat
masa kerja alat kontrasepsinya
berakhir.
 Akseptor KB tidak kurang mengerti
pentingnya kepatuhan waktu jadwal
KB.

Proses :
 Instruksi untuk kembali ke
puskesmas setelah jangka waktu
tertentu kurang jelas

Lingkungan:
 Faktor budaya, terpengaruh berita-
berita di lingkungannya bahwa
menggunakan KB memiliki efek
samping yang tidak diinginkan
 Akses menuju Puskesmas Kamal
Muara dan Penjaringan II sulit,
sehingga tidak kembali ke
puskesmas sesuai dengan waktu
yang sudah ditentukan.
 Kartu KB yang diberikan pada
akseptor KB hilang, sehingga tidak
tahu kapan harus ke puskesmas
untuk melanjutkan pemasangan
alat kontrasepsi.
5. Cakupan akseptor KB MKET yang Input :
rendah  Sarana media informasi seperti
poster, flyer, spanduk maupun
booklet tentang manfaat KB MKET
tidak didapati di semua puskesmas

Proses :
 Metode pemasangan IUD tidak
berjalan di beberapa puskesmas.
 .Umumnya pemasangan KB MKET
juga terdapat dalam kegiatan bakti
sosial, namun kegiatan bakti social
tersebut tidak dilangsungkan secara
rutin.
 Tidak ada jadwal tetap untuk
penyuluhan rutin mengenai
kesehatan reproduksi, kehamilan
berisiko tinggi, metode, manfaat
penggunaan KB khususnya MKET.
Lingkungan:
 Faktor budaya, terpengaruh berita-
berita di lingkungannya bahwa
menggunakan KB MKET memiliki
prosedur pemasangan yang
berbahaya dan tidak aman.
6. Rendahnya cakupan kb pasca Input :
bersalin (100%)  Kurangnya pemberian konseling
tentang KB pada saat kunjungan
asuhan antenatal di Puskesmas oleh
tenaga kesehatan.
 Kurangnya penyampaian informasi
secara mendalam kepada ibu
mengenai KB yang dapat
digunakan bagi ibu yang menyusui.

Proses :
 Tidak ada jadwal tertulis untuk
dilakukannya penyuluhan rutin
mengenai metode kontrasepsi yang
aman digunakan pasca persalinan.

Lingkungan :
 Faktor budaya, terpengaruh berita-
berita di lingkungannya bahwa
menggunakan KB paska persalinan
dapat mempengaruhi ASI yang
diberikan pada bayinya.
 Akses menuju Puskesmas sulit,
sehingga pasien tidak dapat
kembali dalam waktu 40 hari paska
persalinan untuk mendapatkan alat
kontrasepsi.
7. Cakupan peserta PUS 4T ber-KB Input :
 Tidak ada poster/leaflet
penyuluhan KB yang memuat
materi 4T.
 Data PUS 4T tidak ber-KB tidak
tersedia.

Proses :
 Riwayat kehamilan pasien hanya
ditanyakan saat pelayanan KIA.

Lingkungan :
 Tradisi menikah pada usia muda
dan pemikiran masyarakat bahwa
banyak anak banyak rezeki
menyebabkan angka PUS 4T
meningkat.
5.4. Pohon Masalah

RENDAHNYA CAKUPAN KB AKTIF

KURANGNYA PEMBERDAYAAN PELAYANAN


EDUKASI MASYARAKAT
MASYARAKAT

PENYULUHAN KB KURANGNYA
KURANGNYA PELAYANAN LUAR
KURANG MAKSIMAL
KEGIATAN KERJA SAMA GEDUNG DAN
PELATIHAN DENGAN TOGA- WAKTU PELAYANAN
KADER TIDAK TOMA
MEDIA
PROMOSI RUTIN
JADWAL
KURANGNYA EDUKASI PENYULUHAN TERBATAS
YANG MELIBATKAN TIDAK RUTIN
KELUARGA SECARA
UTUH MENINGKATKAN PELAYANAN
MELAKUKAN POSYANDU, DAN
BEKERJA SAMA MELAKUKAN MENYEDIAKAN PELAYANAN KB
MERENCANAKAN DENGAN PIHAK LUAR PELATIHAN PERTEMUAN RUTIN
JADWAL RUTIN PADA KELILING SERTA
DALAM LINTAS SEKTORAL MENAMBAHKAN JAM
PENYULUHAN RUTIN MENGADAKAN KADER
PELAYANAN DI LUAR JAM
MEDIA PROMOSI KERJA
5.5. Penyelesaian Masalah
1. Merencanakan Penyuluhan Rutin ke Masyarakat
Pelaksana (who) Dokter, bidan, dokter internship, dokter muda
Waktu (when) 2 kali satu tahun
Tempat (where) Puskesmas, Posyandu, Kampung KB
Materi (what) Jenis-jenis metode kontrasepsi, manfaat, efek samping, jangka
waktu, 4T, kontrol KB
Sasaran (who) PUS yang berada di wilayah kerja Puskesmas (Keluarga,
Suami dan Isteri), PUS yang sudah berKB
Tujuan (why) Meningkatkan wawasan PUS mengenai manfaat, efek
samping, jangka waktu, 4T
Memotivasi dan meningkatkan kesadaran PUS untuk
menjalani program KB dan kontrol KB
Mengurangi kejadian kegagalan kontrasepsi akibat
ketidakteraturan dalam menjalankan program KB
Meningkatkan peranan suami dalam program KB
Cara (how) Menyediakan leaflet, poster, dan lembar balik untuk dijadikan
sebagai bahan penyuluhan
Melakukan tanya jawab dengan PUS yang hadir di Puskesmas
mengenai tanggapan tentang KB yang beredar di masyarakat
Memberikan edukasi kepada PUS yang berKB untuk tetap
kontrol
2. Mengadakan Media Promosi
Pelaksana (who) Kepala Puskesmas, bidan, dokter, administrasi
Waktu (when) Setiap Tahun
Tempat (where) Puskesmas Kecamatan
Materi (what) Media promosi
Sasaran (who) Dokter muda, dokter internship, akbid, farmasi, bidan praktek
mandiri
Tujuan (why) Menyediakan media promosi KB bagi masyarakat
Cara (how) Mengajukan permohonan kerja sama untuk menyediakan
media promosi KB

3. Melakukan Pelatihan Rutin Pada Kader


Pelaksana (who) Dokter, Bidan-bidan Puskesmas, dokter muda, dokter
internship, bidan praktek mandiri,
Waktu (when) Setiap 6 bulan
Tempat (where) Posyandu
Materi (what) Jenis-jenis metode kontrasepsi, manfaat, efek samping, jangka
waktu, 4T, follow up peserta KB
Sasaran (who) Setiap kader di Posyandu
Tujuan (why) Meningkatkan pengetahuan kader
Cara (how) Melakukan pendataan jumlah kader di wilayah Kecamatan
Penjaringan
Menjadwalkan dan melaksanakan pelatihan kader
4. Melakukan Pertemuan Rutin Lintas Sektoral
Pelaksana (who) Dokter, Bidan-bidan Puskesmas,
Waktu (when) 3 bulan sekali
Tempat (where) Tempat-tempat pertemuan
Materi (what) Pentingnya kerja sama lintas sektoral dalam meningkatkan
kesadaran masyarakat terhadap pentingnya penggunaan KB
dan kontrol KB
Sasaran (who) TOGA, TOMA
Tujuan (why) TOGA dan TOMA dapat memotivasi dan mengajak
masyarakat untuk mengikuti program KB dan kontrol KB bagi
PUS yang sudah berKB
Cara (how) Menjelaskan kepada TOGA dan TOMA mengenai pentingnya
keterlibatan mereka dalam mensukseskan program KB

5. Meningkatkan Pelayanan Posyandu, dan Mengadakan KB Keliling


Pelaksana (who) Dokter, Bidan-bidan Puskesmas, Kader
Waktu (when) Setiap bulan untuk Posyandu, setiap sebulan 2 kali untuk KB
Keliling
Mengadakan pelayanan KB setelah jam pulang kerja
Tempat (where) Posyandu, mobil KB Keliling,
Materi (what) Penyuluhan KB, pelayanan KB
Sasaran (who) PUS setempat, PUS yang bekerja
Tujuan (why) Meningkatkan cakupan KB aktif
Cara (how) Menyiapkan tenaga kesehatan
Merencanakan jadwal pelayanan luar gedung di luar jam
pelayanan biasa untuk menjangkau akseptor yang hanya
memiliki waktu setelah mereka pulang bekerja
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis masalah program KB di Puskesmas wilayah
Kecamatan Penjaringan selama periode Januari 2016 – December 2016, dapat
disimpulkan bahwa program ini belum terlaksana secara optimal. Hal ini
terlihat dari beberapa indikator yang masih belum mencapai target, yaitu
cakupan peserta KB baru 11,21%, cakupan peserta KB aktif 21,53%,
persentase drop out 0,4%, cakupan akseptor KB MKET 15,1%, cakupan KB
pasca persalinan 13,09%, dan cakupan PUS “4T” ber-KB 8,22%.
Melalui penentuan prioritas masalah yang dilakukan denganmenghitung
kesenjangan antara pencapaian dengan target, mempertimbangkan besarnya
masalah dikaitkan dengan akibat yang ditimbulkan; sumber daya tenaga yang
ada; dan keuntungan sosial yang diperoleh, maka didapatkan satu masalah
yang menjadi prioritas, yaitu cakupan KB aktif yang masih rendah di
Puskesmas wilayah Kecamatan Penjaringan. Penyebab dari masalah ini antara
lain adalah kurangnya media promosi KB seperti poster, leaflet, dan video,
tidak ada jadwal tetap untuk penyuluhan rutin mengenai kesehatan reproduksi,
kehamilan berisiko tinggi, metode, manfaat penggunaan KB, tidak dilakukan
kunjungan rumah untuk kepada PUS yang belum ber-KB, pelayanan KB di
beberapa Puskesmas hanya 2 hari perminggu sehingga banyak yang datang di
hari yang salah, layanan KB yang hanya dilakukan dalam waktu kerja, dan
kurangnya dukungan dan pengetahuan suami mengenai program KB.

6.2. Saran
Berdasarkan hasil analisis masalah program pelayanan KB di
Puskesmas wilayah Kecamatan Penjaringan, maka kami memberikan beberapa
saran dan usulan untuk dilakukan di Puskesmas untuk dapat meningkatkan
cakupan KB aktif pada Kecamatan Penjaringan yaitu dengan bekerja sama
dengan perusahaan farmasi ataupun alat kontrasepsi untuk menyediakan media
promosi terutama unutuk PUS, menjadwalkan promosi rutin, melakukan
pelatihan rutin pada kader agar mampu memotivasi pasangan PUS untu ber
KB ataupun mematuhi jadwal KB untu suntik dan pil, melakukan pertemuan
rutin lintas sektoral agar pelaksamaam KB lebih meluas, dan Mengadakan KB
Keliling, Kampung KB, ataupun menambah jam pelayanan usia jam kerja agar
dapat memudahkan akses masyarakat untuk mendapatkan KB.

Anda mungkin juga menyukai