Anda di halaman 1dari 3

Nama : Paian Purba

NIM : 16.3171

Dosen : Pdt. Dr. Sukanto Limbong

Mata Kuliah : Hermeneutik Perjanjian Lama 1

Semester : IV A

NIDN : 2305077901

Sifra dan Pua

Sebuah Upaya Hermeneutik Perlawanan Tampa Kekerasan dari Kejadian Pemboman


di Surabaya (Keluaran 1:15-22)

1. Pendahuluan
 Pra-Paham

Benarkah dengan melawan itu kita akan keluar dari penindasan di dalam kehidupan ini?

 Hipotesis

Indonesia memiliki keberagaman suku dan agama, namun dengan berjalan waktu,
perubahan sosial dalam perkembangan zaman, telah melahirkan gejala fundamentalis dimana
agama itu mulai ditentukan oleh manusia yang mengalami perubahan akibat perkembangan
zaman, yang kemudian dalam prosesnya terjadilah fenomena pluralisme dimana agama dapat
ditelusuri dari teori kognitivisme dimana dunia memberikan suatu makna terhadap individu
dan kelompok, yang pada akhirnya melahirkan pandangan fundamentalisme, proselitisme,
dan sinkretisme dimasyarakat modern.

Dan ketika kita menilik dari perjalan sejarah dimasa lalu yang kelam maka, tidak
diragukan lagi ada beberapa pemimpin atau komunitas yang memiliki motivasi religius dan
bahkan bersedia untuk melakukan, melepaskan kekerasan dan hukuman atas nama Tuhan
atau keyakinan mereka (kaum mayoritas), untuk memaksa yang lain (kaum minoritas) agar
masuk keagama mereka.

1
 Latar Belakang

Kitab Keluaran adalah salah satu dari Kitab Pentateukh (Taurat). Dimana kitab-kitab ini
menekankan asal usul bangsa Israel dan segala aturan dalam kehidupan mereka. Meskipun
demikian, kitab tersebut tidak terlepas dari unsur sejarah. Dalam unsur sejarah inilah, segala
aturan kehidupan bangsa Israel disisipkan,1 dan peristiwa yang terjadi pada Kitab Keluaran
merupakan pusat pengalaman iman bangsa Israel. Dengan adanya peristiwa tersebut, Allah
menunjukkan kekuasaannya dan kepeduliannya terhadap bangsa pilihanNya. Namun
peristiwa keluaran bukan hanya untuk menyatakan jati diri Allah. Tetapi juga bangsa Israel
hendaknya menyadari jati diri mereka sebagai bangsa pilihan Allah 2. Sebab Allah telah
mengikat perjanjian dengan nenek moyang mereka yakni Abraham.

Salah satu kejadian yang menarik dalam Kitab Keluaran ini adalah peristiwa yang terjadi
dimulai dari niat jahat Firaun untuk membunuh semua bayi laki-laki umat Israel ketika
mereka berada dalam perbudakan bangsa Mesir (Keluaran 1:15-22). Hal ini dipandang jahat
oleh Tuhan sebab umat Israel telah dipilih menjadi umat-Nya. Melalui perjanjian-Nya kepada
Abraham, umat Israel ditetapkan akan menurunkan Mesias ke dunia. Karena pada zaman
Perjanjian Lama Sang Mesias belum datang, selama masa penantian itu, umat Israel
merupakan benih rohani yang pada saatnya akan menjadi sumber berkat bagi seluruh dunia
melalui Yesus Sang Mesias. Selama masa itu pula, umat Israel menjadi pusat perhatian dan
pemeliharaan Tuhan sampai janji-Nya itu akan digenapi.

Kemudian selama perbudakan di Mesir, para bidan di antara orang Israel berada dalam
kedudukan yang sangat kritis dan berbahaya. Di mana Firaun memanggil bidan-bidan, dan
dua orang di antaranya yang bernama Sifra dan Pua. Firaun memerintahkan mereka untuk
membunuh setiap bayi laki-laki orang Ibrani segera setelah lahir. Namun bidan-bidan itu
(Sifra dan Pua) takut akan Allah sehingga mereka tidak melakukan apa yang dikatakan raja
Mesir kepada mereka, melainkan membiarkan anak-anak lelaki itu tetap hidup. Dan pada
akhirnya Allah memberkati mereka dan mengupahi mereka dengan membuat mereka bisa
berkeluarga (Keluaran 1:20-21).3

1
Robert M. Paterson, Tafsiran Alkitab Kitab Keluaran, (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2006), 6
2
John F. Craghan, Tafsir Alkitab Perjanjian Lama, (Yogyakarta:Kanisius, 2002), 80
3
http://www.sarapanpagi.org/sifra-pua-vt7431.html

2
2. Tafsiran
a. Bentuk
 Keluaran 1-15:21 mengenai penindasan dan kelepasan dari Mesir.
 Keluaran 15:22- 40:38 mengenai pernyataan Allah di gunung Sinai.4

b. Sastra
 Memiliki Alur maju, yang dimulai dari perintah Firaun, diteruskan dengan
penolakan oleh Sifra dan Pua, kemudian Firaun memanggil mereka dan bertanya
mengapa mereka membiarkan anak itu hidup dan berakhir dengan Allah yang
memberkati mereka dengan membuat mereka bisa berumah tangga.
 Penyimbolan takut akan Tuhan yang berbuah manis (Keluaran 1:21-22).
 Adanya ajaran akan pengharapan untuk bisa meneruskan kehidupan.

c. Sosiologi
 Apakah dikehidupan ini perintah untuk membunuh bisa terima?
 Wajar atau tidakkah perlawanan itu diberikan terhadap situasi yang mencengkam?
 Apakah wajar seorang pemimpin memperintahkan pembunuhan kepada warganya?
 Sepatutnya memang orang yang salah harus dilawan, namun tidak selamanya dengan
kekerasan.

3. Refleksi ke dalam kehidupan Sehari-hari

Kejadian Sifra dan Pua dengan pengeboman di Surabaya itu memiliki kesamaan, ketika
ada sosok ataupun sebagian sosok yang lebih mendomisili disuatu daerah mengambil
keputusan yang merugikan sebagian pihak.

Namun untuk menghadapi hal seperti ini, kita harus memiliki sifat takut akan Tuhan
(Amsal 1:7), menerapkan ajaran balaslah kejahatan dengan kebaikan (1 Petrus 3:9), dan
cobalah membawa mereka (musuh-musuhmu) ke dalam doamu (Matius 5:44), dan jadilah
sosok yang bisa menjadi garam dan terang dalam lingkungan (Matius 5:13-16), maka
kemustahilan (Matius 19:22) agar perubahan itu terjadi tidak akan menjadi hayalan lagi.

4
D. C. Mulder, Pembimbing Kedalam Perjanjian Lama, (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 1963), 51

Anda mungkin juga menyukai